Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERILAKU KEORGANISASIAN
EMOSI DAN SUASANA HATI

Dosen pengampu:
Nur Afni Oktaviyah S.E., M.Si

Disusun Oleh:
Marcia Lorissa Amelinya (220901500051)
Nur Rahmat Gifari (220901501092)
Nurfadilla (220901501098)
Islamia (2209001501100)
Eka Widyawati Syam (220901502104)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah


SWT karena atas segala berkah sehingga kami selaku mahasiswa
prodi Akuntansi S1 kelas G bisa menyelesaikan materi ini sesuai
dengan waktu yang diberikan. Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada ibu Nur Afni Oktaviyah S.E., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Perilaku Keorganisasian dengan ini yang
terhormat ibu Nur Afni Oktaviyah yang telah memberikan tanggung
jawab dalam menyelesaikan materi mengenai Emosi dan Suasana hati
sehingga kami dapat memahami materi ini dengan baik dan pastinya
menambah ilmu pengetahuan kami mengenai Emosi dan suasana hati.

Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh


dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat membuat makalah ini menjadi lebih
baik serta bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Makassar, 23 Agustus 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Pengertian emosi dan suasana hati...........................................................................2
B. Emosi dasar..............................................................................................................3
C. Suasana hati dasar....................................................................................................4
D. Fungsi Emosi............................................................................................................4
E. Sumber emosi dan suasana hati...............................................................................5
F. Emosi pekerja...........................................................................................................6
G. Teori Peristiwa Afektif.............................................................................................6
H. Kecerdasan Emosional.............................................................................................7
I. Contoh Kasus...........................................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Emosi sangat berpengaruh di tempat kerja. Perilaku organisasi saat
ini sangat gencar untuk membahas mengenai topik tentang emosi.
Pertama adalah mitos rasionalitas, protokol dunia kerja membatasi
emosi. Sebuah organisasi yang dijalankan dengan baik tidaknya
mengizinkan pekerja menunjukkan emosi mereka yang dianggap
merupakan antitesis dari rasionalitas. Meskipun para peneliti dan manajer
mengetahui emosi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari, mereka mencoba menciptakan organisasi yang bebas emosi,
dan hal itu tidaklah mungkin.
Kedua adalah banyak yang percaya emosi bersifat merusak. Para
peneliti melihat pada emosi negatif lebih kuat, terutama amarah yang
mengganggu kemampuan bekerja secara efektif. Mereka jarang
memandang emosi itu konstruktif atau berkontibusi dalam memperbaiki
kinerja.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian emosi dan suasana hati?
2. Apa emosi dasar itu?
3. Apa suasana hati dasar itu?
4. Apa saja fungsi dari emosi dan suasana hati itu?
5. Dari manakah sumber emosi dan suasana hati itu?
6. Bagaimana emosi pekerja dalam bekerja?
7. Apa saja teori peristiwa efektif?
8. Bagaimana pengaturan emosi itu?
9. Bagaimana mengaplikasikan perilaku organisasi terhadap emosi
dan suasana hati?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu Emosi dan suasana hati
2. Mengetahui apa saja fungsi dari emosi dan suasana hati
3. Mengetahui bagaimana pengaturan emosi itu
4. Mengetahui cara mengaplikasikan perilaku organisasi terhadap
emosi dan suasana hati

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian emosi dan suasana hati
Menurut Stephen P. Robbins terdapat 3 hal penting dalam emosi dan
suasana hati, yaitu:

 Afeksi (affect) adalah istilah umum yang mencakup kisaran yang


luas dari perasaan yang dialami seseorang atau nada perasaan
(bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di ‘dalam’
namun tidak melibatkan aspek biologis, akan tetapi dapat
menimbulkan ketidak sebidangan.
 Emosi (emotion) adalah emosi dalam Bahasa Indonesia diketahui
sebagai perasaan intens yang diperlihatkan kepada seseorang atau
sesuatu, emosi juga dapat dikatakan sebagai reaksi terhadap
seseorang atau dan terhadap kejadian, emosi dapat ditunjukkan
Ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang,
ataupun takut terhadap sesuatu.
 Suasana hati (mood) adalah perasaan yang kurang intens dibanding
emosi dan juga perasaan ini seringkali muncul tanpa sebuah
peristiwa spesifik sebagai stimulus atau respon yang terjadi setelah
merasakan, melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya cukup
lama seperti beberapa jam, hari, ataupun minggu.
Untuk mempermudah penjelasan diatas saya memberi ilustrasi berikut:
Dalam afeksi, ada yang Namanya flat affect (afeksi datar) adalah
kategori “orang represi” (suka menekan/memendam sesuatu)” sebab
afeksinya berfungsi namun emosinya tidak berfungsi dengan baik.
Misal: temannya meninggal tapi dia tidak mau menangis, bisa jadi
menutup-nutupi kesedihannya dan bisa juga karena tidak respect pada
temannya sehingga tidak ikut merasa sedih.
 Emosi lebih disebabkan oleh peristiwa spesifik dan lebih cepat
datang dan pergi (memiliki durasi yang singkat). Emosi juga
cenderung menunjukkan oleh ekspresi wajah seperti senang, sedih
dan marah terutama. Emosi memiliki keragaman yang banyak dan
spesifik seperti amarah, takut, kesedihan, kebahagiaan, jijik dan
terkejut. Beberapa peneliti bersepekulasi bahwa emosi lebih
berorientasi Tindakan, dapat mengarahkan kita pada tindakan
langsung.
 Suasana hati tidak diarahkan kepada suatu peristiwa atau seseorang
(tidak ada kejelasan penyebabnya). Suasana hati ini bertahan lebih

2
lama dari emosi, bisa sampai berhari-hari. Suasana hati tidak
berindikasi oleh menunjukkan ekspresi yang jelas dan juga bersifat
kognitif yaitu dapat menyebabkan kita berpikir atau khawatir
sementara waktu.

Emosi dapat berubah menjadi suasana hati saat kehilangan fokus pada
peristiwa atau objek yang memulai perasaan itu. Dengan cara yang sama,
suasana hati baik atau buruk dapat membuat lebih emosional dalam
merespon sebuah peristiwa. Tampilan itu menunjukkan bahwa emosi dan
suasana hati sangat berhubungan dan dapat memengaruhi satu sama lain.
Memiliki suasana hati buruk ataupun baik, yang mungkin menyebabkan
mengalami emosi positif atau negatif yang lebih intens. Afeksi, emosi, dan
suasana hati terpisah secara teori, namum dalam praktik, perbedaannya
tidaklah selalu jelas.

B. Emosi dasar
Macam dari emosi sendiri antara lain amarah, tidak suka antusias,
cemburu, takut, frustasi, tidak setuju, malu, jijik, kebahagiaan, benci,
harapan, kecemburuan, kebahagiaan, cinta, angkuh, kejutan, dan
kesedihan.
Masalah dalam penerapan emosi sendiri adalah terlalu kompleks untuk
dengan mudah di presentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki
norma-norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara mengalami
sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya.
Contohnya senyuman di Indonesia di artikan kebahagiaan dan berbuat
ramah. Namun di beberapa negara menganggap senyuman adalah sebuah
tanda ketertarikan seksual seperti Perempuan tersenyum dengan laki-laki.
Di negara social, orang lebih percaya tampilan emosi seseorang berkaitan
dengan hubungan diantara mereka, sedangkan orang-orang dalam budaya
individualistis tidak berpikir bahwa ekspresi emosional orang lain
diarahkan pada mereka.
Para peneliti menyebutkan emosi dasar yaitu emosi universal esensial.
Beberapa membagi mereka ke dalam skala: kebahagiaaan,
kejutan,ketakutan, kesedihan, amarah, dan rasa jijik. Semakin dekat dua
emosi satu sama lain dalam skala ini, semakin mungkin orang akan
bingung membedakannya, namun hal itu bisa bergantung pada faktor -
faktor budaya yang mempengaruhi interprestasi.

3
C. Suasana hati dasar
Salah satu cara mengklarifikasi emosi adalah dengan bertanya apakah
ia positif negatif. Emosi positif seperti mengungkapkan evaluasi atau
perasaan menyenangkan. Emosi negatif mengungkapkan rasa yang
sebaliknya. Emosi sendiri tidak bisa netral,jika menjadi netral berarti non
emosional.
Afeksi positif ( positive affect) sebagai dimensi suasana hati yang
terdiri atas emosi positif spesifik seperti ketertarikan, keyakinan diri dan
sangat gembira pada ujung paling tinggi dan kebosanan, kelambanan, serta
keletihan pada ujung paling rendah. Afeksi negatif ( negatif affect) adalah
sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas kegugupan , stress dan
kecemasan pada ujung yang tinggi dan kebosanan, depresi dan kelesuhan
pada ujung yang paling rendah. Afeksi positif dan afeksi negatif adalah
suasana hati.
Kebanyakan orang mengingat pengalaman negatif yang menyebabkan
emosi negatif kuat lima kali lebih banyak daripada mengingat pengalaman
negatif yang menyebabkan emosi positif. Kompensasi positifitas
( positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk
mengalami suasana hati positif ringan pada masukan nol (satu tidak ada
hal tertentu terjadi)
Orang – orang dikebanyakan budaya tampaknya mengalami emosi-
emosi positif dan negatif tertentu, tetapi frekuensi dan integritas beragam
pada tingkat tertentu. Menginterpretasikannya juga dengan cara yang
sama. Contoh perbedaan budaya. Di amerika serikat menghargai
antusiasme, sedangkan cina menganggap emosi negatif lebih berguna dan
membangun dibandingkan orang – orang amerika seeikat. Kemudian
menyimpulkan afeksi negatif memiliki manfaat yakni menvisualisasikan
scenario terburuk sering kali membuat orang untuk menerima situasi yang
ada dan menghadapinya dengan berfikir lebih kritis dan adil.

D. Fungsi Emosi
Emosi itu membuat seseorang melakukan hal tidak rasional. Rasionalitas
dan emosi saling tertolak belakang dan jika menampilkan emosi tersebut bisa
dikatakan tidak rasional. Dalam dunia pekerjaan, menampilkan emosi seperti
kesedihan sampai menangis sangat berbahaya bagi karier, emosi tersebut
menyebabkan orang tersebut terlihat lemah, rapuh dan tidak rasional. Riset
menunjukkan emosi penting untuk penalaran rasional.

4
Emosi memberikan informasi penting mengenai bagaimana memahami
dunia sekitar sebuah studi mengindikasi bahwa individu dalam suasana hati
negatif lebih baik dalam mengenali kebenaran informasi akurat dibandingkan
orang dalam suasana hati bahagia . untuk pengambilan keputusan agar tak
terbawa oleh emosi adalah dengan mempergunakan pikiran dan perasaan
dalam keputusan.
Emosi menyebabkan kita bersikap etis. Pengambilan keputusan etis
didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih tinggi, tetapi riset mengenai
emosi moral semakin mempertanyakan prespektif ini. Contoh emosi moral
adalah simpati pada penderitaan orang lain, rasa bersalah mengenai perilaku
tidak bermoral sendiri dan lain lain. Reaksi umum ini didasarkan kepada pada
pesanan dibandingkan kognisi semata. Dalam situasi tersebut kebanyakan
orang memiliki dorongan emosional yang mungkin bisa menggerakkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan etis. Keimpulannya orang yang
berperilaku etis membuat keputusan berdasarkan emosi.

E. Sumber emosi dan suasana hati


Inilah pengaruh utamanya:
1.) Kepribadian. Suasana hati dan emosi memiliki suatu karakteristik:
banyak orang yang telah membangun kecenderungan untuk mengalami
suasana hati dan emosi tertentu lebih sering daripada orang lain.
Orang-orang juga mengalami emosi yang sama dengan intensitas
berbeda terkait kekuatan pengalaman emosinya yaitu intensitas afeksi
(affect intensity). Orang seperti itu mengalami emosi yang mendalam.
2.) Waktu dalam hari. Orang memang beragam dalam suasana hatinya
berdasarkan waktu dalam hari. Meskipun demikian, kebanyakan
mengikuti pola yang sama dan sifat alami dari pola itu. Untuk afeksi
negatif, kebanyakan riset menyatakan berfluktuasi kurang dari afeksi
positif. Ketika titik terendah pada awal hari dan titik tertinggi pada
akhir hari.
3.) Hari dalam minggu. Biasanya orang mengalami afeksi positif tertinggi
di hari jumat, sabtu, dan minggu (hari masuk). Karena hari untuk
beristirahat dan berlibur. Kebanyakan orang mengalami afeksi negatif
tertinggi pada hari kerja (dari senin sampai kamis).
4.) Cuaca. Cuaca juga memiliki sedikit pengaruh pada suasana hati,
setidaknya bagi kebanyakan orang. Korelasi ilusi (ilusory correlation)
terjadi ketika mengasosiasikan dua peristiwa dalam kenyataan tidak
memiliki hubungan me jelaskan tentang orang beranggapan bahwa
cuaca meningkatkan suasana hati.

5
5.) Stress. Juga dapat memperburuk suasana hati dan mengalami emosi-
emosi negatif.
6.) Aktivitas sosial. Kebanyakan orang pada aktivitas social meningkatkan
suasana hati positif dan memiliki efek kecil pada suasan hati negatif.
Aktivitas social yang bersifat fisik, informal dan kuliner lebih kuat
asosiasinya dengan kenaikan suasana hati positif daripada peristiwa
bersifat formal atau tidak aktif.
7.) Tidur. Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Kurangnya tidur
mengganggu pembuatan keputusan dan sulit untuk mengendalikan
emosi.
8.) Olahraga. Latihan fisik dapat membantu menempatkan suasana hati
yang baik dengan terapi keringat.
9.) Umur. Orang muda lebih memiliki emosi positif ekstrim daripada
orang tua. Suasana hati positif lebih bertahan lama bagi individu yang
berumur dan suasana hati negatif lebih mudah menghilang.
10.) Jenis kelamin Wanita lebih ekspresif secara emosional dan lebih
intens daripada pria. Ekspresi emosi menginterprestasikan reaksi
Wanita sebagai disposisional (berhubungan dengan kepribadian),
sedangkan pria berhubungan dengan lingkungan sekitar.

F. Emosi pekerja
Emosi pekerja (emotional labor) adalah sebuah situasi di mana seorang
pekerja menampilkan emosi yang diinginkan organisasi selama interaksi
interpersonal di tempat kerja. Tantangan yang sebenarnya adalah dimana
pekerja harus menampilkan suatu emosi yang tidak sama dengan apa yang
dirasakan. Disparitas adalah disonasi emosi (emotional dissonance) dan
nilai ini sangat berpengaruh. Disonansi emosi adalah seperti disonansi
kognitif dan berpusat pada perasaan bukan pikiran.

Akan sangat membantu jika bisa membedakan antara emosi yang


dirasakan dengan yang ditampilkan. Emosi yang dirasakan (felt emotion)
adalah emosi actual individu. Emosi yang ditampilkan (displayed emotion)
adalah yang dituntun oleh organisasi untuk menunjukkan oleh pekerja dan
pantas untuk pekerjaan itu.

6
G. Teori Peristiwa Afektif
Teori peristiwa afektif adalah sebuah model yang menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa ditempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi emosional dibagian
karyawan yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku ditempat kerja
(Robbins dan Judge, 2008:332). Emosi dan suasana hati dapat mempengaruhi
kinerja dan kepuasan diri sendiri. Teorinya dimulai dengan mengenali bahwa
emosi adalah respon atas peristiwa di lingkungan kerja yang menekan pekerjanya.
Orang yang stabilitas emosionalnya rendah cenderung memiliki peristiwa yang
negativ. Respon emosional dapat berubah tergantung suasana hati..

Ujian teori peristiwa afektif menyatakan hal-hal berikut:


1. Satu episode emosi sebenarnya merupakan serangkaian pengalaman -
pengalaman emosional yang didorong muncul oleh suatu peristiwa
tunggal dan menggandung emosi dan siklus suasana hati.
2. Emosi mempengaruhi kepuasan kerja pada saat berlangsung, bersama
dengan riwayat emosi yang mengelilingi peristiwa itu.
3. Suasana hati berfluktuasi sepanjang waktu, efeknya pada kinerja juga
berfluktuasi.
4. Perilaku yang digerakkan emosi berdurasi pendek dan variabilitasnya
tinggi.
5. Bahkan emosi yang positif sekalipun tidak cocok dengan sebuah
pekerjaan yang dilakukan, sehingga memiliki pengaruh negated bagi
pekerjaan itu.

H. Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2017), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur emosi, menjaga emosi, dan
pengungkapan melalui kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi
diri, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat berperan
penting dalam performa kerja karena dalam memberikan keputusan yang
strategis, karena lebih cenderung untuk tidak melibatkan pusat emosi
dalam otak saat proses pengambilan keputusan.
Sebuah studi menunjukkan bahwa mahasiswa mengidentifikasi dan
membedakan antara perasaan sendiri maupun membuat keputusan.
Kecerdasan emosional menjadi sebuah konsep kontroversial dalam
perilaku organisassi dengan pendukung dan penentang.

Berikut argumen-argumen yang mendukung tentang viabilitasnya:

7
a) Daya Tarik Intuisi
Intuisi membuat seseorang dapat mendeteksi emosi orang lain,
mengontrol emosinya sendiri dan mengatasi interaksi social dengan baik
serta mempunyai keunggulan di dalam dunia bisnis.
b) Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria Masalah
Bukti menunjukkan bahwa meskipun lemah tetapi secara konsisten
positif berhubungan dengan performa kerja.
c) Berbasis Biologi
Menurut sebuah studi, orang dengan kerusakan di bagian otak yang
mengatur proses emosional mempunyai tingkat inteligensi yang sama
dengan standard daripada orang tanpa kerusakan yang sama. Tetapi
mereka mempunyai skor yang jauh lebih rendah dan terganggu saat
membuat keputusan dengan baik.
Berikut argumen - argument yang menentang viabilitas:

1. Peneliti Kecerdasan Emosional tidak Sepakat dengan Definisi


Ada beberapa definisi tentang kecerdasan emosional yang
menyebabkan peneliti tidak bisa sepakat akan arti dari kecerdasan
emosional. Beberapa peneliti berfokus pada kecerdasan emosional
dengan menggunakan test jawaban benar dan salah untuk mengukur
kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi. Peneliti lain
berfokus pada kecerdasan emosional sebagai berbagai macam
pemikiran yang dapat diukur dengan self-report dan tidak berhubungan
utama dengan cognitive intelligence.

2. Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur


Bermacam kritik menimbulkan pertanyaan bagaimana cara
mengukur kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional
merupakan sebuah bentuk kecerdasan banyak yang berpendapat harus
ada benar dan salah dalam jawabannya. Tetapi beberapa test self-report
seperti "Saya baik dalam membaca", tidak mempunyai jawaban salah
dan benar. Tetapi, ukuran self-report tersebut dapat menunjukkan
kemampuan non-ability seperti kepercayaan diri.

3. Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian dengan


Label Berbeda
Kecerdasan emosional sangat dekat dengan kepintaran dan
kepribadian sehingga bila mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,
maka kecerdasan emosioal tidak mempunyai hal khusus untuk
ditawarkan.

8
I. Contoh Kasus
a) Kasus
Elon Musk, seorang tokoh yang dikenal karena kepemimpinan
inovatifnya di berbagai Perusahaan. Pada tahun 2022 kita digemparkan
oleh kabar bahwa salah satu platform media sosial terkenal yaitu
“Twitter” telah dibeli oleh CEO Tesla dengan harga yang fantastis
seharga US$ 44 miliar atau setara dengan 668 Triliun. Semenjak kabar
menggemparkan itu tersebar, Elon Musk langsung bergerak cepat
membuat kebijakan-kebijakan baru dalam tubuh perusahaan Twitter.
Namun hal ini dianggap oleh kebanyakan orang menjadi kebijakan
kontroversial dan tidak masuk diakal bahkan oleh karyawan Twitter
sendiri. Adapun kebijakan-kebijakan yang dinilai kontroversial oleh
khalayak banyak :
1. Memecat CEO dan 50% pekerjanya secara sepihak
Hal pertama yang dilakukan oleh Elon Musk ketika menjabat
adalah memecat CEO terdahulu, Parag Agrawal, beserta eksekutif
lainnya seperti CFO dan Head of Legal and Policy. Tak berhenti di
situ, Elon Musk juga melakukan PHK Massal. Sebanyak lebih dari
3 ribu pegawai Twitter di berbagai negara mendapatkan notifikasi
melalui surel bahwa kontrak kerja mereka tidak dilanjutkan—
jumlah ini hampir separuh dari total pekerja Twitter yang berjumlah
7500 orang.
Para pekerja ini dipecat begitu saja tanpa ada penjelasan,
padahal menurut aturan yang berlaku perusahaan seharusnya
memberikan pemberitahuan mengenai layoff 60 hari sebelumnya.
Imbasnya, para pekerja berencana untuk melayangkan gugatan
class action terhadap Twitter. Langkah PHK massal ini juga
terdengar semakin konyol ketika muncul kabar bahwa Twitter kini
ingin agar sejumlah pekerja yang sudah dipecat itu untuk kembali
bekerja di sana. Beberapa dari mereka diminta untuk kembali
karena perusahaan akhirnya menyadari role mereka masih
dibutuhkan.
2. Menghapus kebijakan hari istirahat
Sebagai bagian dari transformasi besar-besaran yang
diterapkannya di Twitter, Elon Musk mengambil langkah
kontroversial dengan menghapus kebijakan hari istirahat di
perusahaan tersebut. Ia percaya bahwa inovasi tidak mengenal
waktu dan bahwa timnya harus siap bekerja keras untuk mencapai
visi yang diinginkan. Dalam sebuah pidato, Musk menjelaskan,
"Kebijakan hari istirahat adalah konsep lama yang tidak relevan

9
lagi. Saya ingin melihat tim Twitter selalu siap untuk merespons
perubahan dan tantangan dengan cepat."
3. Menrevisi kebijakan WFH
Para karyawan yang tidak kena PHK diminta untuk bersiap-siap
menjalani work from office. Elon Musk memang tidak menyukai
sistem remote work, hal ini telah ia tunjukkan juga dalam kebijakan
di bisnisnya yang lain, yaitu Tesla. Pasca pandemi, Elon Musk
menghapus kebijakan remote work di Tesla dan mengharuskan
seluruh karyawan untuk bekerja minimal 40 jam per minggu di
kantor.
Akibat serangkaian kebijakan kontroversial ini, banyak pengguna
maupun pekerja Twitter merasa was-was. Keputusan-keputusan ini juga
membuat Elon Musk terlihat seperti anak kecil yang baru saja
mendapatkan mainan baru, ketimbang terlihat seperti CEO yang
revolusioner. Dalam hitungan hari, ia membuat rentetan keputusan
gegabah yang memengaruhi hajat hidup banyak orang. Masa depan
Twitter pun menjadi kian tak menentu, apalagi setelah diawali dengan
kontroversi.

b) Kesimpulan
Dalam kesimpulan, tindakan-tindakan kontroversial yang diambil
oleh Elon Musk setelah mengakuisisi Twitter menunjukkan campur
aduk pendapat di kalangan pengguna dan karyawan Twitter. Musk
menggemparkan dunia dengan memecat CEO sebelumnya, mengikuti
dengan PHK Massal yang dianggap terlalu tiba-tiba oleh banyak pihak,
bahkan melanggar aturan perusahaan sendiri. Kebijakan menghapus
kebijakan hari istirahat dan memaksa karyawan untuk bekerja di kantor
juga menuai kontroversi, menggambarkan Musk sebagai seorang
pemimpin yang terburu-buru dan kurang mempertimbangkan
kebutuhan dan kenyamanan karyawan.

c) Saran
1. Pentingnya kesadaran emosional, perusahaan sebaiknya
mempromosikan kesadaran emosional di antara karyawan. Ini
dapat mencakup pelatihan mengenai pengenalan emosi dan
kemampuan untuk mengatasi emosi yang negatif.
2. Komunikasi terbuka, fasilitasi komunikasi terbuka antara
manajemen dan karyawan. Dalam suasana hati yang positif,
karyawan lebih cenderung berbagi masalah atau kekhawatiran
mereka, yang dapat membantu mencegah eskalasi emosi negatif.

10
3. Menghargai kebahagiaan dan kesejahteraan, pertimbangkan untuk
menciptakan program atau inisiatif yang mendukung kesejahteraan
karyawan, seperti rekreasi, program kesehatan mental, atau jaminan
kesehatan yang baik.
4. Budaya organisasi yang positif, bangun budaya organisasi yang
mendorong kebahagiaan, kolaborasi, dan dukungan antar-
karyawan. Penciptaan suasana hati yang positif dapat menjadi dasar
untuk meningkatkan produktivitas dan retensi karyawan.
5. Manajemen konflik yang efektif, sediakan pelatihan untuk
manajemen konflik yang efektif. Karyawan akan memiliki
perbedaan pendapat dan konflik, tetapi cara mereka ditangani dapat
memengaruhi suasana hati secara keseluruhan.
6. Kepemimpinan yang empatis, edukasikan pimpinan tentang
kepentingan empati dalam kepemimpinan. Pemimpin yang
memahami dan dapat merasakan emosi karyawan dapat
membangun hubungan yang lebih baik dan mendukung kinerja
yang lebih baik.
7. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, terus-menerus evaluasi dan
perbaiki lingkungan kerja serta kebijakan yang memengaruhi emosi
dan suasana hati karyawan. Perusahaan harus fleksibel dan siap
untuk mengadaptasi pendekatan mereka sesuai dengan umpan balik
dan perkembangan terbaru.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi dan suasan hati sama-sama afektif sifatnya, tetapi mereka
berbeda, suasana hati lebih umum dan kurang kontekstual daripada emosi.
Waktu, peristiwa yang menekan, aktivitas social, serta pola tidur adalah
beberapa factor yang memengaruhi emosi dan suasana hati. Dengan
baiknya emosi dan suasana hati maka akan memudahkan dalam
pengambilan keputusan serta tindakan yang penting untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Emosi dan suasana hati telah terbukti relevan
untuk setiap topic perilaku organisasi dan memiliki implikasi dan praktik
manajerial.

B. Saran
Mungkin inilah yang dapat kami sampaikan pada tugas kelompok ini,
meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita bisa mengambil
sisi positif dari tulisan ini. Jika terdapat kesalahan dari penulisan
kelompok kami, kami mohon maaf karena kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kata salah dan dosa. Oleh karena itu, kami butuh saran
dan kritik agar bisa lebih kami jadikan acuan dan motivasi untuk masa
depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu yaitu Ibu Nur
Afni Oktaviyah S.E., M.Si Karna telah mengajarkan dan membimbing
kami dalam mata kuliah Perilaku Organisasi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi Organizational
Behavior Edisi 16. 2015.
Goleman, 2017. Kecerdasan emosional. Jurnal Ilmiah Didaktika
Robbins dan Judge, 2008. Kecerdasan Emosional Terhadap kepuasan Kerja. E-
Jurnal Manajemen Unud

13

Anda mungkin juga menyukai