Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM PIDANA
Penegakan Hukum Terhadap Kasus Pembunhan Berencana

Dosen Pengampu :

Dr. Tri Astuti Handayani, SH., MM., M.Hum

OLEH

NAMA :
NIM :

Disusun Oleh :

1. Aucha Dewi Puji A. (21.74201.1.018)


2. Jurdan Saputro (21.74201.1.040)
3. Mita Faidah A. (21.74201.1.049)
4. Enggar Rosalinda (21.74201.1.053)

MATA KULIAH HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BOJONEGORO

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Pidana tentang
Penegakan Hukum Terhadap Kasus Pembunuhan Berencana. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
Penegakan Hukum Terhadap Kasus Pembunuhan Berencana dan ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bojonegoro, 29 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..1.1
B. Rumusan Masalah………………………………………………1.2
C. Tujuan……………………………………………………………1.3
D. Manfaat…………………………………………………………..1.4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian………………………………………………………...2.1
2. Unsur-Unsur Pembunuhan Berencana…………………………2.2
3. Analisis Kasus Pembuuhan Berencana…………………………2.3
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………………….3.1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasia dan
Undang- Undang Dasar 1945 yang benar-benar menjunjung tinggi hak asasi manusia serta
menjamin warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan yang tidak
ada kecualinya, sedangkan untuk menjamin kataatan dan kepatuhan terhadap hukum adalah
di tangan semua warga negara. Kejahatan tindak pidana merupakan salah satu bentuk
perilaku menyimpang "' yang selalu ada melekat pada masyarakat, tidak ada masyarakat yang
sepi dari kejahatan.
KUHP Indonesia, dalam pidana pokoknya mencantumkan pidana mati dalam urutan
pertama. Pidana mati di Indonesia merupakan warisan kolonial Belanda, yang sampai saat
ini masih tetap ada. Sementara praktik pidana mati masih diberlakukan di Indonesia, Belanda
telah menghapus praktik pidana mati sejak tahun 1870 kecuali untuk kejahatan militer.
Kemudian pada tanggal 17 Februari 1983, pidana mati dihapuskan untuk semua kejahatan.
Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat menarik, karena pada saat diberlakukan di
Indonesia melalui asas konkordansi, di negara asalnya Belanda ancaman pidana mati sudah
dihapuskan.
Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah "Barang siapa
sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun". Pembunuhan berencana itu
dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang sebagai pembunuban bentuk khusus yang
memberatkan, yang rumusannya dapat berupa "*pembunuhan yang dilakukan dengan
rencana terlebih dahulu dipidana karena pembunuhan dengan rencana". Berdasarkan uraian
tersebut, maka kami membuat makalah ini dengan judul "Makalah Penegakan Hukum
Terhadap Kasus Pembunuhan Berencana".
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan pelaku membunuh korban dengan rencana ?
2. Bagaimana penerapan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan
berencana ?
3. Bagaimana Analisa putusan pengadilan dalam perkara tindak pidana pembunuhan
berencana?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas maka tujuan penelitian ditentukan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang menyebabkan pelaku membunuh korban
?
2. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan
berencana ?
3. Untuk mengetahui Analisa putusan pengadilan dalam perkara tindak pidana pebunuhan
berencana ?
1.4 Manfaat

Sejalan dengan tujuan penelitian,maka penelitian ini diharapkan mengandung manfaat


yaitu :
a. Manfaat yang bersifat teoritis,sebagai sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam
menganalisa tentang penerapan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana
pembunuhan berecana.
b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam hukum
pidana,khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan berencana.
c. Manfaat yang berifat praktis ,sebagai bahan pertimbangan bagi penegak hukum dalam
analisa putusan pengadilan dalam perkara tindak pidana pembunuhan berencana
d. Dapat diajuakan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan rekan mahasiswa,dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembunuhan Berencana


Pengertian pembunuhan mengacu pada 2 (dua) sudut pandang, yaitu:
a. Pengertian Menurut Bahasa
Kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat awalan pe- dan
akhiran –an yang mengandung makna mematikan, menghapuskan (mencoret) tulisan,
memadamkan api dan atau membinasakan tumbuh-tumbuhan.5 Menurut
Purwadarmita (1976:169): “pembunuhan berarti perkosa, membunuh atau perbuatan
bunuh.” Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang yang terlibat, orang
yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut pembunuh
(pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang dihilangkan nyawanya
disebut sebagai pihak terbunuh (korban).
b. Menurut Pengertian Yuridis
Pengertian dari segi yuridis (hukum) sampai sekarang belum ada, kecuali oleh
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri. Pembunuhan berencana adalah
kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan
perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan
pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan.
Pembunuhan berencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan
yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati. Istilah "pembunuhan
berencana" pertama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark
Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu diketahui bahwa
Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun. Ia terbukti bersalah dan
dipenjara seumur hidup.
Pembunuhan berencana diatur dalam Pasal 340 KUHP yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebidahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”
Adapun unsur-unsur dari Pasal 340 KUHP yaitu:
a. Barangsiapa: Merupakan unsur subjek hukum yang berupa manusia dan badan
hukum.
b. Dengan sengaja: Artinya mengetahui dan menghendaki,maksudnya mengetahui
perbuatannya dan menghendaki akibat dari perbuatannya.
c. Dengan rencana: artinya bahwa untuk penerapan pasal 340 KUHP ini harus
memuat unsur yang direncanakan (voorbedachte raad), menurut Simons, jika kita
berbicara mengenai perencanaan terlebih dahulu, jika pelakunya telah menyusun
dan mempertimbangkan secara tenang tindakan yang akan di lakukan, disamping
itu juga harus mempertimbangakn kemungkinan- kemungkinan tentang akibat-
akibat dari perbuatannya, juga harus terdapat jangka waktu tertentu dengan
penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana. Nyawa orang lain: nyawa selain
diri si pelaku tersebut.
Istilah "pembunuhan terencana" pertama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun
1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu
diketahui bahwa Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun. Ia terbukti
bersalah dan dipenjara seumur hidup.
Berdasarkan wacana diatas Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa
manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau
metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari
penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe
pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara
seumur hidup.
Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti Pasal 338 ditambah dengan
unsur dengan direncanakan terlebih dahulu. Lebih berat ancaman pidana pada
pembunuhan berencana, jika dibandingkan dengan pembunuhan Pasal 338 maupun Pasal
339, diletakkan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu itu.
Pasal 340 dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur dalam Pasal 338,
kemudian ditambah dengan satu unsur lagi yakni “dengan direncanakan terlebih dahulu”.
Oleh karena Pasal 340 mengulang lagi seluruh unsur Pasal 338, maka pembunuhan
berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri (een zelfstanding
misdrijf) lepas dan lain dengan pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338).
Berdasarkan apa yang diterangkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa merumuskan
Pasal 340 dengan cara demikian, pembentuk UU sengaja melakukannya dengan maksud
sebagai kejahatan yang berdiri sendiri.
Oleh karena di dalam pembunuhan berencana mengandung pembunuhan biasa (Pasal
338), maka mengenai unsur-unsur pembunuhan berencana yang menyangkut pembunuhan
biasa dirasa tidak perlu dijelaskan lagi, karena telah cukup dibicarakan di muka.
Mengenai unsur dengan direncanakan terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3
syarat/unsur, yaitu:
a. Memutuskan kehendak dalam keadaan tenang;
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak;
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang;
Memutuskan kehendak dalam suasana tenang adalah pada saat memutuskan kehendak
untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana (batin) yang tenang. Suasana (batin) yang
tenang, adalah suasana tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak dalam keadaan terpaksa atau
emosi yang tinggi. Sebagai indikatornya adalah sebelum memutuskan kehendak untuk
membunuh itu telah difikirnya dan dipertimbangkannya telah dikaji untung dan ruginya.
Pemikiran danpertimbangan seperti ini hanya dapat dilakukan apabila ada dalam suasana
hati yang tenang, dan dalam suasana tenang sebagaimana waktu ia memikirkan dan
mempertimbangkan dengan mendalam itulah ia akhirnya memutuskan kehendak untuk
berbuat. Sedangkan perbuatannya tidak diwujudkan ketika itu. Ada tenggang waktu yang
cukup, antara sejak timbulnya/diputuskannya kehendak sampai pelaksanaan keputusan
kehendaknya itu, waktu yang cukup ini adalah relative, dalam arti tidak diukur dari
lamanya waktu tertentu, melainkan bergantung pada keadaan atau kejadian konkret yang
berlaku. Tidak terlalu singkat, karena jika terlalu singkat, tidak mempunyai kesempatan
lagi untuk berfikir, karena tergesa-gesa, waktu yang demikian sudah tidak
menggambarkan suasana yang tenang. Begitu juga tidak boleh terlalu lama. Sebab, bila
terlalu lama sudah tidak lagi menggambarkan ada hubungan antara pengambilan putusan
kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaan pembunuhan.
Dalam tenggang waktu itu masih tampak adanya hubungan antara pengambilan putusan
kehendak dengan pelaksanaan pembunuhan. Sebagai adanya hubungan itu, dapat dilihat
dari indikatornya bahwa dalam waktu itu: (1) dia masih sempat untuk menarik
kehendaknya membunuh, (2) bila kehendaknya sudah bulat, ada waktu yang cukup untuk
memikirkan misalnya bagaimana cara dan dengan alat apa melaksanakannya, bagaimana
cara untuk menghilangkan jejak, untuk menghindari dari tanggung jawab, punya
kesempatan untuk memikirkan rekayasa.
Mengenai adanya cukup waktu, dalam tenggang waktu mana ada kesempatan untuk
memikirkan dengan tenang untung ruginya pembunuhan itu dan lain sebagainya.
Mengenai syarat yang ketiga, berupa pelaksanaan pembunuhan itu dilakukan dalam
suasana (batin) tenang. Bahkan syarat ketiga ini diakui oleh banyak orang sebagai yang
terpenting. Maksudnya suasana hati dalam melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam
suasana yang tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut yang berlebihan dan lain
sebagainya.
Tiga unsur/syarat dengan rencana lebih dulu sebagaimana yang diterangkan di atas,
bersifat kumulatif dan saling berhubungan, suatu kebulatan yang tidak terpisahkan. Sebab
bila sudah terpisah/terputus, maka sudah tidak ada lagi dengan rencana terlebih dahulu.
Pengertian “dengan direncanakan terlebih dahulu” menurut M.v.T pembentukan Pasal 340
diutarakan, antara lain:
“dengan direncanakan terlebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan
berfikir dengan tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berfikir sebentar saja sebelum
atau pada waktu ia akan melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang
dilakukannya.”
M. H. Tirtaamidjaja (Leden Marpaung: 2005: 31), mengutarakan “direncanakan terlebih
dahulu” antara lain sebagai berikut:
“bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan,
untuk berfikir dengan tenang.”
Telah dikemukakan di muka, yang menentukan adanya unsur ini ialah adanya keadaan hati
untuk melakukan pembunuhan, walaupun keputusan pembunuhan itu ada dalam hati
sangat dekat dengan pelaksanaannya. Jika ada rencana maka sudah pasti merupakan moord
(murder) tetapi tidak mesti ada rencana.
Adanya pendapat yang menyatakan bahwa unsur “dengan direncanakan terlebih
dahulu” adalah bukan bentuk kesengajaan, akan tetapi berupa cara membentuk
kesengajaan. Sebagaimana diungkapkan Hermien HK (Adami Chazawi: 2007: 85)
menyatakan bahwa unsur ini bukan merupakan bentuk opzet, tapi cara membentuk opzet,
yang mana mempunyai 3 syarat, yaitu:
a. “Opzet”nya itu dibentuk dengan direncanakan terlebih dahulu;
b. Dan setelah orang merencanakan (opzetnya) itu terlebih dahulu, maka yang penting
ialah caranya “opzet” itu dibentuk (de vorm waarin opzet wordt gevormd), yaitu harus
dalam keadaan yang tenang.
c. Dan pada umumnya, merencanakan pelaksanaan “opzet” itu memerlukan jangka waktu
yang agak lama.
Dengan memperhatikan pengertian dan syarat dari unsur direncanakan terlebih dahulu
sebagaimana yang telah diterangkan di atas, tampaknya proses terbentuknya direncanakan
terlebih dahulu (berencana) memang lain dengan terbentuknya kesengajaan (kehendak).
Proses terbentuknya berencana memerlukan dan melalui syarat-syarat tertentu.
Sedangkan terbentuknya kesengajaan tidak memerlukan syarat-syarat sebagaimana syarat
yang diperlukan bagi terbentuknya unsur “dengan rencana terlebih dahulu”. Terbentuknya
kesengajaan, seperti kesengajaan pada Pasal 338 cukup terbentuk secara tiba-tiba.
Juga dengan melihat pada proses terbentuknya unsur dengan rencana terlebih dahulu,
tampak bahwa kesengajaan (kehendak) sudah dengan sendirinya terdapat di dalam unsur
dengan rencana terlebih dahulu, dan tidak sebaliknya. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa kesengajaan (kehendak) adalah bagian dari direncakan terlebih dahulu.
Umumnya pembunuhan dengan racun merupakan moord atau difikirkan lebih dahulu
karena harus mencari racun dan bagaimana memasukkan ke dalam makanan atau
minuman. Begitu pula pembunuhan dengan menggunakan bom (rakitan).
Contoh “seseorang menyuntikkan racun ke sebuah nenas, lalu menyerahkan kepada
orang lain dan dimakan yang mengakibatkan kematiannya”. Jelas pembunuhan yang
difikirkan lebih dulu karena harus mencari racun dan berfikir dimasukkan ke mana.
Sebaiknya dalam KUHP baru pun diciptakan secara khusus pemberatan pidana
terhadap pembunuhan orang tua atau mertua garis lurus ke atas, misalnya dengan pidana
mati atau pidana seumur hidup, karena kita adalah orang timur yang sangat menghormati
orang tua. Melawan orang tua saja sudah dipandang sebagai perbuatan durhaka, apalagi
membunuh dengan sengaja.
Dalam KUHP Federasi Rusia, delik pembunuhan dengan pemberatannya, diatur secara
terperinci dan beberapa macam. Dikenal:
1. Pembunuhan dua atau lebih orang (di Indonesia dan Belanda berlaku aturan concursus
atau gabungan tindak pidana dengan penambahan pidana dengan sepertiga).
2. Pembunuhan terhadap orang atau keluarganya dalam aktivitas resmi orang itu atau
dalam menjalankan tugas publik.
3. Pembunuhan terhadap orang yang diketahui oleh pembunuh dalam keadaan tidak
berdaya dan juga pembunuhan melalui penculikan atau untuk menahan sandera.
4. Pembunuhan terhadap perempuan yang diketahui oleh pembunuh dalam keadaan
hamil.
5. Pembunuhan yang dilakukan dengan sangat kejam.
6. Pembunuhan yang dilakukan secara umum dan sangat berbahaya.
7. Pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok orang melalui persekongkolan atau
kelompok terorganisasikan.
8. Pembunuhan dengan motif tanpa kasihan dengan menyewa, atau disertai dengan
perampokan dengan kekerasan, pemerasan atau secara bandit.
9. Pembunuhan yang dilakukan dengan sangat jahat.
10. Pembunuhan yang dilakukan untuk menyembunyikan kejahatan lain atau untuk
memudahkan pelaksanaannya dan juga pembunuhan yang disertai dengan perkosaan
atau tindakan seksual yang lain.
11. Pembunuhan yang dilakukan karena alas an nasional, rasial, atau kebencian agama
atau permusuhan darah.
12. Pembunuhan dengan tujuan untuk memperoleh organ atau jaringan tubuh.
Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan direncanakan yaitu kalau pelaksanaan
pembunuhan yang dimaksud pasal 338 itu dilakukan seketika pada waktu timbul niat,
sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk
mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu akan dilaksanakan. Jarak waktu antara
timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan pembunuhan itu masih demikian luang,
sehingga pelaku masih dapat berfikir, apakah pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan,
atau pula nmerencana dengan cara bagaimana ia melakukan pembunuhan itu.
Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku sebelum
pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Untuk pembunuhan
direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi pelaku. Didalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan
pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan direncanakan
terlebih dulu kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berfikir
secara tenang tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk memberi kesempatan guna
membatalkan pelaksanaannya. Direncanakan terlebih dulu memang terjadi pada seseorang
dalam suatu keadaan dimana mengambil putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang
ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan
pelaksanaannya.

2.2 Unsur –Unsur Pembunuhan Berencana


Pembunuhan berencana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unsur Subyektif:
a) Dengan sengaja atau Opzettelijk
b) Dengan rencana terlebih dahulu atau voorbedachte
2. Unsur Obyektif
a) Beroven atau menghilangkan
b) Leaven atau nyawa
c) Een ander atau orang lain.2
Tentang apa yang di maksud dengan pembunuhan berencana atau di rencanakan lebih dulu itu
undang-undang ternyata telah tidak memberikan penjelasannya hingga wajar apabila di dalam
doktrin timbul pendapat untuk menjelaskan arti yang sebenarnya dari kata pembunuhan
berencana.
2.3 Analisis Kasus Pembunuhan Berencana
PEMBUNUHAN MAHASISWA PALEMBANG,MAYAT DIBAWA PULANG
PELAKU LALU DIBAKAR .
• Korban : Febri Setiawan (20)
• Tersangka : Haidar (20)
• Waktu : Rabu,23 November 2022
• Lokasi : Desa Giri Mulya,Kecamatan Belintang Jaya,Kabupaten OKU
timur,Sumatera Selatan.
• Modus : Ingin mengambil alih mobil korban lalu menjualnya,uangnya hendak
dipakai untuk membeli narkoba jenis ekstasi/inex.

KRONOLOGI :
Pembunuhan sadis terhadap Febri Setiawan(20) mahasiswa Institut Global Mandiri
Palembang,Sumatera Selatan yang dibunuh oleh teman sekampusnya yang merupakan kakak
tingkat korban tersangkar Haidar(20).Seperti diketahui,Febri tewas dengan kondisi tubuh
dibakar disemak pinggir jalan di Desa Giri Mulyo,Kecamatan Belitang Jaya,Kabupaten OKU
Timur,Sumatera Selatan.
Rencana pembunuhan itu muncul Ketika Haidar yang menjadi pecandu narkoba ini hendak
membeli pil ekstasi di Kecamatan Tulung Selapan,Kabupaten OKI,Sumatera Selatan.Motifnya
adalah tersangka ingin mengambil alih mobil korban lalu menjualnya dan uang hasil
penjualannya untuk membeli pill inex.Tersangka mengaku,sebelumnya sempat menjalani
rehab di Palembang pada tahun 2021 atas penggunaan inex. Namun,ia ingin Kembali
menggunakan ekstasi lantaran adanya pesta dikawasan Tulung Selapan,Kbupaten
OKI,Sumatera Selatan.
Saat itu,Haidar (20) mengajak korban ke Kawasan Tanjung Senai,Kabupaten Ogan
Ilir,dengan menggunakan mobil honda brio milik korban.Sesampainya dilokasi korban
langsung dihabisi dengan senjata tajam jenis sangkur sampai akhirnya tewas.Senjata itu
dihujamkan ke bagian dada,perut,dan leher bagian belakang korban.Usai dibunuh,mayat
korban dibawa kerumah tersangka di Desa Tegal Rejo,Belitang,OKU Timur,Sumatera
Selatan.Jenazah itu dimasukkan ke bagasi mobil dan diparkir dirumah tersangka.Jenazah itu
dibiarkan didalam bagasi selama satu malam.Karena takut aksinya ketahuan akhirnya keesokan
harinya tersangka membawa jenazah korban lalu membakar tubuh korban dengan 2 liter bensin
dan membuangnya disemak pinggir jalan.Pada akhirnya jenazah ditemukan oleh Rufaili(44)
Kepala Desa Rejosari Jaya,Kecamatan Belitang.Saat mayat detemukan pihak berwajib
langsung melakukan penyelidikan,hasilnya mobil korban yang dikendarai pelaku terekam cctv
sehingga langsung dilakukan pengangkapan.Saat proses penangkapan berlangsung tersangka
melakukan perlawanan terhadap petugas sehingga ia dilumpuhkan dengan tembakan dikaki.
❖ Atas perbuatannya,Haidar(20) diancam dengan pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan
Berencana jo pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan pasal 365 KUHP tentang
pencurian dengan kekerasan dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati.
❖ Berdasarkan kasus pelaku termasuk melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
(moord).Moord adalah salah satu jenis pembunuhan dimana memuat unsur yang
memberatkan ( qequalificeerde doodslag)yaitu berupa unsur perencanaan
(voorbedachteraad).Maka,pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.
Pasal 340 KUHP : “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun ."

Unsur-unsur pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana:

1.Unsur Subjektif
• Dengan Sengaja
Unsur dengan sengaja disini dapat dilihat dari sisi pelaku Haidar,yang mana disitu
pelaku langsung menghabisi nyawa korban saat sampainya ditempat yang dituju
sebelumnya yaitu Kawasan Tanjung Semai,Kabupaten Ogan Ilir,Sumatera Selatan.
• Dan dengan rencana terlebih dahulu
Unsur dengan rencana terlebih dahulu disini dapat dilihat dari sisi pelaku Haidar, yang
mana mengajak korban ke Kawasan yang telah disebut diatas dengan menggunakan
mobil korban.Dan juga yang mana pelaku tentunya telah menyiapkan senjata tajam
nerupa sangkur yang digunakan pelaku untuk menghabisi korban.

2.Unsur Objektif
• Perbuatan menghilangkan nyawa
1. Unsur ini diisyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang lain dan
bukan dirinya sendiri atau pelaku.
2. Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya senditi si
pelaku.
3. Dalam rumusan tindak pidana pasal 338 KUHP tidak ditentukan bagaimana cara
melakukan perbuatan pembunuhan tersebut,tidak ditentukan alat apa yang
digunakan tersebut,tetapi Undang-undang hanya menggariskan bahwa akibat dari
perbuatannya itu yakni menghilangkan jiwa orang lain atau matinya oranglain.
4. Kematian tersebut tidakperlu terjadi seketika itu atau sesegera itu,tetapi mungkin
kematian dapat timbul kemudian.
5. Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya oranglain tersebut harus
sesuatu perbuatan,walaupun perbuatan itu kecil yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau matinya oranglain.
• Obyeknya : Nyawa orang lain

Adapun kasus yang disebutkan diatas terdapat syarat-syarat yang merupakan perbuatan
menghilangkan nyawa oranglain yang harus dipenuhi:
1. Adanya wujud perbuatan
2. Adanya suatu kematian (orang lain)
3. Adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara perbuatan dan akiat kematian
(orang lain ).

❖ Pasal 340 KUHP jo Pasal 338 KUHP

Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti pasal 338 KUHP ditambah dengan
adanya unsur dengan rencanaterlebih dahulu mengandung 3 syarat/unsur yaitu :
1. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
2. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan.
3. Pelaksanaan kehendak (perbuatan)dalam suasana tenang.
Maka orang tersebut dapat dikenai pasal 340 KUHP,tentang pembunuhan
berencana,karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya
atau terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya,dimana dalam
tenggang waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai
hal,misalnya memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam
pelaksanaannya ataukah tidak,dengan cara apa kehendak itu akan diwujudkan.Maka
pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP ),dan bukan
lahi pembunuhan biasa.

❖ Pasal 365 ayat 1 dan ayat 3


1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan
maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,
atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
3 Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Disini dijerat dengan pasal dikarenakan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unsur Objektif
a. Mengambil barang yang seluruhnya atau sebagagian
b. Kepunyaan orang lain.
2. Unsur Subjektif
a. Dengan Maksud untuk memiliki
b. Secara melawan hukum
Mengapa terjerat pasal pencurian ? karena disini pelaku atau tersangka telah memenuhi unsur-
unsur dari pasal pencurian diatas.Yang mana disini pelaku melakukan pembunuhan dengan
motif ingin memiliki mobil korban yang rencananya akan dijual dan uang hasil penjualannya
akan digunakan untuk membeli ekstasi atau inex.Dari sini bisa dilihat bahwa korban telah
memenuhi unsur-unsur diatas baik unsur objektif maupun subjektif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembunuhan berencana ialah pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa dengan
direncanakan terlebih dahulu, misalnya, dengan berunding dengan orang lain atau setelah
memikirkan siasat-siasat yang akan dipakai untuk melaksanakan niat jahatnya itu dengan
sedalam-dalamnya terlebih dahulu, sebelum tindakan yang kejam itu dimulainya.
Pembunuhan berencana merupakan suatu tindak pidana kejahatan.
Pembunuhan berencana muncul dikarenakan oleh faktor-faktor antara lain yaitu :

1) Unsur subjektif terdiri dari :


• Dengan sengaja
• Dengan terlebih dahulu

2) Unsur objektif terdiri dari :


• Perbuatan: menghilangkan nyawa
• Objeknya: nyawa orang lain

Apabila salah satu unsur diatas terpenuhi maka seseorang dapat ditetapkan sebagai
pelaku tindak pidana pembunuhan berencana. Setelah ada bukti-bukti dan saksi yang kuat
maka pelaku tindak pidana dapat dituntut dipengadilan.
DAFTAR PUSTAKA

P.A.F Lamintang, dan Theo Lamintang. 2012. KEJAHATAN TERHADAP NYAWA,


TUBUH, DAN KESEHATAN, Jakarrta: SINAR GRAFIKA
Hamzah , Andi.2011. Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP, Jakarta:
SINAR GRAFIKA
https://regional.kompas.com/read/2022/11/24/154500078/kasus-pembunuhan-mahasiswa-di-
palembang-mayat-disimpan-di-bagasi-mobil?page=3

Anda mungkin juga menyukai