PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan
karena merupakan suatu kejahatan. Jika seseorang melakukan suatu tindak pidana
maka ia harus dipidanakan. Kata “Pidana” berarti hal yang “dipidanakan“, yaitu yang
oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai halyang
tidak enak dirasakannnya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan
(Prodjodikoro, 1989:1).
kesejahteraan baik secara materiil maupun secara spirituil. Sedangkan fungsi hukum
perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi berupa pidana yang sifatnya
lebih tajam apabila dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang lainnya
(Sudarto, 1988:10).
yang tiada henti diperdebatkan. Kejahatan merupakan problema manusia, oleh karena
itu dimana ada manusia disitu pasti ada kejahatan (Mada Dana Weda, 1996:2).
dan rawan serta senantiasa menarik untuk dibicarakan. Hal ini dapat dipahami karena
persoalan kejahatan itu sendiri dalam tindakan yang merugikan dan bersentuhan
langsung dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu upaya dan langkah-langkah
merupakan salah satu bentuk kejahatan yang cukup mendapat perhatian di kalangan
nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun. Perampasan itu sangat
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya” (Faisal Husseini,
2013:2). Apabila kita melihat ke dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-XIX
KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni Pasal 338 KUHP sampai dengan Pasal
merupakan suatu perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Pembunuhan dengan rencana (moord)
atau disingkat dengan pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh
(KUHP), Pasal 340 KUHP “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana,
Dalam kasus di Pengadilan Tinggi Banten Nomor : 15 / PID / 2012 / PT. BTN
Sahlan Bin Hasan terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap
akhirnya Terdakwa dijatuhi dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun.
Putusan tersebut lebih ringan satu tahun dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yakni
tahun. Atas putusan tersebut Terdakwa dan Penasehat Hukum Terdakwa mengajukan
Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Pertama kepada Terdakwa terlalu berat. Tim
Penasehat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa Terdakwa yang dalam keadaan tidak
mampu bertanggung jawab yaitu (Hasil Chek Up dari Exekutif Medical Chek Up)
terdakwa didapat kesan hipertensistoge II dan depresi dan dari pemeriksaan psikiater
didapat kesan mudah cemas berlebihan karena Hipertensi, sebenarnya masih dalam
batas normal. Selain itu, pernyataan dari Abdullah H. Ahmad yang diketahui Kepala
Desa Teme Kabupaten Bima tanggal 09 Agustus 2011, menyatakan bahwa terdakwa
pada waktu berumur 12 tahun telah mengalami depresi sering takut dan menyendiri
karena ada gangguan jiwa. Ternyata menurut hemat Pengadilan Tingkat Banding
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, penulis merasa tertarik mengkaji
lebih dalam tentang penerapan hukum dan pertimbangan hakim terhadap tindak
pidana pembunuhan berencana tersebut. Untuk itu penulis mengangkat skripsi dengan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
C. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan ini, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu :
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
mahasiswa jurusan Ilmu Hukum pada khususnya sebagai bahan referensi bagi
hukum pidana pada khususnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
2. Manfaat Praktis