Latar Belakang
Hukuman mati merupakan salah satu hukuman tertua di dunia yang resmi
diakui bersamaan dengan adanya hukum tertulis yaitu sejak adanya undangundang Raja Hamurabi di
Babilonia pada abad ke-18 sebelum masehi. Hingga
Juni 2006 hanya 68 negara yang masih menerapkan hukuman mati, termasuk
facto tidak menerapkan) hukuman mati dan total 129 negara melakukan abolisi
mati tetap pada pendirian, bahwa hukuman mati tetap harus dilaksanakan untuk
pertama kali dilaksanakan pada tahun 1980, penjahat kelas kakap Kusni Kasdut
waktu 1945 sampai 2015, orang yang menjalani pidana mati ternyata hanya
sedikit. Ada 303 orang yang dijatuhi pidana mati, ternyata hanya 91 orang yang
Ada beberapa pandangan tentang pelaksanaan hukuman mati yaitu: menurut pandangan Islam,
menurut hukum HAM internasional, menurut konstitusi dan peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Didalam hukum positif (yang berlaku) di Indonesia, baik dalam KUHP Nasional maupun
perundang-undangan, hukuman mati ada tercantum dengan jelas, bahkan tata cara pelaksanaannya pun
juga telah diatur dengan jelas. Maka dari sudut hukum (legalistik) tidak ada hal yang harus
diperdebatkan. Dalam menyikapi tentang hukuman mati dikaitkan dengan 3 (tiga) tujuan hukum, yaitu :
keadilan, kepastian hukum dan manfaat/kegunaan. Dari aspek keadilan, maka penjatuhan hukuman
mati seimbang dengan tindak kejahatan yang dilakukannya. Dari aspek kepastian hukum, yaitu
ditegakkannya hukum yang ada dan diberlakukan, menunjukkan adanya konsistensi, ketegasan, bahwa
apa yang tertulis bukan sebuah angan-angan, khayalan tetapi kenyataan yang dapat diwujudkan dengan
tidak pandang bulu. Dari aspek manfaat/kegunaan, hukuman mati akan membuat efek jera kepada
orang lain yang telah dan akan melakukan kejahatan, serta juga dapat memelihara wibawa pemerintah
dan penegak hukum.
(vergelding-theorie)
a. Pidana pokok:
1. Hukuman mati
2. Hukuman penjara
3. Hukuman kurungan
4. Hukuman denda
b. Pidana tambahan:
2. Mengajak negara asing untuk menyerang Indonesia: Pasal 111 ayat 2 KUHP;
3. Memberikan pertolongan kepada musuh pada saat Indonesia dalam keadaan perang: Pasal 124 ayat 3
KUHP;
6. Pencurian dan kekerasan oleh dua orang atau lebih dan mengakibatkan seseorang mengalami luka
berat atau mati: Pasal 365 ayat 4 KUHP;
7. Menganjurkan pemberontakan atau huru hara para buruh terhadap peusahaan pertahanan negara
waktu perang: Pasal 124 bis;
8. Menipu dalam menyerahkan barang keperluan angkatan perang saat perang: Pasal 127 dan Pasal 129;
10. Pembajakan di laut, tepi laut, pantai, sungai yang menyebabkan ada orang yang mati: Pasal 444.
C. Kesimpulan
hukum positif Indonesia yaitu Pasal 10 KUHP dan termasik sebagai pidana
pokok, hal tersebut juga didukung dengan kualifikasi tindak pidana yang
pidana mati.