3/Mar/2016
PIDANA MATI MENURUT HUKUM NASIONAL hukum pidana Indonesia bersumber pada KUHP
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM dan UU yang bersangkutan, sedangkan pidana
ISLAM1 mati dalam hukum Islam bersumber pada Al-
Oleh: Muh. Amin Arifin2 Qur’an dan Hadits). Hubungan pidana mati
hukum pidana Indonesia/nasional terhadap
ABSTRAK hukum Islam terdapat juga dalam peraturan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang telah
mengetahui bagaimanakah tata cara mengeluarkan Fatwa mengenai dibolehkannya
pelaksanaan pidana mati menurut hukum negara menjatuhkan hukuman mati terhadap
nasional dan bagaimanakah sinkronisasi pidana pelaku pembunuhan dalam hal ini
mati hukum nasional terhadap hukum Islam, menhilangkna nyawa orang lain baik itu dalam
yang dengan menggunakan metode penelitian bentuk narkotika maupun pembunuhan secara
hukum normatif disimpulkan bahwa: 1. langsung, sebagaimana penetapan pidana mati
Pelaksanaan pidana mati yang sudah diterapkan bagi pelaku narkotika ataupun
mempunyai kekuatan hukum tetap, harus pembunuhan berencana dalam hukum pidana
dengan keputusan presiden, Pelaksanaan Indonesia/nasional.
pidana mati dilakukan dengan ditembak sampai Kata kunci: pidana mati, Islam
mati, cara-cara pelaksanaan pidana mati telah
diatur dalam Perkap (Peraturan Kapolri) No. 12 A. Latar Belakang
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pidana Mati, Sejalan dengan pidana Indonesia yang
Undang-Undang No. 2 Pnps tahun 1964, menerapakan pidana mati bagi pelaku
beserta terdapat juga pada Rancangan Kitab kejahatan tertentu, dalam Islam juga dikenal
Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). adanya pidana mati yang dikenal dengan
Pelaksanaan hukuman mati di Indonesia bukan qishash yang artinya pembalasan yang sepadan.
semata-mata bertujuan utuk mengurangi atau Menurut sebagian orang, makna dari qishash
menghilangkan sama sekali dari hak-hak asasi ini adalah si pelaku kejahatan. Bila ia melakukan
manusia. Namun di dalam pelaksanaannya pembunuhan, maka ia akan dihukum mati, bila
lebih kepada tanggungjawab negara melindungi ia melukai anggota tubuh korbannya, maka ia
warga negaranya setiap tindakan yang akan mendapat pembalasan dengan dilukai
diperbuat oleh warga negaranya. Tujuan anggota tubuhnya seperti luka yang diderita
pemberlakuan hukuman mati untuk korbannya.3
memberikan balasan besrta efek jera bagi Adapun yang menjadi dasar hukum qishash
pelaku kejahatan, dari aspek kemanusiaan terdapat dalam Al-Qur’an pada surah Al-
hukuman mati diperlukan guna melindungi Baqarah ayat 178-179 dan surah Al-Maa’idah
masyarakat dari perbuatan orang jahat dan ayat 45. Pada surah tersebut menjelaskan dasar
untuk kemaslhatan umat manusia. 2. hukum, klasifikasi, teknis, tujuan, fungsi dan
Sinkronisasi atau hubungan pidana mati hukum hikmah qishash. Benang merahnya adalah
pidana Indonesia/nasional terhadap hukum “dengan membunuh orang yang membunuh
Islam terdapat pada persamaan dan perbedaan orang lain tanpa hak, akan terjamin kehidupan
yang paling pokok diantara keduanya, yaitu orang lain, bahkan kehidupan banyak orang”. 4
Persamaannya terletak pada tujuan Dari dua Qur’an surah di atas, dapat dikatakan
pemidanaannya antara pidana mati menurut bahwa Islam sangat menjunjung tinggi
hukum pidana Indonesia dan hukum Islam mengenai kehidupan, sebagaimana kesimpulan
merupakan upaya yang terakhir dilakukan bahwa Qishash ialah mengambil pembalasan
apabila upaya yang lain untuk menangani yang sama; dan qishash itu tidak dilakukan, bila
kejahatan tidak berhasil. terletak pada sumber yang membunuh mendapat maaf dari ahli waris
dan sistem yang digunakan (pidana mati dalam
3
Lihat:http://bimoadiwicaksono.blogspot.co.id/2010/08/
1
Artikel skripsi. Pembimbing skripsi: Tonny Rompis, SH, perbandingan-pidana-mati-dalam.html?m=1 Di akses
MH dan Roy R. Lembong, SH, MH. pada hari Jum’at tanggal 16 oktober 2015 pada jam 14:10.
2 4
Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi, Manado; NIM: Burlian, Paisol, Implementasi Konsep Hukuman Qishash
120711140. di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2014), hlm. 12.
172
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
yang terbunuh yaitu dengan membayar diat Undang Grasi No. 3 Tahun 1950 L.N. No. 40
(ganti rugi) yang wajar.5 Tahun 1950. Ditentukannya ketentuan ini di
Eksistensi pidana mati juga diakui oleh dalam Undang-Undang Grasi, berarti bahwa
(Majelis Ulama Indonesia) MUI. Majelis Ulama terpidana tidak memohon grasi, niscaya
Indonesia mendukung keputusan pemerintah kesalahan hakim sejauh mungkin harus dicegah
dalam menghukum mati para bandar narkotika dengan cara turun tangannya presiden. Dan
dan obat-obatan berbahaya karena narkoba apabila ternyata di dalam Keputusan Presiden,
memiliki dampak negatif yang besar terhadap pidana mati tersebut tetap akan dilaksanakan,
masyarakat. MUI telah mengeluarkan Fatwa pidana mati tersebut harus mendasari
Nomor 53 Tahun 2014 terkait dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang
hukuman bagi produsen, bandar, penegedar, No. 2 Pnps tahun 1964.
dan penyalahgunaan narkoba. Ini adalah salah Pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan
satu fatwa MUI dari 5 fatwa yang dikeluarkan. 6 ditembak sampai mati, cara-cara pelaksanaan
Dengan fatwa ini menegaskan bahwa Islam pidana mati diatur dalam Perkap (Peraturan
mendunkung adanya penerapan pidana mati di Kapolri) No. 12 Tahun 2010 tentang
Indonesia sebagai salah satu hukuman bagi Pelaksanaan Pidana Mati, Undang-Undang No.
pelaku kejahatan luar biasa (Extra Ordinary). 2 Pnps tahun 1964, dan Rancangan Kitab
Berdasarkan uraian latar belakang Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).
permasalahan di atas, penulis ingin mengkaji Undang-Undang No. 2 Pnps tahun 1964
lebih lanjut dalam perspektif yuridis mengenai mengatur untuk terpidana justiabel peradilan
pidana mati menurut hukum nasional dalam sipil dan yustiabel peradilan militer. Terpidan
hubungannya dengan hukum islam, dalam justiabel peradilan sipil diatur dalam Pasal 2
sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi sampai dengan Pasal 16 Undang-Undang No. 2
dengan judul “Pidana Mati Menurut Hukum Pnps tahun 1964, sedangkan untuk terpidana
Nasional Dalam Hubungannya Dengan Hukum yustiabel peradilan militer diataur dalam Pasal
Islam”. 17. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 2
tahun 1964, ketentuan dalam Pasal 11 KUHP
B. Rumusan Masalah sudah tidak berlaku lagi,7 menurut Pasal 11
1. Bagaimanakah tata cara pelaksanaan pidana KUHP, pidana mati dijalankan oleh algojo di
mati menurut hukum nasional? tempat gantungan dengan menjeratkan tali
2. Bagaimanakah sinkronisasi pidana mati yang terikat di tiang gantungan pada leher
hukum nasional terhadap hukum Islam? terpidana kemudian menjatuhkan papan
tempat terpidana berdiri. Pelaksnaan pidana
C. Metode Penelitian mati kemudian diubah oleh Undang-Undang
Untuk memperoleh dan mencari data yang No. 2 Pnps Tahun 1964, yaitu pidana mati yang
di butuhkan dalam penulisan ini digunakan dijatuhkan di lingkungan peradilan umum atau
pendekatan yuridis normative. peradilan militer dilakukan ditembak sampai
mati.8 Berikut tata cara pelaksanaan pidana
PEMBAHASAN mati menurut Undang-Undang No. 2 Pnps
A. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Tahun 1964, Perkap No. 12 Tahun 2010 tentang
Menurut Hukum Nasional Pelaksanaan Pidana Mati, dan Rancangan Kitab
Pelaksanaan pidana mati yang sudah Undang-Undang Hukum Pidana.
mempunyai kekuatan hukum tetap, harus 1. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Menurut
dengan keputusan presiden, meskipun menolak Undang-Undang No. 2 Pnps Tahun 1964,
untuk memohon grasi dari Presiden. Hal ini yaitu sebagai berikut:
diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang- a. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati, di
5
Lingkungan Peradilan Umum.
Irmansyah, Ariestandi, Rizky, Hukum, Hak Asasi Manusia,
dan Demokrasi, (Balikpapan, Graha Ilmu, 2013), hlm. 93.
Pasal 2
6
Lihat:http://mui.or.id/homepage/berita/berita-
7
singkat/mui-dukung-hukuman-mati-bandar-narkoba.html. Prasetyo, Teguh, Op,Cit, hlm. 119-120.
8
Di akses pada hari Minggu tanggal 24 Januari 2016 pada Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di
jam 21:15. Indonesia, (Manado, Rajawali Pers, 2012), hlm. 241.
173
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
(1) Jika tidak ditentukan lain oleh (1) Tiga kali dua puluh empat jam
Menteri Kehakiman, pidana mati sebelum saat pelaksanaan pidana
dilaksanakan dalam daerah hukum mati, Jaksa Tinggi/Jaksa tersebut
pengadilan yang menjatuhkan memberitahukan kepada terpidana
putusan dalam tingkat pertama). tentang akan dilaksanakannya
(2) Pidana mati yang dijatuhkan atas pidana tersebut.
dirinya beberapa orang dalam satu (2) Apabila terpidana hendak
putusan, dilaksanakan secara mengemukakan sesuatu, maka
serempak pada waktu dan tempat keterangan atau pesannya itu
yang sama, kecuali jika terdapat diterima oleh Jaksa Tinggi/Jaksa
hal-hal yang tidak memungkinkan tersebut.
pelaksanaan demikian itu. Pasal 7
Pasal 3 Apabila terpidana hamil, maka
(1) Kepala Polisi daerah tempat pelaksanaan pidana mati baru dapat
kedudukan pengadilan tersebut dilaksanakan empat puluh hari setelah
dalam Pasal 2, setelah mendengar anaknya dilahirkan..
nasehat Jaksa Tinggi/Jaksa yang Pasal 8
bertanggungjawab atas Pembela terpidana, atas permintaannya
pelaksanaannya, menentukan sendiri atau atas permitaan terpidana,
waktu dan tempat pelaksanaan dapat menghadiri pelaksanaan pidana
pidana mati. mati.
(2) Jika dalam penentuan waktu dan Pasal 9
tempat itu tersangkut wewenang Pidana mati tidak dilaksanakan di muka
Kepala Polisi Komisariat Daerah umum dan dengan cara sesederhana
lain, maka Kepala Polisi Komisariat mungkin, kecuali ditetapkan lain oleh
tersebut dalam ayat (1) presiden.
merundingkannya dengan Kepala Pasal 10
Polisi Komisariat Daerah lain itu. (1) Kepala Polisi Daerah membentuk
(3) Kepala Polisi Komisariat Daerah suatu Regu Penembak dari Brigade
tersebut dalam ayat (1) Mobile yang terdiri dari seorang
bertanggungjawab atas keamanan Bintara, 12 orang Tamtama, di
dan ketertiban sewaktu bawah pimpinan seorang Perwira.
pelaaksanaan pidana mati dan (2) Khusus untuk pelaksanaan tugasnya
menyediakan tenaga-tenaga serta ini, Regu Penembak tidak
alat-alat yang diperlukan untuk itu. memepergunakan senjata
Pasal 4 organiknya.
Kepala Polisi Komisariat Daerah (3) Regu Penembak ini berada di
tersebut dalam Pasal 3 ayat (1) atau bawah perintah Jaksa Tinggi/Jaksa
Perwira yang ditunjuk olehnya tersebut dalam Pasal 4 sampai
menghadiri pelaksanaan pidana mati selesai pelaksanaan pidana mati.
tersebut bersama-sama dengan Jaksa Pasal 11
Tinggi/Jaksa yang bertanggungjawab (1) Terpidana dibawa ke tempat
atas pelaksanaannya. pelaksanaan pidana dengan
Pasal 5 pengawalan polisi yang cukup.
Menunggu pelaksanaan pidana mati, (2) Jika diminta, dapat disertai oleh
terpidana ditahan dalam penjara atau seorang perawat rohani.
di tempat lain yang khusus ditunjuk (3) Pidana berpakaian sederhana dan
oleh Jaksa Tinggi/Jaksa tersebut dalam tertib.
Pasal 4. (4) Setiba di tempat pelaksanaan
Pasal 6 pidana mati, komandan pengawal
menutup mata terpidana dengan
174
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
sehelai kain, kecuali terpidana tidak pada kepala terpidana tepat di atas
menghendakinya. telinganya.
Pasal 12 (5) Untuk memperoleh kepastian
(1) Terpidana dapat menjalani pidana tentang matinya terpidana dapat
secara berdiri, duduk atau berlutut. diminta seorang dokter.
(2) Jika dipandang perlu, Jaksa Pasal 15
Tinggi/Jaksa yang (1) Penguburan diserahkan kepada
bertanggungjawab dapat keluarganya atau sahabat
memerintahkan supaya terpidana terpidana, kecuali jika berdasarkan
diikat tangan serta kakinya ataupun kepentingan umum Jaksa
diikat kepada sandaran yang khusus Tinggi/Jaksa yang
dibuat untuk itu. bertanggungjawab memutuskan
Pasal 13 lain.
(1) Setelah terpidana siap ditembak, (2) Dalam hal terakhir ini, dan juga
Regu Penembak dengan senjata kemungkinan tidak ada
sudah terisi menuju ke tempat yang pelaksanaan penguburan oleh
ditentukan oleh Jaksa Tinggi/Jaksa keluarganya atau sahabat terpidana
tersebut dalam Pasal 4. maka penguburan diselenggarakan
(2) Jarak antara titik di mana terpidana oleh Negara dengan mengindahkan
berada dan tempat Regu Penembak cara penguburan yang ditentukan
tidak boleh melebihi 10 meter dan oleh agama/kepercayaan yang
tidak boleh kurang dari 5 meter. dianut oleh terpidana.
Pasal 14 Pasal 16
(1) Apabila semua persiapan telah (1) Jaksa Tinggi/Jaksa yang disebut
selesai, Jaksa Tinggi/Jaksa yang dalam Pasal 4 harus membuat
bertanggungjawab untuk berita acara daripada pelaksanaan
pelaksanaannya, memerintahkan pidana mati.
untuk memulai pelaksanaan pidana (2) Isi daripada berita acara itu
mati. disalinkan ke dalam Surat Putusan
(2) Dengan segera para pengiring Pengadilan yang telah mendapat
terpidana menjauhkan diri dari kekuatan pasti dan ditandatangani
terpidana. olehnya, sedang pada berita acara
(3) Dengan menggunakan pedang harus diberi catatan yang
sebagai isyarat, Komando Regu ditandatangani dan yang
Penembak memberi perintah dinyatakan bahwa isi berita acara
supaya bersiap, kemudian dengan telah disalinkan ke dalam Surat
menggerakkan pedangnya ke atas Putusan Pengadilan bersangkutan.
ia memerintahkan Regunya untuk (3) Salinan tersebut mempunyai
membidik pada jantung terpidana kekuatan yang sama seperti aslinya.
dan dengan menyetakkan b. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati,
pedangnya ke bawah secara cepat, di Lingkungan Peradilan Militer.
dia memberikan perintah untuk Pasal 17
menembak. Tata cara pelaksanaan pidana mati yang
(4) Apabila setelah penembakan itu, dijatuhkan oleh pengadilan di
terpidana masih memperlihatkan lingkungan peradilan militer dilakukan
tanda-tanda bahwa ia belum mati, menurut ketentuan termaksud dalam
maka Komandan Regu segera Bab I dan II, dengan ketentuan bahwa:
memerintahkan kepada Bintara a. Kata-kata “Menteri Kehakiman”
Regu Penembak untuk melepaskan termaksud dalam Pasal 2 harus
tembakan pengakhir dengan dibaca “Menteri/Panglima
menekan ujung laras senjatanya Angkatan yang bersangkutan”;
175
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
b. Kata-kata “Kepala Polisi Komisariat Indonesia dan hukum Islam merupakan upaya
Daerah” dalam Bab II harus dibaca yang terakhir dilakukan apabila upaya yang lain
“Panglima/Komandan Daerah untuk menangani kejahatan tidak berhasil.
Militer”; Kedua, adanya pelaksanaan pidana mati.
c. Kata-kata “Jaksa Tinggi/Jaksa” Menurut pidana Indonesia pengawasannya
dalam Bab II harus dibaca “Jaksa dilakukan oleh Kepala Polisi Komisariat Daerah,
Tentara/Oditur militer”; sedangkan menurut hukum Islam pengawasan
d. Kata-kata “Brigade Mobile” dalam dilakukan oleh penguasa setempat. Ketiga,
Pasal 10 ayat (1) dan “Polisi” dalam pidana mati merupakan pidana pokok menurut
Pasal 11 ayat (1) hrus dibaca hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.
“militer”; Keempat, pidana mati masih diberlakukan
e. Pasal 3 ayat (1) harus dibaca “Jika dalam hukum pidana Indonesia dan hukum
dalam penentuan waktu da tempat Islam. Perbedaannya yaitu Pertama, terletak
itu tersangkut wewenang pada sumber dan sistem yang digunakan
Panglima/Komandan Daerah (pidana mati dalam hukum pidana Indonesia
tempat kedudukan pengadilan bersumber pada KUHP dan UU yang
militer yang menjatuhkan putusan bersangkutan, sedangkan pidana mati dalam
dalam tingkat pertama hukum Islam bersumber pada Al-Qur’an dan
merundingkannya dengan Panglima Hadits). Kedua, tentang penentuan pidana mati
atau Komandan dari Angkatan yang dalam hukum pidana Indonesia di tentukan
bersangkutan”. oleh hakim sedangkan dalam hukum Islam
f. Pasal 11 ayat (3) harus dibaca ditentukan oleh keluarga korban. Ketiga, pidana
“Terpidana, jika seorang militer mati dalam hukum pidana Indonesia bisa
maka dia berpakaian dinas harian berubah menurut zaman sedangkan dalam
tanda pangkat dan atau tanda- hukum Islam pidana mati bersifat kekal dan
tanda lainnya”.9 tetap. Keempat, perbedaan yang terakhir yaitu
pidana mati dalam hukum pidana Indonesia
2. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati lebih mengarah kepada penjeraan kepada
Menurut Perkap (Peraturan Kapolri) No. terpidana sedangkan hukum Islam lebih
12 Tahun 2010 merupakan pencegahan kejahatan karena
Dalam pelaksanaan pidana mati eksekusi dilakukan di tempat umum.10
sesuai Perkap (Peraturan Kapolri) No. Hubungan pidana mati hukum pidana
12 Tahun 2010 meliputi tahapan Indonesia/nasional terhadap hukum Islam juga
sebagai berikut: terdapat dalam peraturan MUI (Majelis Ulama
a. Persiapan; Indonesia) yang telah mengeluarkan Fatwa
b. Pengorganisasian; mengenai dibolehkannya negara menjatuhkan
c. Pelaksanaan; dan hukuman mati sebagaimana penetapan pidana
d. Pengakhiran. mati dalam hukum pidana Indonesia/nasional.
Melalui Fatwa Nomor 10/MUNASVII/M
B. Sinkronisasi Pidana Mati Menurut Hukum UI/14/2005 tentang Hukuman Mati dalam
Nasional Terhadap Hukum Islam tindak pidana tertentu yaitu dalam hal ini
Sinkronisasi atau hubungan pidana mati mengenai perampasan nyawa seseorang, yang
hukum pidana Indonesia/nasional terhadap mana hukum Indonesia juga menetapkan
hukum Islam terdapat pada persamaan dan dan pidana mati bagi pelaku pembunuhan
perbedaan keduanya. Persamaannya yaitu berencana dan narkotaika yang bisa merenggut
Pertama, terletak pada tujuan pemidanaannya nyawa. Fatwa ini dikeluarakan pada tanggal 29
antara pidana mati menurut hukum pidana juli 2005. Secara tegas MUI (Majelis Ulama
10
Wasyik, Rakhmat, Perbandingan Hukum Pidana Mati
9
Pasal 2-17 Undang-Undang No. 2 Pnps tahun 1964 Dalam Persfektif Hukum Islam dan Hukum Pidana
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Yang Indonesia, Skripsi, Abstrack, (Fakultas Hukum Universitas
Dijatuhkan Oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Sebelas Maret Surakarta, 2007), di akses pada tanggal 11
Umum dan Militer. November 2015.
176
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
177
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
178
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
179
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
SUMBER-SUMBER LAINNYA
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Buana
Press, 2014).
Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang No. 2 Pnps tahun 1964 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Yang
Dijatuhkan Oleh Pengadilan di Lingkungan
Peradilan Umum dan Militer.
Peraturan Kepala Kepolisiaan Republik
Indonesia No. 12 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pidana Mati.
Putra Basuki, Randy Pinangga, Skripsi
“Penerapan Pidana Mati dalam Sistem
Hukum di Indonesia”.pdf.
http://bimoadiwicaksono.blogspot.co.id/
2010/08/perbandingan-pidana-mati-
dalam.html?m=1 Di akses pada hari Jum’at
tanggal 16 oktober 2015 pada jam 14:10.
180