Anda di halaman 1dari 13

Yang kami hormati

1. Bapak Rektor USM


2. Bapak Direktur Pascasarjana Bp. Dr. Indarto
3. Bapak Dr. Drs. H. Kukuh Sudarmanto,S.Sos.,S.H.,M.M.,M.H
(Selaku Kaprodi MH USM Sekaligus Dosen Pembimbing 2)
4. Bp. Dr. Kadi Sukarna, S.H.,M.Hum
(Selaku Dosen Pembimbing 1)
5. Bapak Zaenal Arifin, S.H.,M.Kn ( Selaku Dosen Penguji Tesis )

1
Tesis ini saya dipersembahkan
Kepada :
1. Orang tua Bapak dan Ibu tercinta
2. Istri terkasih dan Anak Cucu kami
3. Almamater tercinta Universitas Semarang terkhusus Magister
Hukum USM
4. Dan teman teman seperjuangan di Magister Hukum
Angkatan XV

2
LATAR
BELAKANG
Keberadaan pidana mati Pembunuhan Berencana
dalam hukum pidana tidak masih banyak terjadi di Polda
hanya menjadi hukuman Jawa Tengah seperti salah
semata, namun lebih dari itu, satunya pada Studi Kasus
pidana mati merupakan sanksi Nomor Berkas Perkara
yang diharapkan mampu Lp/161/Spkt/2022/Polda
menjadi media preventif Jateng.
dalam hukum pidana dalam
menekan tindak pidana di
lingkungan sosial masyarakat
khususnya terhadap
pembunuhan berenana.

3
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pelaksanaan 2. Bagaimana kendala dan


regulasi pidana mati dalam solusi terkait pelaksanaan
menciptakan efek jera pada regulasi pidana mati dalam
kasus pembunuhan menciptakan efek jera pada
berencana saat ini? kasus pembunuhan
berencana saat ini?.

3
PELAKSANAAN REGULASI PIDANA MATI DALAM
MENCIPTAKAN EFEK JERA PADA KASUS PEMBUNUHAN
BERENCANA.
Formil Formil Dasar Hukum
Pidana Mati
• Pasal 10 dan Pasal 11 KUHP
• Menurut Pasal I Undang-undang
Nomor 2/PNPS/1964, pelaksanaan
pidana mati sebagaimana Materiil
diamanatkan oleh pengadilan pada
lingkungan peradilan umum atau • Pasal 338 dan 340 KUHP
peradilan militer dilakukan dengan • Pasal 67 UU 1/2023 KUHP Baru
cara eksekusi dengan cara regu • Pasal 98 UU 1/2023 KUHP Baru
tembak. • Pasal 99 UU 1/2023 KUHP Baru
• Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun • Pasal 100 UU 1/2023 KUHP Baru
2010, khususnya Pasal 15,
mengatur aspek prosedur eksekusi
mati
4
PELAKSANAAN REGULASI PIDANA MATI DALAM
MENCIPTAKAN EFEK JERA PADA KASUS PEMBUNUHAN
BERENCANA.

UPAYA PENCIPTAAN EFEK JERA


PADA KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA
Pidana Mati tidak dapat dilaksanakan serta merta karena harus
mencakup masa percobaan selama 10 (sepuluh ) tahun. (Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 2-3/PUU-V/2007 )
Dalam jangka waktu tersebut, jika terpidana menunjukkan perilaku yang
baik dan terpuji, hukumannya dapat diringankan menjadi penjara
seumur hidup atau hukuman 20 tahun .

Dengan adanya masa percobaan diharapkan Terpidana dapat


merasakan penyadaran diri atas perbuatan dan timbulah rasa Jera

5
KENDALA DAN SOLUSI
TERKAIT PELAKSANAAN REGULASI PIDANA MATI DALAM MENCIPTAKAN
EFEK JERA PADA KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA SAAT INI

Kendala
• penggunaan hukuman mati karena dianggap
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diuraikan
dalam Protokol Opsional Kedua Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
• Penerapan hukuman mati nampaknya diwarnai dengan
kekejaman dan kurangnya rasa kemanusiaan.

6
SOLUSI

• hukuman mati berfungsi sebagai cara yang sangat efisien


untuk memberikan efek jera bagi pelakunya (disebut
sebagai efek pencegahan) dan individu yang mungkin
cenderung terlibat dalam kegiatan kriminal.
• Menurut Van Vee, hukuman mati berfungsi sebagai
mekanisme perlindungan masyarakat, namun memiliki
risiko yang signifikan dan memerlukan penerapan yang
bijaksana

7
KESIMPULAN
1. Pengaturan pidana mati terdapat dalam beberapa pasal di
perundangundangan khusus yg menerapkan pidana mati.
Penerapan pidana mati di Indonesia tidak terbukti memberikan
efek jera kepada pelaku kejahatan. Statistik angka dan hipotesis
beberapa pakar kriminologi menemukan fakta tidak adanya
bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa eksekusi hukuman mati
memiliki efek jera yang lebih besar daripada hukuman penjara
seumur hidup untuk mengurangi angka kejahatan.

8
KESIMPULAN
2. Pelaksanaan hukuman mati diseluruh dunia masih menjadi
perdebatan, mengingat hukuman mati terkait pelanggaran ham yaitu
hak untuk hidup. Diketahui bawasanya dalam pandangan hukum
terdapat suatu Tindakan pidana terdapat istilah kejahatan luar biasa
yaitu terorisme, narkotika, korupsi, dan pelanggaran HAM berat. Dari
kejahatan tersebut masih sedikit yang mendapatkan hukuman mati.
Sehingga penerapan hukuman mati di Indonesia sangat penuh
kehati-hatian. Serta kebanyakan hukuman terberat yang diberian
dalam putusan pengadilan adalah hukuman semumur hidup.

9
SARAN
• Penerapan hukuman mati di Indonesia sangat efektif. Penerapan fungsi hukum
dalam pidana mati secara simbolis menjawab kegusaran moral yang disebabkan
kejahatan. Dengan cara ini, hukum menegaskan dan menyusun kembali konsensus
moral yang mengikat seluruh anggota masyarakat. Sebagian penerapan hukuman
mati setidaknya tetap menjadi suatu usaha pembalasan sehingga Perlu dilakukan
kajian mendalam sehubungan dengan sinkronisasi antara penerapan Hukuman
Mati dengan pengaturan HAM dalam sistem konstitusi Indonesia.
• Mengingat masih terjadinya pro dan kontra dalam penerapan hukuman mati di
Indonesia maka untuk kejahatan pembunuhan berencana cukup dengan pemberian
hukuman semumur hidup, sehingga tidak akan terjadi perdebatan terkait
pelaggaran HAM. Hakim dalam memutuskan perkara maka wajib memperhatikan
efektiitasnya.

10
Matursembahnuwun

11

Anda mungkin juga menyukai