Anda di halaman 1dari 19

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM


DALAM PUTUSAN PENJATUHAN PIDANA MATI ATAS KEJAHATAN
PEMBUNUHAN BERENCANA
(Studi Putusan Nomor: 1036 / Pid / B/ 2008 / PN. DPK)

Nanda Pratama*, Budhi Wisaksono, Purwoto


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : nande.pratama@ymail.com

Abstrak

Pembunuhan berencana merupakan kejahatan yang sangat berbahaya. Tindak pidana


tersebut sering menimbulkan kesulitan para penegak hukum selama dalam proses peradilan
khususnya pembuktian. Pembunuhan berencana di dalam KUHP Indonesia yang sekarang berlaku
diatur di dalam Pasal 340 KUHP yang ancaman pidananya sangat berat, yaitu pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Salah satu kasus pembunuhan berencana yang sempat ramai di masyarakat Indonesia
adalah kasus yang dikenal dengan “Ryan Jombang”. Terdakwa Ryan divonis Pengadilan Negeri
Depok dengan pidana terberat, yaitu pidana mati. Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus kasus tersebut serta mengetahui
pengaturan pidana mati di dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia yang
akan datang. Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah yuridis normatif yaitu
suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
penelitian terhadap data sekunder, yang fokus penelitiannya menekankan pada hukum positif.

Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Pidana Mati, Pembunuhan Berencana.

Abstract

Murder is a crime that is very dangerous. The offense is often caused difficulties for law
enforcement officials in the judicial process, especially verification. Murder in Indonesia, the
existing Criminal Code set out in Article 340 of the Penal Code, the criminal threat is very heavy,
which is the death penalty or imprisonment for life or for a certain time, a maximum of twenty
years.
One murder case that had crowded in Indonesian society is a case known as the "Ryan
Jombang". Defendant Ryan Depok District Court sentenced the heaviest punishment, the death
penalty. The purpose of this law is to determine how judges consideration in deciding the case and
find out the settings of capital punishment in the draft the Code of Penal Indonesia to come. The
method used in the writing of this law is a juridical normative that a method or procedure used to
solve the problem by using research on secondary data, the focus of his research emphasis on
positive law.

Keywords : Judge Consideration, Death Penalty, Murder

I. PENDAHULUAN 1945. Hal ini mengandung arti


Di dalam konstitusi, Negara bahwa di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia Kesatuan Republik Indonesia,
diidealkan sebagai suatu negara hukum merupakan instrumen
hukum sebagaimana yang atau sarana dalam melakukan
termuat dalam Pasal 1 ayat (3) aktivitas pada segala aspek
Undang-Undang Dasar Tahun kehidupan berbangsa dan

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bernegara. Negara hukum negara yang senantiasa dituntut


menurut Abdul Aziz Hakim1 untuk menegakkan hukum yang
adalah negara berlandaskan atas seadil-adilnya, demi kepastian
hukum dan keadilan bagi dan ketertiban hukum bagi
warganya, artinya segala masyarakat.Lembaga kehakiman
kewenangan dan tindakan alat- sebagai salah satu lembaga
alat negara atau penguasa, negara yang senantiasa dituntut
semata-mata berdasarkan hukum untuk menegakkan hukum yang
atau dengan kata lain diatur oleh seadil-adilnya, demi kepastian
hukum sehingga dapat dan ketertiban hukum bagi
mencerminkan keadilan bagi masyarakat.
pergaulan hidup warga Dari latar belakang di atas
negaranya. penulis tertarik untuk mengkaji
Ditinjau dari aspek kasus “Ryan Jombang” yang
fungsinya, salah satu ruang berhasil membuat masyarakat
lingkup hukum publik adalah heboh dan menimbulkan banyak
hukum pidana. Hukum pidana korban pembunuhan. Selain hal
adalah suatu kumpulan aturan tersebut, penulis tertarik dengan
yang mengandung larangan dan adanya putusan hakim
akan mendapatkan sanksi pidana Pengadilan Negeri Depok yang
atau hukuman bila dilarang, dan memvonis terdakwa dengan
sanksi dalam hukum pidana jauh hukuman mati di mana berarti
lebih keras dibanding dengan hukuman mati di Indonesia
akibat sanksi hukum yang berlaku secara de facto dan de
lainnya.2 jure. Dengan demikian penulis
Walaupun pemerintah sudah mengambil judul skripsi
melakukan perlindungan secara “Analisis Yuridis Pertimbangan
hukum seperti tercantum dalam Hakim Dalam Putusan
pasal tersebut di atas, namun Penjatuhan Pidana Mati Atas
kejahatan terhadap nyawa orang Kejahatan Pembunuhan
masih saja terjadi di Indonesia. Berencana (Studi Putusan
Kasus yang sempat Nomor: 1036 / Pid / B/ 2008 /
menggemparkan publik yaitu PN. DPK) “.
kasus Very Idham Henyansyah Berdasarkan uraian latar
atau yang lebih dikenal sebagai belakang tersebut, maka dapat
kasus “Ryan Jombang”. Ryan dirumuskan permasalahan
terbukti membunuh 11 orang sebagai berikut :
dengan motif cemburu dan 1. Apakah yang menjadi
materi atau ekonomi. dasar pertimbangan hakim
Lembaga kehakiman dalam menjatuhkan sanksi
sebagai salah satu lembaga pidana terhadap pelaku
tindak pidana pembunuhan
1
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan berencana dalam Putusan
Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta : Nomor: 1036 / Pid / B/
Penerbit Pustaka Pelajar, 2011), halaman 8. 2008 / PN. DPK?
2
Marlina, Hukum Penitensir, (Bandung:
PT. Reflika Aditama, 2011) halaman 15.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2. Bagaimanakah sanksi bagi Pidana mati sejak dahulu


pelaku tindak pidana sudah dikenal di Indonesia.
pembunuhan berencana Hampir semua suku di Indonesia
dalam RUU KUHP yang sudah memberlakukan pidana
akan datang? mati bagi perbuatan tertentu
dengan pelaksanaan yang
II. METODE berbagai macam, seperti
Metode yang digunakan ditenggelamkan, ditumbuk
dalam penelitian ini adalah kepalanya dengan alu, dijemur
yuridis normatif yaitu suatu cara di bawah matahari, ditusuk
atau prosedur yang digunakan dengan keris, dan lain-lain.
untuk memcahkan masalah Beberapa suku yang
dengan menggunakan penelitian memberlakukan hukuman mati
terhadap data sekunder, yang adalah sebagai berikut :
fokus penelitiannya menekankan Minangkabau menurut
pada hukum positif. Adapun pendapat dari Datuk
pendekatan ini dilakukan dengan Ketemanggungan dikenal hukum
cara mengadakan penelusuran membalas, siapa yang
dan inventarisasi yang berkaitan mencurahkan darah juga
dengan pertimbangan hakim dicurahkan darahnya. Di Bali
dalam tindak pidana pidana mati juga diancamkan
pembunuhan berencana yang bagi pelaku kawin sumban. Suku
bersumber pada peraturan yang dari Tenggara Kalimantan
ada. Metode pendekatan ini memberlakukan pidana mati
digunakan digunakan sebagai bagi orang yang bersumpah
dasar pertimbangan bahwa palsu dengan cara
permasalahan yang diteliti ditenggelamkan. Di Sulawesi
berkisar pada peraturan Selatan, bagi orang yang
perundang-undangan mengenai memberontak terhadap
tindak pidana pembunuhan pemerintah kalau yang bersalah
berencana. tidak mau pergi ke tempat
Metode penelitian dalam pembuangannya maka setiap
penulisan hukum ini terdiri dari: orang boleh membunuhnya.
Metode Pendekatan, Spesifikasi Di Aceh seorang istri
Penelitian, Metode pengumpulan yang berzinah dibunuh. Di
data, Teknik Penentuan Populasi Batak, jika pembunuh tidak
dan Sampling, dan Metode membayar yang salah dan
Analisis Data. keluarga dari yang terbunuh
menyerahkan untuk pidana mati,
maka pidana mati segera
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dilaksanakan. Demikian pula
A. Pertimbangan Hakim dalam bila seseorang melanggar
Penjatuhan Pidana Mati perintah perkawinan yang
dalam Putusan No. 1036 / Pid eksogami.
/ B / 2008 / PN.DPK Di Cirebon penculik-
1. Pidana Mati di Indonesia penculik atau perampok wanita

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

apakah penduduk asli atau asing meratifikasi ICCPR


yang menculik atau (International Covenant on Civil
menggadaikan pada orang and Political Rights). Protokol
Cirebon dianggap kejahatan ini melarang penggunaan
yang dapat dipidana mati. Di hukuman mati pada negara-
kalangan suku dari Tenggara negara pihak terkait. Tetapi
Kalimantan orang yang walaupun demikian konvensi
bersumpah palsu dipidana mati tersebut masih menunjukkan
dengan jalan ditenggelamkan. Di bahwa hukuman mati tidak
Sulawesi Selatan pemberontakan kompatibel dengan hak untuk
terhadap pemerintah kalau yang hidup. Walaupun semangat
bersalah tak mau pergi ke tempat ICCPR adalah menghendaki
pembuangannya, maka ia boleh dihapuskannya hukuman mati,
dibunuh oleh setiap orang. ICCPR masih memperbolehkan
Di Pulau Bonerate, dilakukannya hukuman mati.
pencuri-pencuri dipidana mati Hal tersebut dirumuskan dalam
dengan jalan tidak diberi makan, pasal 6 ayat (2) konvensi
pencuri itu diikat kaki tangannya tersebut.
kemudian ditidurkan di bawah Meskipun Indonesia
matahari hingga mati. telah meratifikasi konvensi
Di Nias bila dalam tempo tersebut, bukan berarti Indonesia
tiga hari belum memberikan harus menghapuskan pidana
uang sebagai harga darah pada mati, dalam kejahatan-kejahatan
keluarga korban, maka pidana tertentu yang dianggap serius,
mati diterapkan. Di pulau Timor, masih dimungkinkan untuk
tiap-tiap kerugian dari kesehatan dimasukkan ancaman pidana
atau milik orang harus dibayar mati. Dengan kata lain, Pasal 10
atau dibalaskan. Balasan itu KUHP yang mengatur jenis
dapat berupa pidana mati. Di pidana yang salah satunya
lampung terdapat beberapa delik merupakan pidana mati sebagai
yang diancamkan dengan pidana ancaman pidana terberat, masih
mati yaitu pembunuhan, delik berlaku.
salah putih (zinah antara bapak 2. Analisis Pertimbangan Hakim
atau ibu dengan anaknya atau dalam Penjatuhan Pidana Mati
antara mertua dengan menantu Pada Putusan Nomor 1036 / Pid
dsb) dan berzinah dengan istri / B / 2008 / PN. DPK.
orang lain.
Dari uraian di atas dapat A.2.Analisis Pertimbangan Hakim
kita lihat bahwa bangsa dalam Penjatuhan Pidana Mati Pada
Indonesia sudah mengenal Putusan Nomor 1036 / Pid / B /
pidana mati sebelum pidana mati 2008 / PN. DPK.
itu diperkenalkan oleh bangsa Hakim adalah sosok yang
Belanda. paling berperan menentukan benar
Pada tahun 2005, dengan dan salahnya terdakwa di dalam
adanya undang-undang no. 12 sidang pengadilan. Dalam usaha
Tahun 2005 Indonesia telah mencari kebenaran untuk

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

menentukan kesalahan seseorang, dalam kasus tersebut menurut


maka seorang hakim harus penulis adalah sebagai berikut:
mengetahui mana yang dikatakan 1. Barangsiapa
benar dan mana yang salah. “Barang siapa” yang
Sehingga harus ada ukuran atau dimaksud adalah setiap orang atau
pegangannya, salah satu siapa saja, termasuk terdakwa sendiri
landasannya adalah landasan sebagai subyek hukum, tanpa
hukum atau landasan yuridis. Di membedakan jenis kelamin dan
dalam suatu negara hukum seperti kedudukan melakukan tindak pidana
Indonesia, adalah suatu keharusan yang harus dipertanggung jawabkan.
untuk mengambil sesuatu Untuk pembuktian unsur barang
keputusan berdasarkan hukum yang siapa, harus memperhatikan Pasal 44
berlaku. ayat (1) dalam KUHAP yang
Dapat dikatakan bahwa menyatakan seseorang tidak dapat
pembuktian merupakan titik sentral dipertanggung jawabkan
dari pemeriksaan perkara dalam perbuatannya, disebabkan jiwanya
sidang pengadilan di mana cacat dalam tubuhnya (gebrekkige
terdakwa akan dinyatakan bebas ontwikkeling) atau terganggu karena
apabila tidak cukup bukti sesuai penyakit (ziekelijke storing).
dengan Pasal 184 KUHAP, dan Jika unsur ini dihubungkan dengan
terdakwa akan dinyakan bersalah fakta-fakta yang ada di dalam
apabila kesalahan terdakwa dapat persidangan, baik dari keterangan
dibuktikan dengan alat-alat bukti terdakwa maupun keterangan saksi,
yang disebutkan dalam Pasal 184 adalah sebagai berikut :
KUHAP. Di samping itu, perlu  Bahwa pada tanggal 29 Juli
diperhatikan lebih lanjut bahwa 2008 terhadap Terdakwa telah
sistem pembuktian yang dianut dilakukan pemeriksaan secara
KUHAP adalah sistem pembuktian psikologis untuk menentukan
secara negatif (negatief wettelijk). kondisi kompetensi psikologi
Seorang terdakwa baru dapat Terdakwa dengan metode
dikatakan bersalah apabila pemeriksaan menggunakan
kesalahan yang didakwakan metode observasi, wawancara
kepadanya dapat dibuktikan dengan dan tes kepribadian, dan pada
cara dan dengan alat-alat bukti yang bagian kesimpulan menerangkan
sah menurut undang-undang bahwa:
sekaligus keterbuktian itu dibarengi  Terdakwa Ryan tidak
dengan keyakinan hakim. mengalami gangguan pada
Pada putusan kasus orientasi ruang dan waktu, daya
pembunuhan berencana yang ingat dan logika verbal serta
penulis kaji, dapat dilihat bahwa tidak ada halusinasi dan delusi;
Hakim telah mempertimbangkan  Terdakwa Ryan mengalami
unsur-unsur rumusan Pasal 340 masalah dalam perkembangan
KUHP yang dihubungkan dengan kepribadiannya terkait dengan
alat-alat bukti dan fakta-fakta yang aspek pengendalian emosi dan
muncul di persidangan. Pembuktian gaya hidup yang ditunjukkan
unsur-unsur Pasal 340 KUHP dalam perilaku:

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1) Agresif Manipulatif: dihubungkan dengan macam-macam


memiliki potensi untuk doktrin ilmu hukum pidana, maka
melakukan agresi namun termasuk ke dalam dolus
dapat memanipulasi premeditatus atau kesengajaan yang
(memanfaatkan) sehingga direncanakan terlebih dahulu. Opzet
orang yang berhubungan dari terdakwa adalah menghilangkan
dengannya tidak menyadari nyawa korban. Jika unsur ini
bahwa dirinya dimanfaatkan dihubungkan dengan fakta-fakta di
oleh terdakwa. persidangan, adalah sebagai berikut :
2) Melanggar norma dan  Keterangan terdakwa :
mudah berbohong tanpa Terdakwa bersama Korban Hery
adanya penyesalan. Santoso berada di kamar
3) Mementingkan kepentingan Apartement Margonda
dirinya sendiri untuk Residence lantai 3 Blok C kamar
mencapai tujuan. 309 A Jalan Margonda Raya
4) Dominan terhadap orang Depok, setelah melihat foto
lain. Novel Andrias, Korban
5) Obsesif kompulsif yang menginginkan berkencan/tidur
memungkinkan terjadinya bersama Novel Andrias, pacar
pengulangan perilaku. Terdakwa, dan mendengar
Point 1 s / d 5 tersebut diatas dapat permintaan Korban Hery
menjadi pendorong yang mendasari Santoso agar bisa tidur bersama
tindak kriminal yang didakwakan Novel Andrias, Terdakwa
kepada terdakwa Ryan. menjadi sangat emosi, kemudian
Terdakwa memiliki kompetensi terjadi pertengkaran dan
psikologis untuk menampar Korban lalu dibalas
dipertanggungjawabkan secara oleh Korban dan dengan
hukum, karena mempunyai dorongan emosinya Terdakwa
kecerdasan normal dan mempunyai lalu mengambil pisau yang
kecenderungan memanipulasi atau terletak di sebelah televisi
melakukan kebohongan. kemudian menusukkan ke perut
Berdasarkan fakta-fakta yang Korban Hery Santoso beberapa
terungkap di persidangan tersebut, kali sampai akhirnya Korban
penulis berpendapat bahwa unsur terjatuh tidak berdaya setelah itu
“barang siapa” telah terpenuhi, dan selanjutnya Korban diseret ke
terdakwa adalah subyek hukum yang kamar mandi dan karena Korban
dapat dipertanggung jawabkan atas masih berteriak- teriak,
perbuatannya. Terdakwa menusuk-nusuk mulut
2. Dengan Sengaja Korban dengan pisau lalu
Unsur kedua “dengan sengaja yang Terdakwa mengambil shower
dimaksud ialah bahwa perbuatan yang ada di kamar mandi dan
yang dilakukannya itu memang dipukulkan ke kepala Korban
dikehendaki pelakunya. berulang-ulang dan kelihatan
Di dalam rumusan Pasal 340 KUHP Korban belum mati lalu
terdapat unsur kesengajaan dan Terdakwa mengambil besi ulir
direncanakan terlebih dahulu, jika yang berada di laci dapur lalu

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dipukulkan ke kepala Korban luka- luka yang terdapat pada


berkali- kali sampai Korban tubuh Korban.
tidak bergerak lagi, selanjutnya Apabila unsur
Terdakwa membuka pakaian “dengan sengaja” yang telah
yang dikenakan Korban dan dikaitkan dengan keterangan
dengan menggunakan pisau saksi serta barang bukti di
yang dipakai menusuk Korban atas, perbuatan yang telah
lalu Terdakwa memotong- dilakukan terdakwa Very
motong tubuh Korban menjadi 7 Idham Henyansyah memang
(tujuh) bagian, kemudian dikehendaki dengan
potongan- potongan tubuh terdakwa. Maka dari itu unsur
Korban tersebut dimasukkan ke “dengan sengaja” menurut
dalam tas koper warna biru, penulis telah terpenuhi.
kantong plastik warna merah 3. Dengan direncanakan terlebih
bertuliskan CENTRO, tas warna dahulu
abu- abu yang selanjutnya Di dalam undang-undang
potongan- potongan tubuh tidak dijelaskan secara rinci
Korban tersebut dibawa dengan mengenai apa yang dimaksud
menumpang mobil taxi dan dengan “direncanakan terlebih
dibuang di kebun kosong Jalan dahulu”. Menurut memori
Kebagusan Raya Pasar Minggu, penjelasan, adanya kenyataan
Jakarta Selatan; bahwa antara waktu penyusunan
 Perbuatan terdakwa tersebut suatu rencana dengan waktu
dikaitkan dengan barang pelaksanannya itu terdapat suatu
bukti yang diajukan dan jangka waktu tertentu tidak berarti
diperlihatkan di persidangan bahwa dalam hal seperti itu selalu
berupa pisau dapur, besi ulir terdapat voorbedachte raad,
dan batang shower. karena dalam jangka waktu
 Perbuatan terdakwa juga tersebut mungkin saja pelakunya
dikaitkan dengan hasil Visum tidak mempunyai kesempatan
et Repertum yang dibuat dan sama sekali untuk
ditandatangani oleh dr. Abdul mempertimbangkan secara tenang
Mun’im Idries SpF, dokter mengenai apa yang telah ia
spesialis forensik pada rencanakan.3
Departemen Ilmu Kedokteran Menurut Prof. Simons,
Forensik dan Medikolegal pertimbangan secara tenang itu
FKUI-RSCM. bukan hanya disyaratkan bagi
 Perbuatan terdakwa dikaitkan pelaku pada waktu ia menyusun
dengan foto-foto tubuh rencananya dan mengambil
Korban di dalam berkas keputusannya melainkan juga
perkara yang diperjelas lagi pada waktu ia melakukan
dengan file computer dokter kejahatannya. Hal mana adalah
forensik yang ditampilkan di sesuai dengan kehendak undang-
persidangan, ternyata terdapat
persesuaian antara bekas- 3
bekas potongan tubuh dan Op.Cit.,Drs. PAF Lamintang, S.H. dan
Theo Lamintang, S.H., halaman 52.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

undang yang mengatakan bahwa Apartementnya yang terletak di


het misdriff met voorbedachte Blok C No. 309 A yang
raad moet zijn gepleegd yang menurut Terdakwa akan
artinya bahwa kejahatan dengan dikenalkan kepada dr. Victor
direncanakan lebih dulu itu harus D. Manoppo, Sp. OG. yang
dilaksanakan. tinggal di Apartement yang
Dapat disimpulkan dari sama dengan Terdakwa, dan
pendapat para ahli di atas bahwa ketika Korban menanyakan
unsur “direncanakan terlebih siapa pacar Terdakwa, dan
dahulu” harus ada kesesuaian Korban melihat foto Novel
antara tindakan perencanaan Andrias pacar Terdakwa,
pelaku dengan tindakan Korban meminta kepada
pembunuhannya serta dilihat dari Terdakwa untuk dapat
tenggang waktu antara berkencan atau tidur dengan
perencanaan dan tindakan pacar Terdakwa tersebut,
pembunuhan itu si pelaku dapat mendengar permintaan Korban
mempertimbangkannya kembali. tersebut, Terdakwa menjadi
Jika unsur tersebut tersinggung dan marah
dikaitkan dengan fakta-fakta di kemudian terjadi pertengkaran,
persidangan adalah sebagai Terdakwa menampar Korban
berikut : lalu dibalas Korban.
 Alat yang dipakai oleh  Bahwa Terdakwa meraih pisau
Terdakwa untuk membunuh yang ada di samping televisi
Korban, berupa pisau dapur lalu menusukkannya ke perut
dipinjam Terdakwa dari Saksi Korban berkali- kali lalu
Amiyati, pelayan kantin rumah Korban terjatuh di sofa bed;
makan yang ada di Apartement  Bahwa kemudian Terdakwa
tersebut dan menurutnya menyeret tubuh Korban ke
Terdakwa meminjam pisau kamar mandi dan karena
tersebut 1 (satu) hari sebelum Korban masih berteriak
Terdakwa melakukan Terdakwa kembali
pembunuhan terhadap Korban, menusukkan pisau ke wajah
yaitu pada hari Kamis tanggal dan mulut Korban supaya
10 Juli 2008 sekitar jam 21.00 Korban tidak berteriak lagi;
WIB kemudian besi ulir  Bahwa karena Korban masih
sebelumnya sudah Terdakwa merintih, Terdakwa memukul
simpan di laci dapur; kepala Korban berulang kali
 Korban Hery Santoso datang dengan gagang shower yang
ke Apartement Margonda ada di kamar mandi tersebut
Residence Depok pada hari dan ternyata Korban belum
Jumat tanggal 11 Juli 2008 mati dan masih bergerak;
sekitar pukul 19.00 WIB yang  Bahwa Terdakwa teringat
dijemput oleh Terdakwa di dengan besi ulir yang terletak
tempat parkir Apartement, di laci dapur lalu Terdakwa
kemudian Korban diajak mengambilnya dan
Terdakwa ke kamar membawanya ke kamar mandi,

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

selanjutnya memukulkan besi untuk membatalkan niatnya


ulir tersebut ke kepala Korban membunuh korban dan
secara berulang- ulang, meninggalkan korban, tetapi
menusuk- nusukkan besi ulir justru sebaliknya, terdakwa
tersebut ke dada Korban dan malah menyeret korban ke
akhirnya Korban tidak kamar mandi dan ketika itu
bergerak lagi; korban berteriak-teriak.
 Bahwa Terdakwa sempat Setelah melihat korban yang
terpikir untuk mengurungkan masih berteriak-teriak,
niatnya mengambil besi ulir Terdakwa menusuk-nusuk
tersebut tetapi karena takut mulut korban dengan pisau,
ketahuan orang akan Terdakwa lalu mengambil
perbuatannya Terdakwa gagang shower yang ada di
meneruskan rencananya kamar mandi dan dipukulkan
untuk membunuh Korban; ke kepala korban berulang-
 Bahwa setelah Korban tidak ulang kali dan melihat korban
bergerak lagi dan Terdakwa masih belum mati terdakwa
berpikir bagaimana membawa mengambil besi ulir yang
mayat Korban lalu Terdakwa berada di laci dapur lalu
membuka seluruh pakaian dipukulkan berkali-kali
Korban dan mengambil pisau sampai Korban tidak bergerak
dan memotong- motong lagi.
tubuh Korban menjadi 7 4. Menghilangkan nyawa orang
(tujuh) potong. Unsur ini adalah bahwa
Apabila dilihat dari pelaku menghendaki matinya
fakta yang terungkap di orang atau korban dengan
persidangan, menurut penulis perbuatannya itu dan matinya
Terdakwa melakukan seluruh korban adalah tujuan si
rangkaian perbuatan tersebut pelaku. Pembuktian unsur
secara tenang. Hal ini dapat “menghilangkan nyawa
terlihat ketika Terdakwa orang” di persidangan adalah
sedang melakukan sebagai berikut :
perbuatannya, Terdakwa  Bahwa pada hari Sabtu
sempat menelepon atau tanggal 12 Juli 2008
menerima telepon atau SMS sekitar 
 pukul 07.30
dari Saksi Novel, Terdakwa WIB ketika Saksi
dengan tenang menjawab Rahmat Hidayat dan
seolah-olah tidak terjadi apa- Saksi Agus Suyanto
apa. melintas di kebun kosong
Saat melakukan di daerah Jalan
perbuatannya memang ada Kebagusan Pasar
waktu di mana terdakwa Minggu, Jakarta Selatan,
dapat mengurungkan niatnya. menemukan potongan-
Setelah korban terjatuh dan potongan tubuh manusia
sudah tidak berdaya, bagi di dalam tas koper warna
terdakwa dapat beripikir biru, dalam tas dan

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kantong plastik yang potongan- potongan


terletak di kebun kosong tubuh Korban tersebut
tersebut; dibuang di kebun kosong
 Bahwa selanjutnya atas di daerah Kebagusan
penemuan potongan- Pasar Minggu Jakarta
potongan tubuh manusia Selatan;
tersebut, oleh Saksi  Hasil Visum et Repertum
Rahmat Hidayat dari Rumah Sakit Cipto
dilaporkan kepada pihak Mangunkusumo Jakarta
Kepolisian, kemudian tak No. 955/SK.II/VII/2-
berapa lama anggota 2008 tertanggal 11
Kepolisian tiba di lokasi Agustus 2008 yang
kejadian; dibuat dan ditandatangani
 Bahwa kemudian sekitar oleh dr. Abdul Mun’im
pukul 20.00 WIB Idries SpF., dokter
anggota Kepolisian spesialis forensik pada
memberitahukan Departemen Ilmu
penemuan potongan- Kedokteran Forensik dan
potongan tubuh laki- laki Medikolegal FKUI-
tersebut kepada Saksi RSCM, bahwa Korban
Wahyuningsih, dan diperiksa dalam keadaan
setelah Saksi sudah meninggal dalam
Wahyuningsih keadaan terpotong-
diperlihatkan foto potong menjadi 7 (tujuh)
potongan kepala Korban, bagian, dan saat kematian
Saksi Wahyuningsih Korban diperkirakan
membenarkan bahwa kurang lebih 2 (dua)
potongan tubuh tersebut sampai 6 (enam) jam
adalah suaminya yang setelah makan yang
bernama Hery Santoso; terakhir
 Keterangan Terdakwa Apabila ditinjau dari
bahwa Terdakwa telah pembuktian berdasarkan alat-
mengakui perbuatannya alat bukti yang telah
terhadap Korban, bahwa disebutkan, maka putusan
Terdakwa telah menusuk tersebut telah memenuhi
perut dan mulut Korban, unsur formil dalam
kemudian menyeret ke pembuktian kesalahan
kamar mandi dan berdasarkan Pasal 183
memukul kepala Korban KUHAP.
dengan batang shower Berkaitan dengan
yang ada di kamar sanksi pidana yang dijatuhkan
mandi, lalu dengan besi kepada seorang terdakwa,
ulir hingga Korban tidak maka seorang hakim dalam
bergerak lagi kemudian putusannya perlu
memotong-motong tubuh mempertimbangkan sanksi
Korban dan akhirnya pidana yang akan dijatuhkan

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

terhadap terdakwa tersebut. mengakui bahwa telah


Berdasarkan uraian Putusan melakukan
No. 1036 / Pid / B / 2008 / serangkaian
PN.DPK di atas dapat dilihat pembunuhan di
bahwa penjatuhan pidana Jombang, Jawa Timur;
mati berlaku secara nyata atau d. Korban dari terdakwa
de facto. Hakim dalam sangat banyak dan
menjatuhkan pidana mati perbuatan terdakwa
tersebut menurut penulis sangatlah sadis;
pastilah memiliki unsur-unsur e. Perbuatan Terdakwa
penguat yang membuat hakim menimbulkan
menjatuhkan hukuman kesedihan yang
terberat yang diancamkan mendalam bagi
tersebut. keluarga Korban
a. Berdasarkan hasil terutama istri dan anak
pemeriksaan analisa Korban yang masih
kompetensi psikologis kecil yang harus
dengan metode kehilangan ayahnya.
pemeriksaan yang
dilakukan dengan B. Pengaturan Pidana Mati di
metode observasi, dalam RUU KUHP
wawancara, dan test 1. Beberapa Pendapat Mengenai
kepribadian, bahwa Pidana Mati
terdakwa memiliki Dipandang dari segi yuridis,
kompetensi emosi sebenarnya pidana mati dapat
yang besar untuk dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek
melakukan agresi pembalasan (teori absolut) dan
makan terdakwa aspek menakutkan (teori relatif).
cenderung melakukan Aspek menakutkan disini bahwa
pembunuhan karena pidana bertujuan untuk
kebutuhan; melindungi masyarakat dan
b. Berdasarkan hasil membuat calon-calon penjahat
pemeriksaan analisa berpikir dua kali untuk
kompetensi psikologis melakukan kejahatan yang
dengan metode diancam pidana mati.
pemeriksaan yang Beberapa pendapat yang pro
dilakukan dengan pidana mati antara lain adalah
metode observasi, pendapat dari Jonkers bahwa
wawancarra, dan test sesuatu keberatan terhadap
kepribadian, bahwa pidana mati ialah, jika seseorang
terdakwa memiliki dipidana mati karena kekhilafan
obsesif kompulsif hakim, maka hal itu tidak dapat
yang memungkinkan diperbaiki lagi setelah dijalankan
terjadinya pidana itu. Argumen ini tidak
pengulangan perilaku; kuat karena pembedahan juga
c. Keterangan terdakwa dilakukan biarpun mungkin

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pasien akan mati karena suatu Jenderal Majelis Ulama


kekhilafan ahli bedah.4 Indonesia KH. Amiruddin
Lambroso dan Gorofalo setuju Siregar juga berpendapat masih
dengan adanya pidana mati. perlunya dipertahankan pidana
Kedua sarjana ini berpendapat mati.8 Beliau berpendapat
pidana mati merupakan upaya demikian karena hal tersebut
radikal untuk meniadakan tercantum jelas di dalam Al-
individu yang tidak dapat Quran. Ayat-ayat yang
diperbaiki lagi.5 disebutkan beliau adalah Al-
Bismar Siregar, S.H. yang Baqarah ayat 178 dan Al-
menghendaki untuk Maidah ayat 33 dan 45.
dipertahankannya pidana mati Musyawarah MUI mengatakan
dengan maksud untuk menjaga mempertahankan pidana mati
sewaktu-waktu kita bukan hanya hal tersebut karena
membutuhkan masih tersedia, danya hukum Islam saja
sebab untuk menghadapi melainkan juga demi
penjahat yang terlalu keji tanpa pelaksanaan keadilan itu sendiri.
perikemanusiaan pidana apalagi Dari pendapat-pendapat yang
yang mesti dijatuhkan apabila pro dengan hukuman mati di
bukan pidana mati.6 Hal tersebut atas, dapat disimpulkan yaitu
ditandaskan oleh Suryadi, S.H. pertama, banyak pendapat yang
mantan ketua Mahkamah Agung menganggap bahwa penjahat
yang menyatakan bahwa pidana yang diancam hukuman mati
mati tidak perlu dihapus.7 Beliau sudah tidak dapat diperbaiki
menghubungkannya dengan sila lagi. Hal ini dapat dihubungkan
kedua dari Pancasila yaitu dengan teori deliquenten nato,
kemanusiaan yang adil dan bahwa ada manusia-manusia
beradab. Penjatuhan pidana mati tertentu yang dilahirkan
menurutnya bukan hanya demikian. Kedua, pendapat-
masalah membunuh orang yang pendapat tersebut hanya
bersalah sebagai pembalasan memikirkan masa lampau, tidak
semata, tetapi nilai kemanusiaan memikirkan masa depan dari si
pelaku tindak pidana yang pelaku. Ketiga, pendapat-
menyandang pertanggung pendapat tersebut mayoritas
jawaban. Mantan Sekretaris menganut teori absolut.
Pendapat yang kontra
4
terhadap pidana mati antara lain
Andi Hamzah dan Sumangelipu, Pidana
Mati di Indonesia di Masa Lalu, Kini dan pendapat Beccaria yang
di Masa Depan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, mengatakan pidana mati
1984), halaman 26. bertentangan dengan contra
5
Ibid., halaman 27. social, karena hidup adalah
6
Djoko Prakoso, Studi tentang Pendapat suatu yang tak dapat dihilangkan
Mengenai Efekivitas Pidana Mati di
Indonesia Dewasa Ini, (Jakarta : Ghalia secara legal dan membunuh
Indonesia, 1983), halaman 56.
7 8
Bambang Poernomo, Ancaman Pidana Bambang Poernomo, Ancaman Pidana
Mati dalam Hukum Pidana di Indonesia, Mati dalam Hukum Pidana di Indonesia,
(Yogyakarta : Liberty,1982), halaman 57. (Yogyakarta : Liberty,1982), halaman 58.

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

adalah tercela, karena dilanjutkan. Seharusnya


pembunuhan yang mana pun Indonesia memiliki hukum
juga yang mengizinkan untuk pidana sendiri yang lebih sesuai
pidana mati di dalam contra dengan dasar falsafah Pancasila.
social adalah immoral dan Menurut Roeslan Saleh
makanya tidak sah.9 Van bahwa penjara seumur hidup
Bemmelem juga mengecam adalah pidana yang merupakan
pidana mati, yaitu bahwa pidana perampasan dan pembatasan atas
mati menurunkan wibawa kemerdekaan dan harta
pemerintah, pemerintah kekayaan seseorang sajalah yang
mengakui ketidakmampuannya dipandang sebagai pidana.
dan kelemahannya. Ia tak dapat Orang semakin tahu betapa
lagi menguasai keadaan dan buruknya pidana mati itu,
tidak berusaha mencari jalan- sehingga berturut-turut banyak
jalan lain. Selama tidak ada negara beradab yang
keadaan ini problemnya adalah menghapuskannya.12 Hal
dapatkah tersebut juga ditandaskan oleh
dipertanggungjawabkan pidana Roger Hood yang berpendapat
mati itu sebagai pembalasan bahwa gegabah bila kita
dendam atau alat untuk menerima hipotesis bahwa
10
menakuti. pidana mati atas pembunuhan
menurut J.E Sahetapy bahwa menghasilkan efek jera yang
pelaksanaan pidana mati jauh lebih besar daripada yang
merupakan pengalaman yang dihasilkan oleh pidana yang
paling mengharukan dan dianggap lebih ringan yakni
mencekam yang tak akan pernah pidana penjara seumur hidup.13
dapat dilakukan sepanjang masa. Dari pendapat-pendapat yang
Pada satu pihak eksekusi pidana kontra terhadap pidana mati
mati merupakan hal yang tersebut, dapat dikatakan yakni
mengharukan, pada pihak lain, pertama pendapat-pendapat
kekejaman pidana mati justru tersebut mempertanyakan efek
merupakan suatu hal yang menakutkan dari pidana mati.
menggembirakan bagi orang Pidana penjara seumur hidup
yang mempunyai sifat sadis.11 yang dianggap lebih rigan malah
Selain itu beliau juga sebenarnya memiliki efek
menyatakan bahwa pidana mati menakutkan yang lebih besar.
bertentangan dengan norma Kedua, pendapat-pendapat
dasar yaitu Pancasila serta tersebut lebih memikirkan masa
pidana mati merupakan kolonial
yang tidak pantas untuk
12
Roeslan Saleh, Masalah Pidana Mati,
(Jakarta : Aksara Baru, 1978), halaman 26.
9 13
Andi Hamzah dan Sumangelipu, Loc.Cit., Todung mulia Lubis & Alexander Lay,
halaman 36. Kontroversi Hukuman Mati Perbedaan
10 Pendapat Hakim Konstitusi, (Jakarta :
Ibid., halaman 40.
11 Kompas Media Group, 2009), halaman
J.E Sahetapy, Pidana Mati Dalam
Negara Pancasila, (Bandung : Citra aditya, 106.

2007), halaman 56.

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

depan dari pelaku, bahwa alat untuk menegakkan hukum


sebenarnya kejahatan dalam masyarakat. Prof. Muladi
dipengaruhi bermacam-macam menerangkan teori ini bahwa
faktor dan si pelaku pasti dapat pemidanaan bukan sebagai
berubah dengan pengenaan pembalasan atas kesalahan pelaku
pidana yang lebih cocok. Ketiga, tetapi sarana mencapai tujuan yang
pendapat-pendapat tersebut lebih bermanfaat untuk melindungi
memikirkan tujuan dari masyarakat menuju kesejahteraan
penjatuhan sanksi pidana. Dalam masyarakat. Sanksi ditekankan
hal ini berarti lebih pada tujuannya, yakni untuk
mendominasikan teori relatif mencegah agar orang tidak
dari pemidanaan daripada teori melakukan kejahatan, maka bukan
pembalasan. bertujuan untuk pemuasan absolut
2. Tujuan Pemidanaan RUU atas keadilan. Pengenaan derita
KUHP Indonesia tidak dapat dibenarkan kecuali jika
Berbicara mengenai hukum dapat ditunjukkan hasil
pidana harus dikaitkan dengan 3 pengenaannya untuk membuat
masalah substansial, yaitu pertama pelaku lebih baik daripada tidak
adalah masalah tindak pidana. dikenakan pidana.
Tindak pidana adalah perbuatan apa Teori gabungan, adalah teori
yang seharusnya dirancang sebagai pemidanaan yang menggabungkan
tindak pidana. Kedua, tentang antara teori absolut dan teori relatif.
penentuan syarat-syarat apa yang Tujuan dari teori ini untuk
harus dibuat sebelum seseorang membalas kesalahan dari pelaku
dapat dikatakan melakukan tindak tindak pidana, membuat pelaku
pidana. Ketiga, berkaitan dengan lebih baik serta mewujudkan
apa yang harus dilakukan terhadap ketertiban di masyarakat. Teori
orang-orang yang diketahui telah gabungan diterapkan secara
melakukan tindak pidana. kombinasi dengan menitikberatkan
Tujuan pemidanaan adalah pada salah satu unsurnya tanpa
dasar pembenaran (justification) menghilangkan unsur yang lain
mengapa seseorang dijatuhi pidana. maupun pada semua unsur yang
Di dalam hukum pidana, ada.
dikenal beberapa tujuan Tujuan pemidanaan menurut
pemidanaan, antara lain teori absolut konsep Rancangan KUHP 2015
(teori pembalasan), teori relatif menjelaskan adanya suatu tujuan
(teori prevensi), dan teori gabungan. pemidanaan yang diuraikan secara
Pada intinya, teori absolut jelas pada Pasal 55 ayat (1) dan (2),
menyatakan bahwa pidana secara yang merupakan perwujudan dari
mutlak ada karena dilakukan suatu ide keseimbangan. Tujuan
kejahatan, jadi tidaklah perlu untuk pemidanaan tersebut adalah sebagai
memikirkan manfaat menjatuhkan berikut :
pidana itu. 1. Mencegah dilakukannya tindak
Berbeda dengan teori relatif pidana dengan menegakkan
atau teori tujuan, yang norma hukum demi pengayoman
berpandangan bahwa pidana adalah masyarakat;

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2. Memasyarakatkan terpidana mengayomi masyarakat yang


dengan mengadakan pembinaan terdapat pada pasal 87. Hal ini berarti
sehingga menjadi orang yang terlihat Indonesia sudah menerapkan
baik dan berguna; teori gabungan yang dipakai dalam
3. Menyelesaikan konflik yang perumusan KUHP, yakni
ditimbulkan oleh tindak pidana, memberikan pembalasan dan
memulihkan keseimbangan, dan mempunyai tujuan dalam pemberian
mendatangkan rasa damai dalam efek jera kepada masyarakat dan
masyarakat; memperbaiki nilai-nilai yang telah
4. Membebaskan rasa bersalah rusak sebelumnya. Dalam ketentuan
pada terpidana; ini juga ada kewenangan dari
5. Pemidanaan tidak dimaksudkan Menteri Hukum dan Hak Asasi
untuk menderitakan dan Manusia untuk mengubah hukuman
merendahkan martabat manusia. mati dengan hukuman penjara dalam
waktu tertentu, termasuk untuk
mengubah hukuman mati.
3. Pengaturan Pidana Mati dalam Cara eksekusi pidana mati
Rancangan KUHP pun berbeda. Dapat dilihat di dalam
Pidana mati dirumuskan di Pasal 11 KUHP, penjatuhan pidana
dalam pasal tersendiri untuk mati dilakukan dengan cara
menunjukkan bahwa jenis pidana ini menjeratkan tali terikat di tiang
benar-benar bersifat khusus. Pidana gantungan pada leher terpidana
mati ini harus selalu diancamkan kemudian dijatuhkan papan tempat
secara alternatif dengan jenis pidana berdirinya terpidana, sedangkan di
lainnya, yakni pidana penjara seumur dalam Pasal 90 RUU KUHP
hidup atau pidana penjara paling eksekusi pidana mati dilakukan
lama 20 tahun. Selain itu pidana mati dengan jalan menembak terpidana
dapat dijatuhkan secara bersyarat, sampai mati oleh regu tembak dan
dengan memberikan masa percobaan, sifatnya tertutup (tidak di muka
sehingga dalam tenggang waktu umum). Eksekusi pidana mati
masa percobaan tersebut terpidana terhadap wanita hamil atau orang
diharapkan dapat memperbaiki diri sakit jiwa ditunda sampai wanita
sehingga pidana mati tidak perlu tersebut melahirkan dan orang yang
dilaksanakan. sakit jiwa tersebut sembuh dari
Perumusan mengenai pidana sakitnya serta eksekusi baru dapat
mati di dalam RUU KUHP lebih dilaksanakan setelah permohonan
rinci dan lengkap dibandingkan grasi bagi terpidana ditolak presiden.
dengan KUHP saat ini. Dalam Pengaturan tentang syarat apa
KUHP termuat pada Pasal 10, yang yang bisa dilakukan untuk
menjelaskan secara tidak mendetail pencabutan atau penundaan pidana
tentang pidana mati, sedangkan mati diatur di dalam Pasal 91, yaitu
dalam RUU KUHP termuat dalam pelaksanaan pidana mati dapat
Pasal 66 yang dijelaskan lebih lanjut ditunda dengan masa percobaan
terkait pidana mati menjadi pidana selama 10 tahun jika reaksi
alternatif yang akan dijatuhkan masyarakat terhadap terpidana tidak
sebagai upaya terakhir untuk terlalu besar, terpidana menunjukkan

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rasa menyesal dan ada harapan untuk terungkap di persidangan. Opzet


diperbaiki, kedudukan terpidana dari terdakwa Very Idham
dalam penyertaan tindak pidana tidak Henyansyah memang terbukti
terlalu penting dan ada alasan menghilangkan Korban Hery
meringankan. Apabila terpidana Santoso, dengan demikian
menunjukkan sikap dan perbuatan Hakim menjatuhkan pidana mati
yang terpuji maka dapat diubah seperti yang telah diancamkan
menjadi pidana seumur hidup atau dalam Pasal 340 KUHP. Hakim
pidana paling lama 20 tahun dengan dalam menjatuhkan pidana mati
keputusan menteri hukum dan HAM. terhadap terdakwa Very Idham
Selain itu apabila permohonan grasi Henyansyah telah melewati
terpidana mati ditolak dan eksekusi pertimbangan-pertimbangan atas
belum tidak dilaksanakan dalam realitas yang memang tidak
waktu 10 tahun, maka pidana mati menunjukkan adanya hal-hal
dapat diubah menjadi pidana seumur yang meringankan dalam diri
hidup denga keputusan presiden. terdakwa serta banyaknya hal
Dapat dikatakan bahwa perumusan yang memberatkan pada diri
pidana mati di dalam RUU KUHP terdakwa. Hakim dalam
dikhususkan demi mencapai tujuan menjatuhkan pidana mati telah
mengayomi masyarakat. Pidana mati sesuai dengan hukum positif
tidak hanya menjadi jenis pidana Indonesia, yang memang masih
pokok semata, namun menjadi jalur memberlakukan hukuman mati
alternatif. secara de facto dan de jure.
Meskipun demikian, Apabila 2. Para perancang RUU KUHP
dikomparasikan antara KUHP dan Indonesia telah mengerucut pada
RUU KUHP mengenai tindak pidana dua kepentingan, yakni
yang diancam dengan pidana mati, perlindungan masyarakat dan
masih banyak kesamaan. Terdapat 15 pembinaan bagi pelaku.
Pasal di dalam RUU KUHP yang Perumusan RUU KUHP
mencantumkan pidana mati di dalam mengakui asas-asas atau
deliknya, sedangkan di dalam KUHP keadaan yang meringankan
terdapat 16 tindak pidana yang pemidanaan, mendasarkan pada
diancam hukuman mati keadaan obyektif dan
mempertimbangkan kebutuhan
IV. KESIMPULAN adanya pembinaan individual
Berdasarkan uraian dari seluruh dari pelaku tindak pidana.
pembahasan materi hasil penelitian Meskipun demikian, para
ini, maka dapat disimpulkan: perancang RUU KUHP
1. Pertimbangan Hakim dalam Indonesia masih menilai bahwa
Putusan No. 1036 / Pid / B/ 2008 pidana mati tetap perlu
/ PN.DPK sudah tepat. Hakim dicantumkan untuk tindak
dalam membuktikan unsur-unsur pidana yang dianggap serius.
demi unsur yang terkandung Pidana mati dirumuskan dalam
dalam Pasal 340 sudah jenis pidana khusus yang
memerhatikan dengan cermat penjatuhannya secara alternatif
dengan fakta-fakta yang dan bersyarat.

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Saran indikator yang jelas supaya


1. Saran yang diberikan kepada lebih membantu aparat
para penegak hukum, penegak hukum menciptakan
khususnya Hakim adalah keadilan.
harus sangat berhati-hati dan
cermat dalam menjatuhkan V. DAFTAR PUSTAKA
pidana mati, meskipun Buku :
hukum positif Indonesia saat Aditya, Umi Rozah. Asas dan Tujuan
ini masih memberlakukan Pemidanaan dalam
pidana mati. Hakim dalam Perkembangan Teori
menjatuhkan pidana, Pemidanaan. Semarang :
khususnya pidana mati Pustaka Magister, 2015.
seharusnya lebih Adi, Rianto. Metodologi Penelitian
mempertimbangkan hukuman Sosial dan Hukum,
mati dari segi Jakarta : Granit, 2004).
kriminologisnya, dimana Arief, Barda Nawawi. Beberapa
pandangan kriminologis lebih Aspek Kebijakan
berbicara konkrit, bukan Penegakan dan
hanya conseptual abstraction. Pengembangan Hukum
Hakim harus melihat Pidana, Bandung :
kenyataan bahwa apakah PT.Citra Aditya Bakti,
pidana mati dapat 2005.
dipertanggung jawabkan Arief, Barda Nawawi dan Muladi.
dalam rangka memberantas Teori-teori dan
atau mencegah kejahatan. Kebijakan Pidana.
2. Disarankan kepada perancang Bandung : PT.Alumni,
RUU KUHP Indonesia, agar 1984.
lebih memberikan indikator Arief, Barda Nawawi. Hukum Pidana
yang jelas mengenai Lanjut, Semarang : Badan
penetapan ancaman hukuman Penerbit Universitas
mati di dalam beberapa tindak Diponegoro Semarang,
pidana. Apakah ancaman 2014.
pidana mati tersebut Bockler, Pohler. The Death Penalty
dirumuskan di dalam suatu and Torture. New York :
tindak pidana lebih The Seabury Press, 1979.
dikarenakan melihat tingkat Hakim, Abdul Aziz. Negara Hukum
keseriusan kejahatan (gravity dan Demokrasi di
of crimes) atau berdasarkan Indonesia. Yogyakarta :
dampak kejahatan. Hal ini Penerbit Pustaka Pelajar,
menurut penulis sangat perlu, 2011.
mengingat bahwa pidana mati Hamzah, Andi dan Sumangelipu.
dipandang sebagai jenis Pidana Mati di Indonesia
pidana paling berat yang di Masa Lalu, Kini, dan
dikhususkan di dalam RUU di Masa Depan. Jakarta :
KUHP, sehingga dalam Ghalia Indonesia, 1984.
penjatuhannya harus memiliki

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hamzah, Andi. Sistem Pidana dan Indonesia. Yogyakarta :


Pemidanaan Indonesia. Liberty,1982.
Jakarta : PT. Pradnya Prakoso, Djoko. Studi tentang
Paramita, Tahun 1993. Pendapat Mengenai
Harahap, M. Yahya. Pembahasan Efekivitas Pidana Mati di
Permasalahan dan Indonesia Dewasa Ini.
Penerapan KUHAP. Jakarta : Ghalia Indonesia,
Jakarta: Sinar Grafika, 1983.
2005. Prodjohamidjojo, Martiman.
Lubis Todung Mulia & Alexander Memahami Dasar-Dasar
Lay. Kontroversi Hukum Pidana
Hukuman Mati Indonesia. Jakarta :
Perbedaan Pendapat Pradnya Paramita, 1997.
Hakim Konstitusi. Jakarta Rahardjo, Satjipto. Bersatulah
: Kompas Media Group, Kekuatan Hukum
2009. Progresif, diakses dari
Makarao, Mohammad Taufik dan Saleh, Roeslan. Masalah Pidana
Suhasril. Hukum Acara Mati. Jakarta : Aksara
Pidana dalam Teori dan Baru, 1978.
Praktek. Bogor : Ghalia Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana
Indonesia, 2010. dan
Manan, Bagir. Organisasi Peradilan Pertanggungjawaban
di Indonesia Dalam Pidana. Jakarta : Aksara
Makalah Penataran Baru, 1993.
Hukum Administrasi Soedarto, Hukum dan Hukum
Tahun 1978/1998. Pidana. Bandung:
Surabaya: Fakultas Hukum Penerbit Alumni, 2008.
Airlangga, 1998. Soedarto. Hukum Pidana I.
Marlina. Hukum Penitensir. Bandung Semarang : Fakultas
: PT. Reflika Aditama, Hukum UNDIP, 1990.
2011. Soedarto. Kapita Selekta Hukum
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana, (Bandung :
Pidana. Jakarta: PT. Alumni, 1981).
Rineka Cipta, 2002. Susanto. Kriminologi. Yogyakarta :
Moeljatno. Azas-Azas Hukum Genta Publishing, 2011.
Pidana. Jakarta : Bumi
Aksara, 1993. ENSIKLOPEDIA
Muladi. Proyeksi Hukum Pidana Nasional, Departemen Pendidikan.
Materiil Indonesia Di Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Masa Datang , Pidato Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Pengukuhan Guru Besar Utama, 2008.
Ilmu Hukum Pidana,
Semarang Tahun1990. JURNAL
Poernomo, Bambang. Ancaman Position Paper Advokasi RUU
Pidana Mati dalam KUHP Seri #3 Pemidanaan, Pidana
Hukum Pidana di

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan Tindakan dalam Rancangan


KUHP

PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Negara Republik


Indonesia No. 1 Tahun 1946 tentang
Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP).

Undang-undang Negara Republik


Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).

Undang-undang Negara Republik


Indonesia No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman

Rancangan Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana Tahun 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai