FAKULTAS HUKUM
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
88/PID.B/2018/PN. DPK)
merespon tetapi beraksi dan dengan aksinya itu, maka terciptalah satuan kegiatan
tidak dapat berbuat bebas menurut kehendaknya dan setiap manusia mempunyai
kekurangan dalam pemikirannya ada yang sehat dan ada yang tidak sehat seperti
1
Adam Chazawi, pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002, hlm 7
2
Sutrisno, Ilmu Hukum, Prenhallindo, Jakarta: 2010, hlm 15.
efektif, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana mempermudah interaksi
sosial, dan sarana pembaharuan. Jadi, hukum bukan hanya sebatas pengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara, namun juga sebagai sarana penyadaran akan
tersebut mungkin berupa sanksi negatif atau sanksi positif. Ada pandangan-
pandangan yang menyatakan bahwa sanksi-sanksi negatif yang berat akan dapat
menangkal terjadinya kejahatan. Namun disamping itu ada pula yang berpendapat
Kejahatan sebagai tindak pidana yang tergolong berat, lebih berat dari sekedar
pelanggaran; perbuatan yang sangat anti sosial, yang oleh negara dengan sadar
ancaman hukumannya lebih ringan dari pada kejahatan baik yang berupa
3
Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional & Indonesia, Wacana Intelektual, 2007, hlm.
244
4
Ibid., hlm. 335
5
Kansil CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm. 12
adalah Negara hukum.6 Hukum di Indonesia ditempatkan sebagai satu - satunya
negaranya.
Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Kekuasaan yang sahlah yang
yang sah pada dasarnya bukanlah hukum. Jadi hukum bersumber pada kekuasaan
yang sah.7 Hukum itu sendiri pada hakikatnya adalah kekuasaan yang mengatur,
bahwa hukum itu kekuasaan tidak berarti bahwa kekuasaan itu hukum.Sekalipun
dengan sanksi, hendaknya jangan sampai menjadi hukum kekuasaan, hukum bagi
merupakan unsur esensial dan tiada kekuasaan yang kebal terhadap kecaman. 9
setiap individu.
6
Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat (3)
7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2010), hlm.25.
8
Ibid hlm.26.
9
Ibid, hlm.27.
hukum dan pemecahan masalah-masalah di bidang hukum. Kedokteran forensik
kepada praktik patologi forensik yang menjadi bagian penting dari sistem coroner
luas. Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu.
Dari semula hanya pada kematian korban kejahatan, kematian tak diharapkan dan
tak diduga, mayat tak dikenal, hingga para korban kejahatan yang masih hidup,
atau bahkan kerangka, jaringan dan bahan biologis yang diduga berasal dari
seksual, kekerasan dalam rumah tangga, child abuse and neglect, perselisihan
pada perceraian, fraud dan abuse pada perasuransian, hingga ke pelanggaran hak
asasi manusia.
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-
kematian.
Forensik (berasal dari bahasa Yunani ’Forensis’ yang berarti debat atau
kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu
tindakan pidana.
orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital anggota
perbuatan keji dan biadab, serta melanggar nilai-nilai kemanusiaan yang paling
mendasar .
melakukan perbuatan tindak pidana pembunuhan ini terletak pada akibat hukum
10
Mustofa hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2013. Hlm
273.
nya, ketika perbuatan tindak pidana pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja
ataupun direncanakan terlebih dahulu maka akibat hukum yaitu sanksi pidananya
akan lebih berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan
11
R Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bogor: Politelia. 1995. Hlm 241.
suatu peristiwa itu adalah adanya “niat” yang diwujudkan melalui perbuatan yang
dilakukan sampai selesai.
Berdasarkan unsur kesalahan, tindak pidana pembunuhan dapat
dibedakan
menjadi:
1. Pembunuhan yang di lakukan dengan sengaja, terdari atas;
a. Pembunuhan Biasa
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak
pidana dalam bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu
delik
yang telah dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.
Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP menyatakan bahwa pemberian
sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara paling lama lima belas tahun.
12
Adami Chazawi, Kejahatan terhadap Tubuh & Nyawa, Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2010, hlm.57
3. Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara
perbuatan dan akibat kematian (orang lain).
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang menyebutkan
sebagai berikut :
Jika unsur-unsur di atas telah terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan
sengaja akan timbulnya suatu akibat tetapi ia tidak membatalkan niatnya,
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan
pembunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana
sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya,
yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih
pembunuhan berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama
Salah satu pembunuhan yang pernah berproses di Pengadilan Negeri Depok adalah kasus
pembunuhan Penelitian ini mengambil kasus putusan Pengadilan Negeri Depok No.
88/Pid.B/2018/PN.Dpk. Dalam putusan ini, terdakwa yakni Suwandi Alias Wandi Bin Suharto
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana yang melakukan
Terdakwa atas nama Suwandi Alias Wandi Bin Suharto dalam melakukan perbuatannya diduga
adanya kandungan pada diri korban. Menjadi pertanyaan ini yang membuat penulis mengangkat
permasalahan ini apakah memang perlu adanya ilmu forensic dalam penerapan hukum sehingga
Dari uraian latar belakang diatas dan mencermati hal-hal yang mungkin timbul dari
permasalahan yang ada, maka penulis tertarik untuk mengambil skripsi dengan judul
88/Pid.B/2018/PN.Dpk ”
13
Peter Morrall,Murder and Society (Singapore:John Wiley & Sons, 2006) Hlm. 72
B. Perumusan Permasalahan
di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Indonesia
D. Kerangka Konseptual
1. Hukum pidana adalah serangkaian ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku yang
dilarang atau yang diharuskan yang (terhadap pelanggarnya) diancam dengan pidana,
jenis dan macam pidana dan cara -cara menyidik, menuntut, pemeriksaan, persidangan
2. Tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu, dan keadaan tertentu, yang
dilarang (atau diharuskan) dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat
melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh seseorang (yang mampu
bertanggung jawab).15
3. Pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa orang
lain. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana terhadap
nyawa diatur pada Buku II Titel XIX (Pasal 338 sampai dengan Pasal 350).
14
E.Y.Kanter, S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika,
Jakarta, 2002, Hal 8.
15
Ibid, hal 211
← Pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa orang
lain. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana terhadap
nyawa diatur pada Buku II Titel XIX (Pasal 338 sampai dengan Pasal 350).
4. Metode penelitian
Penulisan dalam skripsi ini didasarkan pada metode penelitian hukum normatif
hukum dilakukan dengan cara meneliti bahan pusaka atau data sekunder belaka dapat
Data sekunder adalah data yang berisikan dokumen - dokumen resmi, buku -
buku, hasil - hasil penelitian berwujud laporan, buku harian dari peneliti - peneliti
terdahulu. Penulis melakukan penelusuran melalui data - data sekunder yang ada di
berbagai perpustakaan. Data sekunder dapat didapat dari bahan hukum Primer, sekunder,
a. Bahan primer berupa bahan - bahan hukum yang mengikat yang diperoleh langsung
dari sumber utama. Bahan hukum primer yang digunakan dalam skripsi ini antara
lain;
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang sangat erat hubungannya dengan bahan
hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer atau bahan - bahan yang dapat memberikan penjelasan melalui buku - buku,
16
Yamin, Utji Sri Wulan Wuryandari, Nukilan Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Pancasila, Jakarta, 2015, Hal 7
17
Ibid
18
Ibid, Hal 28
artikel, majalah, dan lain - lain yang berhubungan dengan penulisan ini 19. Beberapa
bahan sekunder yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain;
1) Kanter, E.Y., dan S.R. Sianturi. Asas - Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan
2) Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2004,
c. Bahan hukum Tersier bahan - bahan yang memberikan informasi tentang bahan
primer dan bahan sekunder,20 Seperti Kamus Hukum dan Kamus besar Bahasa
Indonesia.
5. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini disusun secara sistematis yaitu terdiri dari 4 (empat) bab utama,
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, pokok permasalahan,
penulisan.
PEMBUNUHAN
Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai pengertian tindak pidana, jenis-jenis
tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, alasan pemaafaan tindak pidana, tindak
19
Yamin, Utji Sri Wulan Wuryandari, Nukilan Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Pancasila, Jakarta, 2015, Hal 29
20
Ibid
BAB III ANALISA ANALISA TINDAK PIDANA MENGGUNAKA ILMU HUKUM
Dalam Bab ini membahas mengenai analisis tindak pidana pembunuhan yang di
mental psikopat.’
BAB IV PENUTUP
Bab penutup ini merupakan akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan yang
dapat diambil dari bab-bab sebelumnya serta berisi saran dari penelitian yang