Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

“PERZINAHAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8 :
1. ALDI FAJAR RAMADIANTO ( 3016210024 )
2. MUHAMMAD ARIF SYAHPUTRA ( 3016210207 )
3. SESAR SABIL AZASAR ( 3016210282 )
4. STEFFANI SARAH PRATIWI ( 3014210416 )
5. SYSZIA FITRI DWIYANI ( 3016210291 )
6. YEHESKIEL ARUNG MANGEA ( 3016210313 )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, Mei 2020

1
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam usaha memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna kepentingan pemeriksaan


suatu perkara pidana, seringkali para penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau
hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di
luar kemampuan atau keahliannya. Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat
penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil selengkap-lengkapnya bagi para
penegak hukum tersebut.
Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa pihak Kepolisian selaku aparat penyidik
membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu pada
pengungkapan kasus perzinahan. Kasus kejahatan kesusilaan yang menyerang kehormatan
seseorang dimana dilakukan tindakan seksual dalam bentuk persetubuhan dengan tanpa
adanya ikatan pernikahan atau perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terikat
perkawinan dengan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang perempuan
yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya, membutuhkan
bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini yaitu
keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa
keterangan medis yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai keadaan korban,
terutama terkait dengan pembuktian adanya tanda-tanda telah dilakukannya suatu
persetubuhan yang dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yang sama hal
terjadi seperti pemerkosaan.
Fungsi visum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus perzinahan sebagaimana
terjadi dalam pemberitaan surat kabar di atas, menunjukkan peran yang cukup penting bagi
tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana
perzinahan dari hasil pemeriksaan yang termuat dalam visum et repertum, menentukan
langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus perzinahan.
Mengungkap kasus perzinahan yang demikian, tentunya pihak Kepolisian selaku
penyidik akan melakukan upaya-upaya lain yang lebih cermat agar dapat ditemukan
kebenaran materiil yang selengkap mungkin dalam perkara tersebut. Sehubungan dengan
fungsi visum et repertum yang semakin penting dalam pengungkapan suatu kasus perzinahan,
pada kasus perzinahan dimana pangaduan atau laporan kepada pihak Kepolisian baru

1
dilakukan setelah tindak pidana perzinahan berlangsung lama sehingga tidak lagi ditemukan
tanda-tanda sudah melakukan hubungan selayaknya suami istri atau kekerasan pada diri
korban, hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et repertum tentunya dapat berbeda
dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan segera setelah terjadinya tindak pidana perzinahan.

B. Perumusan Masalah
Sebenarnya masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan ini cukup banyak,
akan tetapi untuk mempermudah dalam penulisan ini diperlukan adanya rumusan dan
pembatasan terhadap masalah, hal ini agar dalam pembahasan masalah akan lebih terarah
sehingga mudah dimengerti.
Adapun perumusan dan pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana unsur-unsur tindak pidana perzinahan sebagai tindak pidana kesusilaan ?
2. Bagaimana kedudukan pembuktian dalam proses pemeriksaan perkara pidana ?
3. Bagaimana peran dan fungsi visum et repertum sebagai pengganti corpus delicti
(tanda bukti) dalam hal memberi petunjuk mengenai adanya kekerasan dalam tindak
pidana kesusilaan (perzinahan) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak
sebagai kejahatan Perzinahan
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi kejahatan
Perzinahan
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
menanggulangikejahatan Perzinahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tindak Pidana Perzinahan Sebagai Kejahatan Asusila


Pandangan masyarakat yang pada umumnya bahwa kejahatan seksual itu bermacam-
macam , seperti perzinahan, homoseksual, samen leven (kumpul kebo), lesbian, prostitusi
(pelacuran), pencabulan, perkosaan promiskuitas (hubungan seksual yang dilakukan diluar
ikatan perkawinan dengan cara berganti-ganti pasangan).
dengan cara-cara kekerasan. Contohnya kejahatan seksual yang dilakukan dengan suka sama
suka atau melalui transaksi (imbalan uang atau barang karena melayani kebutuhan seksual
seseorang berdasarkan perjanjian), Maka dari itu perlu ditinjau istilah kejahatan kekerasan
seksual itu sendiri. Dari kejahatan-kejaahatan seksual tersebut tidak semua dilakukan

2.2 Pengertian Perzinahan


Perzinahan diatur dalam pasal 284 KUHP; salah satu pasal yang termasuk dalam bab
XIV, yaitu kejahatan terhadap kesusilaan. Lengkapnya pasal 284 KUHP' berbunyi sebagai
berikut:
(1) Dihukum penjara selama-Iamanya sembilan bulan:
I. a. Laki-Iaki yang beristeri berbuat zina, sedang diketahuinya, bahwa pasal 27 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata berlaku padanya;
b. Perempuan yang bersuami berbuat zina;
2. a. Laki-Iaki yang turut melakukannya perbuatan itu, sedang diketahuinya, bahwa
kawannya
itu bersuami;
b. Perempuan yang tidak bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedang
diketahuinya, bahwa kawannya itu beristeri dan pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata berlaku pada kawannya itu.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan suami (isteri) yang mendapat malu dan jika
pada suami (isteri) itu berlaku pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam tempo
3 bulan sesudah pengaduan itu, diikuti dengan permintaan akan bercerai atau perpisahan
tempat tidur dan meja makan oleh perbuatan itu juga.
(3) Tentang pengaduan ini pasal 72, 73 dan 75 tidak berlaku.

3
(4) Pengaduan itu boleh dicabut selama pemeriksaan dimuka sidang pengadilan belum
dimulai.
(5) Kalau bagi suami dan isteri itu berlaku pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
maka pengaduan itu tidak diindahkan sebelum mereka jelas, dari perumusannya terlihat
bahwa pada pasal perzinahan ini terkandung unsur diskriminatif, yaitu terhadap seorang
suami yang tidak tunduk pada pasal 27 KUHPerdata itu bebas dari tuntutan pidana -bila ia
melakukan perzinahan-, sementara hal demikian tidak berlaku bagi seorang isteri atau
seorang wanita yang berstatus "masih sendiri". Dengan kata lain, disini pendiskriminasian
didasari pada golongan penduduk dan jenis kelamin.
Keadaan yang bersifat diskriminatif ini menurut penjelasan resmi pasal 284 KUHP itu
timbul didasarkan atas "eigenaardigesamenstelling der Indische maatschappij", dimana
menurut pandangan pribumi -yang disimpulkan oleh para penguasa Hindia Belanda
perzinahan itu hanya mungkin dilakukan oleh pihak wanita.·
Apakah memang demikian, bahwa menurut hukum adat dari banyak daerah di
Indonesia, perzinahan hanya dapat dilakukan oleh si isteri dipandang sebagai melanggar hak
suami. Dikalangan Islam pun perzinahan itu hanya dapat dilakukan oleh si isteri, laki-Iaki
tidak mungkin, karena agama Islam membolehkan poligami.· Kami kira, baik hukum adat
dari banyak daerah Indonesia, terlebih lagi hukum Islam, sama sekali tidak memberikan
"previIige" bagi seorang pria atau suami untuk dapat melakukan perzinahan tanpa dikenakan
suatu sanksi, seperti juga yang dikenakan pada pihak wanitanya.
Selain daripada itu, kami kira, adalah tidak tepat bila kita mengidentikan antara
perzinahan dan poligami. Dua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Hubungan sex yang
dilakukan dalam perkawinan (yang berpoligami) itu baru dapat dilakukan apabila perkawinan
yang kedua (dari si suami itu) diselenggarakan berdasarkan ketentuan hukum Islam.
Sementara itu, seperti telah disampaikan di atas, perzinahan itu adalah hubungan kelamin pria
dan wanita yang bukan suami isteri. Sehingga karenanya sama sekali tidaklah dapat kita
katakan bahwa hubungan sex dari suami (yang berpoligami itu) dengan isterinya adalah
perzinahan. Dalam kaitan ini Prof. Oemar Seno Adji berpendapat bahwa perundang-
undangan yang demikian yang mengadakan pendiskriminasian itu sudah bersifat "out of
touch" .

1. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perzinahan


Unsur-Unsur Tindak Pidana Kesusilaan Melihat dari pengertian perbuatan pidana
menurut Moeljatno dan pengertian tindak pidana menurut Rancangan KUHP Nasional, maka
4
unsur-unsur perbuatan pidana atau tindak pidana adalah sebagai berikut : Menurut Moeljatno
ada dua unsur tindak pidana ialah ;
1. Unsur-unsur Formal
a. Perbuatan (manusia) ;
b. Perbuatan itu dilarang oleh suatu aturan hukum ;
c. Larangan itu disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu ;
d. Larangan itu dilanggar oleh manusia.
2. Unsur Material Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum, yaitu harus betul-betul
dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tak patut dilakukan.

Menurut pengertian Rancangan KUHP Nasional ialah


1. Unsur-Unsur Formal
a. Perbuatan sesuatu ;
b. Perbuatan itu dilakukan atau tidak dilakukan ;
c. Perbuatan itu oleh Peraturan Perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan
terlarang ; Perbuatan itu oleh peraturan Perundang-undangan diancam pidana.

2. Unsur Material Perbuatan itu harus bersifat betentangan dengan hukum, yaitu harus
benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut dilakukan. Oleh
karena itu apabila suatu perbuatan telah memenuhi rumusan dalam Undang-Undang, tetapi
perbuatan tersebut tidak bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum, maka
perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana.

Dalam pasal 284 KUHP tersebut unsur-unsur yang harus dipenuhi antara lain :
 Merusak kesopanan atau kesusilaan (bersetubuh)
 Salah satu/kedua-duanya telah beristri/bersuami.
 Salah satu berlaku pasal 27 KUHP Perdata.

Penjelasan mengenai pasal 284 KUHP adalah sebagai berikut :


a. Zina menurut pasal 284 KUHP adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki
atau perempuan yang telah menikah dengan perempuan atau laki-laki yang bukan istri
atau suaminya. Persetubuhan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka dan tidak
merupakan paksaan dari salah satu pihak.
b. Pasal 284 KUHP membedakan antara orang-orang yang tunduk pada pasal 27 BW
dan orang-orang yang tidak tunduk pada pasal 27 BW.

5
c. Pasal 284 KUHP tersebut berlaku aduan yang absolut, artinya tidak dapat dituntut jika
tidak ada pengaduan dari pihak suami atau istri yang dirugikan (dipermalukan).
Pengaduan tersebut berlaku bagi pihak yang dirugikan dan pasangan perzinahan.
d. Walaupun belum terdapat pengaduan dari pihak yang berkepentingan, polisi tidak
dilarang untuk mengadakan pemeriksaaan bila menjumpai peristiwa perzinahan,
bahkan hal-hal tertentu pihak kepolisian harus mengambil tindakan-tindakan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam rangka menjaga keamanan dan
ketertiban umum.

2. Hukum Pidana dan Kedudukan Pembuktian dalam Proses Pemeriksaan Perkara


Pidana
Hukum Pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara. Istilah “hukuman” yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat
mempunyai arti yang lebih luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan
bidang yang cukup luas.
Pengenaan pidana hanya dapat dilaksanakan melalui pembuktian terlebih dahulu.
Dapat dipahami secara seksama, bahwa hukum pidana menganggap pembuktian adalah
bagian yang sangat urgensi sekali dalam hal menetapkan apakah seseorang yang disangkakan
melakukan suatu tindak pidana bersalah.
Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses pemeriksaan
sidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian
dengan alat-alat bukti yang ditentukan dengan Undang-Undang “tidak cukup” membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, terdakwa “dibebaskan” dari hukuman
Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang
disebut dalam pasal 184 KUHAP, terdakwa dinyatakan “bersalah”. Kepadanya akan
dijatuhkan hukuman, yang sesuai dengan pasal 193 (1) KUHAP yang berbunyi: “jika
pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh karena itu, hakim harus hati-hati,
cermat, dan matang menilai serta mempertimbangkan nilai pembuktian. Meneliti sampai di
mana batas minimum “kekuatan pembuktian” atau bewijs kracht dari setiap alat bukti yang
disebutkan dalam pasal 184 KUHAP.
Untuk mengungkap suatu perkara pidana, setidaknya terdapat tiga hal yang tidak
dapat dipisahkan karena menyangkut keabsahan dan kevalidan suatu putusan pengadilan
yaitu; sistem pembuktian yang dianut oleh hukum acara, alat bukti dan kekuatan pembuktian
6
serta barang bukti yang akan memperkuat alat bukti yang dihadirkan didalam sidang
pengadilan, sehingga membuktikan berarti memberi kepastian kepada hakim tentang adanya
peristiwa-peristiwa tertentu. Baik dalam hukum acara perdata maupun dalam hukum acara
pidana, pembuktian memegang peranan yang sangat sentral.
Bahwasanya di dalam sistem pembuktian semata-mata tidak hanya untuk memberikan
kejelasan suatu perkara yang sedang diselidiki, akan tetapi yang lebih penting dari semua itu
adalah bagaimana mempertangungjawabkan apa yang ada dalam KUHAP mengenai
pembuktian itu sendiri.
Dari itulah, tujuan dan kegunaan pembuktian bagi para pihak yang terlihat dalam
proses pemeriksaan persidangan adalah; bagi penuntut umum, pembuktian adalah merupakan
usaha untuk menyakinkan hakim, yakni berdasarkan alat bukti yang ada agar menyatakan
seorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan. Sementara itu fungsi
pembuktian bagi terdakwa merupakan usaha menyakinkan hakim agar dibebaskan atau
meringankan pidananya. Pembuktian bagi hakim sebagai dasar untuk membuat keputusan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembuktian kemudian menjadi syarat penting untuk
dihukumnya seseorang yang sudah diduga sebagai pelaku kejahatan. Proses pembuktian
dilakukan melalui pengungkapan suatu perkara pidana dengan penyidikan dan penyelidikan
oleh pihak yang berwenang. Dengan demikian, bersalah atau tidaknya seorang terdakwa
sebagaimana didakwakan dalam surat dakwaan ditentukan oleh proses pembuktiannya.

3. Peran dan fungsi Visum et Repertum dalam Tindak Pidana Perzinahan


Mengenai peranan visum et repertum dalam proses penanganan perkara pidana,
sebelum membahas peranan tersebut, berikut ini yang dimaksud dengan arti kata peranan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata peran diartikan sebagai seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.
Sedangkan kata peranan diartikan yaitu bagian dari tugas yang harus dijalankan. Kata
perananan diartikan proses,cara,perbuatan memahami,perilaku yang diharapkan dan
dikaitkan dengan kedudukan seseorang.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, diterapkan dengan peranan visum et
repertum, maka dapat disimpulkan bahwa peranan visum et repertum yaitu bagian dari
tugas, cara, proses, yang dapat diikatkan pada visum et repertum menurut kedudukannya.
yang dapat dilakukan dan atau diberikan oleh visum et repertum dalam kedudukannya
pada proses penyidikan suatu tindak pidana perzinahan. Menurut H.M. Soedjatmiko,
sebagai suatu keterangan tertulis yang berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli
7
terhadap barang bukti yang ada dalam suatu perkara pidana, maka visum et repertum
mempunyai peran sebagai berikut :
1. Sebagai alat bukti yang sah.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam KUHAP Pasal 184 Ayat (1) jo Pasal 187
huruf c.
2. Bukti penahanan tersangka.
Di dalam suatu perkara yang mengharuskan penyidik melakukan penahanan
tersangka pelaku tindak pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti-bukti yang
cukup untuk melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat tindak
pidana yang dilakukan oleh tersangka terhadap korban. Visum et repertum yang
dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti
untuk melengkapi surat perintah penahanan tersangka.
3. Sebagai bahan pertimbangan hakim.
Meskipun bagian kesimpulan visum et repertum tidak mengikat hakim, namun
apa yang diuraikan di dalam Bagian Pemberitaan sebuah visum et repertum
adalah merupakan bukti materiil dari sebuah akibat tindak pidana, di samping
itu Bagian Pemberitaan ini adalah dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti yang telah dilihat dan ditemukan oleh Dokter. Dengan demikian dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi hakim yang sedang menyidangkan
perkara tersebut.
Karena tujuan pemeriksaan perkara pidana adalah mencari kebenaran
materiil, maka setiap masalah yang berhubungan dengan perkara pidana tersebut harus
dapat terungkap secara jelas. Demikian halnya dengan visum et repertum yang dibuat
oleh dokter spesialis forensik atau dokter ahli lainnya, dapat memperjelas alat bukti
yang ada bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
Sehubungan dengan hakikat pemeriksaan perkara pidana adalah mencari kebenaran
materiil maka kemungkinan menghadapkan Dokter untuk membuat visum et repertum
adalah suatu hal yang wajar demi kepentingan pemeriksaan dan pembuktian. Mengenai
dasar hukum peranan visum et repertum dalam fungsinya membantu aparat penegak
hukum menangani suatu perkara pidana, hal ini berdasarkan ketentuan dalam KUHAP
yang memberi kemungkinan dipergunakannya bantuan tenaga ahli untuk lebih
memperjelas dan mempermudah pengungkapan dan pemeriksaan suatu perkara pidana.

8
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan yang terurai pada bab
sebelumnya, dalam penulisan makalah ini mengambil kesimpulan, Bahwa Keberadaan visum
et repertum selalu dibutuhkan dalam setiap penyidikan tindak pidana perzinahan, dalam hal
ini visum et repertum selalu menjadi alat bukti dalam penyidikan tindak pidana perzinahan,
visum et repertum mempunyai fungsi yang sangat penting bagi penyidik khususnya untuk
mengetahui adanya unsur persetubuhan dan unsur kekerasan yang terjadi pada diri korban,
visum et repertum merupakan salah satu alat bukti yang sangat penting untuk membantu
penyidik melakukan penyidikan lebih lanjut serta menjadi salah satu alat bukti yang harus
selalu ada dalam setiap pemeriksaan perkara hingga tahap persidangan.

Korban terbanyak berusia 13 – 18 tahun, jumlah korban terbanyak bertempat tinggal


di Kecamatan Koto tangah Kota Padang, lebih dari setengah jumlah korban adalah pelajar
dan tidak mengalami tanda-tanda kekerasan dibagian tubuh lain, arah perlukaan selaput dara
terbanyak berdasarkan posisi persetubuhan adalah selain arah 5 dan 7 dan tidak adanya
hubungan yang signifikan terhadap perlukaan selaput dara dengan posisi persetubuhan diluar
perkawinan. Penelitian ini dapat membantah pernyataan dari pihak penyidik atau jaksa bahwa
persetubuhan dengan kekerasan tidak selalu mengakibatkan perlukaan selaput dara dengan
arah jarum jam lima dan tujuh.

2. Saran
Manusia dianugerahi akal oleh Tuhan untuk bisa mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk,tetapi manusia juga memiliki nafsu sebagai manusia yang berakal kita
harus bisa mengendalikan nafsu kita jangan karena nafsu,akhirnya kita melakukan kesalahan
yang sangat besar seperti berzinah,mungkin saat melakukan zinah kita tidak berfikir panjang
tetapi efek dari itu semua itu akan berakibat panjang,akan menimbulkan kerugian,malu,dan

9
dicemooh, karenanya kita tidak hanya hidup didunia saja,melainkan seluruh apa saja yang
kita telah lakukan didunia ini akan kita pertanggung jawabkan diakhirat kelak,oleh karena
itu,agar kita terhindar dari zinah atau yang sudah terlanjur berbuat zinah tidak ada salahnya
jika kita bertaubat selagi kita masih diberi kehidupan didunia ini dan tidak ada kata terlambat
untuk bertaubat, yang sebaiknya kita lakukan adalah sebagai berikut :

1. Menyesali dengan sungguh-sungguh terhadap kesalahan yang telah dilakukan. Dan


bahkan itulah inti taubat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Penyesalan adalah hakikat


taubat." (HR. Ahmad 3568, Ibn Majah 4252 dan dishahihkan Syuaib al-
Arnauth).

Untuk bisa menyesal, anda tidak harus menunggu ketangkap basah atau ketahuan
orang yang anda segani atau dipermalukan di depan orang lain. Penyesalan bisa
dilakukan ketika anda merasa telah bertindak sangat bodoh, dengan kemaksiatan yang
anda telah lakukan.

Bayangan kenikmatan maksiat bisa jadi tetap terngiang. Tapi harus dilawan dengan
kesedihan.

2. Meninggalkan dosa zinah dan semua pemicu zinah


Konsekuensi dari dosa zinah adalah meninggalkan dosa zina dan semua pemicunya.
Orang harus menghindari jauh dari pasangan zinanya, kecuali setelah menikah.

3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa zina


Tanamkan bahwa dosa ini berbahaya. Karena bisa menghalangi anda untuk
mendapatkan apa yang anda inginkan, cepat atau lambat.

4. Dekatkan diri dengan banyak beribadah kepada Tuhan


Semoga ini bisa membantu untuk menggugurkan dosa. Karena ketaatan bisa
menghapus dosa maksiat.
Allah berfirman, “Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114).

10
5. Carilah lingkungan yang baik
Cari teman yang baik yang bisa membimbing Anda untuk menjadi orang yang baik.
Karena lingkungan bisa menjadi pengaruh terbesar bagi kehidupan kita. Anda bisa
sibukkan diri anda dengan belajar agama. Semoga ini bisa menguras suasana kotor
yang timbul tenggelam dalam pikiran anda.
Termasuk mencoba menghafal Alquran. Ini bisa menjadi cara yang paling efektif
untuk membuang pikiran kotor.
Setiap manusia, jika tidak disibukkan dengan hal baik, dia akan memilih kesibukan di
hal-hal yang buruk. Sibukkan diri dengan kebaikan, semoga bisa menjadi benteng
bagi anda untuk melakukan maksiat.
6. Rahasiakan
Rahasiakan dosa ini kepada siapapun sampai mati. Rahasiakan sekalipun dengan
orang terdekat.
Menceritakan hal ini kepada orang lain justru akan menimbulkan masalah baru.
Simpan kejadian ini untuk diri anda sendiri, karena orang lain tidak memiliki
kepentingan dengannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang tertimpa musibah maksiat
dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia
menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik dalam
Al-Muwatha’, no. 1508).

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, Berdasarkan kasus ini – Sahabat Maiz yang
mengaku berzina – menunjukkan bahwa dianjurkan bagi orang yang terjerumus ke
dalam kasus zina untuk bertaubat kepada Allah – Ta’ala – dan menutupi kesalahan
dirinya, dan tidak menceritakannya kepada siapapun.
Lalu beliau mengatakan, Dan ini juga yang ditegaskan as-Syafii Radhiyallahu ‘anhu,
beliau mengatakan, Saya menyukai bagi orang yang pernah melakukan perbuatan
dosa, lalu dosa itu dirahasiakan Allah, agar dia merahasiakan dosanya dan serius
bertaubat kepada Allah… (Fathul Bari, 12/124).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang pernah melakukan


perbuatan maksiat ini kemudian dia mendapatkan hukuman di dunia, maka hukuman
itu akan menjadi kaffarah baginya. Dan siapa yang pernah melakukannya, lalu Allah

11
tutupi maksiatnya, maka urusannya kembali kepada Allah. Allah bisa
mengampuninya atau menghukumnya sesuai kehendak-Nya. (HR. Bukhari 18).

Hadist ini menunjukkan bahwa mereka yang pernah melakukan dosa zinah, agar
taubatnya diterima, tidak disyaratkan harus dihukum rajam atau cambuk. Karena dosa
zinah bisa tertutupi dengan hukuman, bisa juga dengan taubat. Dan di negara kita,
yang memungkinkan hanya yang kedua. Wallahu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://jurnal.fk.unand.ac.id-diakses pada 31 Mei 2020


2. https://www.galamedianews.com/?arsip=233340&judul=ini-harapan-terbesar-bagi-
pelaku-dosa-termasuk-zina-diakses pada 31 Mei 2020.
3. http://www.menegpp.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=107 &Itemid=121 diakses 31 Mei
2020.
4. http://www.KomnasPerempuan.or.id/wp diaksses 31 Mei 2020.
5. Kitab Undang Undang Hukum Pidana ( KUHP ).
6. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

12

Anda mungkin juga menyukai