“PERZINAHAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 :
1. ALDI FAJAR RAMADIANTO ( 3016210024 )
2. MUHAMMAD ARIF SYAHPUTRA ( 3016210207 )
3. SESAR SABIL AZASAR ( 3016210282 )
4. STEFFANI SARAH PRATIWI ( 3014210416 )
5. SYSZIA FITRI DWIYANI ( 3016210291 )
6. YEHESKIEL ARUNG MANGEA ( 3016210313 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
dilakukan setelah tindak pidana perzinahan berlangsung lama sehingga tidak lagi ditemukan
tanda-tanda sudah melakukan hubungan selayaknya suami istri atau kekerasan pada diri
korban, hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et repertum tentunya dapat berbeda
dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan segera setelah terjadinya tindak pidana perzinahan.
B. Perumusan Masalah
Sebenarnya masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan ini cukup banyak,
akan tetapi untuk mempermudah dalam penulisan ini diperlukan adanya rumusan dan
pembatasan terhadap masalah, hal ini agar dalam pembahasan masalah akan lebih terarah
sehingga mudah dimengerti.
Adapun perumusan dan pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana unsur-unsur tindak pidana perzinahan sebagai tindak pidana kesusilaan ?
2. Bagaimana kedudukan pembuktian dalam proses pemeriksaan perkara pidana ?
3. Bagaimana peran dan fungsi visum et repertum sebagai pengganti corpus delicti
(tanda bukti) dalam hal memberi petunjuk mengenai adanya kekerasan dalam tindak
pidana kesusilaan (perzinahan) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak
sebagai kejahatan Perzinahan
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi kejahatan
Perzinahan
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
menanggulangikejahatan Perzinahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(4) Pengaduan itu boleh dicabut selama pemeriksaan dimuka sidang pengadilan belum
dimulai.
(5) Kalau bagi suami dan isteri itu berlaku pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
maka pengaduan itu tidak diindahkan sebelum mereka jelas, dari perumusannya terlihat
bahwa pada pasal perzinahan ini terkandung unsur diskriminatif, yaitu terhadap seorang
suami yang tidak tunduk pada pasal 27 KUHPerdata itu bebas dari tuntutan pidana -bila ia
melakukan perzinahan-, sementara hal demikian tidak berlaku bagi seorang isteri atau
seorang wanita yang berstatus "masih sendiri". Dengan kata lain, disini pendiskriminasian
didasari pada golongan penduduk dan jenis kelamin.
Keadaan yang bersifat diskriminatif ini menurut penjelasan resmi pasal 284 KUHP itu
timbul didasarkan atas "eigenaardigesamenstelling der Indische maatschappij", dimana
menurut pandangan pribumi -yang disimpulkan oleh para penguasa Hindia Belanda
perzinahan itu hanya mungkin dilakukan oleh pihak wanita.·
Apakah memang demikian, bahwa menurut hukum adat dari banyak daerah di
Indonesia, perzinahan hanya dapat dilakukan oleh si isteri dipandang sebagai melanggar hak
suami. Dikalangan Islam pun perzinahan itu hanya dapat dilakukan oleh si isteri, laki-Iaki
tidak mungkin, karena agama Islam membolehkan poligami.· Kami kira, baik hukum adat
dari banyak daerah Indonesia, terlebih lagi hukum Islam, sama sekali tidak memberikan
"previIige" bagi seorang pria atau suami untuk dapat melakukan perzinahan tanpa dikenakan
suatu sanksi, seperti juga yang dikenakan pada pihak wanitanya.
Selain daripada itu, kami kira, adalah tidak tepat bila kita mengidentikan antara
perzinahan dan poligami. Dua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Hubungan sex yang
dilakukan dalam perkawinan (yang berpoligami) itu baru dapat dilakukan apabila perkawinan
yang kedua (dari si suami itu) diselenggarakan berdasarkan ketentuan hukum Islam.
Sementara itu, seperti telah disampaikan di atas, perzinahan itu adalah hubungan kelamin pria
dan wanita yang bukan suami isteri. Sehingga karenanya sama sekali tidaklah dapat kita
katakan bahwa hubungan sex dari suami (yang berpoligami itu) dengan isterinya adalah
perzinahan. Dalam kaitan ini Prof. Oemar Seno Adji berpendapat bahwa perundang-
undangan yang demikian yang mengadakan pendiskriminasian itu sudah bersifat "out of
touch" .
2. Unsur Material Perbuatan itu harus bersifat betentangan dengan hukum, yaitu harus
benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut dilakukan. Oleh
karena itu apabila suatu perbuatan telah memenuhi rumusan dalam Undang-Undang, tetapi
perbuatan tersebut tidak bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum, maka
perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana.
Dalam pasal 284 KUHP tersebut unsur-unsur yang harus dipenuhi antara lain :
Merusak kesopanan atau kesusilaan (bersetubuh)
Salah satu/kedua-duanya telah beristri/bersuami.
Salah satu berlaku pasal 27 KUHP Perdata.
5
c. Pasal 284 KUHP tersebut berlaku aduan yang absolut, artinya tidak dapat dituntut jika
tidak ada pengaduan dari pihak suami atau istri yang dirugikan (dipermalukan).
Pengaduan tersebut berlaku bagi pihak yang dirugikan dan pasangan perzinahan.
d. Walaupun belum terdapat pengaduan dari pihak yang berkepentingan, polisi tidak
dilarang untuk mengadakan pemeriksaaan bila menjumpai peristiwa perzinahan,
bahkan hal-hal tertentu pihak kepolisian harus mengambil tindakan-tindakan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam rangka menjaga keamanan dan
ketertiban umum.
8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan yang terurai pada bab
sebelumnya, dalam penulisan makalah ini mengambil kesimpulan, Bahwa Keberadaan visum
et repertum selalu dibutuhkan dalam setiap penyidikan tindak pidana perzinahan, dalam hal
ini visum et repertum selalu menjadi alat bukti dalam penyidikan tindak pidana perzinahan,
visum et repertum mempunyai fungsi yang sangat penting bagi penyidik khususnya untuk
mengetahui adanya unsur persetubuhan dan unsur kekerasan yang terjadi pada diri korban,
visum et repertum merupakan salah satu alat bukti yang sangat penting untuk membantu
penyidik melakukan penyidikan lebih lanjut serta menjadi salah satu alat bukti yang harus
selalu ada dalam setiap pemeriksaan perkara hingga tahap persidangan.
2. Saran
Manusia dianugerahi akal oleh Tuhan untuk bisa mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk,tetapi manusia juga memiliki nafsu sebagai manusia yang berakal kita
harus bisa mengendalikan nafsu kita jangan karena nafsu,akhirnya kita melakukan kesalahan
yang sangat besar seperti berzinah,mungkin saat melakukan zinah kita tidak berfikir panjang
tetapi efek dari itu semua itu akan berakibat panjang,akan menimbulkan kerugian,malu,dan
9
dicemooh, karenanya kita tidak hanya hidup didunia saja,melainkan seluruh apa saja yang
kita telah lakukan didunia ini akan kita pertanggung jawabkan diakhirat kelak,oleh karena
itu,agar kita terhindar dari zinah atau yang sudah terlanjur berbuat zinah tidak ada salahnya
jika kita bertaubat selagi kita masih diberi kehidupan didunia ini dan tidak ada kata terlambat
untuk bertaubat, yang sebaiknya kita lakukan adalah sebagai berikut :
Untuk bisa menyesal, anda tidak harus menunggu ketangkap basah atau ketahuan
orang yang anda segani atau dipermalukan di depan orang lain. Penyesalan bisa
dilakukan ketika anda merasa telah bertindak sangat bodoh, dengan kemaksiatan yang
anda telah lakukan.
Bayangan kenikmatan maksiat bisa jadi tetap terngiang. Tapi harus dilawan dengan
kesedihan.
10
5. Carilah lingkungan yang baik
Cari teman yang baik yang bisa membimbing Anda untuk menjadi orang yang baik.
Karena lingkungan bisa menjadi pengaruh terbesar bagi kehidupan kita. Anda bisa
sibukkan diri anda dengan belajar agama. Semoga ini bisa menguras suasana kotor
yang timbul tenggelam dalam pikiran anda.
Termasuk mencoba menghafal Alquran. Ini bisa menjadi cara yang paling efektif
untuk membuang pikiran kotor.
Setiap manusia, jika tidak disibukkan dengan hal baik, dia akan memilih kesibukan di
hal-hal yang buruk. Sibukkan diri dengan kebaikan, semoga bisa menjadi benteng
bagi anda untuk melakukan maksiat.
6. Rahasiakan
Rahasiakan dosa ini kepada siapapun sampai mati. Rahasiakan sekalipun dengan
orang terdekat.
Menceritakan hal ini kepada orang lain justru akan menimbulkan masalah baru.
Simpan kejadian ini untuk diri anda sendiri, karena orang lain tidak memiliki
kepentingan dengannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang tertimpa musibah maksiat
dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia
menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik dalam
Al-Muwatha’, no. 1508).
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, Berdasarkan kasus ini – Sahabat Maiz yang
mengaku berzina – menunjukkan bahwa dianjurkan bagi orang yang terjerumus ke
dalam kasus zina untuk bertaubat kepada Allah – Ta’ala – dan menutupi kesalahan
dirinya, dan tidak menceritakannya kepada siapapun.
Lalu beliau mengatakan, Dan ini juga yang ditegaskan as-Syafii Radhiyallahu ‘anhu,
beliau mengatakan, Saya menyukai bagi orang yang pernah melakukan perbuatan
dosa, lalu dosa itu dirahasiakan Allah, agar dia merahasiakan dosanya dan serius
bertaubat kepada Allah… (Fathul Bari, 12/124).
11
tutupi maksiatnya, maka urusannya kembali kepada Allah. Allah bisa
mengampuninya atau menghukumnya sesuai kehendak-Nya. (HR. Bukhari 18).
Hadist ini menunjukkan bahwa mereka yang pernah melakukan dosa zinah, agar
taubatnya diterima, tidak disyaratkan harus dihukum rajam atau cambuk. Karena dosa
zinah bisa tertutupi dengan hukuman, bisa juga dengan taubat. Dan di negara kita,
yang memungkinkan hanya yang kedua. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
12