1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
MELANGGAR PASAL 378 Jo. PASAL 55 AYAT (1) Ke-1 Jo. PASAL 64
PASURUAN)”.
penulisan Kertas Kerja Perorangan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan,
bimbingan dan nasihat dari pengajar dan pihak-pihak terkait lainnya. Pada
para Pelatih dari Marinir yang telah membentuk dan membina serta
2
2. Bapak BAMBANG SUBIYANTO, S.H. selaku Widya Iswara
4. Kepada Bapak dan Ibu tercinta serta seluruh keluarga yang selalu
2022;
pembaca dengan harapan kertas kerja ini dapat bermanfaat untuk Penulis
sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan. Akhir kata semoga Kertas
Kerja Jaksa ini dapat berguna dan menjadi sumbangan pikiran bagi
semua pihak.
3
Jakarta, September 2022
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
perbuatan yang dilakukan itu haruslah dipandang satu perbuatan saja
berlanjut, maka hanya dikenakan satu aturan pidana saja, jika berbeda-
paling berat.
2
lanjutannya yaitu berasal dari satu keputusan kehendak dan dilakukan
ayat (1) adalah perbuatan baik berupa kejahatan umum yang satu
yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang sedemikian rupa
yang memuat pidana pokok yang paling berat. b. demikian juga hanya
barang yang dipalsu atau dirusak. c. akan tetapi, jika orang yang
dan 407 ayat (1) sebagai perbuatan yang berlanjut dan nilai kerugian
yang diberikan hukuman melebihi tiga ratus tujuh puluh lima rupiah,
maka ia dikenakan aturan terpidana tersebut dalam Pasal 362, 372 dan
3
Dengan melihat konstruksi yuridis perbuatan berlanjut maka
yang cermat untuk tiga (3) unsurnya sebagaimana sudah disebut dan
disisi lain, yakni jika memperhatikan kalimat penutup dari Pasal 64 ayat
(1) KUHP, yakni hanya dikenakan satu aturan pidana, jika berbeda-
barang).
4
Dari uraian di atas, salah satu perbuatan berlanjut adalah
(sebuah nama palsu, suatu sifat palsu, tipu muslihat, dan rangkaian
B. RUMUSAN MASALAH
5
1. Bagaimanakah pemenuhan unsur perbuatan berlanjut dalam tindak
pidana penipuan?
Adapun maksud dan tujuan penulisan kertas kerja ini antara lain :
1. Maksud
2. Tujuan
6
pasal dalam perbuatan berlanjut terhadap perkara tindak pidana
Tambunan melanggar Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1
KUHP Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP atau Pasal 372 KUHP Jo.
Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM
tindak pidana biasanya juga disebut sebagai delik. Dalam Kamus Besar
Undang. Jadi, istilah strafbaar feit adalah peristiwa yang dapat dipidana
asing disebut delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat
1
Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2015), halaman 5-6
2
Andi Muhammad Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, (Makasar: Pustaka Pena, 2016), hlm
68
8
larangan tersebut. Dengan penjelasan tersebut, maka untuk terjadinya
berlaku.
atas:
1. Unsur Obyektif
Unsur obyektif adalah unsur yang bersumber dari luar diri pelaku,
a. Perbuatan Manusia.
3
Ibid, hlm 107
4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung, 2014) hlm. 36
9
KUHP), mencuri (Pasal 362 KUHP), dan sebagainya, sedangkan
hukum yang menurut norma hukum pidana itu perlu ada supaya
c. Keadaan-keadaannya
5
Rusli Effendi dan Poppy Andi Lolo, Azas-Azas Hukum Pidana, (Ujung Pandang: Leppe-UMI,
1989), hlm. 74
10
dengan melawan hukum.
2. Unsur Subyektif
Unsur ini terdiri atas suatu kehendak atau tujuan, yang terdapat di
dan maksud.
a. Kesengajaan
atau opzet, bukan unsur culpa. Ini layak karena biasanya yang
adalah:
b. Kealpaan
11
1) Pembuat tidak berkelakuan secara hati-hati menurut
dilakukan.
dijalankan.
satu dengan perbuatan yang lain belum pernah ada putusan hakim
12
jelas maksudnya dari perumusan atau pengaturan dalam Undang-
Undang. Hal ini dikemukakan pula dalam beberapa tulisan para penulis
Hukum Pidana. Salah satunya yaitu yang dikemukakan oleh Drs. P.A.F.
berikut :
13
satu perbuatan. Jadi, beberapa perbuatan yang dilakukan tetapi harus
berdiri sendiri.
masing-masing perbuatan.
14
sangat penting bagi lembaga-lembaga locus delicti, kadaluarsa
dan keturut-sertaan".9
BERLANJUT
9
Ibid, hlm. 679 - 680
10
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Azas-Azas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya,
(Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982), hal. 396.
15
perbuatan berlanjut. Sebab, masalah ini dapat tersimpulkan dari
perwujudan dari satu kejahatan jahat. Hal ini jelas tidak selamanya,
waktu itu ia tidak mempunyai uang. Dan setelah beberapa waktu lewat,
maka timbul lagi keinginannya untuk mencuri uang. Dari dua pencurian
16
Dapatlah dikatakan bahwa dalam perbuatan yang berlanjut
satu dengan perbuatan lain tidak terlampau lama, tetapi dapat saja
karena tidak ada batasan berapa lama antara satu perbuatan dengan
B. LANDASAN TEORI
1. Concursus Idealis
(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana,
17
(2) Jika suatu perbuatan, yang masuk dalam suatu aturan pidana
yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka
dijalan umum, melanggar pasal 285 (12 tahun penjara) dan pasal
menyimpang dari prinsip umum dalam ayat 1 dalam hal ini berlaku
Perbuatan ibu ini dapat masuk dalam pasal 338 (15 tahun penjara)
11
Maramis Frans, Hukum Pidana umum dan Tertulis di Indonesia Cet. II, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm. 227-229
18
dikenakan ialah terdapat dalam pasal 341 (lex specialis) yaitu 7
tahun penjara.
2. Concursus Realis
19
b. Concursus realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok
70
KUHP).
dan akan diadili sekaligus. Jadi dalam hal ini tidak perlu perbuatan
ditambah sepertiga.
20
Ketiga, pemidanaan Concursus Realis berupa perbarengan antara
khusus untuk Pasal 302 ayat (1), 352, 364, 373, 379 dan 482
(3)
21
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS POSISI
C. ANALISA PEMBAHASAN
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
BIODATA PESERTA
25
LAMPIRAN
26