Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

Hukum Pidana
JUDUL

“Pelecehan Seksual dalam KUHP”

Dosen Pengampu:
Dr.Fitri Anita,SH.,MH

Disusun oleh:
Fery Ilham Afriansyah (22010227)
Hukum ( BA )

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PROF.DR.HAZAIRIN,SH
TAHUN AJARAN 2023/2024

0
Kata Pengantar
Puji suyukur kehadirat Tuhan YME yang atas berkat dan rahmatnya tugas makalah
Hukum Laut Indonesia dengan tema : Tinjauan yuridis-sosiologis dalam tindak pidana
pelecehan seksual dan judul : “Pelecehan seksual dalam KUHP” ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan yang terkait dengan seks yang tidak
diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara
verbal maupun fisik merujuk pada seks. Selengkapnya silakan lanjutkan penjelasannya
berikut ini. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, baik tempat umum seperti bis,
pasar, sekolah, kantor, maupun tempat pribadi seperti rumah. Dalam peristiwa pelecehan
seksual, biasanya terdiri dari kata-kata pelecehan (10%), intonasi yang menunjukkan
pelecehan (10%), dan non verbal (80%).

Apa itu Pelecehan Seksual? Bagaimana pengaturan di dalam UU tentang


pelecehan seksual? Bagaimana perkembangan pengetahuan tentang pelecehan seksual?
Dan apa saja upaya masyarakat dalam mencegah tindak pidana seksual? akan penulis
bahas dalam makalah kali ini.

Dan ucapan terima kasih kembali penulis haturkan kepada orang tua dan segenap
kerabat serta Dosen politik hukum pidana yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

1
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………... 1

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….……2

BAB I……………………………………………………………………………….…… 3

Pendahuluan…………………………………………………………………………….... 3

o Latar Belakang Masalah………………………………………………………..… 3


o Tujuan Makalah………………………………………………………………….. 3
o Perumusan Masalah……………………………………………………………… 3

Pembahasan……………………………………………………………………..…………4

o Pengertian Pelecehan Seksual……..……………………………………..………. 4


o Pengaturan Hukum Pelecehan Seksual di Indonesia…..………………………… 5
o Perkembangan Pengetahuan tentang Pelecehan seksual……………………...…. 6
o Tindakan Masyarakat dalam Mencegah tindakan pelecehan seksual…………….8

Penutup…………………………..……………………………………………………… 12

o Saran…………………………………………………………………………….. 12
o Kesimpulan………………………………………………………………………. 12

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Di tengah diskusi tentang kekerasan seksual yang semakin marak, termasuk rencana
pemerintah memperberat hukuman bagi pelakunya, kasus kekerasan seksual terus
bermunculan. Bagaimana tinjauan yuridis sosiologi mengenai pengaturan pelecehan seksual
dari masa ke masa dan bagaimana urgensi pengaturan tersebut.

Sehingga penulis tertarik untuk membahas hal itu dalam makalah kali ini.

Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan penilaian mata kuliah Politik Hukum Pidana
dan pemenuhuan pemahaman akan tinjauan yuridis sosiologis mengenai pelecehan sekksual
di Indonesia bagi penulis serta masyarakat Fakultas Hukum Undip yang membacanya.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum tentang pelecehan seksual di Indonesia ?


2. Apa yang menjadi kendala dalam meminimalisir pelecehan seksual di Indonesia?

3
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan untuk
melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat seksual, atau
perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat seseorang merasa tersinggung,
dipermalukan dan/atau terintimidasi dimana reaksi seperti itu adalah masuk akal dalam
situasi dan kondisi yang ada, dan tindakan tersebut mengganggu kerja, dijadikan persyaratan
kerja atau menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak sopan.

Dengan kata lain pelecehan seksual adalah

 Penyalahgunaan perilaku seksual,


 Permintaan untuk melakukan perbuatan seksual (undangan untuk melakukan
perbuatan seksual, permintaan untuk berkencan).
 Pernyataan lisan atau fisik melakukan atau gerakan menggambarkan perbuatan
seksual, (pesan yang menampilkan konten seksual eksplisit dalam bentuk cetak atau
bentuk elektronik (SMS, Email, Layar, Poster, CD, dll)
 Tindakan kearah seksual yang tidak diinginkan

Pengaturan Hukum Pelecehan Seksual di Indonesia


Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang
Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 telah dijelaskan bahwa tindak pidana pelecehan
seksual terhadap anak di bawah umur merupakan sebuah kejahatan kesusilaan yang bagi
pelakunya harus diberikan hukuman yang setimpal. Maksudnya dengan dijatuhkan
hukuman kepada si pelaku sehingga dapat kiranya tindakan pelecehan seksual terhadap
anak di bawah umur dapat dicegah sehingga perbuatan tersebut tidak terjadi lagi.
Pasal 50 ayat 1 KUHP menyatakan bahwa ada empat tujuan penjatuhan hukuman yaitu:
Untuk mencegah terjadinya tindak pidana dengan menegakkan norma- norma hukum demi
pengayoman masyarakat. Untuk memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan
pembinaan sehingga menjadi orang yang lebih baik dan berguna. Untuk menyelesaikan

4
komplik yang ditimbulkan oleh tindak pidana (memulihkan keseimbangan dan
mendatangkan rasa damai). Untuk membebaskan rasa bersalah pada terpidana.[1]

Adapun dalam KUHP, pasal- pasal yang mengatur tentang hukuman bagi pelaku pelecehan
seksual terhadap anak di bawah umur terdapat dalam pasal 287, dan 292 KUHP:
Pasal 287 ayat (1) KUHP berbunyi: “Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan
di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa
umurnya belum lima belas tahun, atau umurnya tidak jelas, bahwa ia belum waktunya
untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.

Tapi apabila perbuatan persetubuhan itu menimbulkan luka-luka atau kematian maka bagi
sipelaku dijatuhkan hukuman penjara lima belas tahun, sebagai mana yang telah ditetapakan
dalam pasal 291 KUHP.

Pasal 292 KUHP: “Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.”

Sedangkan di dalam Undang -Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ada
dua pasal yang mengatur tentang ancaman hukuman bagi pelaku pelecehan seksual terhadap
anak di bawah umur yaitu pasal 81 dan pasal 82.

Pasal 81 yang bunyinya: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.300. 000. 000, 00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Pasal 82 yang bunyinya: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.300. 000. 000, 00 ( tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.
000. 000, 00 (enam puluh juta rupiah).

Dari paparan pasal- pasal tentang hukuman bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak di
bawah umur tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukuman bagi si pelaku

5
bervariasi, bergantung kepada perbuatannya yaitu apabila perbuatan tersebut menimbulkan
luka berat seperti tidak berfungsinya alat reproduksi atau menimbulkan kematian maka
hukuman bagi si pelaku akan lebih berat yaitu 15 tahun penjara. Tetapi apabila tidak
menimbulkan luka berat maka hukuman yang dikenakan bagi si pelaku adalah hukuman
ringan. Tindak pidana pelecehan seksual yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain
yang bukan isterinya merupakan delik aduan yang maksudnya adalah bahwa hanya korbanlah
yang bisa merasakannya dan lebih berhak melakukan pengaduan kepada yang berwenang
untuk menangani kasus tersebut.

Hal pengaduan ini juga bisa dilakukan oleh pihak keluarga korban atau orang lain tetapi
atas suruhan si korban. Cara mengajukan pengaduan itu ditentukan dalam pasal 45 HIR
dengan ditanda tangani atau dengan lisan. Pengaduan dengan lisan oleh pegawai yang
menerimanya harus ditulis dan ditanda tangani oleh pegawai tersebut serta orang yang berhak
mengadukan perkara .

Adapun mengenai delik aduan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: delik aduan absolut dan
delik aduan relatif. Delik aduan absolut adalah delik (peristiwa pidana) yang hanya dapat
dituntut apabila ada pengaduan. Dan dalam pengaduan tersebut yang perlu dituntut adalah
peristiwanya sehingga permintaan dalam pengaduan ini harus berbunyi: “saya meminta agar
tindakan atau perbuatan ini dituntut”. Delik aduan absolut ini tidak dapat dibelah maksudnya
adalah kesemua orang/ pihak yang terlibat atau yang bersangkut paut dengan peristiwa ini
harus dituntut. Karena yang dituntut di dalam delik aduan ini adalah peristiwa pidananya.

Delik aduan relatif adalah delik (peristiwa pidana) yang dituntut apabila ada pengaduan. Dan
delik aduan relatif ini dapat dibelah karena pengaduan
ini diperlukan bukan untuk menuntut peristiwanya, tetapi yang dituntut di sini adalah orang-
orang yang bersalah dalam peristiwa ini. Berdasarkan penjelasan tentang delik aduan di atas,
maka penulis menggolongkan bahwa tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak di
bawah umur merupakan delik aduan relatif, karena yang dituntut di sini adalah orang yang
telah bersalah dalam perbuatan tersebut. Dengan demikian untuk dapat di tuntut dan
dilakukan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pelecehan seksual, maka syarat utama
adalah adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan. Apabila tidak ada pengaduan dari pihak
yang dirugikan maka pelaku tindak pidana tersebut tidak dapat dituntut atau dijatuhi pidana
kecuali peristiwa tersebut mengakibatkan kematian sesuai dengan pasal 287 KUHP.
Pemidanaan bagi pelaku tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur baru

6
dapat dilakukan apabila syarat-syarat untuk itu terpenuhi seperti adanya pengaduan dan di
pengadilan perbuatan tersebut terbukti. Apabila tindak pidana pelecehan seksual itu dapat
dibuktikan bahwa orang yang diadukan benar telah melakukannya, maka pidana yang diatur
dalam Pasal 287 KUHP dapat diterapkan. Kemudian yang menjadi penentu dijatuhi
hukuman adalah terbuktinya perbuatan itu di pengadilan. Dan dalam pembuktian itu harus
ada sekurang-kurangnya dua alat bukti dan disertai dengan keyakinan hakim.

Perkembangan Pengetahuan tentang Pelecahan Seksual

Dalam hal ini yang akan dibicarakan dalam masalah ini adalah masalah kebebasan seks.
Kebebasan seks yang dominan disebut sikap seksual yang negatif sudah sekian lama
menggerogoti moral dan nyawa masyarakat kita. Masyarakat seharusnya takut dengan
berbagai macam penyakit psikosomatik dan penyakit rohani yang akan diderita akibat free
seks ini.

Menurut dunia barat, memang free seks ini tidak seberapa dilarang. Malah sekarang dunia
barat percaya akan keharusan menghormati dan membebaskan hawa nafsu seksual dengan
jalan membuang kekangan-kekangan tradisional. Karena memang sudah barang kenyataan
kalau orang barat itu lebih menyukai kebebasan seksual. Mereka menyatakan bahwa
moralitas apa pun yang telah mereka warisi tidaklah membawa apa-apa selain konotasi
religius. Mereka mengklaim bahwa moral-moral baru zaman sekarang ini bukan hanya
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan filosofis, tetapi juga dalam alasan ilmiah
Sungguh suatu perilaku yang lebih rendah daripada tingkah laku binatang. Manusia memang
seperti itu. Disini, dapat diartikan juga bahwa anjuran pembebasan seksual manusia dari
kekangan moral tradisional berarti pernyataan bahwa tidak ada sesuatu pun yang jelek, buruk,
ataupun hina, yang dapat timbul dari seks. Anjuran ini tidak menerima pembatasan apa pun
dalam seks selain dari batas alami seperti dalam hal makan dan minum, nafsu belaka.

Disiplin Seks Kebutuhan untuk memperluas dan mengkondisikan instink dan


dorongan nafsu alami individu dengan cara yang lunak adalah kebutuhan yang pokok. Akan
tetapi harus ada cara yang sehat, yang bnar secara moral dan agama. Yang tidak membuat
makin banyak ketimpangan dan menimbulkan masalah sesudahnya. Sebenarnya kalau ingin
menelaah masalah ‘siapa otak dibalik’ pencetus pembenaran kebebasan seks, adalah mudah.

7
Pengertian Seksualitas

Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks dalam arti sempit
dan seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang sempit berarti kelamin, yang mana dalam
pengertian kelamin ini, antara lain:

Organ kelamin : penis dan vagina

Anggota badan atau ciri fisik : payudara, testis, dll

Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh : testosteron, progesteron,estrogen, dll

Hubungan seksual

Segi lain dari seksualitas adalah seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal yang terjadi
sebagai akibat (konsekuensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

 Pembedaan tingkah laku : kasar, lembut, feminin, maskulin, dll


 Perbedaan atribut : pakaian, nama
 Perbedaan peran dan pekerjaan.
 Hubungan antara perempuan dan laki – laki : norma sosial, relasi, pacaran,
perkawinan dan lain-lain.

Makna Etika Seksualitas

Apakah makna seksualitas manusiawi ? Pertanyaan ini dijawab dengan pelbagai cara yang
semua ada benarnya. Tapi kira salahnyasatu makna paling mendasar ialah bahwa seksualitas
merupakan kemungkinan untuk perjumpaan. Baik secara biologis maupun secara
psikologispri dan wanita menunjuk satu kepada yang lain. Rupanya kata sexualitas berasal
dari bahasa Latin yaitu secare yang artinya memotong,memisahkan. Menurut filsut Martin
Burber, manusia menjadi AKU karena orang lain sebagai ENGKAU. Manusia menjadi
manusia sungguh-sungguh karena perjumpaan. Dalam seksulaitas AKU dan ENGKAU
adalah pra dan wanita. Adalah menarik bahwa di bidang seksualitas manusiawi,persetubuhan
berlangsu “ face to face “, artinya dalma bentuk perjumpaan sungguh-sungguh.

8
Seksualitas sebagai dorongan insting

Apa itu seksualitas ? Sebenarnya dalam arti sempit seksualitas sebagai kemampuan dan
dorongan untuk mengadakan hubungan kelamin. Pada binatang kelamin terarah dengan ketat
pada fungsi dasarnya mendorong individu dari jenis masing-masing untuk melakukan apa
yang perlu untuk memperoleh keturunan dan dengan demikian menjamin kelangsungan
jenisnya. Lain halnya dengan manusia yang dapat melepaskan insting seksualnya dari
fungsinya untuk mengasilkan keturunan. Dengan pasangan dijadikan objek belaka, segala
hubungan mendalam yang berangkaipernah ada atau mau berkembang justru kan hancur.
Sekaliguskedua belah pihak merasa direndahkan yang satu diobjekkan, yang lainnya arena di
perbudakoleh nafsunya dengan demikianjustru merusak hubungan dengan yang mau dicintai.

Seksualitas dalam integrasi personal

Seksualitas baru membuka maknanya yang sebenarnya apabila diintegrasikan ke dalam


hubungan cinta personal. Personal mempunyai arti penting Hubungan saya dengan orang lain
bersifat personal, apabila saya menangapi dia sebagai person, artinya sebagai pribadi yang
unik, dengan paham-paham, harpan, penilaian-penilaian, kesadaran dan tanggung jawab
sendiri.Hubungan personal berarti bahwa orang saling menerima salah satu individu dari jenis
manusia, melainkan sebagai dia itu pribadi. Hubungan yang paling personal adalah cinta

Upaya Masyarakat dalam Mencegah Tindakan Seksual

Pemerintah dalam hal menangani tindak kekerasan seksual terhadap anak tidak akan berjalan
dengan baik tanpa ada dukungan dari masyarakat. Karena masyarakat lah yang berada paing
dekat dengan anak dan tentu saja berarti paling berpengaruh pada keselamatan atau tumbuh
kembang anak.

Masyarakat yang dimaksud disini adalah bisa keluarga, warga sekolah atau masyarakat
umum biasa harus mengawasi anak yang berada di jangkauaan nya kita tidak boleh lagi acuh
bahkan membiarkan pelanggaran terhadap anak terjadi di depan kita orang tua dan sekolah
harus mulai menanamkan nilai-nilai luhur lewat cara yang tidak lagi monoton sehingga dapat
diserap baik oleh anak.

9
5 Upaya Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak
Kekerasan seksual terhadap anak sekarang sudah menjadi ancaman yang serius. Bahkan
tempat yang dianggap paling aman, yakni keluarga dan sekolah juga rentan terhadap
kekerasan seksual. Baru-baru ini telah terungkap kasus kekerasan seksual terhadap anak
sekolah Jakarta International School (JIS). Kondisi keamanan sekolah yang super ketat pun
tidak menjadi alasan bahwa anak-anak akan aman dari para pedofilia (gangguan jiwa cinta
anak-anak).
Kemudian, banyak orang tua yang khawatir bagaimana melindungi supaya anaknya terhindar
dari kejahatan seksual tersebut. Berikut ini kami berikan tips-tips sederhananya:
 Tumbuhkan keberanian pada anak Ajarkan kepada anak anda jika dia diperlakukan
tidak baik sama seseorang, dia harus berani menolak. Dia harus berani melaporkan
ancaman tindakan kekerasan kepada orang yang dapat melindunginya, seperti orang
tua, petugas keamanan, guru di sekolah, dll. Ajarkan anak-anak jangan takut jika
diancam seseorang atau diiming-imingi imbalan tertentu.
 Memberikan pakaian yang tidak terlalu terbuka Untuk menghindari tindakan yang
tidak diinginkan terjadi pada anak kita. Tidak ada salahnya anda memberikan pakaian
yang sopan dan tertutup. Karena bisa jadi pakaian yang terbuka akan semakin
menarik perhatian para pelaku kejahatan seksual pada anak.
 Memperkenalkan fungsi organ intim Hal yang tidak kalah penting adalah,
memberikan pengertian mengenai organ intim. Berikan pengertian bahwa organ intim
adalah privasi yang tidak boleh orang lain mengetahuinya. Ajarkan pula mengenai
hak privasi yang harus dimiliki oleh anak-anak.
 Mengajarkan nilai-nilai agama Nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan untuk
menumbuhkan semangat tanggung jawab pada pribadi anak. Banyak hal positif yang
dapat diambil dari mengajarkan nilai-nilai keagamaan. Seperti keadilan, kejujuran,
kedisiplinan, respect terhadap kebaikan dan berani menolak kejelekan.
 Jalin komunikasi dengan anak Jalin hubungan komunikasi senyaman mungkin dengan
anak. Orang tua adalah tempat pengaduan segala keluh kesah anak. Minta anak
supaya terbuka mengenai segala aktivitas yang telah dikerjakan. Jadilah orang tua
yang siap menjadi tempat curahan hati bagi anak.

10
PENUTUP

KESIMPULAN

Pengaturan tentang pelecehan seksual dalam KUHP Indonesia belum dapat mencukupi
kebutuhan hukum sehingga diperluka UU lain seperti UU KDRT dan UU perlindungan anak
dalam menjamin dan mencegah serta mennggulangi masalah pelecehan seksul di Indonesia.

Indonesia juga mengalami hal yang cukup serium dalam menghadapi masalah pelecehan
seksual karena perubahan yang cukup cepat terjadi di masyarakat tontonan hiburan pergaulan
dan lainnya menambah potensi terjadinya pelecehan seksual di Indonesia.

SARAN
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam memperhatikan amsalah peecehan
seksual di Indonesia, dengan cara-cara yang mudah namun berkelanjutan. Dibutuhkan
kepedulian masyarakat luas dalam masalah ini karna pelecehan seksual dapat dihindari
dengan pengawasan dari masyarakat.

Masyarakat harus benar-benar peduli dan melakukan gerakan yang kontinu seperti mengajari
pendidikan seks pada anak membekali mereka dengan akhlak serta tida acuh terhadap msalah
di sekitarnya.

11
Daftar Pustaka
Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta:Penerbit Nuansa,

Emmy Soekresno S. Pd.(2007).. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.


Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual. 2002.

Diana wati, Ajen.2003.Pendidikan Seks Untuk Remaja.Tangerang : Kawan Pustaka.

Jeffrey S. Nevid, dkk.2005.Psikologi Abnormal Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

Hukum Online.com

Wikipedia.com

Alodokter.com

12

Anda mungkin juga menyukai