Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JURNAL


( KASUS KESERASAN SEKSUAL PADA ANAK )

OLEH :
NAMA : FATIMAH
NIM : 2022092083

MAHASISWA SARJANA KEBIDANAN (S1)


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya , sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan ini.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laopran ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki laporan ini.
Akhir kata saya berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
Sampul ...............................................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Masalah ....................................................................................................
B. Skala ........................................................................................................
C. Kronologi .................................................................................................
D. Solusi .......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
A. Deskripsi asuhan kebidana.......................................................................
B. Teori dari pokok bahasan asuhan kebidanan ...........................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
Daftar pustaka ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah
Perilaku kekerasan seksual kepada (child sexual abuse)merupakan indikasi adanya
gangguan pada kesehatan mental seseorang.Data P2TP2A dan LK3 menilai kasus
kekerasan seksual pada anak masih tinggi di Kabupaten Karawang, data dari POLRES
Karawang pada tahun 2014 -2015 sebanyak 83 kasus dengan kriteria kekerasan dalam
berpacaran 56 kasus, cabul/molestasi 27 kasus. Tujuan penelitian yaitu mengkaji
fenomena sosial berupa kekerasan seksual pada anak di Kabupaten Karawang dengan
menggali informasi tentang perilaku seks menyimpang dan mengkaji langkah antisipasi
dan alternatif solusi untuk mengatasi kekerasan seksual pada anak.
Beberapa waktu yang lalu, penduduk Indonesia dikejutkan dengan berbagai kasu
kekerasan seksual yang terjadi pada lembaga pendidikan yang notabene merupakan
lembaga yang sangat dipercaya untuk membentuk karakter anak yang berbudi luhur
serta sebagai harapan orang tua demi masa depan akademik anaknya. Kasus yang terjadi
di luar lembaga pendidikanpun sangat mencengangkan, dengan korban lebih dari 100
(seratus) anak yang dilakukan sodomi oleh seorang yang sudah dikenal secara baik oleh
korban dengan iming-iming hadiah yang tidak seberapa serta ancaman agar perbuatan
tersebut tidak dilaporkan kepada siapapun oleh korban kekerasan seksual tersebut.
Korban maupun keluarga korban menunda laporan ke pihak yang berwajib dikarenakan
kekerasan seksual tersebut dianggap sebagai aib keluarga, sehingga jatuh korban yang
sangat banyak.
B. Skala
Kasus kekerasan seksual di Indonesia baik di dalam lembaga pendidikan maupun di luar
lembaga pendidikan dengan pelaku yang sudah sangat dikenal oleh korban. Jumlah
korban yang sedemikian fantastis dengan korban semuanya adalah anak-anak yang
merupakan kelompok rentan.
Kekerasan seksual yang menimpa anak-anak Indonesia bukan saja terjadi di wilayah-
wilayah yang rawan kekerasan tetapi juga terjadi di wilayah yang seharusnya
memberikan perlindungan terhadap anak seperti di lingkungan keluarga, lingkungan
pendidikan anak seperti sekolah, dan lingkungan kesehatan seperti ruang pemeriksaan
pasien. Pelaku kekerasan seksual terhadap anak juga tidak hanya dilakukan oleh orang
lain yang tidak dikenali, namun juga dilakukan oleh orang-orang yang dikenali, dekat,
dan dipercaya anak, seperti keluarga, guru, dokter, teman, dan bahkan oleh aparat
pemerintah seperti polisi. Ini menandakan anak-anak terancam keselamatannya dan
berada di posisi sangat rentan di hampir semua wilayah sosial yang tersedia.
Tingginya kasus kekerasan seksual pada anak menggambarkan rendahnya perhatian
pemerintah terhadap permasalahan ini. Kekerasan seksual terhadap anak merupakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat dan harus ditempatkan sebagai kejahatan
luar biasa (extraordinary crime) karena kerusakan yang disebabkannya telah mengancam
masa depan generasi bangsa. Kekerasan seksual terhadap anak berarti juga telah
merusak aset yang paling penting dan berharga dari negara, karena masa depan negara
digantungkan pada anak-anak di masa sekarang.
C. Kronologi
Menurut data P2TP2A Kabupaten Cianjur, data korban kekerasan pada anak meliputi
trafficking sebesar 11 (sebelas) anak, kemudian persetubuhan 69 (enam puluh sembilan)
anak, kekerasan dalam rumah tangga 4 (empat) anak, sodomi 59 (lima puluh sembilan)
anak, ini berarti bahwa korban kekerasan kepada anak didominasi pada kekerasan
seksual, baik perkosaan maupun sodomi.
D. Solusi
Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) merupakan istilah yang
digunakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Di dalam Pasal 6(c) Piagam
Mahkamah Militer Internasional Nuremberg dinyatakan bahwa “kejahatan terhadap
kemanusiaan diartikan sebagai tindakan kejahatan untuk melakukan pembunuhan,
pemusnahan, perbudakan, deportasi (pengasingan, pengiriman kembali ke tempat asal)
dan tindakan lainnya yang tidak manusiawi yang ditujukan terhadap penduduk sipil
sebelum atau selama berlangsungnya peperangan atau penganiayaan yang didasarkan
pada latar belakang politik, rasial atau agama dalam pelaksanaan hukuman atau dalam
kaitannya dengan sesuatu kejahatan yang berada dalam yurisdiksi mahkamah yang
dilakukan, apakah merupakan pelanggaran dengan hukum nasional suatu negara.
Salah satu dampak kekerasan seksual kepada anak adalah adanya penyimpangan seksual
sebagaimana dijelaskan oleh Edmundo Oliveira dalam buku Victimology and Criminal
Law: This involves psychosexual dysfunction resulting from conflicts that lead to: Sexual
interest for a person of the same sex; Practices of sexual acts not habitually associated
with coitus; Coitus performed under strange circumstances. From of sexual deviancy
may include: Homosexuality- sexual attraction for a person of the same sex, with male
homosexuality being called uranism, while female called lesbism; Pedophillia- sexual
attraction for a child.
Kekerasan seksual pada anak, baik pemerkosaan maupun sodomi, merupa- kan kejahatan
yang menyangkut nyawa, tubuh dan kesehatan. Pada kejahatan tersebut mutlak
diperlukan bantuan tenaga ahli seorang dokter yang berkompeten terhadap bidang
tersebut yang dituangkan ke dalam Visum et Repertum.
Sehubungan dengan dampak tindak pidana kekerasan seksual dengan korban anak
menimbulkan dampak yang dapat mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia,
pelakunya harus dihukum berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu sesuai dengan UU
23/2002 jo UU 35/2014 Pasal 81 dan 82, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 287. Sedangkan memaksa seseorang melakukan hubungan kelamin
sesama jenis, ancaman pidananya 5 (lima) tahun penjara sebagaimana ketentuan Pasal
292 KUHP.
Dilihat dari isinya, Pasal 81 ayat (1) UU 23/2002 jo UU 35/2014 berisi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannnya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta). Hal ini di harapkan memberikan efek
jerah kepada para pelaku pelecehan dan kekerasan terhadap anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Contoh tabel reading jurnal:Jurnal yang di gunakan 3 dengan Kasus yang sama
Jurnal penulis Judul Populasi Intervensi comprasion Outcome time

Mimb Tri Perlind 11 anak korban kasus-kasus Salah satu cara Dengan adanya 30
ar handayan ungan keresan pada kekerasan yang dapat undan-undang
menit
justici i penega an anak, seksual yang dilakukan untuk yang mengatur
a hukum kemudian terjadi di kekerasan seksual tentang
terhadap persetubuhan Indonesia pada anak adalah kekerasan
kasus 69 kekerasan dilakukan oleh memberikan seksual pada
kekerasan dalam rumah orang yang perlindungan anak dapat
seksual pada tangga 4 anak, sudah dikenal hukum, menajdi salah
anak sodomi 59anak, korban, menghubungi satu efek jera
bahkan ada lembaga yang bagi pelaku
yang dilakukan bertanggung kejahatan serta
oleh guru yang jawab dalam kasus dapat
bersangkutan, kekerasan anak mengurangi
karyawan kasus kekersan
sekolah seksual pada
dimana korban anak
menuntut ilmu,
ini berarti
bahwa pelaku
dapat
bertindak
sebagai pihak
lain manapun
yang
bertanggungja
wab atas
pengasuhan di
sekolah dan
atau di
pesantren.
Mide Ermaya Kekerasan kriteria Modus pelaku Meberikan Dengan adanya 30
wife sasri seksual pada kekerasan dalam pemahan kepada kasus ini
menit
journa bayu anak seksual dalam mendekati anak tentang diharapakan
l ningsih, dikabupaten berpacaran 47 korban banyaknya kasus anak dan orang
Sri karawang kasus, sangatlah pelecehan seksual, tua bisa lebih
hennayati molestasi/cabul bervariasi menjelaskan waspada dan
sebanyak 20 misalnya kepada anak untuk mengetahui
kasus, mendekati tidak mudah tentang bahaya
korban dan percaya kepada kasus pelecehan
mengajak siapapun yag tidak terhadap
ngobrol, dikenali untuk psikologi anak
membujuk menajaga dirinya
korban, sendiri
merayu dan
memaksa
korbanya.
Serta modus
yang lebih
canggih yakni
pelaku
menggunakan
jejaring social
dengan
berkenalan
dengan
korban,
mengajak
bertemu dan
memperkosa
ataumelakukan
kekerasan
seksual
Impac Ivo Kekerasan Komisi Kekerasan Melalakukan Dengan adanya 30
t and Noviana seksual Perlindungan seksual komonikasi kasus ini bisa Menit
hendli terhadap Anak Indonesia merupakan kepada anak membuat korban
ng anak : (KPAI) pada kejahatan yang tentang apa apa dan orang tua
dampak dan tahun 2011 saja universal.Keja saja yang memahami
penanganan telah terjadi hatan ini dapat dialukannya dan dampak dan
nya 2.275 kasus ditemukan di siapa saja yang penganan kasus
kekerasan seluruh dunia, dikenalinya kekerasan pada
terhadap anak, pada tiap anak
tingkatan
masyarakat,
tidak
memandang
usia maupun
jenis kelamin.
Besarnya
insiden yang
dilaporkan di
setiap Negara
berbeda-beda.
A. Deskripsi hasil asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan dalam kasus pelecehan seksual adalah pendekatan yang sangat
sensitif dan mendukung bagi perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual. Ini
membutuhkan perawatan yang penuh perhatian, empati, dan dukungan agar korban
merasa aman, terlindungi, dan dipercayai. Berikut adalah deskripsi asuhan kebidanan
dalam kasus pelecehan seksual:
 Pemberian Dukungan Psikologis: Korban pelecehan seksual memerlukan
dukungan emosional yang kuat. Perawat atau bidan harus bersedia
mendengarkan cerita korban tanpa menghakimi, dan memberikan dukungan
psikologis yang sesuai.
 Pengobatan Medis: Korban pelecehan seksual mungkin memerlukan
perawatan medis untuk mengobati luka fisik, mencegah infeksi, atau
mengatasi dampak kesehatan lainnya. Perawat atau bidan harus memastikan
bahwa perawatan medis diberikan sesuai dengan standar medis yang
berlaku.
B.Teori dari pokok bahasan asuhan kebidanan
Bidan, dalam penanganan kasus pelecehan seksual, menerapkan sejumlah teori
dan prinsip dasar untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan berorientasi
pada perawatan pasien. Berikut beberapa teori dan prinsip yang mungkin diterapkan
oleh seorang bidan dalam kasus pelecehan seksual:
 Teori Empowerment: Empowerment adalah teori yang menekankan
pentingnya memberikan kontrol kepada korban pelecehan seksual dalam
proses pengambilan keputusan mengenai perawatan mereka. Bidan akan
bekerja sama dengan pasien untuk memberikan informasi, mendukung
keputusan yang diambil pasien, dan membantu mereka merasa lebih
berdaya.
 Prinsip Privasi dan Kepercayaan: Bidan harus menjaga privasi pasien secara
ketat dan memastikan bahwa pasien merasa aman dan dapat mempercayai
perawat atau bidan untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Ini
menciptakan lingkungan di mana pasien merasa nyaman untuk berbagi
informasi penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kekerasan seksual pada anak adalah masalah yang luas dan terjadi di
seluruh dunia. Banyak kasus tidak dilaporkan, sehingga angka sebenarnya mungkin
jauh lebih tinggi daripada yang tercatat, Kekerasan seksual pada anak dapat
memiliki dampak fisik, emosional, dan psikologis yang merusak, yang bisa
berlangsung seumur hidup. Anak yang menjadi korban dapat mengalami trauma
yang dalam dan gangguan mental, Sistem hukum harus lebih efektif dalam
menuntut pelaku kekerasan seksual pada anak dan memberikan perlindungan
kepada korban. Hukuman yang tegas dapat menjadi faktor pencegahan.
B. Saran
Kampanye penyuluhan yang luas harus dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran tentang masalah ini di masyarakat. Ini termasuk pemberian informasi
kepada anak-anak, orang tua, guru, dan masyarakat secara umum tentang tanda-
tanda pelecehan dan bagaimana melapor.
DAFTAR PUSTAKA

Lilua, A. N. (2016). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban


Kejahatan Seksual Menurut Hukum Pidana Indonesia. Lex Privatum, 4(4).
Ningsih, S. H. E. S. B. (2018). Kekerasan seksual pada anak di Kabupaten
Karawang. Jurnal Bidan, 4(2), 267040.
Noviana, I. (2015). Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan
penanganannya. Sosio Informa, 52819.

Anda mungkin juga menyukai