Kekerasan diartikan sebagai: a) perihal yang bersifat, berciri keras, b) perbuatan seseorang atau
sekelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang, c) paksaan.
Pengertian kekerasan seksual juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan atau intimidasi yang
berhubungan dengan keintiman atau hubungan seksualitas yang dilakukan oleh pelaku terhadap
korbannya dengan cara memaksa, yang berakibat korban menderita secara fisik, materi, mental maupun
psikis. Kejahatan kesusilaan secara umum merupakan perbuatan yang melanggar kesusilaan yang
sengaja merusak kesopanan dimuka umum atau dengan kata lain tidak atas kemauan si korban melalui
ancaman kekerasan Kekerasan seksual terjadi baik dalam ranah dosmetik maupun publik, lemahnya
hukum yang mengatur tentang kekerasan seksual menjadi faktor utama maraknya kekerasan seksual.
Peran pemerintah sangat diperlukan untuk pemenuhan hak-hak bagi korban kekerasan seksual bukan
hanya cara menindak pelaku.
RUMUSAN MASALAH
MANFAAT
Manfaat Teoritis Manfaat Praktis
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau
mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan
oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu,
marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban
pelecehan tersebut. Pelecehan seksual dapat terjadi tanpa melihat tempat dan waktu,
seperti di kendaraan umum, tempat kerja, sekolah, tempat hiburan, bahkan di tempat
umum, baik siang maupun malam. Pelecehan seksual marak terjadi pada kaum wanita,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kaum pria tidak mengalami pelecehan
seksual.
Secara umum, bentuk-bentuk pelecehan ada 5, yaitu:
1. Pelecehan Fisik
Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah keperbuatan seksual seperti mencium, menepuk,
memeluk, mencubit, mengelus, memijat tengkuk, menempelkan tubuh atau sentuhan fisik
lainnya
2. Pelecehan Lisan
Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi atau bagian tubuh
atau
penampilan seseorang, termasuk lelucon dan komentar bermuatan seksual.
3. Pelecehan non-verbal/isyarat
Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan berulang-
ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat dengan jari tangan, menjilat bibir, atau lainnya.
4. Pelecehan Visual
Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar kartun, screensaver atau lainnya,
Pasal 5 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban
Saksi Dan Korban Berhak:
1. Memperoleh Perlindungan Atas Keamanan Pribadi, Keluarga, Dan Harta Bendanya, Serta Bebas Dari Ancaman
Yang Berkenaan Dengan Kesaksian Yang Akan, Sedang, Atau Telah Diberikannya
2. Ikut Serta Dalam Proses Memilih Dan Menentukan Bentuk Perlindungan Dan Dukungan Keamanan
3. Memberikan Keterangan Tanpa Tekanan
4. Mendapat Penerjemah
5. Bebas Dari Pertanyaan Yang Menjerat
6. Mendapat Informasi Mengenai Perkembangan Kasus
7. Mendapat Informasi Mengenai Putusan Pengadilan
8. Mendapat Informasi Dalam Hal Terpidana Dibebaskan
9. Dirahasiakan Identitasnya
10. Mendapat Identitas Baru
11. Mendapat Tempat Kediaman Sementara
12. Mendapat Tempat Kediaman Baru
13. Mendapat Nasihat Hukum
14. Memperoleh Bantuan Biaya Hidup Sementara Sampai Batas Waktu Perlindungan Berakhir; Dan/Atau
15. Mendapat Pendampingan
● Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/atau
Korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan Keputusan LPSK
● Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan kepada Saksi
Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang dapat memberikan
keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun tidak
ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia alami sendiri, sepanjang
keterangan orang itu berhubungan dengan tindak pidana.
Peran Hakim
Adanya SK Ketua Mahkamah Agung No.88/KMA/SK/V/2016 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Perempuan dan Anak. Di Indonesia, bentuk tindak lanjut dari lokakarya itu adalah Mahkamah Agung
(MA) berencana membuat peraturan terkait penanganan perempuan di pengadilan. Hingga akhirnya
pada 4 Agustus 2017 MA akhirnya mengesahkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No.03 Tahun
2017 tentang Pedoman Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan dengan Hukum.
Peran Kepolisian
Merujuk pada konsideran huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang menyatakan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia, antara
lain:
1. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakkan hukum
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
Peran Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
Adanya pendampingan korban oleh LSM untuk dengan memberikan pendampingan terhadap korban secara
litigasi maupun non litigasi. Pendampingan ini penting, karena untuk dapat mengembalikan kepercayaan diri
korban, dan juga untuk mengembalikan trauma.
Peran Kejaksaan
Kejaksaan Agung (Kejagung) meluncurkan Pedoman Nomor 1 Tahun 2021 tentang Akses Keadilan bagi
Perempuan dan Anak dalam Penanganan Perkara Pidana kemarin. Pedoman yang terbit pada 21 Januari itu
diluncurkan setelah beberapa kasus terkait perempuan dan anak muncul ke permukaan. Misalnya dalam kasus-
kasus kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga. Menurut Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin,
Kejagung merupakan lembaga negara yang berperan sebagai pengendali perkara.
Peran Advokat
Peranan dari advokat dalam memberikan perlindungan hukum selama proses penyidikan di Kepolisian sampai
di tingkat pengadilan terhadap perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual memiliki peranan penting,
dengan memberikan pelayanan kesehatan dan pendampingan kepada pihak korban kekerasan seksual, serta
mengupayakan pelayanan hukum dan data medik guna keperluan hukum, membantu pihak korban selama
proses berlangsung dan memberikan rasa aman kepada korban, bahwa dengan korban didampingi oleh
Advokat, korban jauh lebih baik dibandingkan tidak adanya pendampingan dari Advokat secara langsung.
Contoh kasus kekerasan seksual terhadap 13
Santriwati dan Pidana Mati bagi Pelaku
TERIMAKASIH