Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Felicia Ghina Amanta John

NPM : 61120067

PRODI : Kedokteran

MATA KULAH : Pendidikan Kewarganegaraan

PERLUKAH RUU PKS DISAHKAN?

A. LATAR BELAKANG

Kekerasan seksual merupakan sebuah tindakan atau intimidasi yang berhubungan dengan
keintiman atau hubungan seksualitas yang dilakukan oleh pelaku terhadap korbannya dengan
cara memaksa, yang berakibat korban menderita secara fisik, materi, mental maupun psikis.
Menurut Yulaelawati (2015: 111) kekerasan seksual merupakan segala bentuk sentuhan yang
tidak senonoh dan tindakan sosial. Pendapat lain yang dikemukakan Suyanto (2010) bahwa
kekerasan seksual adalah segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam
untuk melakukan hubungan seksual (sexual intercouse), melakukan penyiksaan atau bertindak
sadis serta meninggalkan seseorang, termasuk mereka yang masih berusia anak-anak, setelah
melakukan hubungan seksualitas. Kekerasan seksual tidak hanya dapat terjadi pada wanita saja,
tetapi pria juga dapat diposisikan sebagai korban kekerasan seksual.

Di Indonesia, jaminan hukum terhadap korban tindak kekerasan seksual tertuang dalam
beberapa peraturan perundang - undangan, contohnya Kitab Undang - Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang menjamin pemidanaan terhadap pelaku tindak pemerkosaan dan UU No 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Akan tetapi, peraturan perundang –
undangan tersebut diatur dalam peraturan – peraturan yang terpisah dan saat ini belum ada
peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang kekerasan seksual secara spesifik.
Contohnya seperti definisi kekerasan seksual yang diatur dalam Pasal 8, dimana kekerasan
seksual meliputi:
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut;
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu

Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) merupakan


rancangan undang-undang yang sudah diusulkan sejak 26 Januari 2016. RUU yang terdiri dari 16
bab dan 184 pasal ini mengatur mengenai upaya penghapusan kekerasan seksual dan berisi
tuntutan agar Negara menunaikan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak korban kekerasan
seksual.
Pengesahan RUU ini cukup mendapat pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian besar
masyarakat setuju akan disahkannya RUU ini karena dapat melindungi hak-hak dari korban
kekerasan seksual. Akan tetapi, RUU tersebut juga mendapat penolakan cukup keras karena
dianggap akan berpotensi melegalkan seks bebas di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, didapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah RUU PKS perlu untuk disahkan?

C. Pembahasan Inti

Kekerasan seksual merupakan hal yang sangat sering terjadi di sekitar kita. Kekerasan
seksual tersebut dapat berupa kekerasan secara fisik maupun verbal seperti catcalling. Hal ini
tentu harus mendapat perhatian dari pemerintah secara hukum karena dapat menyebabkan
trauma pada korban yang pernah mengalaminya.

Penghapusan Kekerasan Seksual adalah segala upaya untuk mencegah terjadi kekerasan
seksual, menangani, melindungi dan memulihkan korban, menindak pelaku dan
mengupayakan tidak terjadi keberulangan kekerasan seksual. Oleh karena itu, sangat
diperlukannya pengesahan RUU PKS demi kemanusiaan.

Pengesahan RUU PKS tersebut mendapat dukungan keras dari para masyarakat terutama
dari kalangan perempuan. Masyarakat berharap dengan disahkannya RUU tersebut angka
kekerasan seksual dapat semakin berkurang karena adanya hukum yang pasti dalam
penanganan kasusnya. Akan tetapi, RUU tersebut mendapat penolakan yang cukup keras dari
sebagian masyarakat. Banyak yang menakutkan akan terjadinya pelegalan seks bebas dengan
asas mau sama mau.

Menurut RUU ini, Penghapusan Kekerasan Seksual bertujuan:


a. Mencegah segala bentuk Kekerasan Seksual;
b. Menangani, melindungi dan memulihkan Korban;
c. Menindak pelaku; dan
d. Mewujudkan lingkungan bebas Kekerasan Seksual.

Dari sudut pandang penulis, RUU ini sangat penting untuk disahkan. Banyak sekali
korban yang takut untuk bercerita atau mengkasuskan kekerasan seksual ini karena tidak
adanya hukum yang pasti mengenai kekerasan seksual. Tak banyak kasus pemerkosaan yang
hanya diselesaikan dengan cara kekeluargaan seperti menikahkan kedua belah pihak. Padahal,
hal tersebut dapat meninggalkan luka psikis yang sangat dalam pada korban.
Mengenai pelegalan seks bebas berdasarkan asas mau sama mau, penulis berpendapat
bahwa seks bebas merupakan suatu pilihan yang dapat dihindari dengan akal sehat, berbeda
dengan pemerkosaan. Pemerkosaan merupakan suatu bentuk kekerasan yang tidak dapat
dihindari oleh akal sehat, harus ada suatu hukum yang kuat untuk mencegah hal tersebut
terjadi.

Dengan disahkannya RUU PKS penulis berharap akan terciptanya Indonesia yang bebas
dari kekerasan seksual karena sudah memiliki hukum yang pasti untuk mengaturnya.

Anda mungkin juga menyukai