Anda di halaman 1dari 13

Pelecehan

Seksual dan
Peran PPKS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
MARS
Apa itu pelecehan
seksual?
Pelecehan seksual adalah setiap tindakan yang
bersifat seksual yang dilakukan dengan
paksaan, intimidasi, ancaman, penahanan,
tekanan psikologis, atau penyalahgunaan
kekuasaan, yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan seksual dari korban. Tindakan ini
dapat dilakukan secara fisik maupun non-fisik,
dan dapat terjadi di mana saja, termasuk di
rumah, sekolah, tempat kerja, dan ruang publik.
Pengertian Menurut
BKKBN
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
pelecehan seksual adalah semua perilaku seksual yang dilakukan secara sepihak
sehingga menimbulkan hal yang merugikan pada individu yang menjadi korban
pelecehan.
Lebih lanjut, BKKBN menjelaskan bahwa pelecehan seksual dapat dikategorikan
menjadi dua jenis, yaitu:
Pelecehan seksual fisik: Meliputi segala tindakan yang melibatkan kontak fisik,
seperti menyentuh, mencium, memeluk, atau meraba tubuh korban tanpa
persetujuannya.
Pelecehan seksual non-fisik: Meliputi segala tindakan yang tidak melibatkan
kontak fisik, seperti ucapan yang bersifat seksual, menunjukkan konten
pornografi, atau melakukan cyberbullying yang bersifat seksual.
BKKBN juga menekankan bahwa pelecehan seksual dapat terjadi pada siapa saja,
terlepas dari usia, jenis kelamin, orientasi seksual, atau status sosial ekonomi.
Kategori pelecehan
seksual menurut
ILO(international
labour organization)

Pelecehan tertulis atau


Pelecehan fisik
gambar

Pelecehan lisan
Pelecehan Psikologis /
emosional.
Pelecehan isyarat

https://youtu.be/Ue5Fp9KiH
wE?
Faktor yang mempengaruhi
Faktor individu:
Kurangnya pengetahuan tentang seksualitas: Kurangnya pengetahuan
tentang seksualitas, termasuk batasan-batasan dalam hubungan seksual,
dapat membuat individu lebih rentan terhadap pelecehan seksual.
Rendahnya harga diri: Individu dengan harga diri yang rendah lebih mudah
dimanipulasi dan dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka
inginkan.
Riwayat pelecehan seksual: Individu yang pernah mengalami pelecehan
seksual di masa lalu lebih berisiko mengalami pelecehan seksual di masa
depan.
Penyalahgunaan zat: Penyalahgunaan zat, seperti alkohol dan obat-obatan
terlarang, dapat membuat individu lebih rentan terhadap pelecehan seksual.
Faktor yang mempengaruhi

Faktor sosial:
Norma gender yang tidak setara: Norma gender yang tidak setara yang menempatkan
laki-laki pada posisi yang lebih superior dan perempuan pada posisi yang subordinat dapat
menciptakan budaya yang permisif terhadap pelecehan seksual.
Ketidaksetaraan gender: Ketidaksetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
ekonomi, politik, dan sosial, dapat membuat perempuan lebih rentan terhadap pelecehan
seksual.
Kekerasan dalam rumah tangga: Kekerasan dalam rumah tangga dapat menciptakan
lingkungan yang tidak aman bagi perempuan dan anak-anak, sehingga meningkatkan risiko
mereka mengalami pelecehan seksual.
Objektivikasi seksual: Objektivikasi seksual, yaitu memandang seseorang hanya sebagai
objek seksual, dapat menormalisasi pelecehan seksual dan membuat perempuan lebih
rentan terhadap pelecehan.
Faktor yang mempengaruhi

Faktor lingkungan:
Kurangnya penerangan: Kurangnya penerangan di jalanan, tempat umum, dan ruang publik
lainnya dapat membuat perempuan lebih rentan terhadap pelecehan seksual.
Kurangnya keamanan: Kurangnya keamanan di lingkungan sekitar, seperti patroli
keamanan yang minim dan minimnya CCTV, dapat membuat perempuan lebih rentan
terhadap pelecehan seksual.
Akses yang terbatas terhadap layanan bantuan: Akses yang terbatas terhadap layanan
bantuan bagi korban pelecehan seksual, seperti layanan konseling dan hukum, dapat
membuat korban kesulitan untuk mendapatkan bantuan dan pemulihan.
Penting untuk diingat bahwa pelecehan seksual adalah masalah kompleks yang disebabkan
oleh berbagai faktor, dan tidak ada satu faktor tunggal yang dapat disalahkan. Upaya untuk
mencegah pelecehan seksual harus dilakukan secara komprehensif dengan mengatasi berbagai
faktor yang mendasarinya.
DAMPAK
PELECEHAN
SEKSUAL
Hukum yang mengatur tentang
pelecehan seksual
Di Indonesia, terdapat dua undang-undang utama yang mengatur tentang pelecehan seksual:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 281 KUHP: Mengatur tentang perbuatan cabul di muka umum, dengan ancaman pidana penjara
paling lama dua tahun empat bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 289 KUHP: Mengatur tentang persetubuhan dengan anak di bawah umur, dengan ancaman pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 290 KUHP: Mengatur tentang persetubuhan dengan orang yang sedang tidak sadarkan diri atau
tidak berdaya, dengan ancaman pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 292 KUHP: Mengatur tentang memaksa seseorang melakukan perbuatan cabul dengan ancaman
kekerasan, dengan ancaman pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 294 KUHP: Mengatur tentang melakukan pencabulan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
dengan ancaman pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 296 KUHP: Mengatur tentang melakukan persetubuhan dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, dengan ancaman pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS)
UU TPKS merupakan undang-undang baru yang lebih komprehensif dalam mengatur tentang pelecehan
seksual. UU ini mengatur berbagai jenis pelecehan seksual, baik fisik maupun non-fisik, yang terjadi di
ranah publik maupun privat
Yang harus dilakukan
ketika terjadi kekerasan
seksual
Adukan kepihak yg
dapat melindungi
A D Dapatkan dukungan
koorban

jJauhi tempat
B E Cari pertolongan medis
kejadian
Cara
menghindari
kekerasan Mempersiapkan alat pelindung
seksual E

F
diri
Menghindari tempat berbahaya

G Jangan percaya penuh

HIndari obrolan berbau


H porno
Komunikasikan batasan dngan
I jelas

J Berani bersikap tegas


Peran Penting Satuan Tugas Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) di
Kampus
Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) memiliki peran krusial
dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. Berikut adalah
beberapa peran utama Satgas PPKS:
Pencegahan:
Mengembangkan program edukasi dan sosialisasi tentang pencegahan kekerasan seksual, termasuk
membangun budaya saling menghormati dan kesetaraan gender.
Melakukan kampanye dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kekerasan
seksual dan bagaimana cara mencegahnya.
Bekerjasama dengan berbagai pihak di lingkungan kampus untuk membangun sistem pencegahan
yang komprehensif.
Penanganan:
Menerima laporan kasus kekerasan seksual dari korban atau pihak lain.
Melakukan pendampingan dan pemulihan bagi korban, termasuk menyediakan layanan konseling,
medis, dan hukum.
Melakukan investigasi dan proses pendisiplinan terhadap pelaku sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Bekerjasama dengan pihak berwajib jika diperlukan.
Stop Kekerasan seksual

Anda mungkin juga menyukai