Anda di halaman 1dari 16

Kekerasan seksual

dan pencegahannya
Oleh: Fatikha Yuliana
Apa itu kekerasan seksual?
Adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina,
melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau
fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan
relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau
dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik
termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi
seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan
pendidikan dengan aman dan optimal.
Apa itu “ketimpangan relasi
kuasa dan/atau gender”?
Menurut Komnas Perempuan (2017), “ketimpangan
relasi kuasa dan/atau gender” adalah sebuah
keadaan terlapor menyalahgunakan sumber daya
pengetahuan, ekonomi dan/ atau penerimaan
masyarakat atau status sosialnya untuk
mengendalikan korban
Jenis kekerasan seksual
Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual
dapat digolongkan menjadi kekerasan
seksual yang dilakukan secara:
1. verbal,
2. nonfisik,
3. fisik, dan
4. daring atau melalui teknologi informasi
dan komunikasi.
Bentuk kekerasan seksual
Dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) tercantum
9 bentuk kekerasan seksual. Apa saja?

1. Perkosaan
Perkosaan adalah serangan fisik dalam bentuk pemaksaan
hubungan seksual. Serangan dalam perkosaan dilakukan
dengan kekerasan, ancaman, tekanan psikologis, hingga
mengambil kesempatan dengan paksaan. Perkosaan tidak
hanya terjadi dengan memakai alat kelamin laki-laki saja, tapi
juga bisa terjadi menggunakan bagian tubuh atau benda
lainnya.
2. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual terjadi ketika adanya tindakan fisik dan
non-fisik dengan sasaran organ dan seksualitas korban. Hal
ini termasuk bersiul, berkata-kata atau isyarat dengan
nuansa seksual, sentuhan pada tubuh, hingga
mempertunjukkan pornografi dan keinginan seksual.

3. Penyiksaan Seksual
Tindakan yang menyerang organ dan seksualitas perempuan
secara sengaja merupakan penyiksaan seksual. Pelaku
kekerasan menyiksa korban secara seksual untuk
memperoleh pengakuan dari orang lain, menghukum,
mengancam, atau memaksa atas dasar diskriminasi terhadap
korban.
4. Eksploitasi Seksual
Eksploitasi seksual adalah penyalahgunaan kekuasaan
untuk tujuan kepuasan seksual dan keuntungan. Praktik
eksploitasi seksual yang paling sering ditemui adalah
menggunakan kemiskinan perempuan hingga masuk
dalam prostitusi atau pornografi.

5. Pemaksaan Kontrasepsi dan Sterilisasi


Pemasangan kontrasepsi atau sterilisasi terjadi tanpa
adanya persetujuan utuh dari korban. Hal ini terjadi
ketika korban tidak mendapatkan informasi lengkap atau
dianggap tidak cakap hukum untuk memberikan
persetujuan.
6. Pemaksaan Perkawinan
Perkawinan secara paksa yang terjadi tanpa adanya
persetujuan, termasuk ke dalam kekerasan seksual. Ini
dikarenakan dapat terjadinya pemaksaan hubungan
seksual di dalam perkawinan yang tidak diinginkan
korban.

7. Pemaksaan Pelacuran
Praktik prostitusi yang dilakukan secara paksa, yakni
situasi di mana korban ditipu, diancam, hingga mengalami
kekerasan untuk menjadi pekerja seks. Hal ini bisa terjadi
hingga korban tidak berdaya untuk melepaskan dirinya.
8. Perbudakan Seksual
Perbudakan seksual terjadi dengan adanya situasi di mana
pelaku merasa “memiliki” tubuh korban hingga berhak
melakukan apapun. Perbudakan seksual mencakup
pemaksaan pernikahan, melayani kerja paksa, hingga
paksaan hubungan seksual dengan penyekap.

9. Pemaksaan Aborsi
Pemaksaan aborsi terjadi ketika korban dipaksa
menggugurkan kandungan karena adanya tekanan dari
pihak lain. Tak terkecuali ancaman dan paksaan tanpa
memikirkan dampak buruknya bagi korban kekerasan.
Kata kunci yang menjadi
indikator suatu kekerasan
adalah paksaan. Kegiatan apa
pun yang mengandung
paksaan adalah kekerasan.
Pencegahan kekerasan seksual
Menurut World Health Organization (WHO) (2017) ada beberapa cara
untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, antara lain:

1. Pendekatan Individu dengan cara:

o Merancang program bagi pelaku kekerasan seksual dimana pelaku


harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya seperti
menetapkan hukuman yang pantas bagi pelaku kekerasan seksual;

o Memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual


seperti pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi menganai
penyakit menular seksual, dan pendidikan perlindungan diri dari
kekerasan seksual.
2. Pendekatan Perkembangan

Pendekatan perkembangan yaitu mencegah kekerasan seksual


dengan cara menanamkan pendidikan pada anak-anak sejak usia
dini, seperti:

o Pendidikan mengenai gender;

o Memperkenalkan pada anak tentang pelecehan seksual dan


risiko dari kekerasan seksual;

o Mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual;

o Mengajarkan batasan untuk bagian tubuh yang bersifat pribadi


pada anak; dan

o Mengajarkan batasan aktivitas seksual yang dilakukan pada masa


perkembangan anak.
3. Pencegahan Sosial Komunitas seperti:

o Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual;


o Memberikan pendidikan seksual di lingkungan
sosial
o Mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual
di lingkungan sosial.
4. Pendekatan Tenaga Kesehatan, yakni:

o Tenaga Kesehatan memberikan Layanan Dokumen


Kesehatan yang mempunyai peran sebagai alat bukti
medis korban yang mengalami kekerasan seksual;

o Tenaga Kesehatan memberikan pelatihan kesehatan


mengenai kekerasan seksual dalam rangka mendeteksi
secara dini kekerasan seksual;

o Tenaga Kesehatan memberikan perlindungan dan


pencegahan terhadap penyakit HIV; dan

o Tenaga Kesehatan menyediakan tempat perawatan


dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.
5. Pendekatan Hukum dan Kebijakan Mengenai Kekerasan
Seksual, yakni:

o Menyediakan tempat pelaporan dan penanganan terhadap


tindak kekerasan seksual;

o Menyediakan peraturan legal mengenai tindak kekerasan


seksual dan hukuman bagi pelaku sebagai perlindungan
terhadap korban kekerasan seksual;

o Mengadakan perjanjian internasional untuk standar hukum


terhadap tindak kekerasan seksual; dan

o Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai