Anda di halaman 1dari 5

UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU PELECEHAN SEKSUAL DI DESA

WRINGINPUTIH DENGAN METODE SOSIALISASI SADAR HUKUM

Tim KKN Alternatif Tahap II Wringinputih

Universitas Negeri Semarang

2018

Abstrak

Persoalan moral pemuda zaman modern semakin kompleks. Beberapa permasalahan moral
yang bisa dikategorikan darurat adalah maraknya pelecehan seksual dikalangan remaja.
Penyebab hal ini salah satunya adalah kurangnya pengetahuan remaja mengenai perilaku
pelecehan seksual. Artikel ini akan membahas mengenai upaya pencegahan tindak pidana
pelecehan seksual dikalangan remaja.

Kata Kunci : Pelecehan Seksual, Upaya pencegahan, Remaja.

PENDAHULUAN

Pelecehan seksual menurut Winarsunu (2008) adalah segala macam bentuk perilaku yang
berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya.
Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, symbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi
seksual. Aktifitas yang berkonotasi seksual bisa dianggap pelecehan seksual jika
mengandung unsure-unsur sebagai berikut, yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak
oleh pelaku, kejadian ditentukan oleh motivasi pelaku, kejadian tidak diinginkan korban, dan
1
mengakibatkan penderitaan pada korban. Menurut Collier (1998), pengertian pelecehan
seksual merupakan segala bentuk perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh
perilaku bersifat seksual yangh tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut, dan
pelecehan seksual yang dapat terjadi atau dialami oleh semu perempuan. Definisi lain
diungkapkan oleh Rubenstein (dalam Collier, 1998) pelecehan seksual sebagai sifat perilaku
seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang menyinggung
penerima.

Dari beberapa definisi pelecegan seksual diatas dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual
adalah perilaku atau tindakan yang menganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang

1. 1 Susi Wiji Utami. http://repository.ump.ac.id/3830/3/SUSI%20WIJI%20UTAMI%20-%20BAB%20II.pdf


dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dalam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya.

Dizaman yang semakin modern ini, tingkat pelecehan seksual dikalangan remaja semakin
meningkat hari demi hari. KPAI ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia ) mencatat
sedikitnya ada 117 anak yang menjadi korban dengan 22 orang pelaku permaret 2018.
Sedangkan sepanjang tahun 2017, terdapat 393 anak sebagai korban pelecehan seksual
dengan 66 orang pelaku. Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana (DP3AKB) Jateng mencatat, pada 2017 kemarin terjadi kekerasann terhadap anak
sebanyak 1.337 kasus. Sedangkan di semester pertama 2018, sudah ada 424 kasus. Dengan
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual di kalangan anak muda terutama
anak-anak semakin meningkat, terutama di jawa tengah.

PEMBAHASAN

1. Bentuk-bentuk pelecehan seksual

Secara umum, pelecehan seksual terbagi menjadi 5 bentuk, yakni ;

1. Pelecehan fisik, yaitu :

Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah ke perbuatan seksual seperti mencium,


menepuk, memeluk, mencubit, mengulas, memijat tengkuk, menempelkan tubuh atau
sentuhan fisik lainnya.

2. Pelecehan lisan, yaitu :

Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan probadi atau bagian
tubuh atau penampilan seseorang, termasuk lelucon dan komentar bermuatan seksual.

3. Pelecehan non-verbal.isyarat, yaitu:

Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan
berulang-ulang, menatap tubuh dengtan penuh nafsu, isyarat dengan jari tangaj, menjilat
bibir, atau lainnya.

4. Pelecehan visual, yaitu :

Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar kartun, screensaver atau
lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media lainnya.
5. Pelecehan psikologis/emosional, yaitu :

Permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang terus menerus dan tidak diinginkan,


ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.

Tidak melulu pelecehan seksual dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Pelecehan
seksual juga bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dalam berbagai bentuk.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pelecehan seksual
adalah pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan non-verbal/isyarat, pelecehan visual,
dan pelecehan psikologis/emosional.

2. UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PELECEHAN SEKSUAL

Meskipun perilaku pelecehan seksual merupakan penyakit yang sudah mengakar di


masyarakat, bukan berarti kita mendiamkan perilaku tersebut. Ada beberapa upaya yang
mampu kita lakukan untuk mencegah upaya perilaku tindak pelecehan seksual disekitar
kita. Yakni dengan tiga cara utama ;

a. Bersikap tegas dan berani memberikan teguran


Kalau kamu pengguna transportasi umum dimana dalam transportasi tesebut terdapat
banyak orang, kamu harus waspada dan selalu berjaga-jaga akan tubuhmu. Biasanya
pelecehan seksual berupa sentuhan pada beberapa bagian tubuh kamu dan sebagai
perempuan rawan sekali terjadi ketika terdapat banyak orang yang berdesak-desakan
seperti di bis atau kereta misalnya. Jika hal ini terjadi, segeralah berganti posisi dan tegur
secara tegas dan lantang agar ia merasa dipermalukan dan orang disekitar mu pun akan
ikut memperhatikannya. Dengan begitu ia tidak akan berani lagi melakukan hal tersebut.
Kamu juga bisa segera memberitahu satpam atau petugas kendaraan umum tersebut agar
menurunkannya segera di pemberhentian selanjutnya.
b. Membekali diri dengan kemampuan bela diri
Kemampuan bela diri sederhana juga harus diketahui oleh para perempuan lho.
Bagaimanapun juga, sebagai perempuan harus dapat membela diri apa bila pelecehan
seksual yang diterimanya sudah berupa paksaan fisik atau mengarah ke pemerkosaan
bahkan penculikan. Apa bila hal seperti ini terjadi, setidaknya kamu bisa melakukan
perlawanan seperti menendang alat kemaluannya, mendorong, memukul, dan lain-lain.
Tidak harus hebat dalam berkelahi, namun setidaknya bisa menjaga diri dari tindak
kejahatan yang mungkin terjadi, yang diawali dengan perlakuan pelecehan seksual.
c. Melaporkan hal tersebut pada pihak yang berwajib.
Indonesia memiliki hukum yang sangat ketat dalam menindak perlakuan pelecehan
seksual, apa lagi ketika tindakan tersebut sudah mengarah pada ranah kriminal. Jangan
takut untuk melaporkan kepada pihak berwajib apabila kamu mengalami pelecehan
seksual tersebut, baik yang berupa sentuhan atau raba-an, hingga ketingkat pemaksaan
sekalipun. Kalau kamu merasa khawatir melaporkannya langsung kepada pihak berwajib,
kamu bisa mengutarakannya terlebih dahulu kepada orang terdekat kamu, orang tua
misalnya. Karena perempuan patut untuk dihargai dan dipandang sederajat, sehingga
tidak ada yang bisa memperlakukan mereka dengan semena-mena, apa lagi sampai
melakukan pelecehan. Jangan diam, karena hal itu malah semakin membuat para pelaku
merasa aman untuk terus melakukan tindakan tersebut.
Dalam perspektif hukum¸ bentuk-bentuk pelecehan seksual diatur dalam klasifikasi
kejahatan terhadap kesusilaan. Pelecehan seksual merupakan dalam jenis delik aduan
relative dimana pelapor bukan hanya saja diperbolehkan korban, namun keluarga korban
memiliki hak untuk melayangkan laporan terhadap polisi. Perbuatan cabul dalam KUHP
(Kitab Undag-undang Hukum Pidana) diatur dalam buku kedua tentang kejahatan, BAB
XIV tentang Kejahatan Kesusilaan (pasal 281 sampai pasal 303). Misalnya, perbauatan
cabul yang dilakuakn oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin (pasal 284),
perkosaan (pasal 285), atau membujuk berbuat cabul orang yang masih belum dewasa
(pasal 293) dengan ancaman pidana penjara maksimal Sembilan tahun.

PENUTUP
Mengingat kompleksnya permasalahan berkaitan dengan pelecehan seksual di era
teknologi informasi seperti sekarang ini, dibutuhkan adanya peranan dari berbagai pihak
guna mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual. Pendidikan dan pengenalan pelecehan
seksual adalah langkah yang tepat untuk diterapkan, hal ini selaras dengan keberadaan
langkah preventif yang diutamakan dari pada langkah represif. Oleh karenanya, segala
bentuk kebijakan yang sifatnya komprehensif harus dapat diterapkan dan dikenalkan, agar
perilaku pelecehan seksual dapat dihindari, sehingga dapat melindungi generasi penerus
bangsa dari upaya degradasi moral yang dapat berimbas pada merosotnya etika serta
dapat menghambat pembangunan manusia Indonesia yang beradab.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual, Refika
Aditama, Bandung, 2000.

Lelly Resma, Makalah yang dikembangkan dalam seminar Anak Korban Penganiayaan Korban
Seksual, Osikiatri FKUI, 2002.

UNDANG-UNDANG

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

JURNAL

https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/Modul%20dan%20Pedoman/Kekerasan%20Se
ksual/15%20BTK%20KEKERASAN%20SEKSUAL.pdf

15 Bentuk Kekerasan Seksual. Oleh KOMNAS Perempuan.

Anda mungkin juga menyukai