Anda di halaman 1dari 10

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


TINDAK PIDANA PERZINAHAN

Eko Sugiyanto*, Pujiyono, Budhi Wisaksono,


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.
Email : budiharjo647@gmail.com

ABSTRAK

Tindak pidana perzinahan yang dimaksud dalam Pasal 284 KUHP ayat (1) KUHP itu
merupakan suatu perbuatan atau tindak pidana yang harus dilakukan dengan sengaja. Unsur
kesengajaan itu harus terbukti pada sipelaku agar ia dapat terbukti sengaja dalam melakukan salah satu
tindak pidana perzinahan dari tindak pidana-tindak pidana perzinahan yang diatur dalam Pasal 284
ayat (1) KUHP. Revisi terhadap pasal perzinaan tersebut, terutama mengenai pelaku perzinaan atau
dengan kata lain kriminalisasi terhadap kegiatan seks (hubungan seks) yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan yang masing-masing tidak terikat dalam perkawinan yang sah dengan orang lain.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebijakan Hukum Pidana dalam upaya penanggulangan
tindak pidana perzinahan yang berlaku saat ini. Untuk mengetahui kebijakan Hukum Pidana dalam
upaya penanggulangan tindak pidana perzinahan di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Kebijakan Hukum Pidana, Tindak Pidana, Perzinahan.

ABSTRACT

Crimes adultery referred to in article 284 kuhp paragraph ( 1 ) kuhp is a deeds or crimes to
do on purpose.Were element it should be was evident on the prep that he be proven to deliberately in
do one crimes adultery than a felony adultery set in article 284 paragraph ( 1 ) kuhp.The revision of
the article half especially about the suspect half or in other words criminal acts of the sex ( sex )
conducted by men and women each is not bound in lawful matrimony with others.The purpose of this
research that is, to know policy criminal law in the effort to reduce crimes adultery the current.To
know policy criminal law in the effort to reduce crimes fornication on the future.

Keywords: Criminal Law Policy, Crime, Adulter.

I. PENDAHULUAN memiliki aturan delik perzinahan


a. Latar Belakang mengalami perubahan signifikan.1
Pembaharuan hukum pidana di Menurut KUHP, zina diidentikkan
Indonesia yang didengung-dengungkan dengan overspel yang pengertiannya
selama ini, diharapkan banyak membuat jauh lebih sempit dari pada zina itu
perubahan-perubahan baru mengenai sendiri. Overspel hanya dapat terjadi
kelemahan aturan pidana mengenai
delik perzinahan sebagaimana diatur 1
Artikel karya Ahmad Bahiej, Tinjauan Delik
dalam Pasal 284 KUHP Oleh karena itu, Perzinahan dalam Berbagai Sistem Hukum
semenjak Konsep KUHP dikeluarkan dan
prospeknya dalam Pembaharuan Hukum
Pidana Indonesia, www.hukumonline.com.
Diakses tanggal 15 Nopember 2015, jam 22.15
WIB.

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

jika salah satu pelaku atau kedua pelaku kriminalisasi terhadap kegiatan seks
telah terikat tali perkawinan. Hal ini (hubungan seks) yang dilakukan oleh
berbeda dengan konsepsi masyarakat/ laki-laki dan perempuan yang masing-
bangsa Indonesia yang komunal dan masing tidak terikat dalam perkawinan
religius. Setiap bentuk perzinahan, baik yang sah dengan orang lain, menjadi
dalam ikatan perkawinan maupun tidak, bahan perdebatan antara pihak yang pro
merupakan perbuatan tabu yang dan yang kontra. Pihak yang kontra
melanggar nilai-nilai kesusilaan. terhadap revisi pasal perzinahan menilai
KUHP saat ini perlu dibenahi bahwa revisi terhadap pelaku perzinaan
mengingat Indonesia dan Belanda terlalu mencampuri dan memasung
merupakan dua bangsa yang memiliki kehidupan pribadi seseorang. Oleh
karakter serta latar sosial yang berbeda, karenanya diperlukan suatu Rancangan
para pakar hukum pidana mulai Undang-Undang yang mampu
memunculkan wacana untuk kembali memastikan tindak pidana tersebut
merombak, mereformulasi, merevisi, dilakukan. Dalam RUU KUHP 2015
bahkan mereformasi KUHP agar sesuai ancaman hukuman maksimal untuk
dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia. perbuatan zina adalah lima tahun (Pasal
Tindak pidana perzinahan yang 484 RUU KUHP 2015). Sementara,
dimaksud dalam Pasal 284 KUHP ayat kumpul kebo hanya diancam pidana
(1) KUHP itu merupakan suatu maksimal dua tahun (Pasal 486 RUU
perbuatan atau tindak pidana yang harus KUHP 2015).
dilakukan dengan sengaja. Ini berarti Inilah yang kemudian membuat
bahwa unsur kesengajaan itu harus kerancuan dengan tidak ditetapkan siapa
terbukti pada si pelaku agar ia dapat yang bisa disebut sebagai pihak ketiga.
terbukti sengaja dalam melakukan salah Padahal banyak tempat umum seperti
satu tindak pidana perzinahan dari hotel yang notabene bisa saja menjadi
tindak pidana-tindak pidana perzinahan tempat tindak pidana. Permasalahan
yang diatur dalam Pasal 284 ayat (1) seputar pengakuan pernikahan di bawah
KUHP. tangan belum mendapat solusi dalam
Selama ini RUU KUHP hanya RUU KUHP. Kenyataannya, hal ini
mengatur perzinaan dalam status akan menimbulkan masalah dikemudian
keterikatan perkawinan saja. Dalam hari mengingat perkawinan dibawah
Pasal 484 ayat 1 RUU KUHP 2015 juga tangan merupakan hal yang umum di
mengatur perzinahan antara laki-laki beberapa daerah di Indonesia.
dengan perempuan yang keduanya tak b. Rumusan Masalah
terikat perkawinan. Dalam KUHP saat Berdasarkan latar belakang
ini, pengertian zina itu hanya dibatasi sebagaimana disebutkan di atas, maka
pada persetubuhan antara laki-laki rumusan masalah yang diangkat dalam
dengan perempuan yang salah satu atau penelitian ini meliputi:
keduanya terikat dalam perkawinan. 1. Bagaimana Kebijakan Hukum
Revisi terhadap pasal perzinaan Pidana dalam upaya
tersebut, terutama mengenai pelaku penanggulangan tindak pidana
perzinaan atau dengan kata lain perzinahan yang berlaku saat ini?

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2. Bagaimana kebijakan Hukum dari data atau dibiarkan terbuka untuk


Pidana dalam upaya interpretasi.
penanggulangan Tindak Pidana b. Spesifikasi Penelitian
Perzinahan di masa yang akan Spesifikasi Penelitian yang
datang? digunakan adalah Deskriptif Analitis yaitu
menggambarkan keadaan dari obyek yang
diteliti dan sejumlah faktor-faktor yang
c. Tujuan Penelitian memengaruhi data yang diperoleh itu
Perumusan tujuan penelitian dikumpulkan, disusun, dijelaskan,
merupakan pencerminan arah dan kemudian dianalisis. Penelitian ini
penjabaran strategi terhadap masalah dikatakan deskriptif karena hasil-hasil
yang muncul dalam penulisan, adapun yang diperoleh dari penelitian ini
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai diharapkan dapat memberikan gambaran
berikut: secara menyeluruh dan sistematis
mengenai tindak pidana perzinahan.
1. Untuk mengetahui kebijakan Hukum
c. Metode Analisis
Pidana dalam upaya
Adapun metode analisis data yang
penanggulangan tindak pidana
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
perzinahan yang berlaku saat ini.
metode kualitatif, yaitu penelitian yang
2. Untuk mengetahui kebijakan Hukum
menghasilkan data deskriptif analitik.
Pidana dalam upaya
Metode analisis deskriptif digunakan
penanggulangan tindak pidana
untuk mendeskripsikan secara
perzinahan di masa yang akan
sistematis, faktual, dan akurat mengenai
datang.
objek kajian yang diteliti. Dengan
metode ini, hasil penelitian dapat
II. METODE PENELITIAN
digambarkan dan dibahasakan di mana
a. Metode Pendekatan
ada kesatuan antara bahasa dan pikiran.
Pendekatan yang bersifat yuridis
Dengan menggunakan metode
normatif, yaitu dengan mengkaji/
deskriptif analisis diharapkan penelitian
menganalisis data sekunder yang berupa
dalam skripsi ini bukan semata
bahan-bahan hukum terutama bahan
mendeskripsikan objek kajian,
hukum primer dan bahan hukum
melainkan menganalisis data lebih
sekunder, dengan memahami hukum
detail, spesifik, dan berusaha
sebagai seperangkat peraturan atau
membahasakan hal-hal yang bersifat
norma-norma positif di dalam sistem
implisit menjadi eksplisit, serta dapat
perundang-undangan yang mengatur
membongkar teks-teks literal-skriptural
mengenai kehidupan manusia.
untuk kemudian disajikan dalam bentuk
Pendekatan normatif yang
teks kontekstual dengan latar sosiologis-
digunakan adalah mengkaji norma-
filosofis.
norma dalam RKUHP Tahun 2015
mengenai zina. Penelitian kualitatif
bersifat induktif. Peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

III. HASIL PENELITIAN DAN f. menyerahkan anak untuk


PEMBAHASAN pengemisan dan sebagainya (Pasal
1. Kebijakan Hukum Pidana dalam 301);
Upaya Penanggulangan Tindak g. penganiayaan hewan (Pasal 302);
Pidana Perzinahan Yang Berlaku h. perjudian (Pasal 303 dan 303 bis).
Saat Ini Adapun yang termasuk pelanggaran
Perzinahan akan dipandang tercela kesusilaan dalam KUHP meliputi
jika terjadi hal itu dilakukan dalam perbuatan-perbuatan sebagai berikut :
bingkai perkawinan. Pembaharuan a. mengungkapkan atau
hukum pidana Indonesia selama ini, mempertunjukkan sesuatu yang
diharapkan banyak membuat perubahan- bersifat porno (Pasal 532-535);
perubahan baru mengenai kelemahan b. yang berhubungan dengan mabuk
aturan pidana mengenai delik dan minuman keras (Pasal 536-539);
perzinahan sebagaimana diatur dalam c. yang berhubungan dengan perbuatan
Pasal 284 KUHP. tidak susila terhadap hewan (Pasal
Delik perzinahan (overspel) diatur 540, 541 dan 544);
dalam Pasal 284 KUHP yang dapat d. meramal nasib atau mimpi (Pasal
dikategorikan sebagai salah satu 545);
kejahatan terhadap kesusilaan. Delik- e. menjual dan sebagainya jimat-jimat,
delik kesusilaan dalam KUHP terdapat benda berkekuatan gaib dan
dalam dua bab, yaitu Bab XIV Buku II memberi ilmu kesaktian (Pasal 546);
yang merupakan kejahatan dan Bab VI f. saksi yang memakai jimat dalam
Buku III yang termasuk jenis persidangan (Pasal 547).
pelanggaran. Yang termasuk dalam Ketentuan-ketentuan pidana yang
kelompok kejahatan kesusilaan meliputi diatur dalam Bab XIV mengenai
perbuatan-perbuatan: kejahatan-kejahatan terhadap kesusilaan
a. yang berhubungan dengan minuman, ini sengaja dibentuk oleh pembentuk
yang berhubungan dengan undang-undang dengan maksud untuk
kesusilaan di muka umum dan yang melindungi orang-orang dari tindakan-
berhubungan dengan benda-benda tindakan asusila dan perilaku-perilaku
dan sebagainya yang melanggar baik dengan ucapan maupun dengan
kesusilaan atau bersifat porno (Pasal perbuatan yang menyinggung rasa susila
281 - 283); karena bertentangan dengan pandangan
b. zina dan sebagainya yang orang tentang kepatutan-kepatutan di
berhubungan dengan perbuatan bidang seksual, baik ditinjau dari segi
cabul dan hubungan seksual (Pasal pandangan masyarakat setempat
284-296); maupun dari segi kebiasaan masyarakat
c. perdagangan wanita dan anak laki- dalam menjalankan kehidupan seksual
laki di bawah umur (Pasal 297); mereka.2
d. yang berhubungan dengan
pengobatan untuk menggugurkan
kandungan (Pasal 299); 2
Soehardjo Sastrosoehardjo, 1997, Silabus Mata
e. memabukkan (Pasal 300); Kuliah Filsafat Hukum, Program Pascasarjana

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Ancaman pidana yang ditetapkan UU KUHP yang dibahas DPR dan


dalam pasal 284 ayat (1) KUHP adalah Pemerintah pada masa sidang yang akan
pidana penjara sembilan bulan, baik datang memperluas cakupan tentang apa
bagi pelaku yang telah menikah maupun yang disebut sebagai zina itu. Tidak
bagi orang yang turut serta melakukan hanya bisa dikenakan pada mereka yang
perbuatan zina itu. Sedangkan menurut terikat dalam perkawinan saja, tapi Pasal
hukum pidana Islam, ancaman pidana 484 ayat 1 RUU KUHP mencakup
disesuaikan dengan pelaku perzinahan. perzinahan antara laki-laki dengan
Jika pelaku zina itu muhsân atau telah perempuan yang keduanya tak terikat
menikah maka ancaman pidananya perkawinan. Dalam RUU KUHP soal
adalah rajam (stoning to death). Namun zina ini masih merupakan delik aduan.
jika perzinahan itu dilakukan oleh orang Namun kalau KUHP saat ini yang bisa
yang belum menikah (gâiru muhsân) mengadukan hanya si suami atau isteri
maka ancaman pidananya adalah dari masing-masing pelaku, maka dalam
dicambuk atau didera sebanyak delapan RUU KUHP diperluas yang bisa jadi
puluh kali. pengadu adalah pihak ketiga yang
Ketentuan yang mengatur mengenai tercemar
persaksian tidak diatur secara khusus Rancangan Kitab Undang-Undang
dalam delik perzinahan menurut KUHP. Hukum Pidana 2015 (R KUHP 2015)
Maka system pembuktian delik yang sedang dalam pembahasan di
perzinahan sama dengan sistem Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI)
pembuktian delik-delik yang lain. masih menyisakan permasalahan.
2. Kebijakan Hukum Pidana dalam Terutama dalam hal tindak pidana yang
Upaya Penanggulangan Tindak diatur dan bobot pemidanaannya. Di
Pidana Perzinahan Dimasa Yang mana masih banyak tindak pidana yang
Akan Datang dirasa mengekang kebebasan warga
Menurut hukum yang hidup negaranya dan overkriminalisasi.
dimasyarakat adalah hubungan badan Adapun ketentuan mengenai
diluar nikah, baik yang salah satunya perzinaan juga mengalami perubahan
terikat tali perkawinan atau keduanya yang sangat drastis apabila
belum teriakat. Dalam pemikiran dibandingkan dengan ketentuan dari
masyarakat pada umumnya zina yang KUHP lama. Di mana terdapat
diterangkan dalam KUHP kita hanya perluasan makna dari tindak pidana zina
menjerat orang melakukan zina jika itu dalam rumusan Pasal R KUHP 2015.
salah satunya terikat tali perkawinan, Dalam R KUHP 2015, Tindak Pidana
berarti jika orang yang melakukan zina Zina diatur dalam Pasal 484 angka (1)
yang keduanya belum memiliki tali sampai (4).
perkawinan maka perbuatan tersebut Adapun bunyi Pasal itu sendiri
tidak dipidana. yaitu :
Pasal 484
a. Dipidana karena zina, dengan pidana
Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro, penjara paling lama 5 (lima) tahun:
Semarang, hal. 1.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1) laki-laki yang berada dalam oleh ikatan perkawinan menjadi Tindak


ikatan perkawinan melakukan Pidana Zina. Dalam hal ini delik zina
persetubuhan dengan perempuan dalam R KUHP 2015 terlalu jauh
yang bukan istrinya; mengatur urusan warga negara yang
2) perempuan yang berada dalam bersifat privat dan personal menjadi
ikatan perkawinan melakukan urusan yang bersifat publik. Negara
persetubuhan dengan laki-laki seharusnya tidak mencampuri urusan
yang bukan suaminya; privat dari warga negaranya namun
3) laki-laki yang tidak dalam ikatan harus nama menjaga hak-hak serta
perkawinan melakukan privasi dari warga negaranya. Dalam hal
persetubuhan dengan tindak pidana zina ini, Negara telah
perempuan, padahal diketahui melakukan pelanggaran Hak Asasi
bahwa perempuan tersebut Manusia dan pelanggaran kebebasan
berada dalam ikatan perkawinan; yang serius terhadap warga negaranya
4) perempuan yang tidak dalam apabila tetap memaksakan ketentuan
ikatan perkawinan melakukan mengenai zina yang baru ini berlaku.
persetubuhan dengan laki-laki, Selain permasalahan tersebut
padahal diketahui bahwa ketentuan Pasal 484 angka (3)
laki-laki tersebut berada dalam menyebutkan bahwa pengaduan
ikatan perkawinan; atau sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
5) laki-laki dan perempuan yang tidak berlaku ketentuan Pasal 26, Pasal
masing-masing tidak terikat 27, dan Pasal 29.
dalam perkawinan yang sah Adapun Ketentuan Pasal 26, yaitu :
melakukan persetubuhan. 1) Dalam hal tertentu, tindak pidana
b. Tindak pidana sebagaimana hanya dapat dituntut atas dasar
dimaksud pada ayat (1) tidak pengaduan.
dilakukan penuntutan kecuali atas 2) Tindak pidana sebagaimana
pengaduan suami, istri, atau pihak dimaksud pada ayat (1) ditentukan
ketiga yang tercemar. secara tegas dalam Undang-Undang.
c. Terhadap pengaduan sebagaimana 3) Dalam hal tindak pidana
dimaksud pada ayat (2) tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku ketentuan Pasal 26, Pasal mensyaratkan adanya pengaduan
27, dan Pasal 29. secara mutlak, penuntutan dilakukan
d. Pengaduan dapat ditarik kembali semua pembuat, walaupun tidak
selama pemeriksaan di sidang disebutkan oleh pengadu.
pengadilan belum dimulai. 4) Dalam hal tindak pidana
Berdasarkan rumusan dari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Rancangan Pasal 484 angka (1) sampai mensyaratkan adanya pengaduan
(4) R KUHP 2015 masih terdapat secara relatif, penuntutan hanya
beberapa pembahasan yaitu Perumus dilakukan terhadap orang-orang
Undang-Undang telah melakukan yang disebut dalam pengaduan.
overkriminalisasi terhadap semua Sedangkan Ketentuan Pasal 27,
pelaku persetubuhan yang tidak terikat yaitu

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(1) Dalam hal korban tindak pidana berlaku mengakibatkan pengaduan atas
aduan belum berumur 16 (enam ketentuan tindak pidana Pasal 484
belas) tahun dan belum kawin atau menjadi tidak memiliki kepastian
berada di bawah pengampuan maka hukum sendiri. Sehingga dengan kata
yang berhak mengadu adalah lain ketentuan Pasal 484 angka (3) ini
wakilnya yang sah. telah menyimpangi syaratsyarat
(2) Dalam hal wakil yang sah dari pengaduan sesuai Rancangan KUHP.
korban tindak pidana aduan belum Dan akan sangat berbahaya ke depannya
berumur 16 (enam belas) tahun dan apabila Penyidik diperbolehkan untuk
belum kawin tidak ada, maka menafsirkan Pasal tersebut sesuai
penuntutan dilakukan atas dengan tafsirannya sendiri.
pengaduan wali pengawas atau Lebih lanjut, permasalahan klasik
majelis yang menjadi wali yang tidak kunjung usai di bidang
pengawas. penahanan yaitu overkapasitas Rumah
(3) Dalam hal wakil yang sah dari Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan
korban yang berada di bawah tidak akan kunjung selesai apabila
pengampuan tidak ada maka ketentuan-ketentuan pidana yang
penuntutan dilakukan atas dasar bersifat overkriminalisasi tetap
pengaduan istrinya atau keluarga dibiarkan berlaku ke depannya. Kita
sedarah dalam garis lurus. dapat membayangkan Rumah Tahanan,
(4) Dalam hal wakil sebagaimana serta ruang-ruang tahanan di Kepolisian
dimaksud pada ayat (2) tidak ada dan Kejaksaan maupun Pemasyarakatan
maka pengaduan dilakukan oleh akan penuh dari orang-orang yang
keluarga sedarah dalam garis diduga atau dituduh melakukan
menyamping sampai derajat ketiga persetubuhan di luar nikah. Apabila
atau majelis yang menjadi wali Negara terlalu jauh mencampuri urusan
pengampu. pribadi warga negaranya maka yang
Selanjutnya, ketentuan Pasal 29, akan terjadi adalah penyalahgunaan
yaitu : kekuasaan dan kekacauan. Negara
(1) Pengaduan dilakukan dengan cara seharusnya melakukan tugasnya untuk
menyampaikan pemberitahuan dan menjamin kesejahteraan warga
permohonan untuk dituntut. negaranya.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud Pandangan inilah yang seharusnya
pada ayat (1) diajukan secara diubah dalam kebijakan hukum pidana
tertulis kepada pejabat yang dalam tindak pidana zina, Walaupun
berwenang. konsep KUHP belum rampung diketok
Dapat dilihat bahwa Ketentuan oleh badan legislatif dan legalitas formal
Pasal 26, 27 dan 29 telah mengatur kita pun belum diatur secara jelas, toh
dengan sangat rinci perihal mekanisme kita bisa menggunakan asas legalitas
melakukan pengaduan dalam delik materiil yang memungkinkan seorang
aduan. Ketentuan Pasal 484 angka (3) hakim hanya mendasarkan hukum yang
yang menyebutkan bahwa ketentuan tertulis saja tetapi hukum yang hidup
dalam Pasal 26, 27 dan 29 ini tidak

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dimasyarakatpun bisa dipakai menjadi hak warga negaranya dan bukan malah
dasar. meneror kebebasan dari warga
Melalui pemikiran ahli hukum yang negaranya, sehingga ketentuan-
progresif bukan tidak mungkin asas ketentuan pidana yang dirasa
legalitas materiil di Indonesia berubah overkriminalisasi dan mengekang
menjadi hukum yang diakui Negara dan kebebasan warga Negara patut untuk
diundang-undangkan sebagai hukum dikaji ulang dalam pembahasan R
positif. Perlu adanya ketegasan dari KUHP 2015.
aparat penegak hukum untuk
tercapainya tujuan ini dan menjadikan IV. PENUTUP
hukum pidana Indonesia sebagai alat a. Kesimpulan
penanggulangan kejahatan termasuk 1) Konsep zina dalam Hukum Pidana
zina. KUHP tidak harus dipandang Indonesia, yakni persetubuhan
sebagai aturan yang absolute bagi antara laki-laki dan perempuan yang
hukum pidana, karena penggunaan sudah terikat perkawinan, sedangkan
hukum pidana dalam menanggulangi pengertian zina dalam hukum pidana
kejahatan hanya merupakan “kurieren Islam, yakni persetubuhan antara
am symptom”. laki-laki dan perempuan yang sudah
Selain itu, ketentuan pemidanaan terikat perkawinan maupun yang
terhadap tindak pidana zina dalam R belum terikat perkawinan.
KUHP 2015 juga dianggap terlalu 2) Undang-Undang KUHP yang
tinggi, di mana ancaman hukuman bagi dibahas DPR dan Pemerintah pada
para pelaku zina adalah penjara masa sidang yang akan datang
maksimal 5 (lima) tahun). Sedangkan memperluas cakupan tentang apa
dalam KUHP yang berlaku sekarang, yang disebut sebagai zin Dalam
ancaman tindak pidana zina hanyalah 9 RUU KUHP soal zina ini masih
(Sembilan) bulan. Anacaman pidana 5 merupakan delik aduan. Namun
(lima) tahun ini mengakibatkan tindak kalau KUHP saat ini yang bisa
pidana zina merupakan kejahatan yang mengadukan hanya suami atau isteri
sangat serius seoerti layaknya pencurian dari masing-masing pelaku, maka
Meskipun dalam perancangan dalam RUU KUHP diperluas yang
ketentuan ini Pembuat Undang-Undang bisa jadi pengadu adalah pihak
mempertimbangkan norma kesusilaan ketiga yang tercemar, Adapun
sehingga memasukkan perluasan makna ketentuan mengenai perzinaan juga
perzinaan dalam R KUHP ini namun mengalami perubahan yang sangat
seharusnya dalam pembuatan Peraturan drastis apabila dibandingkan dengan
Perundang-Undangan, para perancang ketentuan dari KUHP lama. Di mana
memperhatikan asas kemanfaatan dari terdapat perluasan makna dari tindak
Pasal yang dirancang tersebut. Apakah pidana zina itu dalam rumusan Pasal
Pasal itu nantinya akan menciptakan R KUHP 2015. Dalam R KUHP
ketertiban atau malah sebaliknya Pasal 2015, Tindak Pidana Zina diatur
tersebut akan menciptakan kekacauan. dalam Pasal 484 angka (1) sampai
Negara seharusnya dapat menjaga hak-

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(4). Adapun bunyi Pasal itu sendiri (4) Pengaduan dapat ditarik selama
yaitu : pemeriksaan di sidang
Pasal 484 pengadilan belum dimulai.
(1) Dipidana karena zina, dengan b. Saran
pidana penjara paling lama 5 1. Diharapkan kepada masyarakat agar
(lima) tahun: lebih meningkatkan rasa kasih
a. laki-laki yang berada dalam saying, perhatian dan peduli
ikatan perkawinan terhadap pasangannya sehingga
melakukan persetubuhan meminimalisir tindak pidana
dengan perempuan yang perzinahan yang akan terjadi.
bukan istrinya; 2. Diharapkan para aparat hukum
b. perempuan yang berada mempertimbangkan efek jera dari si
dalam ikatan perkawinan pelaku tindak pidana agar putusan
melakukan persetubuhan tersebut kedepannya dapat lebih
dengan laki-laki yang bukan obyektif dan pelakutidak akan
suaminya; mengulangi lagi perbuatannya.
c. laki-laki yang tidak dalam
ikatan perkawinan V. DAFTAR PUSTAKA
melakukan persetubuhan
dengan perempuan, padahal Artikel karya Ahmad Bahiej, Tinjauan
diketahui bahwa perempuan Delik Perzinahan dalam
tersebut berada dalam ikatan Berbagai Sistem Hukum dan
perkawinan; prospeknya dalam
d. perempuan yang tidak dalam Pembaharuan Hukum Pidana
ikatan perkawinan Indonesia,
melakukan persetubuhan www.hukumonline.com. Diakses
dengan laki-laki, padahal tanggal 15 Nopember 2015, jam
diketahui bahwa laki-laki 22.15 WIB.
tersebut berada dalam ikatan
perkawinan; atau Amir Ilyas. Asas-Asas Hukum Pidana
6) laki-laki dan perempuan yang Memahami Tindak Pidana dan
masing-masing tidak terikat Pertanggungjawaban Pidana
dalam perkawinan yang sah Sebagai Syarat Pemidanaan.
melakukan persetubuhan. Jakarta: PT. Rajagrafindo. 2002.
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak Ahmad Wardi Muslich. Hukum Pidana
dilakukan penuntutan kecuali Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
atas pengaduan suami, istri, atau 2005.
pihak ketiga yang tercemar.
(3) Pengaduan sebagaimana Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai
dimaksud pada ayat (2) tidak Kebijakan Hukum Pidana.
berlaku ketentuan Pasal 26, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Pasal 27, dan Pasal 29. 1996.

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Purwadarminta. Kamus Umum Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
1985.

R. Soesilo. KUHP dan Komentar-


komentarnya Lengkap Pasal
Demi Pasal. Bogor: Politea, tt.
2002.

Simons dalam buku P.A.F.lamintang.


Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia. Bandung : Citra
Aditya Bakti. 1997.

Sofjan Sastrawidjaja. Hukum Pidana 1.


CV. Armico. 1990.

Saparinah Sadli. Persepsi Mengenai


Perilaku yang Menyimpang.
Jakarta: Bulan Bintang. 2006.

Sianturi, S.R. Asas-Asas Hukum


Pidana di Indonesia Dan
Penerapannya. Jakarta: Alumni.
1982.

Sayyid Sabbiq. Fiqh sunah. Kuwait:


Dar al-Bayan. 2008.

Soehardjo Sastrosoehardjo, 1997,


Silabus Mata Kuliah Filsafat
Hukum, Program Pascasarjana
Ilmu Hukum, Universitas
Diponegoro, Semarang

Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas


Hukum Pidana Indonesia.
Bandung : PT. Eresco. 1989.

10

Anda mungkin juga menyukai