Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), hal ini secara

tegas dinyatakan dalam. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, kedudukan hukum harus

ditempatkan di atas segala galanya. Setiap perbuatan harus sesuai dengan

aturan hukum tanpa terkecuali.

Pergaulan hidup manusia di atur oleh berbagai macam kaidah atau

norma, yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan

bersama yang tertib dan tentram. Di dalam pergaulan hidup tersebut, manusia

mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi

kebutuhan pokok atau primary needs, yang antara lain mencakup sandang,

pangan, papan keselamatan jiwa dan harta, harga diri, potensi untuk

berkembang, dan kasih sayang. Pengalaman-pengalaman tersebut

menghasilkan nilai-nilai yang positif maupun negatif, sehingga manusia

mempunyai konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang baik dan harus

dianuti, mana yang buruk dan harus dihindari. Sistem nilai–nilai tersebut

sangat berpengaruh terhadap pola-pola pikir manusia, yang merupakan suatu

pedoman mental baginya.

1
Pola-pola berpikir manusia mempengaruhi sikapnya yang merupakan

kecendurungan-kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu terhadap manusia, benda maupun keadaan-keadaan.1

Namun dalam era modern dan globalisasi sekarang ini, norma dan

nilai yang hidup dalam masyarakat tersebut sudah mulai pudar dan sudah

banyak mengalami pergeseran. Hal ini di akibatkan berubahnya pandangan

dan kebutuhan hidup di era globalisasi sekarang ini. Era globalisasi telah

mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menghadapi kehidupan

yang dianggap sudah bergantung kepada materialistis semata. Yang

mengakibatkan terjadinya berbagai macam kejahatan dengan berbagai modus.

Baik berupa pencurian, pembunuhan, kejahatan pemerkosaan, perjudian,

narkoba, serta berbagai macam kejahatan yang lain. Kejahatan bisa terjadi

karena adanya kesempatan bagi para pelaku untuk melakukan tindak

kejahatan.2

Aturan hukum pun sering dilanggar oleh masyarakat sendiri,

seperti yang sering terjadi dalam masyarakat dan mudah dijumpai yakni

perjudian. Pada hakekatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama,

kesusilaan, dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat, bangsa

dan negara dan ditinjau dari kepentingan nasional. Perjudian mempunyai

1
Soerjono Soekanto. Pokok – Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. 2006, hlm
67- 68
2
Rahmat :Tinjauan kriminologis terhadap kejahatan perjudian sabung ayam , Universitas
hasanuddin Makassar 2014, hlm 2

2
dampak yang negatif merugikan moral dan mental masyarakat terutama

generasi muda.3

Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang

bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan, maupun hukum,

serta membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara.sehubungan dengan itu Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1974 tentang Penertiban Perjudian berbunyi “Menyatakan semua tindak

pidana perjudian sebagai kejahatan”.4

Tindak pidana berjudi atau turut serta berjudi pada mulanya telah

dilarang didalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 542 KUHP,

yang kemudian berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 ayat

(4) dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tahun Tentang Penertiban

Perjudian, telah diubah sebutannya menjadi ketentuan pidana yang diatur

dalam dan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 dari Undang-

Undang yang sama, perjudian telah dipandang sebagai kejahatan. Dalam

kebijakan penanggulangan kejahatan sebagai persoalan masyarakat yang

membutuhkan suatu sistem, diantaranya adalah sistem peradilan pidana

yang melibatkan berbagai lembaga pemerintah: Lembaga Legislatif,

kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan serta

masyarakat.5

3
Sugeng Tiyarto,2015,Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perjudian, Yogyakarta:
Genta Press, hal.15
4
Masrianairah, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Perjudian Sabung Ayam Di
kota Makassar, 2016 hal 2
5
Ibid, hal.

3
Meskipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk

“Judi” khususnya sabung ayam merupakan perbuatan yang melanggar

hukum, namun dalam memberantas perjudian masih sering mendapat

kendala. Terkadang masyarakat tidak memberikan informasi apabila ada

perjudian. Masyarakat tidak sadar bahwa dengan menutup nutupi adanya

perjudian akan mengakibatkan keadaan lingkungan masyarakat itu sendiri

dan Negara semakin terpuruk.6

Berdasarkan pertimbangan dan fenomena di atas maka penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul .

Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam

di Desa Karang Jaya Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru” sebagai

langka awal dalam menyusun Hasil Penelitian untuk proses penyelesaian

penulisan skripsi pada fakta Hukum di UNIVERSITAS IQRA BURU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan penulis diatas, maka

memiliki permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Apakah proses hukum terhadap pelaku tindak pidana judi sabung ayam di

Desa Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Buru benar –benar di

jalankan ?

2. Faktor- Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Proses Tindak Pidana Judi

Sabung Ayam Di Desa Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Buru ?

6
https://id.search.yahoo.com/yhs/search?hspart=ima&hsimp=yhs-002&p=jurnal%20tinjawan%20huku
%20terhadap%20tindakan%20pidana%20judi%20sabung%20ayam&type=q3678_20437q di unduh pd
tangal 31 agustus 2018 pukul 08:04

4
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui proses hukum terhadap pelaku tindak pidana judi

sabung ayam di Desa Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Buru?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi proses tindak

pidana judi sabung ayam di Desa Karang Jaya Kecamatan Namlea

Kabupaten Buru ?

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain ;

1. Manfaat teoritis, dimana penelitian ini memberikan ilmu pengetahuan

bagi penulis dalam memahami pengetahuan ilmu pada bidang ilmu hukum

pidana terkait efektifitas tinjauan pemidana terhadap tindak pidana

perjudian di Masyarakat.

2. Manfaat praktis ;

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan wawasan bagi

masyarakat dalam memahami pengetahuan hukum terkait pemidanaan

tindak pidana perjudian sabung ayam.

b. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi aparat penegak hukum

terkait efektifitas pemidanaan tindak pidana perjudian yang terjadi

dimasyarakat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Pidana

Pengertian hukum pidana  adalah keseluruhan peraturan-peraturan

yang menentukan perbuatan apa yang merupakan tindak pidana dan hukuman

apa yang dapat diberikan terhadap yang melakukannya. Hukum

pidana bukanlah yang mengadakan norma hukum itu sendiri, tetapi sudah

terletak pada norma lain dan sanksi pidana diadakan untuk menguatkan

ditaatinya norma-norma lain tersebut. Norma lain itu misalnya norma

kesusilaan dan agama, contohnya menentukan : jangan mengambil barang

milik orang lain, jangan membunuh,  jangan menghina orang lain dan

sebagainya.7 Moeljatno Hukum Pidana merupakan sebuah bagian dari

keseluruhan hukum yang berlaku didalam suatu negara, yang mengadakan

aturan-aturan dan dasar-dasar untuk:8

1. Menentukan perbuatan mana yang tidak diperpolehkan untuk dilakukan

dan yang dilarang, dengan beserta ancaman atau sebuah sanksi yang

berupa pidana tertentu untuk siapa yang melanggar larangan itu.

2. Serta kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang sudah melanggar

larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan hukuman pidana dengan

sebagaimana yang telah diancam.

7
Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Yang Menerbitkan PT Prestasi Pustakaraya :
Jakarta
8
Moeljanto, SH Asas-asas hukum Pidana Rineka Cipta 2008 hal 25

6
3. Dan menentukan cara bagaimana pengenaan sebuah pidana tersebut bisa

dilaksanakan jika ada orang yang disangka sudah melanggar larangan itu.

Menurut Sudarsono, Hukum Pidana merupakan hal yang mengatur

tentang pelanggaran serta kejahatan terhadap kepentingan umum dan

perbuatan itu diancam dengan hukuman pidana yang merupakan suatu

penderitaan.9

Olehnya itu Perbuatan-perbuatan pidana yang diancam dengan sanksi

pidana tersebut dapat dipaksakan untuk pelakunya oleh aparat penegak

hukum dalam rangka menjaga ketertiban, keamanan serta norma-norma

hukum pidana sendiri.

Menurut Pompe, perkataan tindak pidana atau "straftbaar feif itu

secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan

terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau pun tidak sengaja telah

dilakukan terhadap seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap

pelaku tersebut adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya

kepentingan umum".10

Sedangkan Simmons merumuskan "straftbaar feif sebagai "Suatu

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau pun

tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu

tindakan yang dapat dihukum".

9
Sudarsono, SH, Msi. Kamus Hukum jakatra Rhineka Cipta 2005 hal 18
10
C.S.I Kansil, SH, MH 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta, PT Pradnya Paramita
Hal 67

7
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa

pengertian pidana dan tindak pidana pada hakekatnya pidana merupakan

suatu pengenaan penderitaan atau nestapa akibat-akibat lain yang tidak

menyenangkan sedangkan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

dilakukan seseorang sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakan yang dilakukannya.

Dengan demikian hukuman pidana bukan merupakan suatu hal yang

mengadakan norma hukum sendiri, namun sudah terletak pada norma lain

serta sanksi pidana. Diadakan untuk menguatkan ditaatinya sebuah norma-

norma lainya itu. Sebagai contoh norma agama dan kesusilaan.

B. Pengertian Penegak Hukum

Merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang

cukup abstrak menjadi tujuan yang sangat konkrit. Tujuan hukum atau cita

hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan kebenaran. Masalah

Penegakan hukum (law inforcement) harus ada kehendak agar hukum dapat

ditegakan, sehingga nilai-nilai dari instrumen hukum dapat diwujudkan.

Kenyataannya, cita-cita yang terkandung di dalam penegakan hukum belum

tentu secara sungguh-sungguh dapat diraih, karena hukum digunakan sebagai

tindakan-tindakan untuk melindungi kepentingan sebagian orang atau

kelompok tertentu.11

Penegak hukum adalah lembaga pelaksana hukum yang bertugas

untuk mewujudkan dan menegakkan hukum ditengah-tengah masyarakat dan


11
Sajipto Rahardjo, Penegakan Hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis, ctk. Kedua, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2009, hlm. 7

8
lingkungan. Dilihat dari aspek keorganisasian, lembaga hukum tidak statis

tetapi dinamis. Struktur keorganisasian lembaga hukum ini notabene adalah

lembaga dalam keadaan tidak bergerak. Apabila lembaga penegak hukum

mulai bergerak maka akan terjadi suatu interaksi antara lembaga dengan

masyarakat dan lingkungannya.12

Unsur penegak hukum ini yaitu Polisi dan Pengadilan (Jaksa dan

Hakim). Pekerjaan polisi adalah penegakan hukum in optima forma. Polisi

adalah hukum yang hidup. Tugas dari polisi adalah penegakan ketertiban,

mengamankan serta melindungi masyarakat. Tugas-tugas peradilan yang

terperinci ke dalam kegiatan menerima, memeriksa dan mengadili perkara. 

Ada 2 unsur yang turut menentukan penegakan hukum untuk tingkat

kejahatan yang dilakukan oleh massa (Satjipto Rahardjo : 78, 2009) yaitu:

1. Tujuan yang hendak dicapai oleh penyelesaian permasalahan Kejahatan

dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa adalah untuk merukunkan

para pihak sehingga kelompok masyarakat selanjutnya dapat hidup

bersama kembali dengan baik. Tekanan yang dilakukan penegak hukum

adalah dengan cara mediasi dan kompromi terhadap ke dua pihak yang

bersangkutan. Tetapi bila tidak terjadi kesepakatan maka dilakukan dengan

cara birokratis.

2. Tingkat pelapisan yang terdapat dalam masyarakat. Semakin tajam

pelapisan semakin besar pula perbedaan kepentingan dari kedua belah

pihak. Dalam keadaan tersebut, penerapan peraturan-peraturan dengan

12
Sajipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Kompsas, Jakarta.

9
pembebanan sanksi merupakan pola yang cocok dan disesuaikan pada

Undang-undang yang telah ditetapkan.

C. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari strafbaarfeit,

di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak terdapat

penjelasan dengan yang dimaksud strafbaarfeit itu sendiri. Biasanya tindak

pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni kata

delictum. Dalam kamus hukum pembatasan delik tercantum sebagai berikut:

“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan

pelanggaran terhadap undang-undang (tindak pidana)”.13

Tindak pidana yang dalam Bahasa Belanda disebut strafbaarfeit,

terdiri atas tiga suku kata, yaitu straf yang diartikan sebagai pidana dan

hukum, baar diartikan sebagai dapat dan boleh, dan feit yang diartikan

sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan. Pengertian tindak

pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan

istilah strafbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering

mempergunakan delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan

suatu undang- undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau pebuatan

pidana atau tindakan pidana.14

13
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Kelima, , P.T.Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm 92.
14
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rengkang Education Yogyakarta dan
Pukap Indonesia, 2012 hlm 20.

10
D. Pengertian Judi

Pada hekekatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama,

kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat, bangsa dan

negara dan ditinjau dari kepentingan nasional. Perjudian mempunyai dampak

yang negatif merugikan moral dan mental masyarakat terutama generasi

muda. Di satu pihak judi adalah merupakan problem sosial yang sulit di

tanggulangi dan timbulnya judi tersebut sudah ada sejak adanya peradaban

manusia.

Judi atau permainan “judi” atau “perjudian” menurut Kamus besar

Bahasa Indonesia adalah “Permainan dengan memakai uang sebagai

taruhan”.15 Berjudi ialah Mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam

permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan

sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta

semula”.16 Dalam bahasa Inggris judi ataupun perjudian sempit artinya

gamble yangartinya “play cards or other games for money’’to risk money on

a future event or possible happening, dan yang terlibat dalam permainan

disebut a gamester atau a gambler yaitu, one who plays cards or other games

for money”.17

Pengertian lain dari Judi atau perjudian dalam bahasa Belanda dapat

di lihat pada Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae yang menyebutkan

sebagai “Hazardspel atau kata lain dari Kansspel, yaitu permainan judi,
15
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta,
1995, hlm. 419.
16
Ibid, hlm. 419.
17
Michael West, An International Reader’s Dictionary, Longman Group Limited, London,
1970, hlm.155.

11
permainan untung-untungan yang dapat dihukum berdasarkan peraturan yang

ada”.18 Kartini Kartono mengartikan judi sebagai “Pertaruhan dengan

sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai

dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada

peristiwa-peristiwa,permainan pertandingan, perlombaan dan kejadian-

kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.19

Pada pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang

penertiban perjudian menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian

sebagai kejahatan. Sedangkan pada pasal 2 dinyatakan :

1. Merubah ancaman hukuman dalam pasal 303 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana, dari hukuman penjara selama-lamanya dua tahun

delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan puluh ribu rupiah

menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda

sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah.

2. Merubah ancaman hukuman dalam pasal 542 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya satu

bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah

menjadi hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda

sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah.

3. Merubah ancaman hukuman dalam pasal 542 ayat (2) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya tiga

bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah menjadi
18
Mr. N.E. algra dan Mr. RR.W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae,
diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta, 1983, hlm. 186.
19
Kartini Kartono, Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 56.

12
hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-

banyaknya lima belas juta rupiah.

4. Merubah sebutan pasal 542 menjadi pasal 303 Perjudian menurut KUHP

dalam Pasal 303 ayat (3) yang dikatakan main judi yaitu: “Tiap-tiap

permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya

bergantung kepada untung-untungan saja. Yang juga terhitung masuk main

judi ialah pertarungan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain,

yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain,

demikian juga segala pertaruhan yang lain-lain.”20

E. Dasar Hukum Larang Perjudian

Dalam perspektif hukum, perjudian merupakan salah satu tindak pidana

(delict) yang meresahkan masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1

Undang – undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dinyatakan

bahwa semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Tindak pidana perjudian

dalam KUHP diatur dalam Pasal 303 KUHP yaitu, yang disebut permainan judi

adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung

tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau

lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau

permainan lain-lainnya, yang diadakan antara mereka yang turut berlomba atau

bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya sesuai dengan jenis-jenis tindak

pidana. Perjudian merupakan suatu tindak pidana dolus yaitu tindak pidana yang

dilakukan dengan sengaja karena perjudian tidak ada unsur kealpaan atau tidak

20
Ikbal, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam Di
Kabupaten Kolaka, 2013 hal 33

13
sengaja, mereka yang melakukan perjudian adalah dengan sadar dan mengetahui

dengan nyata dan jelas bahwa ia sedang melakukan judi. 21

Kalau mengacu pada Peraturan Pemerintah, tepatnya dalam pasal 1 PPRI

No.9 tahun 1981 yang isi pokoknya melarang memberikan izin terhadap segala

bentuk perjudian, baik dalam bentuk judi yang diselenggarakan di “kasino”. di

“keramaian” maupun dikaitkan dengan alasan lain, yang jika dikaitkan lagi dengan

isi pasal 2 dari PPRI No.9 tahun 1981 yang intinya menghapuskan semua peraturan

perundang-undangan yang bertentangan dengan PPRI No.9 tahun 1981 ini,

khususnya yang memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian, maka ini dapat

berarti pasal 303 ayat (1) dan/atau pasal 303 bis KUHP tidak berlaku lagi. Agaknya

pengaturan tentang “Judi” terdapat pengaturan yang saling bertentangan, disatu

pihak UU No.7 tahun 1974 Jo. pasal 303 KUHP yang mengatur tentang “Judi” bisa

diberi izin oleh yang berwenang, disisi lain bertentangan dengan aturan

pelaksanaannya, yaitu PPRI No.9 tahun 1981, yang melarang “Judi” (memberi izin)

perjudian dengan segala bentuknya. Memang secara azas theory hukum, PPRI No.9

tahun 1981 tersebut dengan sendirinya batal demi hukum, karena bertentangan

dengan peraturan yang di atasnya. Atas dasar ini Kepolisian hanya dapat menindak

perjudian yang tidak memiliki izin, walaupun judi tersebut bertentangan dengan

nilai-nilai seluruh agama yang dianut. Guna menghindari adanya tindakan anarkisme

dari kalangan ormas keagamaan terhadap maraknya praktik perjuadian yang ada,

maka sudah seharusnya Pemerintah bersama DPR tanggap dan segera membuat

perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang “larangan praktik

perjudian” yang lebih tegas, khususnya larangan pemberian izin judi di tempat

umum atau di kota-kota dan di tempat-tempat pemukiman penduduk, agar negara

21
Masrianairah, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Perjudian Sabung AyamDi
kota Makassar, 2016 hal 30-31.

14
kita sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dimana masyarakatnya yang religius

tetap terjaga imagenya.22

F. Pengertian Sabung Ayam

Sabung ayam atau dalam bahasa Bali disebut “Tajen” (Taji), dan

dalam bahasa Bugis disebut “Masaung Manu” (Adu ayam), telah berkembang

cukup mengakar di dalam kehidupan masyarakat kita. Judi sabung ayam

merupakan sebuah kegiatan perjudian yang dilakukan dengan memasangkan

taji, yaitu sebuah pisau kecil yang dipasangkan di kaki dua ayam jantan yang

diadu sebagai senjata untuk membunuh lawannya. Sabung ayam bisa

dilakukan di arena sabung ayam atau bahkan di tempat-tempat yang

tersembunyi dan tidak mudah dilacak oleh pihak berwajib.

Menurut Amiruddin mengatakan sabung ayam adalah kegiatan

mengadu keberanian dan daya tempur juga nyali dari ayam yang menjadi

jago, dengan cara mengadu dengan ayam jago orang lain, kegiatan adu ayam

belum tentu langsung menjadi kegiatan perjudian tergantung ada unsur

taruhan atau tidak, karena ada orang yang mengadu ayam hanya untuk

kesenangan atau malah karena adat istiadat yang turun temurun. Pengertian

sabung ayam menurut Ensiklopedia Bahasa Indonesia : Sabung ayam adalah

permainan adu dua ayam dalam satu arena. Biasanya ayam yang diadu hingga

salah satu kabur atau kalah. Bahkan hingga mati. Permainan ini biasanya di

ikuti oleh perjudian yang berlangsung tak jauh dari arena adu ayam”. 23

22
Ikbal, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam Di Kabupaten
Kolaka, 2013 hal 50-51
23
Masrianairah, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Perjudian Sabung Ayam Di kota
Makassar, 2016 hal 38-39

15
Pengertian sabung ayam juga di jelaskan oleh Johanes Papu, mengatakan:

Sabung ayam adalah permainan adu 2 ayam dalam 1 arena. Biasanya ayam

yang di adu hingga salah satu kabur atau kalah. Bahkan hingga mati.

Permainan ini biasanya di ikuti oleh perjudian yang berlangsung tak jauh dari

arena adu ayam.24

24
Ikbal, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam Di Kabupaten
Kolaka, 2013 hal 45-46

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian ini melakukan metode

penelitian hukum empiris. Jenis penelitien ini adalah penelitian Deskriptif,

yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan yang terjadi di dalam

masyarakat yang merupakan penelitian berfokus pada prilaku masyarakat

hukum yang penelitiannya secara langsung kepada Responden sebagai data

utamanya yang di dukung dengan data sekunder yang terdiri dari bahan

Hukum primer dan bahan hukum sekunder.25

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Karang jaya, Kecamatan Namlea

beserta Kantor Kepolisian Buru. Alasan pemilihan lokasi penelitian di Desa

Karang Jaya ini, dengan pertimbangan bahwa penulis tertarik dengan

kegiatan judi sabung ayam yang dilakukan, dimana masyarakat Desa Karang

menyebutnya dengan bokea (ikat) untuk menjadikan Desa Karang sebagai

lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa banyak kasus

yang terjadi di Desa Karang Jaya ini dan Aparat Kepolisian merupakan

ujung tombak terdepan untuk mengatasi perjudian yang berkaitan dengan

tradisi bokea (ikat) yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Agar perjudian

25
http://e-journal.uajy.ac.id/11143/1/JURNAL.pdf di unduh pd tgl 31 August 2018 pukul 07 :58

17
tersebut dapat diatasi dengan baik tanpa menghilangkan Eksistensi lain

yang berkaitan dengan budaya telah ada sejak dulu.

C. Sumber Data Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil sumber data dari

bahan hukum yang objektiv, adapun jenis data yang diperguanakan yaitu:

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian yang bersumber dari responden yang berkaitan dengan

penelitian melalui wawancara.

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dan bersumber dari literature-

literatur karya ilmia (hasil penelitian), peraturan perundang-undangan,

dokumentasi dari berbagai instansi yang terkait, serta bahan-bahan tertulis

lainnya yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi

lapangan

1. Dengan mengajukan pertnyaan kepada narasumber tentang objek yang

diteliti sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

2. Studi kepustakaan, dengan mempelajarai bahan Hukum Primer dan bahan

Hukum Sekunder.

18
E. Analisis Data

Setelah data yang diharapkan telah diperoleh dan dikumpulkan,

kemudian diteruskan dengan analisis data dalam penulisan ini metode analisis

yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif analitis atau dengan

menjabarkan secara lengkap data yang telah diperoleh ke dalam kalimat-

kalimat atau pernyataan-pernyataan yang mudah dimengerti dan di paham.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Karang Jaya

Desa karang jaya merupakan desa yang masih dalam kawasan kota

Namlea, dengan luas wilayah desa karang jaya 221 km. Dengan batas

wilayah.

1. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Ubung

2. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Lala

3. Sebela utara berbatasan langsung dengan Desa Ubung

4. Sebelah selatan Berbatasan langsung dengan Desa Namlea

Jarak tempuh kota namlea ke Desa karang Jaya hanya berjarak 7 Km

dari pusat kota. Jumlah penduduk 2.347 orang, yang terdiri dari jumlah laki-

laki sebanyak 1.184 orang, dan jumlah penduduk perempuan 1.163 orang,

Penduduk desa karang jaya memiliki ragam mata pencaharian. Adapun

jumlah penduduk menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 1.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Menurut Usia Jumlah


1 00 s/d 6 Tahun 209
2 7 s/d 12 Tahun 367
3 13 s/d 18 Tahun 397
4 19 s/d 24 Tahun 429
5 25 s/d 55 Tahun 802
6 56 s/d 79 Tahun 137
7 80 Tahun ke-atas 6
JUMLAH 2.347
Sumber data : Monografi desa Karang jaya 2018

20
Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2

berikut :

TABEL 2.

Penduduk Karang Jaya Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis pekerjaan Jumlah

1. Pedagang 846 orang

2. Tukang dan Buru Bangunan 76 orang

3. Sopir Angkot 38 orang

JUMLAH 960 orang

Sumber data : Monogarfi Desa Karang Jaya Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat di lihat bahwa sebagain besar

pekerjaan Masyarakat Desa Karang Jaya berprofesi sebagai pedagang

sebanyak 846 Orang tukang dan pekerja buruh bangunan sebanyak 76 Orang

dan sopir angkutan 38 Orang. Sedangkan pegawai, Petani dan tidak bekerja

belum ada pengambilan data berdasrkan pekerjaan dari tahun 2018 sampai

dengan tahun 2019.

21
TABEL 3.

Penduduk Desa karang jaya berdasarkan Jenis pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1. Belum sekolah 209 orang

2. Tidak Tamat SD 61 orang

3. Tamat SD/ Sederajat 648 orang

4. Tamat SLTP/Sederajat 633 orang

5. Tamat SMU/Sederajat 92 orang

6. Tamat SMK/sederajat 19 orang

7. Tamat Perguruan tinggi 108 orang

JUMLAH 1.770 orang


Sumber Data : Monogarfi Desa Karang Jaya 2018

Berdasarkan dari tabel 3 di atas bahwa data monografi penduduk

desa karang jaya, berdasarkan jenis pendidikan untuk keseluruhan berjumlah

1.770 orang. Hal ini menunjukan bahwa belum ada pendataan selanjutnya

berapa jumlah penganguran dan jumlah PNS karena belum ada pendataan di

tahun 2018.

B. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Perjudian Sabung

Ayam.

Perjudian merupakan salah satu tindak Pidana (Delict) yang

meresahkan masyarakat. Tindak Pidana perjudian dalam KUHP termasuk

“Sabung Ayam” selain dilarang secara tegas, dilarang oleh Hukum positif

22
(KUHP). Hal ini dapat KUHP kemudian dengan adanya UU.No.7 Tahun

1974 di ubah menjadi pasal 303 bis KUHP. Dalam Pasal 303 KUHP yaitu,

yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada

umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan

belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir.

Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan

atau permainan lain-lainnya, yang diadakan antara mereka yang turut

berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya sesuai

dengan jenis-jenis tindak pidana perjudian merupakan suatu tindak pidana

dolus yaitu tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja karena perjudian

tidak ada unsur kealpaan atau tidak sengaja, mereka yang melakukan

perjudian adalah dengan sadar dan mengetahui dengan nyata dan jelas bahwa

ia sedang melakukan judi.

Adapun yang dapat dihukum menurut Pasal ini ialah :

1. Mengadakan atau memberi kesempatan main judi tersebut sebagai

pencaharian. Seorang bandar atau orang lain yang sebagai perusahaan

membuka perjudian, orang yang turut campur dalam hal ini juga dihukum.

Di sini tidak perlu perjudian itu di tempat umum atau untuk umum,

meskipun di tempat.

2. Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (1) Kitab Undang-

undang Hukum Pidana,darihukuman kurungan selama-lamanya satu bulan

atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, menjadi

23
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda

sebanyakbanyaknya sepuluh juta rupiah. Merubah ancaman hukuman

dalam Pasal 542 ayat (2) Kitab Undangundang Hukum

Pidana,darihukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda

sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah menjadi hukuman

penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak banyaknya lima

belas juta rupiah.

3. Merubah sebutan Pasal 542 menjadi Pasal 303 bis. Pasal 3 (1) Pemerintah

mengatur penertiban perjudian sesuai dengan jiwa dan maksud Undang-

undang ini. (2) Pelaksanaan ayat (1) pasal ini diatur dengan Peraturan

Perundang- undangan.

Pasal 4 : “Terhitung mulai berlakunya peraturan Perundang-

undangan dalam rangka penertiban perjudian dimaksud pada Pasal 3

Undang-undang ini, mencabut Ordonansi tanggal 7 Maret 1912

(Staatsblad Tahun 1912 Nomor 230) sebagaimana telah beberapa kali

dirubah dan ditambah, terakhir dengan Ordonansi tanggal 31 Oktober

1935 (Staatsblad Tahun 1935 Nomor 526)”.

Pasal 5 : “Undang-undang ini berlaku pada tanggal di

undangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia”. Berdasarkan hal tersebut di atas

maka dalam rangka penertiban perjudian, pasal 303 KUHP tersebut

24
dipertegas dengan UU. No.7 tahun 1974, yang di dalam pasal 1,

mengatur semua tindak pidana judi sebagai kejahatan. Di sini dapat

dijelaskan bahwa semua bentuk judi tanpa izin adalah kejahatan tetapi

sebelum tahun 1974 ada yang berbentuk kejahatan (pasal 303 KUHP),

ada yang berbentuk pelanggaran (pasal 542 KUHP) dan sebutan pasal

542 KUHP, kemudian dengan adanya UU.No.7 tahun 1974 di ubah

menjadi pasal 303 bis KUHP.

Dalam pasal 2 ayat (1) UU. No.7 tahun 1974 hanya mengubah

ancaman hukuman pasal 303 ayat (1) KUHP dari 8 bulan penjara atau denda

setinggi-tingginya RP
90.000 (sembilan puluh ribu rupiah) menjadi hukuman

penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 25 juta

rupiah. Di dalam pasal 303 ayat (1)-1 Bis KUHP dan pasal 303 ayat (1)-2 Bis

KUHP memperberat ancaman hukuman bagi mereka yang mempergunakan

kesempatan, serta turut serta main judi, diperberat menjadi 4 tahun penjara

atau denda setinggi-tingginya RP


10.000.000 (Sepuluh juta rupiah) dan ayat

(2)-nya penjatuhan hukuman bagi mereka yang pernah dihukum penjara

berjudi selama-lamanya 6 tahun atau denda setinggi-tingginya 15.000.000


RP

(lima belas juta rupiah).

Memang ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan

bahwa segala bentuk “Judi” telah dilarang dengan tegas dalam undang-

undang, namun segala bentuk praktik perjudian menjadi di perbolehkan jika

ada “Izin” dari pemerintah.Perlu diketahui masyarakat bahwa Permainan Judi

25
(hazardspel) mengandung unsur, a) adanya pengharapan untuk menang, b)

bersifat untung-untungan saja, c) ada insentif berupa hadiah bagi yang

menang, dan d) pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada

unsur kepintaran, kecerdasan dan ketangkasan.

Secara hukum orang dapat dihukum dalam perjudian, ialah ; 1)

Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) yang mengadakan atau memberi

kesempatan main judi sebagai mata pencahariannya, dan juga bagi mereka

yang turut campur dalam perjudian (sebagai bagian penyelenggara judi) atau

juga sebagai pemain judi. Dan mengenai tempat tidak perlu ditempat umum,

walaupun tersembunyi, tertutup tetap dapat dihukum ; 2) Orang atau Badan

Hukum (Perusahaan) sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk

main judi pada umumnya, disini tidak perlu atau tidak di syaratkan sebagai

mata pencaharian, asal ditempat umum yang dapat dikunjungi orang

banyak/umum dapat di hukum, kecuali ada izin dari pemerintah judi tersebut

tidak dapat dihukum ; 3) Orang yang mata pencahariannya dari judi dapat

dihukum ; 4) orang yang hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai

mata pencaharian juga tetap dapat dihukum. (Vide, Pasal 303 bis KUHP).

C. Perjudian Sabung Ayam Di Desa Karang Jaya.

Sabung ayam di kalangan masyarakat desa karang jaya dengan nama

Bokea no manu (ikat ayam), Kegiatan ini sudah berjalan lama, bahkan

puluhan tahun. Hal ini di samapaikan oleh sejumlah tokoh masyarakat dan

26
tokoh adat desa karangan jaya dari hasil wawancara pada desa karang jaya,

menemukan fakta bahwa sabung ayam (Bokea no manu) telah lama berjalan

sekitar 30 tahun lebih, Awal mula sabung ayam di desa karang Jaya dipakai

sebagai alat pertemuan antara masyarakat pendatang suku Buton yang ada di

pulau buru khususnya perantau yang berada di petuanan Lilialy untuk

mempertemukan orang Buton yang bersal dari desa lapandewa untuk

bersilaturahim dengan tujuan membetuk satu pemukiman atau kampung.

Seiring dengan perkembangan zaman sabung ayam (bokea no manu) berubah

tujuan dari wadah silaturahmi menjadi sebuah wadah perjudian dan sangat di

gemari oleh berbagai kalangan masyarat dari orang tua, dewasa, pria dan

wanita hingga pada anak-anak SMP hingga SMA yang dulunya sabung ayam

hanya dilakukan pada saat musim tertentu seperti setelah selesai memetik

daun kayu putih, namun saat ini berubah bukan lagi musim tertentu tetapi

dilakukan satu minggu sekali di desa karang jaya dengan persyaratan lokasi

sabung ayam (Bokea no manu) harus jauh dari pemukiman namun beberapa

tahun terkahir ini sabung ayam (Bokea no manu) berubah dilaksanakan

setiapa hari.

Jenis ayam yang di adu tidak semua ayam jantan dapat di adu tetapi

memiliki kriteria ayam yang di jadikan sebagai ayam aduan di antaranya

ayam philipin, ayam bangkok, ayam philipin manado dan ayam birma yang

sudah bisa di adu, proses judi sabung ayam terus mengalami perkembangan

yang sangat pesat dari hasil penelitian, di temukan proses judi sabung ayam

27
mengalami perkembanagan yang cukup pesat dan tingkat transaksi atau

taruhan cukup besar dengan satu kali adu di mulai dari RP1.000.000 (satu juta

rupiah) hingga puluhan juta rupiah, dengan durasai waktu taruhan sabung

ayam paling lama lima menit hingga sepuluh menit dengan jumlah ayam

jantan yang di tandingkan pulahan ekor ayam jantan. Waktu kegiatan sabung

ayam atau judi sabung ayam di mulai dari pukul 16.00 WIT (04.00 sore)

samapai dengan 18.00 WIT (06.00 sore) dari hasil penelitian juga di temukan

bentuk perjudian lain yang dilakukan oleh para bandar – bandar judi lain

seperti dadu, bola guling, namun hal ini dianggap biasa oleh sebagian

masyarakat desa karang jaya.

Sesuai dengan tindakan Secara hukum orang dapat dihukum dalam

perjudian, ialah ; 1) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) yang

mengadakan atau memberi kesempatan main judi sebagai mata

pencahariannya, dan juga bagi mereka yang turut campur dalam perjudian

(sebagai bagian penyelenggara judi) atau juga sebagai pemain judi. Dan

mengenai tempat tidak perlu ditempat umum, walaupun tersembunyi, tertutup

tetap dapat dihukum ; 2) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) sengaja

mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi pada umumnya,

disini tidak perlu atau tidak di syaratkan sebagai mata pencaharian, asal

ditempat umum yang dapat dikunjungi orang banyak/umum dapat di

hukum, kecuali ada izin dari pemerintah judi tersebut tidak dapat dihukum ;

3) Orang yang mata pencahariannya dari judi dapat dihukum ; 4) orang yang

28
hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai mata pencaharian juga

tetap dapat dihukum. (Vide, Pasal 303 bis KUHP).

Tabel. 4

Nama-nama Pelaku Judi Sabung Ayam (Bokea No Manu) Yang Di


Temukan Di Desa Karang Jaya.

No Nama Pelaku Umur


1. Wawan /owe Bugis 35 Tahun
2. La Banje 50 Tahun
3. ` La pena 40 Tahun
4. La Mido 39 Tahun
5. La dula 65 Tahun
6. Iwan umasugi 30 Tahun
7. La edy 34 Tahun
8. La Rapo 32 Tahun
9. La yudi 30 Tahun
10. La Agus 20 Tahun
11. La yudi 45 Tahun
12. Ongko Dedy ± 30 Tahun
13. LA PERE 39 Tahun
14. LA WONEN 50 Tahun
15. LA EDA 36 Tahun
16. LA DARNI 17 Tahun
17. LA AKO 15 Tahun
18. IKRAM 28 Tahun
19. RAHMAN 36 Tahun
20. RISBAN 15 Tahun
21. SANTOSE UMASUGI ± 40 Tahun
22. LA DEDY 34 Tahun
Sumber Data : Desa karang Jaya Tahun 2018.

29
Berdasarkan tabel No.4 di atas penulis menemukan 22 orang pemain

judi sabung ayam yang melakukan perjudian di antaranya bukan saja

penduduk asli desa karang jaya melainkan dari luar desa karang jaya salah

satunya adalah Ongko Dedi ± 30 Tahun bukan asli penduduk desa karang

jaya.

D. Upaya Pencegahan Judi Sabung Ayam di Desa karang Jaya.

Sebagai upaya pemerintah desa karang jaya untuk mewujudkan

masyarakat desa karang jaya yang bersih dari kegiatan judi sabung ayam dan

kegitan lainnya telah dilakukan berbagai upaya oleh para pemangku

kepentingan di Desa Karang Jaya, upaya tersebut dengan tujuan untuk

mengurangi kegiatan judi sabung ayam dengen berkerjasaman berbagai pihak

untuk menyadarkan masyarakat dan para pelaku judi sabung ayam (Bokea no

manu) di Karang Jaya, terutama jenis judi sabung ayam Desa Karang Jaya.

yakni upaya pemberantasan judi sabung ayam diantaranya ; sosialisasi

masyarkat sadar Hukum yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian Resot Pulau

Buru dan Kejaksaan Negeri namlea pada tahun 2015. Dan tahun 2016 serta

Pembinaan lain oleh karang taruna di desa Karang Jaya, dengan melakukan

berbagai kegiatan olahraga dan seni budaya lain. Namun upaya tersebut

terkesan tidak memberikan hal yang maksimal hal ini di sebabkan penegakan

hukum belum memberikan efek positif berjalan sesuai dengan KUHP

terhadap para pelaku kegitan judi sabung ayam di desa karang jaya.

selain sosialisasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian polres pulau

buru terhadap pelaku judi sabung ayam di desa karang jaya tidak pernah di

30
jerat dengan hukuman pidana yang di fonis secara hukum. persoalan pidana

inilah sehingga para penikmat judi sabung ayam di desa karang jaya merasa.

judi sabung ayam dianggap sebagai tindakan pidana biasa karena secara

hukum hanya di bina dan di kembalikan kepada masyrakat di desa karang

jaya. (La Jakaria 47 Tahun : Ketua BPD Desa karang Jaya).

E. Penegakan Hukum Oleh Kepolisian POLRES Pulau Buru terhadap

Pelaku Judi Sabung Ayam di Desa Karang Jaya.

Penegakan hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan

nilai, ide, cita yang cukup abstrak menjadi tujuan yang sangat konkrit. Tujuan

hukum atau cita hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan

kebenaran. Masalah Penegakan hukum (inforcement law) harus ada kehendak

agar hukum dapat ditegakan, sehingga nilai-nilai dari instrumen hukum dapat

diwujudkan.

Proses perjudian sabung ayam di desa karang jaya pernah dilakukan

penangkapan oleh pihak penegak hukum Polres Buru pada tahun 2016 dan di

bawah ke polres Buru dengan jumlah pelaku sebanyak 13 orang, sedangkan

dalam kurun waktu tahun 2017- 2019 belum ada penindakan Oleh Kepolisian

Polres Pulau Buru berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bripka

Kamarudin Sangaji Nrp.82070525 KAUR MINTU Satreskrim.

Dari hasil penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian Polres

Pulau Buru pada tahun 2016 tersebut tidak dilakukan proses hukum yang

lebih lanjut untuk ke-tiga belas orang tersebut, hanya di berikan sanksi

berupa pembinaan dengan membuat pernyataan kemudian dikembalikan lagi

ke pemerintah desa Karang Jaya karena tidak memeliki dasar bukti yang

31
mengikat pelanngar ketentuan hukum,menurut penyedik selaku patugas

bahwa mereka yang di pulangkan karena tidak memeliki bukti yang berupa

uang dan ayam di lokasi tersebut pada saat razia sedang dilksanakan maka

dengan ketentuan untuk tidak mengulangi lagi kegiatan tersebut di buatlah

surat pernyatan sikap di Polres Buru. Sama halnya juga di sampaikan oleh

salah satu orang yang pernah ditangkap oleh pihak kepolisian yakni (Bapak la

Awa). Saat diwawancarai.

Upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dengan pola pendekatan

pembinaan atau sanksi yang bersifat adminstratif tidak memberikan dampak

yang baik untuk meminimalisir proses perjudian sabung ayam, yang ada pada

desa karang jaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kepolisian

Resor Pulau Buru, ditemukan kasus kejahatan perjudian sabung ayam di Desa

Karang Jaya lihat tabel di bawah ini.

TABEL 5.
Data kasus judi sabung ayam Pada Polres Pulau Buru 2018

Jumlah STATUS Jmlh


No Tahun LOKASI
kasus KASUS Tersangka

1. 2014 - - - -

2. 2015 - - - -

3. 2016 1 Pembinaan Karang Jaya 13

4. 2017 - - - -

5. 2018 - - - -

Sumber Data: Polres Pulau Buru tahun 2018.

32
Dari data diatas menunjukan bahwa angka proses judi sabung ayam

di wilayah Resort Polres Pulau Buru pada Tahun 2014 sampai dengan Tahun

2018 di temukan ada satu kasus yakni di tahun 2016 terdapat di Desa Karang

Jaya dengan jumlah tersangka 13 orang, di kembalikan ke pemerintahan desa

namaun tidak di proses secara hukum tetapi di kembalikan ke pemerintahan

desa karang jaya untuk di bina dalam hal ini di berikan pengertian dan

pemahaman terkait judi sabung ayam.

Dari hasil wawancara dari pihak Pemerintahan desa Karang jaya di

temukan sejumlah nama yang pernah di tangkap pada saat penggrebekan judi

sabung Ayam di desa karang jaya dengan jumlah yang di tangkap pada saat

penggerbekan sebanyak 13 orang. Adapun nama- nama yang terkena

Penangkapan judi Sabung Ayam di Desa Karang jaya sebagai berikut :

33
TABEL 6.

Nama-nama Pelaku Sabung Ayam Yang Pernah Di Tahan Oleh Kepolisian


Di Desa Karang Jaya. Tahun 2016

No Nama pelaku Umur Status kasus

1 La wone 52 Tahun
2 La Moli 60 Tahun
3 la Siu 55 Tahun
4 La cai 60 Tahun
5 La Tia 40 Tahun
6 La Awa (Bangka) 65 Tahun Pembinaan
7 Landuca 63 Tahun
8 La Ula 65 Tahun
9. La Jere 55 Tahun
10 La Poi 40 Tahun
11 La Yude 47 Tahun
12 La Dompe 70 Tahun
13 La Dosa 63 Tahun
Sumber Data : Masyarakat Desa Karang Jaya Tahun 2018.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para beberapa oknum pelaku

judi sabung ayam yang pernah ditangkap dan di berikan sanksi berupa

pembinaan yang di lakukan oleh pihak apatur desa dan pembinaan saja..

Menurut salah satu pelaku yang pernah di tangkap, Bapak La Wone asal

Desa Karang Jaya mengungkapkan bahwa aparat kepolisian hanya

memberikan pemahaman dan kemudian di kembalikan ke desa karang jaya.

34
F. Faktor – faktor Penyebab Judi Sabung Ayam Di desa Karang Jaya.

Terjadinya kejahatan perjudian sabung ayam di Kabupaten Buru

pada desa Karang jaya tentunya didorong atau disebabkan oleh berbagai

faktor. Dalam membicarakan faktor penyebab timbulnya tindak pidana judi

sabung ayam, tentunya setiap orang akan memberikan pandangan yang

berbeda-beda.

Hal ini tergantung dari sudut mana mereka melihat dan juga akan

dipengaruhi oleh kelompok dari masyarakat dimana mereka di desa Karang

jaya. Dari hasil penelitian, telah dicobah untuk menjawab penyebab

terjadinya kejahatan perjudian di Desa Karang jaya. Faktor itu bukan semata-

mata karena faktor ekonomi saja tetapi disebabkan oleh faktor lain.yaitu:

faktor ekonomi dan faktor lingkungan,untuk mengetahui faktor pendorong

terjadinya kejahatan perjudian di desa Karang jaya.

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sangat besar sekali untuk mempengaruhi

kehidupan dalam bermasyarakat karena dalam bermasyarakat yang di

utamakan adalah lingkungan. Namun faktor lingkungan yang di sini

memberikan pelajaran supaya tidak begitu mudah untuk terpengaruh atau

terjerumus di dalamnya. Apabila pelaku kejahatan perjudian tinggal

dikalangan lingkungan yang gemar dalam bermain judi. maka lama-

kelamaan masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut juga

terpengaruh ikut dan terjerumus dalam permainan judi tersebut.

35
Menurut, La Zakaria 47 Tahun (Ketua BPD Desa karang jaya)

mengatakan bahwa, Salah satu faktor yang mendukung terjadinya

kegiatan perjudian sabung ayam di desa karang jaya adalah faktor

lingkungan, dimana kita lihat lingkugan desa karang jaya hampir setiap

orang sangat menyukai kegiatan judi sabung ayam di desa karang jaya

menurutnya bahwa judi sabung ayam dianggap sebagai salah satu saran

komunikasi dan ajang silaturahmi antara para penikmat judi sabung ayam

dari berbagai kalangan.

2. Faktor Kebiasaan

Perjudian sabung ayam yang berada di Desa karang jaya sudah

menjadi kebutuhan dan hobby (kebiasaan) bagi para pelaku, bahkan yang

di lakukan para pelaku sudah terbilang ekstrim karena pelaku bertindak

cerdik dalam melakukan perjudian sabung ayam. Para pelaku judi sabung

ayam pintar memilih tempat yang sulit di ketahui oleh pihak penegak

hukum atau polisi, para pelaku judi sabung ayam pintar memilih tempat

yang sepi dan ketika tempat tersebut sudah di ketahui oleh orang banyak

maka pelaku akan berpindah tempat. Judi sabung ayam sudah menjadi

kebutuhan juga bagi para pelaku judi yang dimana ketika ayam sedang

bertarung disana terdapat kepuasan batin bagi para pelakunya.

Menurut Bapak La Nane 46 Tahun (Sekretaris desakaranhg jaya

mengakatan bahwa judi sabung ayam bukanlah adat melainkan sudah

menjadi faktor kebiasaan.

36
3. Faktor Hiburan

Selain itu juga salah satu tokoh masyarakat yang bernama la Joto

saat di wawancarai oleh penulis beliau mengatakan, bahwa sabung

ayam di desa karang jaya merupakan hiburan bagi mereka, sejak

berdirinya desa karang jaya dan kegiatan sabung ayam ini juga menjadi

ajang silaturahmi pada setiap akhir tahun atau setelah memetik dan

mengelola minya kayu putih.

G. Upaya Penanggulangan Judi Sabung Ayam di desa karang Jaya

Sebagai mana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa maraknya judi

sabung ayam di Desa Karang Jaya disebabkan oleh beberapa faktor tersebut

dapat dicegah dan diatasi. Bertitik tolak dari latar belakang terjadinya judi

sabung ayam di desa karang jaya seperti telah penulis uraikan pada bab

sebelumnya, maka upaya-upaya instansi yang terkait dengan ini dalam

menaggulangi masalah tersebut secara garis besar yaitu:

Upaya pencegahan dari pihak Pemerintahan Desa Karang jaya.

Pencegahan terhadap judi sabung ayam yang dilakukan oleh pemerintah desa

karang jaya dalam mengurangi maraknya judi sabung ayam di Desa Karang

Jaya bersifat umum diantaranya :

a. Melarang adanya kegiatan judi sabung ayam setiap minggu hanya berlaku

satu bulan sekali

37
b. lokasinya atau arena judi sabung ayam tidak boleh berdekatan dengan

pemukiman masyarakat.

c. Membatasi jumlah ayam yang akan di adu yaitu hanya sebatas 2 ekor

ayam jatang yang akan diadu.

d. Lokasinya tidak boleh masuk di wilayah administrtaif desa karang jaya.

e. Apabila ada para pelaku judi sabung ayam dari desa karang jaya

mendapat razia atau ditangkap oleh pihak yang berwajib maka pemerinta

desa karang jaya tidak bisa bertanggung jawab ( tidak dibantu dalam

bentuk apapun).

Upaya dan himbawan yang dikelurakan pemerinta desa karang jaya

ini tidak di indahkan oleh oknum pelaku judi sabung ayam di desa karang

jaya, bahkan terkesan judi sabung ayam di Desa Karang Jaya semakin marak

terjadi.: La Nane : Sekretaris Desa Karang Jaya.

1. Pihak Kepolisian

Menurut Bripka Kamarudin Sangaji Nrp.82070525 KAUR

MINTU Satreskrim Polres pulau buru, bahwa upaya-upaya yang dapat

dilakukan oleh para pihak kepolisian untuk menaggulangi judi sabung

ayam adalah:

1. Upaya preventif

Upaya preventif merupakan upaya penanggulangan yang

dilakukan untuk mencegah kejahatan yang baru pertama kali akan

38
dilakukan dengan seseorang. Adapaun upaya preventif yang dapat

dilakukan yaitu

a. Mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat dan pelajar.

Arti pentingnya penyuluhan hukum terhadap masyarakat

dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman

serta mendidik masyarakat supaya mereka mengerti hukum,

sehingga mereka akan lebih menghargai dan mematuhi hukum

yang berlaku dengan sebaik-baiknya. Sistem hukum yang harus di

patuhi dan ditaati serta di pahami oleh masyarakat tidak hanya

sebatas pada hukum tertulis saja tetapi yang lebih luas didalamnya

hukum adat serta norma-norma yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat. Sebagai implikasi penyuluhan hukum di

masyarakat, khususnya para orang tua, pemuda dan remaja perlu di

lakukan sedini mungkin dengan harapan bahwa mereka akan

memiliki kesadaran hukum yang tinggi.

b. Melakukan Razia.

Pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum, dalam

melakukan upaya preventif dengan melakukan razia ketempat yang

rawan terjadi kejahatan perjudian. Razia ini dilakukan atas dasar

Surat Perinta Razia Kepolisaan dengan Nomor Suarat Perintah

Penangkapan : LAMPIRAN SPRIN KAPOLRES PULAU

BURU, NOMOR : SPRIN/238/28/V/2016 dengan jumlah anggota

kepolisian Polres Pulau Buru sebanyak sebelas anggota yang terdiri

39
dari anggota Polres dan Polsek Namlea, sebagai dasar hukum

untuk melakukan razia judi sabung ayam di desa Karang Jaya.

TABEL 7.
Daftar Nama Personil Yang Melaksanakan
Razia Sabung Ayam Di Desa Karang Jaya

No Nama Pangkat Jabatan Ket


KA TIM OPSNAL
1. Abd. Marasabessy, S.H BRIPKA KA TEAM
RESKRIM
2. Sudiono La Subuh BRIPKA BRIG RESKRIM WAKA TEAM

3. Hasan Lessy BRIGPOL BRIG RESKRIM ANGGOTA

4. Said Umar Albar BRIGPOL BRIG RESKRIM ANGGOTA

5. Ali Bintaher BRIGPOL BRIG RESKRIM ANGGOTA

6. Kevin K. Manuhua BRIGPOL BRIG RESKRIM ANGGOTA

7. Reggy R. Pelupessy BRIGPOL BRIG RESKRIM ANGGOTA

8. Hamsa Umagapy BRIGPOL BRIG POLSEK ANGGOTA

9. Simon Latuparissa BRIGPOL BRIG POLSEK ANGGOTA

10 Alexsander Maressy BRIGPOL BRIG POLSEK ANGGOTA

11. Ahmad Syafudin BRIPTU BRIG POLSEK ANGGOTA

Sumber Data : Polres Pulau Buru Tahun 2018

Razia dilakukan sebagai upaya penaggulangan kejahatan. Hal

ini bertujuan untuk menaggulangi kajahatan perjudian sabung

ayam di desa karang jaya, merupakan desa yang sering terjadi

kejahatan perjudian sabung ayam. Namun dari hasil wawancara

dari sejumlah narasumber menjelaskan bahaw, razia yang di

40
lakukan di desa karang jaya untuk menangkap pelaku judi Sabung

ayam terkesan bocor, sebab beberapa kali penggerebakan di lokasi

judi sabung ayam di desa karang jaya pernah gagal karena setelah

pihak kepolisian tiba di tempat sabung ayam tidak ada kegiatan

tersebut.

c. Upaya Represif

Upaya represif merupakan upaya yang memerlukan tindakan

kepolisian dalam menagani kejahatan setelah kejahatan itu

dilakukan. Adapun upaya represif yang dilakukan adalah :

Melakukan Penyidikan; Kejadian atau peristiwa yang

memerlukan tindakan polisi yang di laporkan oleh saksi atau

mungkin juga polisi yang bertugas. Dalam hal ini pemeriksaan

polisi terhadap suatu peristiwa kejahatan melalui pemeriksaan

pendahuluan, menemukan barang bukti, mencari tersangka,

memeriksa tersangka dan saksi, pengutusan secara intensif

terhadap tempat kejadian perkara untuk mencari saksi dan

tersangka yang dibutuhkan dalam pemeriksaan suatu kejahatan.

Setelah proses penyidikan selesai dilakukan, maka proses

selanjutnya adalah penuntutan, dimana berkas yang telah disidik

oleh penyidik diserahkan ke jaksa penuntut umum untuk urusan

selanjutnya. Setelah menerimah surat pemberitahuan model P-21,

maka tersangka dan barang bukti segera dilimpahkan ke tahap II.

Jika proses penuntutan telah selesai, penuntut umum melimpahkan

41
berkas tersebut ke Pengadilan Negeri yang berwenang untuk

diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.

Namun pelaku atau tersangka judi Sabung ayam yang

ditangkap oleh pihak kepolisian di desa Karang Jaya pada tahun

2016 sebanyak 13 orang.mereka kemudian dikembalikan ke

masyarakat dan pemerintah Desa Karang Jaya, Karena tidak

memeliki bukti yang kuat untuk diproses sesuai dengan ketentuan

hukum.

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Latar belakang terjadinya kejahatan perjudian di desa karang jaya

disebabkan beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor

lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan

mempengaruhi atau yang melatarbelakangi terjadinya judi sabung ayam di

Desa Karang jaya. Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menaggulangi

kejahatan perjudian yang terjadi di desa karang jaya.

1. Upaya preventif yaitu upaya penaggulangan yang dilakukan untuk

mencegah tindak pidana atau kejahatan yang baru pertama akan dilakukan

seseorang seperti melakukan penyuluhan hukum terhadap masyarakat.

2. Upaya represif yaitu upaya yang memerlukan tindakan kepolisian dalam

menagani kejahatan setelah kejahatan itu terjadi seperti melakukan

penyidikan, upaya penaggulangan kejahatan perjudian ini juga belum

maksimal dilakukan oleh lembaga kepolisian, Pemerintah Desa karang

Jaya, tokoh adat dan masyarakat.

Penegakan hukum oleh pihak kepolisian polres pulau buru terhadap

pelaku judi sabung ayam di desa karang jaya sebanyak 13 orang pada tahun

2016 namun ketiga belas orang tersebut tidak di proses hukum hanya di

berikan proses pembinaan dengan membuat pernyataan dan dikembalikan ke

pemerintahan desa karang jaya untuk di bina karena tidak memeliki bukti

yang menguatkan seperti uang taruhan, sedangkan Peran serta masyarakat

43
dalam pemberantasan judi sabung ayam sangat rendah dan terkesan adanya

pembiaran sehingga dampak negatif dari judi sabung ayam itu juga belum

memberikan efek positif terhadap masyarakat itu sendiri sekaligus dapat

mengurangi dan diharapkan dapat memberantas maraknya judi sabung ayam

di Desa Karang Jaya.

B. Saran

Selanjutnya penulis mengemukakan saran-saran yang menyangkut

hal yang ada kaitannya dengan skripsi ini sebagai bahan pertimbangan bagi

semua pihak yang bersangkutan, yaitu:

1. Dari faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan perjudian,

maka diharapka kepada para penegak hukum yang berwenang untuk

melakukan pencegahan dan penaggulangan secara serius, terpadu dan juga

melibatkan masyarakat.

2. Diharapkan kepada aparat penegak hukum yang berwenang Polres Pulau

Buru dalam menangani kejahatan perjudian agar memperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan agar masyarakat tidak mengalami atau melakukan hal-hal yang

akan semakin mendekatkan mereka dengan kejahatan yang lebih besar.

3. Penyuluhan hukum dan diskusi publik tentang dampak negatif judi sabung

ayam kepada masyarakat secara umum dan pelajar serta generasi muda

secara khusus. Sehingga dapat menumbuhkan pemahaman masyarakat dan

generasi muda yang dapat merubah pola pikir yang menimpa masyarakat

selama ini.

44
4. Diharapkan kepada masyarakat khususnya kepada pelajar dan generasi

muda agar wajib menghadiri penyuluhan hukum yang dilakukan oleh

penegak hukum, supaya masyarakat dan generasi muda dapat mengetahui

tentang hukum dan dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dalam hukum.

5. Perlunya perbaikan koordinasi antara aparat penegak hukum, pemerintah,

tokoh masyarakat, dan tokoh agama sehingga dapat meminalisir maraknya

judi sabung ayam di desa Karang Jaya sehingga di harapkan kelak

masyarakat Desa Karang Jaya dapat terbebas dari judi sabung ayam yang

selama ini merupakan masalah utama di desa Karang Jaya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rengkang Education

Yogyakarta dan Pukap Indonesia, 2012.

C.S.I Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta, PT Pradnya Paramita

Tahun 2007.

Ikbal, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Judi Sabung Ayam di

Kabupaten Kolaka, 2013

Kartini Kartono, Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2005

Masrianairah, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Perjudian Sabung

Ayam di kota Makassar, 2016

Michael West, An International Reader’s Dictionary, Longman Group

Limited, London, 1970,

N.E.algra dan RR.W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae,

diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta, 1983,

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai

Pustaka, Jakarta, 1995,

Sajipto Rahardjo, Penegakan hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis, ctk. Kedua,

Genta Publishing, Yogyakarta, 2009,

Penegakan Hukum Progresif, Kompsas, Jakarta, 2010,

Sugeng Tiyarto, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perjudian,

Yogyakarta: Genta Press 2015,

46
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Kelima, , P.T.Rineka Cipta, Jakarta,

2007,

Soerjono Soekanto. Pokok – Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

2006,

Titik Triwulan Tutik, Pengantar ilmu Hukum. Yang Menerbitkan PT Prestasi

Pustakaraya, 2006.

Undang – Undang :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana KUHP, Jakrta Bumi Aksara,. Cet 24,

2005.

Undang – Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

KUHAP Tahun

Undang – undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian

47
LAMPIRAN : I

Proses Pemasangan Taji (pisau Kecil) dikakai Ayam Jantan

Wawancara Dengan Babinkam Timmas Desa Karang Jaya

48
Wawancara dengan KAUR MINTU Satreskrim Polres Pulau Buru

Wawancara dengan Sekdes Desa Karang Jaya

49
Wawancara dengan Mantan Kades Desa Karang Jaya

Wawancara Dengan Staf Desa Karang Jaya

50

Anda mungkin juga menyukai