Anda di halaman 1dari 11

STUDI KOMPARATIF SISTEM PEMIDANAAN JUDI TOGEL

BERDASARKAN PASAL 303 KUHP DAN HUKUM ISLAM

Oleh
H. A. Sudja’i
Prodi Hukum FH-UNSURI Surabaya

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemidanaan judi togel
berdasarkan hukum positif dan untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap
tindak pidana perjudian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Hukum Normatif yaitu penelitian hukum untuk menemukan aturam hukum, prinsip-
prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi. Sedangkan pendekatan masalah penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan peraturan perundang-undangan ( Statute Approach ) dan pendekatan
perbandingan (Comparative Approach).
Hasil penelitian dapat ditarik keimpulan bahwa dalam sistem pemidanaan KUHP hanya
berorientasi pada orang bukan badan hukum. Berorientasi pada sistem pidana minimal
umum dan tidak berorientasi pada sistem pidana maksimal khusus. Berorientasi pada
kejahatan bukan pelanggaran Dalam tinjauan Hukum Islam tindak pidana perjudian
dapat dihukum dengan jarimah ta’zir. Mengenai bentuk hukumannya tidak ada
batasan tertinggi dan terendahnya. hal ini sepenuhnya ditentukan oleh hakim

PENDAHULUAN

Kejahatan merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu. Hal yang
menunjukkan bahwa kejahatan selalu berkembang dalam lingkungan kehidupan. Kejahatan
merupakan gambaran lain dari aksistensi kehidupan manusia itu sendiri.
Menurut Hari Saherodji, sebagaimana dikutip oleh Abdul Wahid (2001) , kejahatan
diartikan sebagai berikut :
1. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau undang-undang pada waktu tertentu .
2. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja.
Perbuatan mana diancam dengan hukum atau suatu perbuatan anti sosial yang sengaja
merugikan serta mengganggu ketertiban umum, perbuatan mana yang boleh dihukum oleh
Negara. Pendapat diatas mempertegas mengenai perbuatan yang merugikan kepentingan sosial
dan ditentukan secara hukum sebagai kejahatan ada unsur kesengajaan yang dimunculkan dan
kerugian yang ditimbulkan, sedang disatu sisi harus pula ada undang-undang yang menentukan.
Keberadaan hukum pidana menyangkut seluruh aspek nilai-nilai kehidupan manusia,
tidak hanya menyangkut masalah kebendaan saja, tetapi juga mengenai diri pribadi, rasa dan
kejiwaan seseorang, serta nilai -nilai kemasyarakatan pada umumnya.
Suatu perbuatan tergolong tindak pidana atau bukan ,hal tersebut tergantung pada unsur-
unsur pidana. Menurut Soedarto, sebagaimana dikutip oleh Aruan Sakidjo dan Bambang
Poernomo (1990), ada tiga kriteria dalam proses penetapan perbuatan seseorang dapat dipidana :
1. Ditetapkan dahulu bahwa perbuatan tersebut tidak disukai masyarakat. Ukuran untuk hal
tersebut yaitu bahwa perbuatan itu merugikan atau mendatangkan korban;
2. Harus diperhatikan pula cost benefit principle, artinya usaha untuk mengkriminalisasikan
sesuatu perbuatan itu harus seimbang dengan hasilnya, dalam hal ini social cost atau biaya
social tidak boleh diabaikan ;

1
3. Kriminalisasi akan menambah beban dari aparat penegak hukum sehingga memikul beban
yang terlalu berat yang mengakibatkan peraturan yang telah disusun menjadi tidak efektif
lagi.
Menurut Soesilo (1984), tindak pidana terdiri dari dua unsur, yaitu unsur-unsur yang
bersifat objektif dan unsur yang bersifat subjektif .Unsur Objektif meliputi :
1. Perbuatan manusia, yaitu perbuatan negatif yang menyebabkan pelanggaran pidana.
2. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusakkan atau membahayakan
kepentingan-kepentingan hukum, yang menurut norma hukum perlu pidana;
3. keadaan yang terdapat pada waktu melakukan perbuatan pidana ;
4. sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidana.Unsur subjek dalam hal ini dimaksudkan
adalah orang yang melakukan perbuatan.4
Suatu perbuatan dapat dijatuhi hukuman pidana apabila perbuatan tersebut telah
memenuhi unsur kesalahan, yaitu suatu perbuatan atas Undang-undang yang dilakukan oleh
orang yang mengetahui atau setidaknya dimungkinkan untuk mengetahuinya bahwa
perbuatannya itu merupakan perbuatan terlarang.
Tujuan pemidanaan dalam hukum pidana adalah untuk menanggulangi kejahatan
maupun pelanggaran yang membahayakan serta meresahkan masyarakat dan ketertiban umum ,
yaitu berupa pencegahan atau prevensi.
Secara garis besar , bentuk pencegahan atau prevensi tersebut terbagi menjadi dua yaitu
prevensi umum dan prevensi khusus. Terkait mengenai prevensi umum, yaitu dalam hal ini
adalah masyarakat, sedangkan prevensi khusus yaitu pihak pelaku tindak pidana atau pihak
pelanggar kejahatan.
Pencegahan dengan prevensi khusus ditujukan kepada mereka yang telah melakukan
kejahatan atau pelanggaran , yaitu dengan penjatuhan pidana kepada mereka yang telah
melakukan perbuatan melanggar hukum . hal ini dimaksud agar mereka setelah menjalani
pidananya dikemudian hari menjadi lebih takut dan tidak akan melakukan pelanggaran serupa.
Salah satu bentuk tindak kejahatan yang sering terjadi dimasyarakat adalah perjudian,
khususnya judi togel. Menurut W.J.S Poerwadarminta,“ kata judi berarti permainan dengan
bertaruh uang seperti main dadu,main kartu dan sebagainya “. Sedangkan pengertian judi
menurut H.S.muchlis, sebagaimana dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yaitu, 1995: Ada dua unsur
yang merupakan syarat formal untuk dinamakan judi yaitu pertama, harus ada dua pihak yang
masing-masing terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh; yang menang ( penebak tepat
atau pemilik nomor yang cocok ) dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan rumusan
tertentu . kedua, menang atau kalah dikaikan dengan kesudahan sesuatu peristiwa yang berada
diluar kekuasaan., atau diluar pengetahuan terlebih dahulu dari para petaruh.
Judi Togel ( Totoan Gelap ) yaitu suatu permainan dengan penombok / memasang angka
yang disukai minimal dua angka dan maksimal empat angka. Sedangkan jumlah uang yang di
jadikan taruhan minimal seribu rupiah. Selanjutnya, oleh pengecer ditulis pada kertas dan
disetorkan kepada pengepul. Dari pengepul, rekapan disetorkan kepada Bandar. Uang
disetorkan paling akhir pukul 15.00 Wib. Pada pukul 19.00 pengumuman nomor keluar, bila
nomor yang dipasang tepat atau pas akan mendapatkan hadiah, namun apabila nomor yang
dipasang tidak keluar maka uang yang dijadikan taruhan dinyatakan hilang dan menjadi milik
Bandar. Judi Togel dalam seminggu dibuka sebanyak empat kali yaitu Senin, Kamis, Sabtu dan
Minggu. Judi ini mengikuti acuan sistem judi internet pada situs www.indotogel.net dan
www.sbobet.com yang dikendalikan dari philipina.
Secara etimologi, judi dalam Bahasa Arab disebut juga dengan al-Maisir atau al-Qimar
yang berarti :

2
“ Dan adapun al-Maisir adalah permainan judi ( al-Qimar ), setiap permainan dengan
ketangkasan, atau dimana terdapat pertaruhan atas permaianan tersebut.”, Muhammad
Jamaluddin Al – Qasimy
Sedangkan kata maisir itu sendiri berasal dari kata taisir yang berarti binatang kurban
yang dibagi-bagi dan disepakati sebagai taruhan. Pada mulanya , kata maisir digunakan sebagai
istilah pada jenis permainan yang menggunakan kartu yang terbuat dari kayu ( karena pada
waktu itu belum ada kertas ) dalam pembagian binatang kurban berupa onta, yang pada
akhirnya mengarah pada perbuatan judi.
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban
perjudian, maka ancaman pidana pada pasal 542 KUHP diganti dengan pasal 303 KUHP yaitu
diancam dengan pidana selama-lamanya sepuluh tahun penjara dan denda sebanyak-banyaknya
dua puluh lima juta rupiah.
Perubahan pada pasal 542 KUHP tersebut sebagai bentuk usaha pencegahan atau
prevensi yang dilakukan oleh pemerintah , dikarenakan selain permainan judi merupakan suatu
kejahatan , permainan judi juga bertentangan dengan agama, kesusilaan , serta dipandang
sebagai hal yang membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat, bangsa dan Negara.
Perbuatan pidana dalam hukum Islam disebut dengan jarimah atau jinayah. Suatu
perbuatan dapat dikatagorikan sebagai jarimah ( pidana ) apabila perbuatan itu memenuhi
beberapa unsur umum sebagai berikut :
1. Adanya nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman terhadapnya (rukun
syar’i)
2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah baik berupa perbuatan nyata atau tidak
berbuat ( rukun maddi ).
3. Pelaku adalah orang mukallaf, yaitu orang yang bisa dimintai pertanggung jawaban terhadap
jarimah yang diperbuatnya ( rukun adabi ), Ahmad Hanafi, 1990. Judi dalam hukum pidana
Islam dianggap sebagai perbuatan jarimah .
Bentuk jarimah tersebut dalam jarimah ta’zir.
Berbeda dengan penerapan hukuman pada jarimah-jarimah lain, misalnya jariamah
hudud maupun qisas-diyat, penerapan pada jarimah ta’zir diperlonggar. Sebagai akibat adanya
pelonggaran ini, maka jarimah ta’zir tidak perlu ada penyebutan hukuman secara tersendiri,
seperti yang didapati pada jarimah hudud maupun qisas-diyat. ” Seorang hakim dalam
memutuskan hukuman dalam bentuk jarimah ta’zir boleh memilih sesuatu hukuman yang
sesuai , bisa memperingan hukuman atau memberatkannya”. 13
Menurut aturan pokok dalam syari’at Islam, bahwa hukuman ta’zir hanya dikenakan
terhadap perbuatan maksiat, yaitu perbuatan yang dilarang karena perbuatan itu sendiri.
”Hukuman ta’zir dapat dijatuhkan apabila perbuatan yang dilakukan tersebut merugikan
kepentingan atau ketertiban umum”.
Didalam al-Qur’an, tindak pidana perjudian dikategorikan sebagai pebuatan keji dan
perbuatan yang dilakukan oleh syaitan. Sebagaimana terdapat dalam surat al- Maidah ayat 90,
yaitu :

“ Hai orang –orang yang beriman , sesumgguhnya (minuman ) khamer, berjudi,


(berkorban untuk berhala ), mengundi nasib dengan anak panah , adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbutan itu agar kamu mendapat
keberuntungan “.
Selain itu dalam surat Al-Baqarah ayat 219, disebutkan bahwa perjudian merupakan
dosa besar serta perjudian lebih banyak mengandung kerusakan dari pada manfaatnya .
sebagaimana dalam firman Allah SWT :

3
“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : “ Pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya”.
Pemberian hukuman bagi pelaku perjudian harus memperhatikan aspek permasalahan
secara luas. Hukuman adalah nestapa atau penderitaan bagi pelakunya akan tetapi, dengan
pemberian hukuman maka dapat mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat secara
menyeluruh.
Bentuk ancaman pidana yang diberikan serta ketentuan tentang tindak pidana perjudian
sebagaimana terdapat dalam kitab Undang Undang Hukum pidana (KUHP) pasal 303 sudah
begitu jelas . Selanjutnya, apakah dengan kejelasan ancaman pidana tersebut dapat dilaksanakan
oleh Pengadilan yang ada di Indonesia sebagai pihak yang berwenang mengadili pelaku judi
togel. Selain itu, perlu dijelaskan pula pandangan Hukum Islam mengenai perjudian tersebut.
Dari latar belakang diatas , maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sistem pemidanaan judi togel berdasarkan pasal 303 KUHP ?
2. Bagaimanakah sistem pemidanaan judi togel terhadap hukum Islam?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


Hukum Normatif yaitu penelitian hukum untuk menemukan aturam hukum, prinsip-
prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi. Sedangkan pendekatan masalah penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan peraturan perundang-undangan ( Statute Approach ) dan pendekatan
perbandingan Comparative Approach).
Sumber Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari : 1)
Bahan Hukum Primer terdiri dari berbagai jenis peraturan perundang undangan tentang masalah
judi yang bersumber dalam hukum nasional dan hukum Islam . 2).bahan hukum Sekunder
terdiri dari berbagai macam bentuk kepustakaan bidang hukum serta perundang-undangan dari
ilmuan hukum.
Prosedur pengumpulan dan pengolahan bahan hukum melalui proses identifikasi dan
inventarisasi bahan-bahan hukum primer dan sekunder secara kritis untuk selanjutnya melalui
klasifikasi secara logis sistematis untuk diperbandingkan dan diketahui perbedaan dan
kesamaannya masing-masing.

Sistem Pemidanaan Judi Togel Berdasarkan KUHP


Pengertian judi
Judi dalam Bahasa Belanda disebut dengan hazardspel.20 Menuerut W.J.S
Poerwadarminta dalam bukunya “ Kamus Umum Bahasa Indonesia “, kata judi berarti
permainan dengan bertaruh uang seperti main dadu, main kartu dan sebagainya “. 21

Judi Dalam Tinjauan Hukum positif


Kejahatan merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu . Hal ini
menunjukkan bahwa kejahatan terjadi dan berkembang dalam lingkungan kehidupan manusia.
Suatu perbuatan tergolong sebagai tindak pidana atau bukan , hal tersebut tergantung
pada unsur-unsur pidana. Menurut Soesilo (1854), tindak pidana terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur-unsur yang bersifat objektif dan unsur - unsur yang bersifat subjektif.
Unsur Objektif meliputi :
1.Perbuatan manusia, yaitu perbuatan positif atau perbuatan negatif yang menyebabkan
pelanggaran pidana.
2.Akibat perbuatan manusia,yaitu akibat yang terdiri atas merusakkan atau membahayakan
kepentingan – kepentingan hukum, yang menurut norma hukum pidana perlu dipidana .

4
3.Keadaan-keadaan yang terdapat pada waktu melakukan perbuatan pidana;
4.Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidana.
Unsur subjek dalam hal ini dimaksudkan adalah orang yang melakukan perbuatan
.Tidak semua orang yang melakukan perbuatan terlarang dapat dipidana, melainkan bagi orang-
orang yang oleh Undang-undang termasuk boleh dikenai sanksi pidana. Adapun orang-orang
yang dimaksud adalah “ orang-orang dewasa, atau orang yang mampu bertindak menurut
undang-undang dan mampu bertanggung jawab atas perbuatannya”, A. Zainal Abidin Farid,
1984
Menurut Van Hammel, sebagaimana dikutip leden Marpaung (1991) dalam bukunya
berjudul “Unsur-unsur Perbuatan yang dapat di hukum ( Delik )”,ia berpendapat bahwa
seseorang dapat diminta pertanggung jawabannya adalah
1. Jiwa orang harus demikian rupa, sehingga ia akan mengerti/
menginsafi nilai dari pada perbuatannya.
2. Orang harus mengerti bahwa perbuatannya menurut tata cara
kemasyarakatan adalah dilarang.
3. Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap
perbuatan.25
Suatu perbuatan dapat dijatuhi hukuman pidana apabila perbuatan tersebut telah
memenuhi unsur kesalahan , yaitu suatu perbuatan atas Undang-undang yang dilakukan oleh
orang yang mengetahui atau setidak-tidaknya dimungkinkan untuk mengetahuinya bahwa
perbuatannya itu adalah merupakan suatu perbuatan terlarang. Dengan demikian , maka orang-
orang yang melakukan suatu perbuatan terlarang sedang ia tidak mengetahui atau bahkan tidak
mungkin untuk mengetahuinya bahwa perbuatannya itu adalah merupakan perbuatan pidana ,
maka yang demikian itu tidak termasuk perbuatan yang telah memenuhi unsur kesalahan dalam
suatu perbuatan menurut Undang-undang. Dan sudah barang tentu perbuatan semacam ini tidak
dapat dikenai sanksi pidana.
Aruan Sakidjo dan Bambang poernomo (1990) memaparkan “ sanksi hukum yang
berupa pidana yang diancamkan kepada pembuat delik merupakan ciri perbedaan hukum pidana
dengan jenis hukum yang lain. Pada dasarnya hukum pidana mempunyai sanksi yang negative,
sehingga dengan system sanksi yang negatif tersebut tumbuh pandangan bahwa pidana
hendaknya diterapkan jika upaya lain tidak memadai lagi. Pidana adalah suatu reaksi atas delik(
punishment ) dan berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan oleh Negara atau
lembaga Negara terhadap pembuat delik. Nestapa hanya merupakan suatu tujuan terdekat
saja,bukanlah suatu tujuan terakhir yang cita-citakan sesuai dengan upaya pembinaan
(treatment)”.
Perbuatan seseorang bisa dikategorikan sebagai tindakan melawan hukum apabila
perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-undang yang berlaku , yaitu melakukan suatu
larangan ataupun meninggalkan suatu perintah . dalam pengertian yang lebih luas , yang
dimaksud dengan unsur melawan hukum ini adalah perbuatan- yang oleh pembuat undang-
undang dianggap sebagai perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian terhadap masyarakat.
Hal demikian ini sangat penting untuk diperhatikan khususnya dalam persidangan di
pengadilan, demi menjaga dan terciptanya keadilan. Maka tidak adil apabila tindak pidana
dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan pelanggaran yang dilakukannya karena adanya
suatu sebab, seperti dalam keadaan terpaksa atau keadaan diluar batas kemampuannya yang
sering disebut ” daya paksa ( overmacht )” Moeljatno, 2001
Di dalam pasal 542 KUHP dijelaskan tentang ancaman bagi pelaku tindak pidana
perjudian. Berikut ini dikutipkan bunyi pasal tersebut secara lengkap :
(1) Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak
enam ribu rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin:
ke-1.dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk bermain judi dan
menjadikan sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan
untuk itu;

5
ke-2.dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk
bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu dengan tidak
peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya
sesuatu tata cara.
Ke-3.menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya,
maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu;
(3) Yang disebut pemain judi adalah; tiap-tiap permainan dimana pada umumnya
kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena
permainannya lebih terlatih atau mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang
keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka
yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.
Kemudian pasal 542 KUHP diganti dengan pasal 303 KUHP berdasarkan UU.RI No.7
Tahun1974 tentang penertiban perjudian
Berikut ini dikutupkan bunyi pasal 303 KUHP secara lengkap setelah mengalami perubahan
yaitu :
(1) Diancam dengan pidana paling lama sepuluh tahun atau denda paling
banyak dua puluh lima juta rupiah , barang siapa tanpa mendapatkan izin :
ke-1.dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk bermain judi dan
menjadikan sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu
perusahaan untuk itu;
ke-2.dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk
bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu dengan tidak
peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau
dipenuhinya sesuatu tata cara.
Ke-3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu;
(3) Yang disebut pemain judi adalah; tiap-tiap permainan dimana pada
umumnya kemungkinan mendapat untungtergantung pada peruntungan belaka, juga karena
permainannya lebih terlatih atau mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang
keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka
yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.
Bentuk permainan ketangkasan berbada dengan permainan bertaruh . permainan
ketangkasan, misalnya bridge,domino,ceki,koah,pei dan lain sebagainya yang menang atau
kalahnya tergantung kepada kepandaian bermain dan biasanya dipergunakan untuk hiburan
tidak termasuk judi. Sedang “bertaruh” telah dirumuskan pada pasal 303 ayat (3) sebagai
judi.”Permainan-permainan yang dipandang sebagai permainan judi misalnya; main dadu,main
kartu selikuran, main jemeh, main kodok-ulo, mainroulette, bakarat, kemping keles, kocok,
keplek, tombola”.
Menurut R.Soesilo, pengertian perjudian sebagaimana terdapat dalam pasal 303 KUHP ayat (3)
tidak hanya diartikan dalam arti kata yang sempit, melainkan dengan arti yang luas.
Perubahan ancaman pidana tersebut dimaksudkan karena Undang-undang RI No.7
Tahun 1974 menyatakan bahwa disamping permainan judi merupakan suatu kejahatan,
permainnan judi juga sangat bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral pancasila, juga
dipandang sebagai hal yang membahahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat, bangsa
dan Negara.

Pengertian sistem pemidanaan


Sistem Pemidanaan ( the sentencing sistem ) adalah aturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan sanksi pidana dan pemidanaan atau (the statutory rules relating to penal
sanctions and punishment),
Menurut pasal 10 KUHP, Pidana dibedakan dalam :

6
1. Pidana Pokok ; jenis hukuman atau ancaman hukumannya antara lain
1.1. Pidana Mati
1.2 Pidana Penjara
1.3. Pidana Kurungan
1.4 Pidana Denda
1.5. Pidana Tutupan
2. Pidana Tambahan ; jenis hukuman atau ancaman hukumannya antara lain :
2.1. Pencabutan hak-hak tertentu
2.2. Perampasan Barang-barang tertentu
2.3. Pengumuman putusan hakim
Pidana tambahan hannya dapat ditetapkan disamping pidana pokok. Apabila hakim
tidak menentukan pidana pokok , maka pidana tambahan dengan sendirinya tidak dapat
ditetapkan pula. Hukum pidana tambahan mempunyai sifat fakultatif yaitu apabila terdakwa
bersalah maka hakim harus menentukan suatu pidana pokok dan tidak wajib menetapkan pidana
tambahan , kemudian hukuman berlaku setelah hakim membacakan putusan .

Penjatuhan Pidana Judi Menganut Sistem Maksimum.


Sesuai dengan KUHP buku pertama Bab II dalam pasal 12 adalah ketentuan hukuman
dalam tiap-tiap pasal dari Undang-undang Pidana senantiasa menyebutkan maksimum hukuman
yang hakim dapat menjatuhkan kepada orang yang berbuat peristiwa pidana dalam pasal itu.
Ayat 2 dari pasal ini menetapkan umum lamanya hukuman penjara sementara minimum satu
hari dan maksimum lima belas tahun . sehari ialah tempo yang lamanya dua puluh empat jam
( pasal 97 KUHP ).

Perjudian Merupakan Perbuatan Kejahatan.


Menurut R.Soesilo kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku selain merugikan si
penderita juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman
dan ketertiban. J.M. Bemmelem memandang suatu kejahatan sebagai tindakan anti sosial yang
menimbulkan kerugian, ketidak patutan dalam masyarakat sehingga timbulnya kegelisahan.
M.A.Elliot mengatakan bahwa kejahatan merupakan suatu problem dalam masyarakat modern
atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum.
Yang dimaksud dengan pelanggaran adalah perbuatan – perbuatan yang sifatnya
melawan hukum dan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan
demikian . Jadi antara kejahatan dan pelanggaran dapat dibedakan yaitu :
1. Pidana penjara hanya diancamkan pada kejahatan saja.
2. Jika menghadapi kejahatan maka bentuk (kesengajaan atau kealpaan) yang
diperlukan disitu, harus dibuktikan oleh jaksa, sedangkan jika menghadapi pelanggaran hal
itu tidak usah.
3. Percobaan untuk melakukan pelanggaran tidak dapat dipidana (pasal 54 KUHP).
4. Tenggang kaduluarsa baik untuk hak menentukan ataupun penjalanaan pidana bagi
pelanggaran pidana satu tahun, sedangkan kejahatan dua tahun.

Sistem Pemidanaan Judi Togel Menurut Hukum Islam


Pengertian Judi
Judi dalam Bahasa Arab disebut juga dengan al-maisir atau al- Qimar yang berarti :

“ Dan adapun al-Maisir adalah permainan judi ( al-Qimar ), setiap permainan dengan
ketangkasan, atau dimana terdapat pertaruhan atas permaianan tersebut.” 40

Sedangkan kata maisir itu sendiri berasal dari kata taisir yang berarti binatang kurban
yang dibagi-bagi dan disepakati sebagai taruhan . Pada mulanya , kata maisir digunakan sebagai
istilah pada jenis permainan yang menggunakan kartu yang terbuat dari kayu ( karena pada

7
waktu itu belum ada kertas ) dalam pembagian binatang kurban berupa onta, yang pada
akhirnya mengarah pada perbuatan judi, Muhammad Jamaluddin Al-Qasimy,

Judi Merupakan Jarimah Ta’zir


Perbuatan pidana dalam hukum Islam disebut dengan Jarimah atau jinayah. Menurut
Abdul al- Qadir al-Audah (1968) , “ jinayah merupakan nama suatu perbuatan yang diharamkan
oleh syara’, baik atas jiwa, harta atau yang lainnya”. Sedangkan Ahmad Hanafi (1990)
menjelaskan, “ hukum pidana dalam syariat islam adalah larangan – larangan syara’ yang
berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintah,
dan terhadap pelanggaran perbuatan ini diancam dengan hukuman had atau ta’zir“.
Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai jarimah ( pidana ) apabila perbuatan itu memenuhi
beberapa unsur umum sebagai berikut :
1. Adanya nash yang melarang perbutan dan mengancam hukuman terhadapnya(rukun syar’i).
2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah baik berupa perbuatan nyata atau tidak
berbuat ( rukun maddi ).
3. Perlaku adalah orang mukallaf , yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban
terhadap jarimah yang diperbuatnya (rukun adabi).
Dalam hukum Islam , tindak pidana perjudian dikategorikan sebagai perbuatan
jarimah. Bentuk jarimah dalam tindak pidana judi ini dikategorikan kepada jarimah ta’zir.
At-ta’zir adalah masdar dari kata “azzara” yang berasal dari kata “azrun” yang berarti
penolakan dan pencegahan ( menurut kamus berarti, celaan dan pemukulan ) kata itu menurut
pengertian syar’i ialah hukuman yang bersifat mendidik karena dosa/ kesalahan seseorang ( jadi
ta’zir adalah hukuman dengan pukulan yang bersifat mendidik, agar seseorang yang bersalah
merasa jera ).
Asal mula disyari’atkannya hukuman ta’zir adalah “ sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An Nasa’I dan Al baihaqi bahwasannya Nabi Muhammad SAW
menahan seorang laki-laki yang diduga mencuri onta, setelah diketahui ternyata ia tidak
mencurinya , maka Nabi SAW kemudian melepaskan orang tersebut “.
Bentuk hukuman penahanan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah
sebagai tindakan preventif sampai perkaranya menjadi jelas. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad SAW membolehkan penjatuhan hukuman terhadap seseorang , meskipun orang
tersebut tidak melakukan perbuatan yang dilarang.
Pemberian hukuman bagi pelaku perjudian harus memperhatikan aspek kemaslahatan
secara luas. Hukuman adalah nestapa atau penderitaan bagi pelakunya. Akan tetapi, dengan
pemberian hukuman maka dapat mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat secara
menyeluruh. Pemberian hukuman bagi pelaku perjudian dapat membawa manfaat pada pelaku,
kewibawaan syari’at itu sendiri serta kehidupan bermasyarakat.
Berkaitan dengan kemaslahatan yang menjadi unsur penting dalam merealisasikan
tujuan hukum Islam , menurut Hasbi Ash Shiddieqy, (1978) kebutuhan manusia terbagi menjadi
tiga yaitu :
1. Kebutuhan pokok atau daruriyat;
2. Kebutuhan sekunder atau hajiyat;
3. Kebutuhan pelengkap atau tahsiniyat.
Kebutuhan pokok atau daruriyat, yaitu suatu kebutuhan pokok manusia dalam
kehidupannya yang wajib adanya demi mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia itu
sendiri. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka tidak akan tercapai kemaslahatan dan akan
menimbulkan kehancuran serta kerusakan .

Pembahasan
Perbandingan Subjek Hukum Pelaku Tindak Pidana Judi Menurut KUHP dan Hukum
Islam.

8
Menurut KUHP Subjek hukum yang dapat dikenakan pidana adalah manusia bukan
badan hukum. Seperti dalam kutipan awal pada bunyi pasal KUHP terdapat kata-kata barang
siapa itu adalah menunjukkan ( orang ). Sedangkan menurut hukum Islam mempunyai
kesamaan dengan KUHP yang dapat dikenakan hukuman jarimah adalah manusia. Dalam Al-
Qur’an banyak diawali dengan kata-kata: yaa ayyuhannaas ( hai para manusia ), yaa ayyuhal
ladzina amanu ( hai orang-orang yang beriman ) yang bertarti semua peringatan, larangan atau
perintah yang datangnya dari Allah itu semua ditujukan hanya kepada manusia saja.
Jadi antara Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan hukum Islam terdapat kesamaan
dalam subjek sistem pemidanaan yaitu sama-sama berorientasi pada manusia, dalam Islam
manusianya harus orang Islam, baliq dan berakal sehat.

Perbandingan Sistem Pemidanaan Judi Menurut KUHP dan Hukum Islam


Dari segi materi, pasal 303 KUHP menghendaki adanya penertiban perjudian serta
memberikan sanksi kepada pelakunya dengan hukuman yang seberat-beratnya. Hal tersebut
dapat dilihat dalam bunyi pasal 303 KUHP ayat 1 ” Di ancam dengan pidana paling lama
sepuluh tahun penjara atau denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah dengan sengaja
menawarkan atau memberi kesempatan untuk bermain judi ” . Tetapi sistem pemidanaan KUHP
menganut sistem pidana maksimum umum dan minimal umum yang berarti tuntutan hakim
tidak boleh lebih dari tuntutan undang-undang, minimal satu hari sampai dengan seterusnya.
Maka dari itu tidak jarang jika para pelaku perjudian mendapatkan Vonis yang jauh lebih ringan
dari pada tuntutan undang-undang hukum pidana yaitu antara 6 bulan hingga 8 bulan penjara.
Perjudian menurut hukum Islam merupakan perbuatan keji, perbuatan yang dilakukan
oleh syetan dan sebagai dosa besar sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al- Maidah
ayat 90 dan Al-Baqoroh ayat 219. Barang siapa yang dengan sengaja bermain judi maka dapat
dihukum dengan jarimah ta’zir menurut sayyid sabiq hukuman jarimah ta’zir yaitu dengan
ketentuan:
1. Hukuman ta’zir tidak ditentukan oleh syari’at Islam.
2. Pelaksanaan hukumannya berbeda antara satu pelaku dengan pelaku lainnya, tergantnung
pada perbedaan kondisi masing-masing pelakunya.
3. Pada jarmah ta’zir kemungkinan untuk memberikan pengampunan terbuka lebar, baik oleh
individu ataupun ulil amri.
4. Orang yang meninggal dunia sebagai akibat dikenakan hukuman ta’zir berhak mendapatkan
ganti rugi

Perbandingan Penggolongan Perbuatan Pidana Menurut KUHP dan Hukum Islam


Kejahatan merupakan tindakan anti sosisal yang menimbulkan kerugian, ketidak
patutan dalam masyarakat sehingga timbulnya kegelisahan. Dalam KUHP perbuatan pidana
terbagi menjadi 2 yaitu pelanggaran dan kejahatan. Perbuatan yang termasuk kejahatan terdapat
dalam Buku II pasal 104 sampai dengan pasal 488 KUHP. Perbuatan perjudian merupakan
kejahatan terhadap kesopanan yang terdapat dalam Buku II Bab XIV. Maka dari itu orang yang
dengan sengaja bermain judi dapat dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya 10 tahun.
Dalam Hukum Islam perbuatan pidana (jarimah) tidak ada yang membedakan secara
terperinci antara pelanggaran dan kejahatan. Tetapi didalam Islam hanya lebih mengenal
perbuatan dosa dan maksiat:
1. Dosa adalah Pelanggaran hukum agama yang sama sekali tidak diatur oleh hukum
positif negara. Jika seseorang tidak melaksanakan sholat, maka ia berdosa, tetapi ia tidak
melanggar hukum negara. Tetapi jika seseorang mencuri maka ia berdosa dan melakukan
kejahatan sekaligus. Berdosa karena ia melanggar ketentuan agama yang melarang pencurian
atau kejahatan , karena perbuatan mencuri itu melanggar hukum positif yang ditetapkan oleh
negara.
2. Maksiat adalah pelanggaran hukum yang bersifat individu yang hukumnya sedikit sekali
dampak sosialnya.

9
Secara umum hukum Islam merupakn suatu sistem hukum yang membedakan dengan
sistem hukum yang lainnya bahwa hukum Islam itu sempurna , bulat, tuntas, imbang , harmonis
dan bergerak sesuai dengan perkembangan zaman. Perbedaan penggolongan perbuatan pidana
antara KUHP dan hukum Islam tidak terlalu menjadi jurang pemisah yang sangat jauh tetapi
yang lebih penting bahwa hukuman yang baik menurut A. Dzajuli ialah :
1. Harus mampu mencegah seseorang dari berbuat maksiat, atau mencegah sebelum terjadinya
perbuatan ( preventif ) dan menjerakan setelah terjadinya perbutan ( represif ).
2. Batas tertinggi dan terrendah suatu hukuman sangat tergantung kepada kebutuhan
kemaslahatan masyarakat, apabila kemaslahatan menghendaki beratnya hukuman , maka
hukuman diperberat . demikian pula seabaliknya, bila kebutuhan kemaslahatan masyarakat
menghendaki ringannya hukuman , maka hukuman diperingan .
3. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan itu bukan berarti membalas
dendam , melainkan untuk kemaslahatannya. Oleh karena itu , bagi orang yang memberikan
hukuman kepada orang lain atas kemaslahatannya harus bermaksud melakukan ihsan dan
memberikan rahmat kepadanya, seperti seorang bapak yang memberikan pelajaran kepada
anaknya dan seperti seorang dokter yang mengobati pasiennya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut tinjauan pasal 303 KUHP orang yang melakukan tindak pidana perjudian dapat
dipidana selama-lamanya sepuluh tahun penjara atau denda paling banyak dua puluh lima
juta rupiah.. Dalam sistem pemidanaan KUHP hanya berorientasi pada orang bukan badan
hukum. Berorientasi pada sistem pidana minimal umum dan tidak berorientasi pada sistem
pidana maksimal khusus. Berorientasi pada kejahatan bukan pelanggaran .
2. Dalam tinjauan Hukum Islam tindak pidana perjudian dapat dihukum dengan jarimah ta’zir.
Mengenai bentuk hukumannya tidak ada batasan tertinggi dan terendahnya. hal ini
sepenuhnya ditentukan oleh hakim terhadap kondisi masing-masing pelaku perjudian. .
Apabila ada kerusakan sesuatu barang atau anggota tubuh dalam diri pelaku jarimah ta’zir,
maka semua itu ditanggung oleh yang merusak.
3. Antara KUHP dan Hukum Islam terdapat persamaan subjek pelaku tindak pidana judi yaitu
sama-sama berorientasi pada orang bukan terhadap badan hukum.
Adapun perbedaan sistem pemidanaan judi menurut KUHP sebagai berikut :
a. sistem pemidanan KUHP berorientasi pada sistem pemidanaan maksimum.
b. Berorientasi pada adanya perbedaan kualifikasi tindak pidan berupa kejahatan dan
pelanggaran.
Sedangkan sistem pemidanaan judi menurut Hukum Islam Ialah :
a. Hukuman Ta’zir tidak ditentukan oleh syara’
b. Jarimah ta’zir pelaksanaan hukumannya berbada antara pelaku satu dengan yang lainnya
tergantung pada perbedaan kondisi tubuh masing-masing pelaku.
c. Pada jarimah ta’zir kemungkinan untuk memberikan pengampunan terbuka lebar, baik
oleh individu maupun ulil amri.
d. Orang yang meninggal dunia sebab dikenakan hukuman ta’zir berhak mendapatkan ganti
rugi.

Saran
1. Sesuai fakta yang terjadi selama ini vonis hakim bagi pelanggar pasal perjudian umumnya
dihukum antara 6 bulan hingga 8 bulan penjara. Alangkah baiknya vonis hakim untuk kasus
perjudian dapat diperberat lagi sesuai dengan bunyi pasal 303 KUHP agar tidak ada jurang
pemisah yang sangat jauh antara bunyi pasal dan pelaksanaan dilapangan. Sehingga sesuai
dengan tujuan hukum yaitu dapat menjerahkan pelaku perjudian.

10
2. Hendaknya seluruh aparat penegak hukum senantiasa menjalankan tugasnya dengan baik dan
konsekuen sesuai petunjuk dan ketentuan Undang-undang yang berlaku khususnya hakim
dalam memutuskan perkara perjudian Agar memberikan putusan yang dapat menjerakan
bagi pelakunya.
3. Untuk masyarakat luas pada umumnya , hendaknya dapat menghentikan kebiasaan bermain
judi togel karena akibat permainan tersebut lebih banyak madhorotnya ( kerugiannya ) dari
pada manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi.2003 Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Ash Shan’ani,1991. Terjemahan Subulus Salam IV. Surabaya: Al-Ikhlas.
Audah, Abdul Al-Qadir, 1968. Al-Tasyri’ al jina’I al- islami, Juz I
Farid, A.Zainal abidin. 1995. Hukum Pidana I. Jakarta : Sinar Grafika.
Hanafi, Ahmad.1990.Azas-azas Hukum Pidana Islam . Jakarta : Bulan Bintang.
Marpaung, Laden.1991 Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik). Jakarta: Sinar
Grafika.
Moeljatno. 1978. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta : Pineka Cipta.
Moeljatno.2000. Azas-azas Hukum Pidana. Jakarta : Pineka Cipta.
Muchsin.2006.Ikhtisar Ilmu Hukum . Jakarta : Badan Penerbit Iblam.
Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Qasimy, Muhammad Jamaluddin Al. 1914. Mahasirul Ta’wil Juz III. Beirut : Daar Al-Fikr.
Sabiq, Sayid.1987. Fiqih Sunnah 10 . Bandung : PT. Al-Ma’arif.
Sakijo, Aruan. Bambang Poernomo. 1990. Hukum Pidana Dasar Aturan Umum dan Hukum
Pidana Kodifikasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sayis, Muhammad Ali Al. 1953. Tafsir Ayat Al-Ahkam. Surabaya : Al-Ikhlas.
Shiddieqy, T.M. Hasbi Ash.1975. Falsafah Hukum Islam . Jakarta : Bulan Bintang.
Soesilo, R. 1984. Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik Khusus .
Bogor : Politeia.
Sugandhi, R. 1981. KUHP dan Penjelasannya. Surabaya : Usaha Nasional.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Tafsir Al-Qur’an,tt. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Surabaya : Al Ikhlas.
Zuhdi, Masjfuk.1997. Masail Fiqhiyqh . Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

11

Anda mungkin juga menyukai