Tinjauan Pustaka
A. Tindak Pidana
Pada dasarnya, hukum bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan keamanan guna
terwujudnya suatu masyarakat yang harmonis, damai dan tentram. Kedamaian dan
ketentraman tersebut akan terwujud apabila seluruh komponen yang ada di dalam alam
semesta ini patuh dan taat terhadap hukum yang berlaku. Oleh karena itu, seluruh alam
semesta ini terikat dengan hukum agar keharmonisan, kedamaian dan ketentraman itu
Hukum juga merupakan wujud dari perintah dan kehendak negara yang dijalankan
oleh pemerintah untuk mengemban kepercayaan dan perlindungan penduduk yang berada
dalam wilayahnya. Perlindungan yang diberikan oleh suatu negara terhadap penduduknya
itu dapat bermacam-macam sesuai dengan perilaku setiap masyarakat karena hukum itu juga
timbul dari suatu kebiasaan masyarakat. Karena itu kebutuhan akan hukum berbeda-beda
Istilah Pidana berasal dari bahasa Hindu Jawa yang artinya hukuman, nestapa atau
sedih hati, dalam bahasa Belanda disebut straf. Dipidana artinya dihukum, kepidanaan
artinya segala sesuatu yang bersifat tidak baik, jahat, pemidanaan artinya penghukuman. Jadi
Hukum Pidana sebagai terjemahan dari bahasa Belanda strafrecht adalah semua aturan yang
1
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hlm. 56.
2
Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, op.cit, hlm. 63
mempunyai perintah dan larangan yang memakai sanksi (ancaman) hukuman bagi mereka
yang melanggarnya.3
Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis normatif) yang
berhubungan dengan perbuatan yang melanggar hukum pidana. Istilah tindak pidana
merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”, di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana
tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaar feit itu
sendiri. Biasanya tindak pidana disinonimkam dengan delik, yang berasal dari bahasa latin
yakni kata delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:
“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukum karena merupakan pelanggaran
R. Abdoel Djamali, mengatakan, Peristiwa Pidana atau sering disebut Tindak Pidana
(Delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman
pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi
unsur-unsur pidananya. Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang diancam hukuman
sebagai kejahatan atau pelanggaran, baik yang disebutkan dalam KUHP maupun peraturan
Menurut Hans Kelsen, Delik adalah suatu kondisi dimana sanksi diberikan berdasarkan
norma hukum yang ada.6 Menurut Vos, tindak pidana adalah salah kelakuan yang diancam
oleh peraturan perundang-undangan, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang
3
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung, 1992, hlm 114
4
Teguh Prastyo, Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, jakarta, 2012, hlm. 47.
5
Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung, 2008, hlm 493.
6
Asshiddiqie Jimly, Ali Safa’at M, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konpres, Jakarta, 2012, Hlm, 46.
dengan ancaman pidana.7 Menurut Simons, tindak pidana adalah kelakuan (handeling) yang
diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan
kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.8
pendapat beliau istilah “perbuatan pidana” menunjuk kepada makna adanya suatu kelakuan
manusia yang menimbulkan akibat tertentu yang dilarang hukum di mana pelakunya dapat
dikenakan sanksi pidana. Dapat diartikan demikian karena kata “perbuatan” tidak mungkin
berupa kelakuan alam, karena yang dapat berbuat dan hasilnya disebut perbuatan itu adalah
hanya manusia.9
Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan
pidana, di mana pengertian perbuatan di sini selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan
sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak
a. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan
karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan
tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.
b. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian/feit yang oleh peraturan
undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.11
Keterangan Simons yang dikutip oleh Moeljanto adalah bahwa strafbaar feit adalah
kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung
7
Tri Andrisman. Hukum Pidana. Universitas Lampung. 2007. Bandar Lampung. Hlm 81
8
Ibid.,
9
Asshiddiqie Jimly, Ali Safa’at M, Op, Cit., Hlm 48
10
Teguh Prastyo, Op Cit, hlm. 50
11
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011, hlm 70
jawab. Van Hamel juga merumuskan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijk
gedraging) yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana
Menurut Barda Nawawi Arief, tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak
yang dilarang dan diancam dengan pidana.30 Adapun jenis-jenis tindak pidana dibedakan
a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lain kejahatan
yang dimuat dalam Buku II dan pelanggaran yang dimuat dalam Buku III. Pembagian
tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran” itu bukan hanya merupakan dasar
bagi pembagian KUHP menjadi Buku II dan Buku III melainkan juga merupakan dasar
b. Cara merumuskannya , dibedakan dalam tindak pidana formil (Formeel Delicten) dan
tindak pidana meteril (materil delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu.
Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak pidana materil inti laranganya
adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan
c. Dilihat dari bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja
(dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana
kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain Pasal 338 KUHP
12
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 56
(pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354
yang dengan sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat
dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan matinya
seseorang, contoh lainya seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 360 KUHP.
d. Berdasarkan macam perbuatanya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktif juga
adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan
a. Tindak pidana murni adalah tindak pidana yang dirumuskan secara formil atau tindak
pidana yang pada dasarnya unsur perbuatanya berupa pasif, misalnya diatur dalam Pasal
b. Tindak pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana
positif, tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau tindak pidana yang mengandung
unsur terlarang tetapi dilakukan dengan tidak berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338
Menurut Pompe, tindak pidana menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap
norma, yang dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan diancam dengan pidana untuk
Menurut Moeljatno, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang memiliki unsur dan
dua sifat yang berkaitan, unsur-unsur yang dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : a.
Subyektif adalah berhubungan dengan diri sipelaku dan termasuk ke dalamnya yaitu segala
sesuatu yang terkandung dihatinya. b. Obyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri
sipelaku atau yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaannya, yaitu dalam keadaan-
Indonesia memberikan definisi “tindak pidana”atau dalam bahasa Belanda strafbaar feit,
yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, yang sekarang berlaku di indonesia. Ada istilah dalam bahasa asing, yaitu
delict. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukum pidana.
Menurut E.Utrecht, Pengertian Tindak Pidana dengan isilah peristiwa pidana yang
sering juga ia sebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan (handelen atau doen positif)
13
Tri Andrisman. Op Cit., hlm 81
14
Moeljatno. Azas-Azas Hukum Pidana. Rineka Cipta. 1993. Jakarta Hlm. 69
15
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 58.
16
Erdianto Efendi, Hukum Pidana Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm 26
Dalam hukum pidana Indonesia, sebagaimana di Negara-negara civil law lainnya,
tindak pidana umumnya di rumuskan dalam kodifikasi. Namun demikian, tidak terdapat
ketentuan dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya, yang merinci lebih
Dalam buku II dan III KUHP Indonesia terdapat berbagai cara atau teknik perumusan
perbuatan pidana (delik), yang menguraikan perbuatan melawan hukum yang dilarang atau
yang diperintahkan untuk dilakukan, dan kepada barangsiapa yang melanggarnya atau tidak
menaatinya diancam dengan pidana maksimum. Selain unsur-unsur perbuatan yang dilarang
dan yang diperintahkan untuk dilakukan dicantumkan juga sikap batin yang harus dipunyai
oleh pembentuk delik agar ia dapat dipidana. Teknik yang paling lazim digunakan untuk
misalnya rumusan delik menurut pasal 279, 281, 286, 242 KUHP. Cara yang kedua ialah
pula kualifikasi atau sifat dan gelar delik itu, misalnya pemalsusan tulisan (pasal 263
KUHP), pencurian (pasal 362 KUHP), penggelapan (pasal 372 KUHP), penipuan (pasal 378
KUHP). Cara yang ketiga ialah pasal undang-undang tertentu hanya menyebut kualifikasi
(sifat, gelar) tanpa uraian unsur-unsur perbuatan lebih lanjut. Uraian unsur-unsur delik
perdagangan laki-laki yang belum cukup umur (minderjarige), penganiayaan (pasal 351
KUHP). Kedua pasal tersebut tidak menjelaskan arti perbuatan tersebut, menurut teori dan
17
Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
Kesalahan, PT. Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 31
yurisprudensi, penganiayaan diartikan sebagai “ menimbulkan nestapa atau derita atau rasa
perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, dimana penjatuhan pidana terhadap
pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.19
1. Kejahatan (crime)
3. Pelanggaran (contravention)
Menurut KUHP yang berlaku sekarang, peristiwa pidana itu ada dalam dua jenis
KUHP hanya menentukan semua yang terdapat dalam buku II adalah kejahatan,
18
Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm, 346-347
19
https://www.google.co.id/search?q=Jurnal+Tindak+Pidana&oq=jurna&aqs=chrome.
0.69i59j69i57j69i59l2j69i60.1808j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
20
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, op.cit, hlm. 41
Tindak pidana dibedakan anatara tindak pidana formil (formeel delicten) dan
Tindak pidana formil itu adalah tindak pidana yang perumusannya dititikberatkan
kepada perbuatan yang dilarang. Delik tersebut telah selesai dengan dilakukannya
perbuatan seperti tercantum dalam rumusan delik. Misal : penghasutan (pasal 160
kepada salah satu atau lebih golongan rakyat di Indonesia (pasal 156 KUHP); penyuapan
(pasal 209, 210 KUHP); sumpah palsu (pasal 242 KUHP); pemalsuan surat (pasal 263
kepada akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). tindak pidana ini baru selesai apabila
akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjadi. Kalau belum maka paling banyak hanya
ada percobaan. Misal : pembakaran (pasal 187 KUHP), penipuan (pasal 378 KUHP),
pembunuhan (pasal 338 KUHP). Batas antara delik formil dan materiil tidak tajam
Dibedakan antara tindak pidana sengaja (doleus delicten) dan tindak pidana tidak
Tindak pidana sengaja (doleus delicten) adalah tindak pidana yang dalam
rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau ada unsur kesengajaan. Sementara itu
21
Adami Chazawi, op. cit, hlm. 123
tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten) adalah tindak pidana yang dalam
Contohnya:
1. Delik kesengajaan: 362 (maksud), 338 (sengaja), 480 (yang diketahui) dll
Dapat dibedakan antara tindak pidana aktif/positif dapat juga disebut tindak
pidana komisi (delicta commissionis) dan tindak pidana pasif/negatif, disebut juga tindak
materiil) adalah perbuatan yang untuk mewujudkan disyaratkan adanya gerakan dari
Menurut Moeljatno, jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu, antara
a. Menurut Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) dibedakan antara lain kejahatan yang
dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam Buku III. Pembagian tindak
pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran” itu bukan hanya merupakan dasar bagi
pembagian KUHP kita menjadi Buku ke II dan Buku III melainkan juga merupakan
keseluruhan.
22
Moeljatno. Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta: Rineka Cipta, 1983), hlm 97.
b. Cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (Formeel Delicten) dan
tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana
yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan
tertentu. Misalnya Pasal 351 KUHP yaitu tentang penganiayaan. Tindak pidana materil
inti larangannya adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang
menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggung jawabkan dan dipidana.
c. Dilihat dari bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja
(dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana
kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain sebagai berikut: Pasal 310
KUHP (penghinaan) yaitu sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seorang, Pasal
322 KUHP (membuka rahasia) yaitu dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pencariannya.Pada delik kelalaian (culpa) orang juga
dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 360 Ayat 2 KUHP yang menyebabkan
d. Berdasarkan macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktif juga
adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan
1) Tindak pidana murni adalah tindak pidana yang dirumuskan secara formil atau
tindak pidana yang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa perbuatan pasif,
2) Tindak pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada dasarnya berupa tindak
pidana positif, tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau tindak pidana yang
mengandung unsur terlarang tetapi dilakukan dengan tidak berbuat, misalnya diatur
dalam Pasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui bayinya sehingga bayi tersebut
meninggal. Perbuatan aktif ini terdapat baik dalam tindak pidana yang dirumuskan
secara formil maupun materil. Sebagian besar tindak pidana yang dirumuskan dalam
Berbeda dengan tindak pidana pasif, dalam tindak pidana pasif, ada suatu kondisi
dan atau keadaan tertentu yang mewajibkan seseorang dibebani kewajiban hukum
untuk berbuat tertentu, yang apabila tidak dilakukan (aktif) perbuatan itu, ia telah
Tindak pidana ini dapat disebut juga tindak pidana pengabaian suatau kewajiban
hukum. Misalnya pada pembunuhan 338 (sebenarnya tindak pidana aktif), tetapi jika
akibat matinya itu di sebabkan karna seseorang tidak berbuat sesuai kewajiban
ibu tidak mnyusui anaknya agar mati, peruatan ini melanggar pasal 338 dengan
seccara perbuatan pasif. Contohnya: 1). Delik Aktif: 338, 351, 353, 362 dll. 2) Delik
Maka dapat dibedakan antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi
23
Ibid, hlm. 126
Tindak pidana yang terjadi dalam waktu yang seketika disebut juga dengan
Sebaliknya, tindak pidana yang terjadinya berlangsung lama disebut juga dengan
lama, bahkan sangat lama, dan akan terhenti setelah korban dibebaskan/terbebaskan.
Contohnya: 1) Delik terjadi seketika: 362,338 dll. 2) Delik berlangsung terus: 329, 330,
f. Berdasarkan sumbernya.
Dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus. Tindak
pidana umum adalah tindak pidana yang dapat dilakukan oleh setiap orang sedangkan
yang dimaksud dengan tindak pidana khusus adalah tindak pidana yang hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang tertentu. Contoh tindak pidana khusus adalah dalam Titel
XXVIII Buku II KUHP : kejahatan dalam jabatan yang hanya dapat dilakukan oleh
1999 tentang tindak pidana korupsi, UU No. 5 th 1997 tentang psikotropika, dll.
Dapat dibedakan antara tindak pidana communia (delicta communia) yang dapat
dilakukan siapa saja dan tindak (pidana propia) dapat dilakukan hanya oleh orang yang
Jika dilihat dari sudut subjek hukumnya, tindak pidana itu dapat dibedakan antara
tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang (delictacommunia ) dan tindak
24
Ibid., hlm 127
pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu (delicta
propria).
Pada umumnya, itu dibentuk untuk berlaku kepada semua orang. Akan tetapi, ada
Delik propria: pegawai negri (pada kejahatan jabatan), nakhoda (pada kejahatan
pelayaran) dll.
Maka dibedakan antara tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana
aduan ( klacht delicten).25 Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang untuk
dilakukannya penuntutan pidana tidak disyaratkan adanya aduan dari yang berhak.
Sedangkan delik aduan adalah tindak pidana yang untuk dilakukannya penuntutan
Maka dapat dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok (eenvoudige delicten)
tindak pidana yang diperberat (gequalificeerde delicten) dan tindak pidana yang
menyebabkan luka berat atau matinya orang (pasal 351 ayat 2, 3 KUHP), pencurian pada
waktu malam hari dsb. (pasal 363). Ada delik yang ancaman pidananya diperingan
25
Ibid., hlm 128
karena dilakukan dalam keadaan tertentu, misal : pembunuhan kanak-kanak (pasal 341
KUHP). Delik ini disebut “geprivelegeerd delict”. Delik sederhana; misal : penganiayaan
Maka tindak pidana terbatas macamnya bergantung dari kepentingan hukum yang
dilindungi seperti tindak pidana terhadap nyawa dan tubuh, terhadap harta benda, tindak
pidana pemalsusan, tindak pidana terhadap nama baik, terhadap kesusilaan dan lain
sebagainya.
k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan, dibedakan antara tindak
delicten).
Tindak pidana tunggal adalah tindak pidana yang terdiri atas satu perbuatan yang
hanya dilakukan sekali saja. Contoh Pasal 480 KUHP (Penadahan). Sedangkan yang
dimaksud dengan tindak pidana bersusun adalah delik yang terdiri atas beberapa
perbuatan. Contohnya adalah dalam Pasal 481 KUHP : kebiasaan menyimpan barang-
barang curian, contoh ini juga disebut gewoonte delicten (delik kebiasaan) yang mungkin
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis tindak pidana
terdiri dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran, tindak pidana formil
dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak sengaja serta
tindak pidana aktif dan tindak pidana pasif. Klasifikasi tindak pidana menurut system
KUHP dibagi menjadi dua bagian, kejahatan (minsdrijven) yang diatur Dalam Buku II
KUHP dan pelanggaran overtredigen yang diatur dalam Buku III KUHP.
26
Ibid, hlm. 130
Pembagian perbedaan kejahatan dan pelanggaran didasarkan atas perbedaan prinsipil,
yaitu;
keadilan. Pertentangan ini terlepas perbuatan itu diancam pidana dalam suatu Perundang-
undangan atau tidak. Jadi, perbuatan itu benar-benar dirasakan masyarakat sebagai
delik.27
Setiap tindak pidana yang terdapat dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana itu
menurut Lamintang pada umunya dapat kita jabarkan kedalam unsur-unsur yang pada
dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni: unsur-unsur Subyektif dan unsur-
unsur Obyektif.28 Yang dimaksud dengan unsur-unsur Subyektif itu adalah unsur-unsur yang
melakat pada diri pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku, dan termasuk ke
dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedang yang dimaksud
dengan unsur-unsur Obyektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubunganya dengan keadaan-
keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari pelaku itu harus
dilakukan.
Menurut Lamintang unsur-unsur Subyektif, dari suatu tindak pidana itu adalah:
27
Tri Andrisman. Hukum Pidana. Universitas Lampung. 2007. Bandar lampung. Hlm 86
28
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1997, hlm. 193.
b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di
d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte read seperti yang misalnya yang
e. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak
dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus
atau komisaris dari perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;
c. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu
a. Perbuatan;
29
Ibid, hlm. 194.
30
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1, PT. Raja Grapindo Persada. Jakarta, 2007, hlm. 79
Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, oleh aturan hukum. Berdasarkan kata majemuk
perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada perbuatan itu, tapi tidak dipisahkan dengan
orangnya. Ancaman (diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu
Menurut bunyi batasan yang dimuat Vos, dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana adalah.
a. Kelakuan manusia;
Batasan yang dimuat Jonkers dapat dirinci unsur-unsur tindak pidana adalah:
a. Perbuatan (yang);
d. Dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, Schravendijk dalam batasan yang dimuatnya secara panjang lebar itu, jika
e. Dipersalahkan/kesalahan.32
31
Ibid, hlm. 80.
32
Ibid, hlm 81
B. Tindak Pidana Pencurian
Dari segi bahasa (etimologi) pencurian berasal dari kata curi yang mendapat awalan pe-
dan akhiran – an. Kata curi sendiri artinya mengambil milik orang lain tanpa izin atau
dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.33 Pencurian dalam Kamus Hukum
adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan
sembunyi-sembunyi.34
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik
orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.
Kejahatan terhadap harta benda adalah penyerangan terhadap kepentingan hukum orang
atas harta benda milik orang. Dalam buku II KUHP telah dirumuskan secara sempurna,
artinya dalam rumusannya memuat unsur- unsur secara lengkap, baik unsur-unsur obyektif
maupun unsur-unsur subyektif. Unsur obyektif dapat berupa; unsur perbuatan materiil, unsur
benda atau barang, unsur keadaan yang menyertai obyek benda, unsur upaya untuk
melakukan perbuatan yang dilarang, unsur akibat konstitutif. Unsur subyektif dapat berupa;
362 KUHP adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:
“barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,00,-“
33
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 225.
34
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 85.
Dari segi bahasa (etimologi) pencurian berasal dari kata curi yang mendapat awalan pe-
dan akhiran – an. Kata curi sendiri artinya mengambil milik orang lain tanpa izin atau
dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.35 Pencurian dalam Kamus Hukum
adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan
sembunyi-sembunyi.36
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik
orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.
Kejahatan terhadap harta benda adalah penyerangan terhadap kepentingan hukum orang
atas harta benda milik orang. Dalam buku II KUHP telah dirumuskan secara sempurna,
artinya dalam rumusannya memuat unsur- unsur secara lengkap, baik unsur-unsur obyektif
maupun unsur-unsur subyektif. Unsur obyektif dapat berupa; unsur perbuatan materiil, unsur
benda atau barang, unsur keadaan yang menyertai obyek benda, unsur upaya untuk
melakukan perbuatan yang dilarang, unsur akibat konstitutif. Unsur subyektif dapat berupa;
362 KUHP adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:
“barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,00,-“
Tindak pidana ini oleh Pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai berikut: mengambil
barang, seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara
35
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 225.
36
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 85.
melawan hukum. Unsur pertama dari tindak pidana pencurian adalah perbuatan mengambil
barang. Kata mengambil (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan
Menurut. Noyon dan Langemaijer: Wegnemen (in de zin van art. 310) is altij een
(menurut pengertian Pasal 362 KUHP) selalu merupakan suatu tindakan sepihak untuk
Menurut Simons: Wegnemen is het voorwerp tot zick nemen, het bregen onder zijne
uitsluitende feitelijke heerschappi m.a.w de dader moet het voorwerp op het ogenblik der
handeling niet reeds onder zick hebben.11 Artinya: Mengambil ialah membawa suatu benda
menjadi berada dalam penguasaanya atau membawa benda tersebut secara mutlak berada di
bawah penguasaanya yang nyata, dengan kata lain, pada waktu pelaku melakukan
ander in zijn eigen herschappij brengt zonder mederwerking of toestemming van dia ander
of de band, die op een of andere wijze nog tussen die ander en dat vermogenbestanddeel
bestond, verbreekt.38 (Mengambil ialah setiap tindakan yang membuat sebagian harta
kekayaan orang lain menjadi berada dalam penguasaannya tanpa bantuan atau tapa seizin
37
Wirjono Prodjodikoro,Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
2003, hlm. 15
38
ibid
orang lain tersebut, ataupun untuk memutuskan hubungan yang masih ada antara orang lain
1. Unsur-Unsur Pencurian
a. Unsur-Unsur Objektif
ke lain tempat.39
bahwa pencurian adalah berupa tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu
Unsur pokok dari perbuatan mengambil harus ada perbuatan aktif, ditujukan
39
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayu Media, Malang, 2003, hlm. 5
merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu perbuatan pencurian yang
sempurna.
2) Unsur Benda.
dapat menjadi objek pencurian apabila telah terlepas dari benda tetap dan
menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap benda yang berwujud dan
Benda yang bergerak adalah setiap benda yang sifatnya dapat berpindah
sendiri atau dapat dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Sedangkan benda yang
tidak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya tidak dapat berpindah
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian
saja, sedangkan yang sebagian milik pelaku itu sendiri. Contohnya seperti
sepeda motor milik bersama yaitu milik A dan B, yang kemudian A mengambil
dari kekuasaan B lalu menjualnya. Akan tetapi bila semula sepeda motor
b. Unsur-Unsur Subjektif
maksud (kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk), berupa unsur
kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsure memilikinya. Dua unsur itu tidak
Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus
ditujukan untuk memilikinya, dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukan
beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan pelaku, dengan alasan.
Pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang melanggar
hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya
(subjektif) saja. Sebagai suatu unsur subjektif, memiliki adalah untuk memiliki
bagi diri sendiri atau untuk dijadikan barang miliknya. Apabila dihubungkan
diri pelaku sudah terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu
2) Melawan hukum
Menurut Moeljatno, unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencurian yaitu
unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai dengan keterangan
secara tegas dalam rumusan tindak pidana, berarti kesengajaan itu harus
Oleh sebab itu, berdasarkan keterangan diatas maka jelas kita ketahui bahwa
pencurian adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan pihak
tertentu, dan dalam mengungkap suatu tindak pidana pencurian, aparat penegak
penyidikan.
40
Lamintang dan Siromangkir, C. Delik Delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik Dan
Lain Lain Hak Yang Timbul Dari Hak Milik, Tarsito, Bandung, 1979, hlm 15