Anda di halaman 1dari 14

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PERJUDIAN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

JURNAL

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Fiqih Jinayah
dalam Program Studi Hukum Tata Negara

Disusun Oleh :

Rofi’i Nabawy 0203202092

Dosen Pengampu :
Maulidya Mora Matondang, M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2021/2022
SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PERJUDIAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

Oleh :

Rofi’i Nabawy 0203202092

Progam Studi Hukum Tata Negara


Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

ABSTRAK

Perjudian merupakan hal yang bertentangan dengan norma agama dan dilarang
dalam hukum indonesia. Aturan perjudian sudah diatur didalam kitab undang-
undang hukum pidana (KUHP). Adapun aturan dan hukum yang sudah diatur oleh
agama dalam kitab alquran dan dalil yang sudah ada yaitu dalam surah Al-maidah
ayat 90. Dan dalam kehidupan setiap manusia diatur oleh norma yang sudah
berlaku sejak dahulu seperti norma hukum. Dengan adanya norma hukum tersebut
dapat terciptanya kehidupan yang aman,tentram dan damai. Salah satunya dikenal
dengan norma hukum pidana islam. Di dalam hukum pidana islam, banyak aturan
yang harus dilaksanakan dan aturan yang dilarang untuk dikerjakan oleh objek
hukum itu sendiri dan sudah ditentukan hukumannya oleh Allah, baik sanksi yang
sudah jelas ketentuannya maupun sanksi-sanksi yang belum jelas ketentuannya
oleh Allah (ta‟zir).

Kata Kunci : Hukum Pidana, Perjudian , Sanksi

ii
A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Perjudian merupakan hal yang bertentangan dengan norma
agama dan dilarang dalam hukum indonesia. Aturan perjudian
sudah diatur didalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)
yang diatur dalam pasal 303 dan dalam pasal 303 bis KUHP yang
kemudian diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974
Tentang Penertiban Perjudian, demikian juga diatur dalam Pasal 27
ayat (2) dan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU
ITE).
Adapun aturan dan hukum yang sudah diatur oleh agama
dalam kitab alquran dan dalil yang sudah ada yaitu :
“Sesungguhnya (minuman) khamar (arak/memabukkan),
berjudi (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan
panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka,
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (QS al-Maidah: 90).
Dan dalam kehidupan setiap manusia diatur oleh norma
yang sudah berlaku sejak dahulu seperti norma hukum. Dengan
adanya norma hukum tersebut dapat terciptanya kehidupan yang
aman,tentram dan damai. Salah satunya dikenal dengan norma
hukum pidana islam.
Di dalam hukum pidana islam, banyak aturan yang harus
dilaksanakan dan aturan yang dilarang untuk dikerjakan oleh objek
hukum itu sendiri.

1
b. Rumusan Masalah
Adapun yang didapat untuk rumusan masalah dari latar belakang di
atas yaitu :
1. Apa itu perjudian?
2. Apa itu hukum pidana islam?
3. Apa itu perjudian dalam pandangan hukum islam?
4. Apa bentuk bentuk perjudian menurut hukum islam?
5. Sanksi apa saja yang didapat pelaku perjudian menurut
hukum pidana islam?

c. Tujuan
Adapun tujuan yang didapat yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu perjudian
2. Untuk mengetahui apa itu hukum pidana islam
3. Untuk mengetahui apa itu perjudian dalam pandangan
hukum islam
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perjudian menurut
hukum islam
5. Untuk mengetahui sanksi apa saja yang didapat pelaku
perjudian menurut hukum islam

B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, pendekatan perundang-
undangan (Statue approuch), pendekatan konseptual (Conceptual
Approuc). Jenis bahan hukum yang digunakan adalah primer, sekunder
dan tersier. Teknik pengmpulan bahan hukum yang digunakann yaitu studi
kepustakaan. Artinya teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan
peraturan perundang-undangan, dokumen, literatur dan karya tulis yang
berhubungan dengan judul jurnal.

2
C. PEMBAHASAN

a. Pengertian Perjudian
Secara umum Perjudian, toto atau totalisator adalah
permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan
dan diantara beberapa pilihan itu dimana hanya satu pilihan saja
yang benar dan menjadi pemenang. Dan pemain yang kalah dalam
taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. 1
Sedangkan menurut hukum positif perjudian pada
hakikatnya sangat bertentangan dengan norma agama, moral
kesusilaan dan pancasila serta bangsa dan negara. Namun dalam
kenyataanya masih banyak masyarakat yang melakukan perjudian
dalam bentuk apapun contohnya perjudian online yang sering
dimainkan dikalangan masyarakat. Dan dalam ketentuan
Ordonansi pada tanggal 7 Mei 1912 (Staatsblad Tahun 1912
Nomor 230) dengan segala perhubungan dan tambahan yang sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan saat sekarang ini.
Setelah ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan
perjudian mempunyai akses yang negatif dan merugikan terhadap
moral dan mental masyarakat itu sendiri, terutama pada generasi
muda sekarang yang mulai terlihat kecanduan terhadap perjudian.
Walaupun kenyataannya menunjukkan bahwa hasil judi yang di
proleh pemerintah, baik pusat maupun Daerah, dapat dibuat untuk
usaha pembangunan dimasyarakat, namum akses yang didapat
lebih banyak buruknya daripada akses baiknya.
Dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
IV/MPR/1973 BAB II huruf C angka 5 menyebutkan bahwa usaha
pembangunan dalam bidang materil tidak boleh menelantarkan
usaha dalam bidang spiritual, malahan kedua bidang tersebut harus

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjudian

3
dibangun secara simultan, maka adanya dua kepentingan yang
berbeda tersebut perlu segera diselesaikan.
Pemerintah juga harus bisa mengambil langkah dan usaha
untuk menertibkan dan kembali mengatur perjudian, serta
membatasi sampai ke lingkungan-lingkungan kecil yang pada
akhirnya menuju ke penghapusan perjudian ke seluruh wilayah
indonesia.
Perjudian merupakan salah satu penyakit dari masyarakat
yang sudah sama halnya dengan kejahatan, dimana masih sangat
susah untuk diberantas. Oleh karena itu pada saat ini perlu
pengusahaan dalam menjauhi masyarakat dalam hal perjudian,
dengan membatasi perjudian ke wilayah kecil, dan terhindarnya
akses negatif yang lebih parah, yang pada akhirnya ada keinginan
untuk berhenti melakukan judi. Maka untuk itu, maksud tersebut
perlu pengklasifikasian dan segala macam bentuk tindak pidana
yang tegas untuk pelaku perjudian sebagai kejahatan serta
memberatkan ancaman hukuman, karena ancaman hukuman yang
berlaku saat sekarang ini sudah tidak sesuai lagi dan tidak
membuat pelakunya jera. 2
Dalam pasal KUHP pada ayat (3) sudah dijelaskan yang
dimaksud dari perjudian yaitu tiap-tiap permainan, dimana pada
umumnya mendapat keuntungan yang bergantung pada
keberuntungan belaka, dan juga karena permainannya lebih
berlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan
tentang keputusan perlombaan atau permainan lainnya yang tidak
diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain,
demikian juga segala pertaruhannya.3

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian
3
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta : P.T Rineka Cipta, 2007), h.122

4
b. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum Pidana Islam atau dalam istilah Fikih disebut
Hukum Jinayah atau Jarimah. Jarimah bersal dari bahasa Arab (
‫)جاريماه‬, yang berarti perbuatan dosa atau tindak pidana. Dalam
terminologi hukum Islam, Jarimah dapat diartikan sebagai
perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut syara‟ dan ditentukan
hukumannya oleh Allah, baik sanksi yang sudah jelas ketentuannya
maupun sanksi-sanksi yang belum jelas ketentuannya oleh Allah
(ta‟zir).
Tindah pidana (jarimah) yang dapat mengancan lima asas
dalam islam dan dapat diklarifikasikan dalam dua macam yaitu :
 Tindak pidan yang mengganggu kepentingan
pribadi (haqqul adami).
 Tindak pidana yang mengganggu kepentingan
publik (haqqulah).4
Pembahasan yang mengenai sanksi tindak kejahatan pidana
dan beserta sanksi nya dapat disebut dengan istilah jarimah atau
uqubah. Jarimah itu sendiri dibedakan dalam dua hal yaitu Jinayah
dan Hudud. Jinayah membahas tentang tindak pelaku kejahatan
serta sanksi hukuman yang terkait tentang pembunuhan. Sedangkan
Hudud membahas tentang pelaku tindak kejahatan tentang selain
dari pembunuhan.

4
Abu Hamid Ahmad Musa, al-Jaraim wa al-Uqubat fi al-Syari‟ah al-Islamiyah, Kairo: Jami‟ah
al-Azhar, 1975, hal. 36-37.

5
c. Perjudian Dalam Pandangan Hukum Islam
Dalam kajian fiqih jinayah perjudian termasuk kedalam
tindak pidana Jarimah Taa’zir. Dan dalam ayat-ayat al-quran dan
hadist bahwa antara khamr dan judi sama bahayanya untuk pribadi,
keluarga, tanah air, dan akhlak. Tidak ada bedanya dengan orang
yang mabuk karena judi dengan orang yang mabuk karena khamr,
bahkan sangat jarang dijumpai ketika hanya salah satu yang
dilakukan. Sungguh beruntung kita karena sudah dituliskan dalam
al-quran ketika memberitahu bahwa khamr dan judi termasuk
perbuatan setan.5
Adapaun dalil dari hukum yang mengatur tentang sanksi
perjudian dalam al-quran Surah Al-Maidah Ayat 90-91 yang
artinya:
“Hai, orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji yang termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan syaitan agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang: maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” ( Q.S. Al-Maidah [5] :
90-91).6
Dari ayat diatas, para ulama ahli atau ahli tafsir
menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1). Judi merupakan hal dosa besar
2). Judi adalah perbuatan yang sama dengan setan
3). Judi sejajar dengan syirik

5
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Penerjemah: Abu Sa’id al-falahi dan Aunur Rafiq Shaleh
Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 352.
6
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996),
h. 297-298.

6
4). Judi dapat menanamkan rasa kebencian dan
permusuhan terhadap sesama manusia
5). Judi membuat orang malas dalam berusaha
6). Dan judi membuat orang jauh dari Allah SWT

Selain dari lebih banyak ruginya dari pada manfaatnya, judi


juga merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah
SWT karena tidak sesuai dengan ajaran islam yang selalu
senantiasa untuk dapat memotivasi umatnya dalam
melakukan kreatifitas yang positif dalam menjalankan
kehidupannya di dunia dan akhirat.

d. Bentuk – Bentuk Perjudian Menurut Hukum Islam


Suatu perjudian dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila
telah memenuhi syarat khusus, menurut H.S. Muchlis terdapat dua
unsur yang merupakan syarat khusus agar seseorang dinamakan
telah melakukan jarimah perjudian, yaitu :
1). Harus ada dua pihak yang masing – masing terdiri dari
satu orang atau lebih yang bertaruh: yang menang
(penebak tepat atau pemilik nomor yang cocok) akan
dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan
rumusan tertentu.
2). Menang atau kalah dikaitakan dengan kesudahan suatu
peristiwa di luar kekuasaan dan diluar pengetahuan
terlebih dahulu dari para pertaruh7.

Rasyid Ridha dan at –Tarbashi telah sepakat bahwa segala


hal yang berbentuk permainan yang mengandung unsur pertaruhan

7
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), h. 148

7
termasuk kedalam maisir yang telah dilarang syara. Maka
berdasarkan tulisan diatas jika ada kesebelasan sepak bola yang
bertanding oleh sponsor akan diberikan sebuah hadiah kepada para
pemenang, ini bukanlah sebuah perjudian karena tidak ada dua
pihak yang bertaruh. Sebab pertandingan itu merupakan suatu adu
kepandaian/keterampilan/kekuatan.

e. Sanksi Pelaku Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam


Perjudian sama halnya dengan jarimah ta’riz karena hal
yang dilakukan berkaitan dengan harta. Oleh karena itu ancaman
yang didapat yaitu hukuman had. Hukuman had sudah termasuk
kedalam jarimah ta’riz maka sanksi yang didapat yaitu sanksi
ta’zir.
Hukuman ta’zir sangat banyak macamnya, yang mulai dari
hukuman paling ringan sampai yang paling berat. Seorang hakim
diberi wewenang untuk memilih diantara hukuman mana yang
tepat untuk pelaku tindak pidana, yaitu:
1). Hukuman Mati
Hukuman mati dengan hukuman ta’zir dengan
syarat untuk memberi pengajaran dan tidak sampai
membinasakan. Perbuatan yang dapat dilakukan
dengan ancaman hukuman mati yaitu contohnya
seperti tindak pidana spionase (mata-mata) dan
recidive yang sangat berbahaya. 8

2). Hukuman Kawalan (penjara kurungan)

8
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinayah. Jakarta: Sinar
Grafika, 158.

8
Hukum kawalan dalam islam terdapat dua jenis
yaitu:
 Hukum Kawalan Terbatas
 Hukum Kawalan Tidak Terbatas
3). Hukuman Jilid
Hukuman jilid merupakan hukuman yang terdapat
dalam syariat islam, dimana hukumannya sudah
ditentukan misalnya 100 kali untuk zina dan 80 kali
untuk qadzaf sedangkan untuk jarimah ta’riz tidak
tertentu banyaknya.9
4). Hukuman Pengasingan (atTaqhrib wal Iba’ad)
Menurut madzhab Syafi’i dan Ahmad mengenai
hukuman pengasingan tidak boleh lebih dari satu
tahun. Sebab hukuman ini disebut dengan hukuman
ta’zir.
5). Hukuman Salib
Dalam jarimah ta’zir, hukuman salib tidak dibarengi
atau didahului dengan hukuman mati, melainkan si
terhukum disalib hidup-hidup dan tidak dilarang
makan minum, tidak dilarang mengerjakan wudhu
tetapi dalam rangkaian shalat cukup dengan isyarat.
Tetapi hukuman ini hanya dilakukan untuk
memberikan pengajaran bagi tindak pelaku pidana.10

6). Hukuman ancaman (tahdid), teguran (tanbih), dan


peringatan

9
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, 305.
10
Ibid., 314.

9
Ancaman merupakan salah satu hukuman ta’zir,
dengan syarat akan membawa hasil dan bukan
hanya ancaman kosong. Misalnya dengan ancaman
jilid, dipenjarakan atau dihukum dengan hukuman
yang lain jika pelaku mengulangi tindakannya lagi.
Hukuman peringatan juga diterapkan dalam Syari’at
Islam dengan jalan memberikan nasihat, kalau
hukuman ini cukup membawa hasil. Hukuman ini
dicantumkan dalam al-Qur’an sebagaimana
hukuman terhadap istri yang berbuat dikhawatirkan
berbuat nusyuz.11
Dan hukum perjudian juga sudah di atur oleh negara dalam
kitab perundang-undangan yaitu Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dinyatakan bahwa semua
tindak pidana perjudian disebut sebagai kejahatan. Perjudian
merupakan sebuah permainan di mana adanya pihak yang saling
bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan
yang sudah dipersiapkan dimana akan ada satu pilihan saja yang
benar dan menjadi pemenang.12
Dan tindak pidana berjudi atau turut serta berjudi itu pada
mulanya telah dilarang di dalam kitab KUHP diatur dalam Pasal
542 KUHP, yang kemudian berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam Pasal 2 ayat (4) dari UU No. 7 Tahun 1974, telah berubah
menjadi ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 bis KUHP,
dan berdasarkan ketentuan yang sudah diatur dalam Pasal 1 dengan
UU yang sama sudah sama dengan kejahatan

D. KESIMPULAN

11
ibid.
12
Hosen Ibrahim, Lembaga Kajian Ilmiah Instutut Ilmu Agama, Jakarta: Sinar Grafika, 1987, 43.

10
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa perjudian
merupakan permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu
pilihan dan diantara beberapa pilihan itu dimana hanya satu pilihan saja
yang benar dan menjadi pemenang. Dan pemain yang kalah dalam taruhan
akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Dan menurut islam
perjudian merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut syara‟
dan ditentukan hukumannya oleh Allah, baik sanksi yang sudah jelas
ketentuannya maupun sanksi-sanksi yang belum jelas ketentuannya oleh
Allah (ta‟zir).
Perjudian juga merupakan salah satu penyakit dari masyarakat
yang sudah sama halnya dengan kejahatan, dimana masih sangat susah
untuk diberantas. Oleh karena itu pada saat ini perlu pengusahaan dalam
menjauhi masyarakat dalam hal perjudian, dengan membatasi perjudian.
Dan hukum perjudian juga sudah di atur oleh negara dalam kitab
perundang-undangan yaitu Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974
tentang Penertiban Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian disebut sebagai kejahatan. Dan juga sudah disebutkan dalam al-
quran surah al-maidah ayat 90-91.

E. SARAN
Perjudian merupakan suatu penyakit akut yang ada di dalam
masyarakat saa ini, maka perlu upaya yang sungguh-sungguh dan
sistematis dalam menanggulanginya, tidak hanya dari pemerintah dan
aparat penegak hukum saja, tetapi juga dari kesadaran hukum dan
partisipasi masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi dan
memberantas semua bentuk perjudian yang ada.

11
F. DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid Ahmad Musa, al-Jaraim wa al-Uqubat fi al-Syari‟ah al


Islamiyah, Kairo: Jami‟ah al-Azhar, 1975, hal. 36-37.

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang,


1993, 305.

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih
Jinayah. Jakarta: Sinar Grafika, 158.

Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta : P.T Rineka Cipta, 2007),
h.122

Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar


Baru Van Hoeve, 1996), h. 297-298.

Hosen Ibrahim, Lembaga Kajian Ilmiah Instutut Ilmu Agama, Jakarta:


Sinar Grafika, 1987, 43.

https://id.wikipedia.org/wiki/Perjudian

Ibid., 314.

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), h. 148

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban


perjudian

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Penerjemah: Abu Sa’id al-falahi dan
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 352.

12

Anda mungkin juga menyukai