Anda di halaman 1dari 11

STUDI KOMPARATIF TINDAK PIDANA PERJUDIAN DITINJAU DARI

SYARI’AT ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA

(Jurnal Skripsi)

Oleh
NIKITA RISKILA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK

STUDI KOMPARATIF TINDAK PIDANA PERJUDIAN DITINJAU DARI


SYARI’AT ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA

Oleh

Nikita Riskila. Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas


Lampung. Email: nikitariskila5@gmail.com. Firganefi, Rini Fathonah. Bagian
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Soemantri
Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung 35145.

Perjudian ditinjau dari syariat Islam maupun hukum positif sama-sama dipandang
sebagai perbuatan melanggar hukum yang diancam dengan sanksi atau hukuman.
Permasalahan: (1) Bagaimanakah perbandingan pengaturan tindak pidana perjudian
ditinjau dari syari’at Islam dan hukum pidana positif Indonesia? (2) Bagaimanakah
penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam
dan hukum pidana positif Indonesia? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif dan empiris. Narasumber terdiri dari Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan
Bandar Lampung dan Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, data dianalisis
secara kualitatif untuk selanjutnya diperoleh simpulan. Hasil penelitian dan pembahasan
menunjukkan:Pengaturan tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam yaitu Al
Qur’an dan Hadits, dalam Qanun Propinsi NAD Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir
merupakan kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau
lebih dimana pihak yang menang mendapatkan bayaran dan hukumnya haram.
Sementara itu pengaturan tindak pidana perjudian ditinjau dari hukum pidana positif
Indonesia terdapat dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP sebagaimana dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban, yang menyatakan bahwa
semua tindak Pidana Perjudian sebagai kejahatan. (2) Penjatuhan pidana terhadap
pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam diterapkan dengan uqubat
(hukuman) terhadap pelakunya yang berupa ‘uqubat cambuk di depan umum paling
banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali dan uqubat denda paling
banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah), paling sedikit Rp 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah) sebagai penerimaan Daerah . Penjatuhan pidana terhadap
pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari hukum pidana positif Indonesia diatur
dalam Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian, yaitu pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau dengan
pidana denda setinggi-tingginya sepuluh juta rupiah.

Kata Kunci: Perjudian, Syariat Islam, Hukum Positif


ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY ON GAMBLING CRIME BASED ON ISLAMIC


SHARIAH AND CRIMINAL POSITIVE LAW OF INDONESIA

By
NIKITA RISKILA

Gambling in terms of Islamic law and positive law are equally regarded as unlawful
acts punishable by sanctions or penalties. Issues of this research: (1) How does the
crime of gambling arrangements comparison in terms of Shari'ah and the positive
Indonesian criminal law? (2) How criminal punishment against perpetrators of the
crime of gambling in terms of Shari'ah and the positive Indonesian criminal law? This
study uses normative and empirical approach. Resource consists of Faculty of Syariah
UIN Raden Intan Bandar Lampung and Lecturer in Criminal Law Faculty of Law,
University of Lampung. The data collection is done through library research and field
study, data were analyzed qualitatively henceforth be concluded in accordance with the
problems posed. Results of research and discussion shows: Setting the crime of
gambling in terms of Shari'ah ie the Qur'an and the Hadith, the NAD Province Qanun
No. 13 of 2009 on Maisir an activity and / or actions which are bets between two or
more parties where party who win get paid. Legal gambling is expressly stated in
Article 4 of the Qanun of Aceh Province Number 13 Year 2009 on Maisir, that
gambling is haraam. Gambling a criminal offense in terms of the positive Indonesian
criminal law contained in Article 303 paragraph (3) Penal Code as amended by Act No.
7 of 1974 on Control, which states that all criminal acts Gambling as a crime. (2) The
imposition of the criminal offense to gambling in terms of sharia law applied by uqubat
(punishment) against the perpetrators in the form 'uqubat public whipping at most
twelve (12) times and at least 6 (six) times and uqubat a maximum fine of Rp.
35,000,000, - (thirty five million rupiah), at least Rp15,000,000.00 (fifteen million) as
Regional revenues and paid directly to the Treasury Baital Mal. While the criminal
punishment of the perpetrators of the crime of gambling in terms of positive criminal
law Indonesia stipulated in Article 2 (4) and Article 1 of Law No. 7 of 1974 on Control
of Gambling, namely imprisonment for ever four years or punished by a fine as high as
ten million rupiah.

Keywords: Gambling, Islamic Law, Positive Law


I. PENDAHULUAN ataupun hanya iseng saja. Praktek
perjudian dari hari ke hari justru semakin
Kehidupan bermasyarakat tidak dapat marak di berbagai lapisan masyarakat,
terlepas dari berbagai hubungan timbal mulai dari kalangan bawah sampai ke
balik dan kepentingan yang saling terkait kalangan atas. Perjudian juga tidak
antara yang satu dengan yang lainya memandang usia, banyak anak-anak di
yang dapat di tinjau dari berbagai segi, bawah umur yang sudah mengenal
misalya segi agama, etika, sosial budaya, bahkan sering melakukan perjudian.
politik, dan termasuk pula segi hukum. Seperti dilihat dalam acara berita
kriminal di televisi juga banyak ibu-ibu
Manusia tidak bisa lepas dari norma dan rumah tangga yang tertangkap sedang
aturan yang berlaku di masyarakat berjudi bahkan diantaranya sudah
apabila semua angota masyarakat berusia lanjut. Dalam skala kecil,
mentaati norma dan aturan tersebut, perjudian banyak dilakukan di dalam
niscaya kehidupan masyarakat akan lingkungan masyarakat kita meskipun
tenteram, aman, dan damai. Pada secara sembunyi-sembunyi (ilegal).
kenyataannya sebagian dari anggota Beragam permainan judi mulai togel
masyarakat ada yang melakukan (toto gelap) sampai judi koprok di gelar
pelanggaran-pelanggaran terhadap di tempat-tempat perjudian kelas
norma dan aturan tersebut. Pelanggaran bawah.3
terhadap norma dan aturan yang berlaku
dalam masyarakat dikenal dengan istilah Peraturan perundang-undangan yang
penyimpangan sosial atau dalam berlaku di Indonesia mengkategorikan
perspektif psikologi disebut patologi perjudian sebagai tindak pidana, meski
sosial (social pathology).1 cendrung bersifat kondisional aturan
hukum yang melarang perjudian sudah
Penyimpangan sosial ini memunculkan sangat jelas, tapi bisnis perjudian ilegal
berbagai permasalahan dalam di tanah air berkembang dengan
kehidupan, penyebabnya adalah adanya pesatnya karena penegakan hukum yang
interaksi sosial antar individu, individu setengah hati dalam pemberantasan
dengan kelompok, dan antar kelompok. perjudian di sisi lain, kondisi mayoritas
Interaksi sosial berkisar pada ukuran masyarakat Indonesia yang beragama
nilai adat-istiadat, tradisi dan ideologi Islam membuat judi tersebut tidak
yang ditandai dengan proses sosial yang dibenarkan Islam menaruh perhatian
diasosiatif.2 besar pada perjudian, karena mudharat
atau akibat buruk yang ditimbulkan dari
Perjudian merupakan tindak pidana yang perjudian lebih besar dibandingkan
sangat sering dijumpai di lingkungan manfaatnya maka Islam mengharamkan
sekitar baik disengaja maupun tidak segala macam bentuk perjudian.4
disengaja, walaupun hanya kecil-kecilan

1 3
Kartini Kartono, Patologi Sosial: Gangguan- www.hukumonline.com.tindakpidanaperjudian.
Gangguan Kejiwaan, Rajawali Pers, Jakarta, html. Diakses Kamis 13 Oktober 2016
4
2003, hlm. 72. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah,
2
Ibid, hlm. 73. Jakarta, Haji Masagung, 1987. hlm. 15
Perjudian merupakan salah satu jenis 35.000.000 paling sedikit Rp.
tindak pidana yang bertentangan dengan 15.000.000.
berbagai nilai dan norma yang diakui
dan hidup di dalam masyarakat, baik Permasalahan penelitian ini adalah:
norma adat, norma sosial budaya, norma a. Bagaimanakah perbandingan
hukum mapun norma agama, oleh pengaturan tindak pidana perjudian
karena itu berbagai norma di atas disertai ditinjau dari syari’at Islam dan
dengan berbagai sanksi, sebagai ganjaran hukum pidana positif Indonesia?
terhadap pelaku tindak pidana perjudian. b. Bagaimanakah penjatuhan pidana
terhadap pelaku tindak pidana
Perjudian menurut Pasal 303 ayat (3) perjudian ditinjau dari syari’at Islam
KUHP adalah tiap-tiap permainan, di dan hukum pidana positif Indonesia?
mana kemungkinan untuk menang pada
umumnya bergantung pada peruntungan Penelitian ini menggunakan pendekatan
belaka,juga karena pemainnya lebih yuridis normatif dan yuridis empiris.
terlatih atau lebih mahir. Dalam Pengumpulan data dilakukan dengan
pengertian permainan judi termasuk juga studi pustaka dan studi lapangan.
segala pertaruhan tentang keputusan Analisis data dilakukan secara kualitatif.
perlombaan atau permainan lainnya yang
tidak diadakan antara mereka yang turut
berlomba atau bermain, demikian juga II. PEMBAHASAN
segala pertaruhan lainnya.
A. Perbandingan Pengaturan Tindak
Perjudian dalam perspektif hukum, Pidana Perjudian Ditinjau dari
merupakan salah satu tindak pidana Syari’at Islam dan Hukum Pidana
(delict) yang meresahkan masyarakat. Positif Indonesia
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Pengaturan tindak pidana perjudian
tentang Penertiban Perjudian dinyatakan ditinjau dari syari’at Islam
bahwa semua tindak pidana perjudian
sebagai kejahatan.
Pengaturan tindak pidana perjudian
Provinsi Nangro Aceh Darusalam ditinjau dari syari’at Islam yang
merupakan salah satu daerah di dimaksud dalam penelitian ini adalah
Indonesia yang melaksanakan peraturan hukum Islam yang diberlakukan di
berdasarkan syariat Islam, khusus Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
tentang perjudian tertuang dalam Qanun dalam Qanun Propinsi NAD Nomor 13
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir Tahun 2009 tentang Maisir. Menurut
(Perjudian). Pada Pasal 23 Qanun Pasal 1 angka (20) dinyatakan bahwa
tersebut diatur bahwa jika melakukan Maisir (perjudian) adalah kegiatan
perjudian maka diancam dengan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan
hukuman cambuk di depan umum paling antara dua pihak atau lebih dimana pihak
banyak 12 kali dan paling sedikit 6 kali yang menang mendapatkan bayaran.
atau denda paling banyak Rp.
Menurut Pasal 2 Qanun Propinsi NAD (2) Setiap orang atau badan hukum atau
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir, badan usaha dilarang menjadi
Ruang lingkup larangan maisir dalam pelindung terhadap perbuatan maisir.
Qanun ini adalah segala bentuk kegiatan
dan/atau perbuatan serta keadaan yang
mengarah kepada taruhan dan dapat Pasal 7 Qanun Propinsi NAD Nomor 13
berakibat kepada kemudharatan bagi Tahun 2009 tentang Maisir menyatakan
pihak-pihak yang bertaruh dan orang- bahwa Instansi Pemerintah, dilarang
orang/lembaga yang ikut terlibat dalam memberi izin usaha penyelenggaraan
taruhan tersebut. maisir.

Tujuan larangan maisir (perjudian) Menurut Rohmat5 secara umum syari’at


menurut Pasal 3 Qanun Propinsi NAD Islam di bidang hukum memuat norma
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir hukum yang mengatur kehidupan
adalah untuk: bermasyarakat/bernegara dan norma
hukum yang mengatur moral atau
a. Memelihara dan melindungi harta kepentingan individu yang harus ditaati
benda/kekayaan; oleh setiap orang. Ketaatan terhadap
b. Mencegah anggota mayarakat norma-norma hukum yang mengatur
melakukan perbuatan yang mengarah moral sangat tergantung pada kualitas
kepada maisir; iman dan taqwa atau hati nurani
c. Melindungi masyarakat dari seseorang, juga disertai adanya duniawi
pengaruh buruk yang timbul akibat dan ukhrawi terhadap orang yang
kegiatan dan/atau perbuatan maisir; melanggarnya.
d. Meningkatkan peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan perbuatan maisir. Masyarakat Aceh telah menjadikan
agama Islam sebagai pedoman dalam
Hukum maisir secara tegas dinyatakan kehidupannya. Melalui penghayatan dan
dalam Pasal 4 Qanun Propinsi NAD pengamalan ajaran Islam dalam rentang
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir, sejarah yang cukup panjang telah
bahwa maisir hukumnya haram, melahirkan suasana masyarakat dan
sehingga menurut Pasal 5 dinyatakan budaya Aceh yang Islami. Budaya dan
bahwa setiap orang dilarang melakukan adat Aceh yang lahir dari renungan para
perbuatan maisir. ulama, kemudian dipraktekkan,
dikembangkan dan dilestarikannya.
Pasal 6 Qanun Propinsi NAD Nomor 13 Dalam ungkapan bijak disebutkan “Adat
Tahun 2009 tentang Maisir mengatur: bak Poteu Meureuhom, Hukom bak
Syiah Kuala, Qanun bak Putro Phang
(1) Setiap orang atau badan hukum atau Reusam bak Lakseumana”. Ungkapan
badan usaha dilarang tersebut merupakan pencerminan bahwa
menyelenggarakan dan/atau Syari’at Islam telah menyatu dan
memberikan fasilitas kepada orang
yang akan melakukan perbuatan 5
Hasil wawancara dengan Rohmat. Akademisi
maisir Fakultas Syariah UIN Raden Intan Bandar
Lampung. Selasa, 6 Desember 2016
menjadi pedoman hidup bagi masyarakat penghidupan dan kehidupan masyarakat,
Aceh melalui peranan ulama sebagai Bangsa dan Negara. Peraturan
pewaris para Nabi. Pemerintah ini yang merupakan
pelaksanaan Pasal 3 Undang-Undang
Berdasarkan uraian di atas diketahui Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
bahwa pengaturan tindak pidana Perjudian, mengatur mengenai larangan
perjudian ditinjau dari syari’at Islam pemberian izin penyelenggaraan segala
dalam Qanun Propinsi NAD Nomor 13 bentuk dan jenis perjudian, oleh
Tahun 2009 tentang Maisir merupakan Pemerintah Pusat atau Pemerintah
adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang Daerah, baik yang diselenggarakan di
bersifat taruhan antara dua pihak atau Kasino, di tempat keramaian, maupun
lebih dimana pihak yang menang yang dikaitkan dengan alasan-alasan
mendapatkan bayaran. Hukum maisir lain. Dengan adanya larangan pemberian
secara tegas dinyatakan haram dalam izin penyelenggaraan perjudian, tidak
Pasal 4 Qanun Propinsi NAD Nomor 13 berarti dilarangnya penyelenggaraan
Tahun 2009 tentang Maisir, sehingga permainan yang bersifat keolahragaan,
menurut Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap hiburan, dan kebiasaan, sepanjang tidak
orang dilarang melakukan perbuatan merupakan perjudian.
maisir.
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor
Pengaturan Tindak Pidana Perjudian 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Ditinjau dari Hukum Pidana Positif Perjudian, di atas menyebutkan bahwa
Indonesia bentuk perjudian yang terdapat dalam
angka 3, seperti adu ayam, karapan sapi
dan sebagainya itu tidak termasuk
Perjudian menurut Pasal 303 ayat (3) perjudian apabila kebiasaan-kebiasaan
KUHP sebagaimana dirubah dengan yang bersangkutan berkaitan dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 upacara keagamaan dan sepanjang
tentang Penertiban Perjudian adalah tiap- kebiasaan itu tidak merupakan perjudian.
tiap permainan, di mana pada umumnya Ketentuan Pasal ini mencakup pula
kemungkinan mendapatkan untung bentuk dan jenis perjudian yang
tergantung pada mahir. Di situ termasuk mungkin timbul dimasa yang akan
segala pertaruhan tentang keputusan datang sepanjang termasuk katagori
perlombaan atau permainan lain-lainnya, perjudian sebagaimana dimaksud dalam
yang tidak diadakan antara mereka yang Pasal 303 ayat (3) KUHP.
turut berlomba atau bermain, demikian
juga segala pertaruhan lainnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diketahui bahwa pengaturan tindak
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang pidana perjudian ditinjau dari hukum
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban pidana positif Indonesia terdapat dalam
Perjudian diketahui bahwa semua tindak Pasal 303 ayat (3) KUHP sebagaimana
Pidana Perjudian sebagai kejahatan. dirubah dengan Undang-Undang Nomor
Perjudian hakekatnya bertentangan 7 Tahun 1974 tentang Penertiban, yang
dengan Agama, Kesusilaan dan Moral menyatakan bahwa semua tindak Pidana
Pancasila, serta membahayakan Perjudian sebagai kejahatan. Jenis-jenis
perjudian meliputi perjudian di kasino, Selanjutnya Pasal 24 Qanun Propinsi
perjudian di tempat-tempat keramaian NAD Nomor 13 Tahun 2009 tentang
dan perjudian yang dikaitkan dengan Maisir menjelaskan bahwa denda
alasan-alasan lain antara lain perjudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
yang dikaitkan dengan kebiasaan- ayat (2) merupakan penerimaan Daerah
kebiasaan. dan disetor langsung ke Kas Baital Mal.
B. Penjatuhan Pidana terhadap Pasal 25 Qanun Propinsi NAD Nomor
Pelaku Tindak Pidana Perjudian 13 Tahun 2009 tentang Maisir
Ditinjau dari Syari’at Islam dan menyatakan barang-barang/benda-benda
Hukum Pidana Positif Indonesia yang digunakan dan/atau diperoleh dari
jarimah maisir dirampas untuk Daerah
atau dimusnahkan.
Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana Perjudian Ditinjau Pasal 26 Qanun Propinsi NAD Nomor
dari Syari’at Islam 13 Tahun 2009 tentang Maisir mengatur
bahwa pengulangan pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, 6
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dan 7 ‘uqubatnya dapat ditambah 1/3
dalam Pasal 1 angka 19 Qanun Propinsi (sepertiga) dari ‘uqubat maksimal.
NAD Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Maisir, disebut dengan uqubat, yaitu Pasal 27 Qanun Propinsi NAD Nomor
ancaman hukuman terhadap pelanggaran 13 Tahun 2009 tentang Maisir
perbuatan yang dilarang. memperinci Pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Ketentuan ‘uqubat diatur dalam Pasal 23 Pasal 6:
Qanun Propinsi NAD Nomor 13 Tahun
2009 tentang Maisir: a. Apabila dilakukan oleh badan
hukum/badan usaha, maka
1) Setiap orang yang melanggar ‘uqubatnya dijatuhkan kepada
ketentuan sebagaimana dimaksud penanggung jawab;
dalam Pasal 5, diancam dengan b. Apabila ada hubungan dengan
‘uqubat cambuk di depan umum kegiatan usahanya, maka selain
paling banyak 12 (dua belas) kali dan sanksi ‘uqubat sebagaimana
paling sedikit 6 (enam) kali. dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2),
2) Setiap orang atau badan hukum atau dapat juga dikenakan ‘uqubat
badan usaha Non Instansi administratif dengan mencabut atau
Pemerintah yang melanggar membatalkan izin usaha yang telah
ketentuan sebagaimana dimaksud diberikan;
dalam pasal 6, dan 7 diancam dengan
‘uqubat atau denda paling banyak Menurut Rohmat6 perjudian menurut
Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima Hukum Islam ialah suatu aktifitas
juta rupiah), paling sedikit Rp
15.000.000,- (lima belas juta rupiah).
6
Hasil wawancara dengan Rohmat. Akademisi
Fakultas Syariah UIN Raden Intan Bandar
Lampung. Selasa, 6 Desember 2016
mengambil keuntungan dari bentuk berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
permainan seperti kartu, adu ayam, main Pasal 1 dari undang-undang yang sama,
bola dan permainan lainnya, yang tidak telah dipandang sebagai kejahatan.
memicu pelakunya berbuat kreatif,
namun demikian bahwa para fuqaha Sesuai dengan terjemahan rumusan yang
tidak menempatkan perjudian dan asli dalam bahasa Belanda, ketentuan
undian sebagai salah satu pembahasan pidana yang diatur dalam Pasal 542
dalam delik pidana. Di tinjau dari KUHP yang kemudian menjadi
Hukum Islam maka larangan tentang ketentuan pidana yang diatur dalam
perjudian di rangkaikan dengan khamar. Pasal 303 bis KUHP:
Berdasarkan hal dimaksud maka cukup
(1) Dipidana dengan pidana kurungan
beralasan jika perjudian dirangkaikan
selama-lamanya satu bulan atau
dengan khamar.
dengan pidana denda setinggi-
tingginya tiga ratus rupiah;
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
a) Barang siapa memakai
diketahui bahwa penjatuhan pidana
kesempatan yang terbuka untuk
terhadap pelaku tindak pidana perjudian
berjudi yang sifatnya
ditinjau dari syari’at Islam diterapkan
bertentangan dengan ketentuan-
dengan uqubat (hukuman) terhadap
ketentuan yang diatur dalam
pelakunya yang berupa ‘uqubat cambuk
Pasal 303
di depan umum paling banyak 12 (dua
b) Barang siapa turut serta berjudi
belas) kali dan paling sedikit 6 (enam)
diatas atau ditepi jalan umum
kali dan uqubat denda paling banyak Rp.
atau suatu tempat yang terbuka
35.000.000,- (tiga puluh lima juta
untuk umum, kecuali jika
rupiah), paling sedikit Rp 15.000.000,-
penyelenggaraan perjudian itu
(lima belas juta rupiah) sebagai
telah diizinkan oleh kekuasaan
penerimaan Daerah dan disetor langsung
yang berwenang memberi izin
ke Kas Baital Mal.
seperti itu.
(2) Jika pada waktu melakukan
pelanggaran itu belum lewat waktu
Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
dua tahun sejak orang yang bersalah
Tindak Pidana Perjudian Ditinjau dijatuhi pidana yang telah
dari Hukum Pidana Positif Indonesia mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan salah satu
pelanggaran-pelanggaran tersebut,
Tindak pidana perjudian atau turut serta maka ia dapat dipidana dengan
berjudi pada mulanya telah dilarang di pidana kurungan selama-lamanya
dalam ketentuan pidana yang diatur tiga bulan atau dengan pidana denda
dalam Pasal 542 KUHP, yang kemudian setinggi-tingginya lima ratus rupiah.
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Pasal 2 ayat (4) dari Undang-Undang Sesuai dengan yang ditentukan dalam
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 1 Undang-
Perjudian, telah diubah sebutannya Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
menjadi ketentuan pidana yang diatur Penertiban Perjudian, maka ketentuan
dalam Pasal 303 bis KUHP, dan
pidana yang diatur dalam Pasal 303 bis Penjatuhan pidana terhadap pelaku
KUHP: tindak pidana perjudian ditinjau dari
syari’at Islam diterapkan dengan uqubat
(1) Dipidana dengan pidana penjara (hukuman) terhadap pelakunya yang
selama-lamanya empat tahun atau berupa ‘uqubat cambuk di depan umum
dengan pidana denda setinggi- paling banyak 12 (dua belas) kali dan
tingginya sepuluh juta rupiah: paling sedikit 6 (enam) kali dan uqubat
a. Barang siapa memakai denda paling banyak Rp. 35.000.000,-
kesempatan yang terbuka untuk (tiga puluh lima juta rupiah), paling
berjudi yang sifatnya sedikit Rp 15.000.000,- (lima belas juta
bertentangan dengan ketentuan rupiah) sebagai penerimaan Daerah dan
yang diatur dalam Pasal 303; disetor langsung ke Kas Baital Mal.
b. Barang siapa turut serta berjudi
diatas atau ditepi jalan umum III. PENUTUP
atau di suatu tempat yang
terbuka untuk umum, kecuali A. Simpulan
jika penyelenggaraan perjudian
itu telah diizinkan oleh 1. Pengaturan tindak pidana perjudian
kekuasaan yang berwenang ditinjau dari syari’at Islam dalam
memberi izin. Qanun Propinsi NAD Nomor 13
(2) Jika pada waktu melakukan Tahun 2009 tentang Maisir
pelanggaran itu belum lewat waktu merupakan kegiatan dan/atau
dua tahun sejak orang yang bersalah perbuatan yang bersifat taruhan
dijatuhi pidana yang telah antara dua pihak atau lebih dimana
mempunyai kekuatan hukum tetap, pihak yang menang mendapatkan
karena melakukan salah satu bayaran. Hukum maisir secara tegas
kejahatan-kejahatan tersebut, maka dinyatakan dalam Pasal 4 Qanun
ia dapat dipidana dengan pidana Propinsi NAD Nomor 13 Tahun
penjara selama-lamanya enam tahun 2009 tentang Maisir, bahwa maisir
atau dengan pidana denda setinggi- hukumnya haram, sehingga menurut
tingginya lima belas juta rupiah. Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap
orang dilarang melakukan perbuatan
maisir. Sementara itu pengaturan
Tindak pidana yang dimaksudkan di
tindak pidana perjudian ditinjau dari
dalam ketentuan pidana yang diatur
hukum pidana positif Indonesia
Pasal 303 bis ayat (1) angka 1 KUHP
terdapat dalam Pasal 303 ayat (3)
terdiri atas Unsur-unsur objektif:
KUHP sebagaimana dirubah dengan
1. barang siapa; Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2. memakai kesempatan yang terbuka 1974 tentang Penertiban, yang
untuk berjudi; menyatakan bahwa semua tindak
3. yang sifatnya bertentangan dengan Pidana Perjudian sebagai kejahatan.
salah satu dari ketentuan-ketentuan Jenis-jenis perjudian meliputi
yang diatur dalam Pasal 303 KUHP. perjudian di kasino, perjudian di
tempat-tempat keramaian dan
perjudian yang dikaitkan dengan
alasan-alasan lain antara lain budaya yang berlaku dan dipegang
perjudian yang dikaitkan dengan teguh oleh masyarakat. Hal ini
kebiasaan-kebiasaan. penting dilakukan tatanan nilai dan
2. Penjatuhan pidana terhadap pelaku norma masyarakat menghendaki
tindak pidana perjudian ditinjau dari masyarakat agar hidup tertib dan
syari’at Islam diterapkan dengan teratur sesuai dengan nilai-nilai
uqubat (hukuman) terhadap kebudayaan yang luhur.
pelakunya yang berupa ‘uqubat
cambuk di depan umum paling
banyak 12 (dua belas) kali dan paling DAFTAR PUSTAKA
sedikit 6 (enam) kali dan uqubat
denda paling banyak Rp.
35.000.000,- (tiga puluh lima juta Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial:
rupiah), paling sedikit Rp Gangguan-Gangguan Kejiwaan,
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) Rajawali Pers, Jakarta,
sebagai penerimaan Daerah dan
disetor langsung ke Kas Baital Mal. Zuhdi, Masyfuk. 1987. Pengantar
Sementara itu penjatuhan pidana Hukum Syariah, Haji Masagung,
terhadap pelaku tindak pidana Jakarta.
perjudian ditinjau dari hukum pidana
positif Indonesia diatur dalam Pasal Nawawi Arief, Barda dan Muladi. 1984.
2 ayat (4) dan Pasal 1 Undang- Teori-teori Kebijakan Hukum
Undang Nomor 7 Tahun 1974 Pidana. Alumni, Bandung.
tentang Penertiban Perjudian, yaitu
pidana penjara selama-lamanya www.hukumonline.com.tindakpidanaper
empat tahun atau dengan pidana judian. html.
denda setinggi-tingginya sepuluh juta
rupiah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Jo. Undang-Undang Nomor 73
B. Saran Tahun 1958 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana
1. Disarankan kepada Pemerintah Aceh
hendaknya membentuk lembaga Qanun Provinsi Nanggroe Aceh
yang memonitoring pelaksanaan Darusalam Nomor 13 Tahun
putusan yang telah mempunyai 2003 tentang Maisir (Perjudian)
hukum tetap. Dengan adanya
monitoring oleh negara diharapkan
seluruh proses dapat dipantau dan
dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
2. Disarankan kepada Hakim agar
dalam menjatuhkan pidana terhadap
pelaku tindak pidana perjudian
hendaknya memperhatikan dan
mempertimbangkan nilai-nilai sosial

Anda mungkin juga menyukai