(Jurnal Skripsi)
Oleh
NIKITA RISKILA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
Oleh
Perjudian ditinjau dari syariat Islam maupun hukum positif sama-sama dipandang
sebagai perbuatan melanggar hukum yang diancam dengan sanksi atau hukuman.
Permasalahan: (1) Bagaimanakah perbandingan pengaturan tindak pidana perjudian
ditinjau dari syari’at Islam dan hukum pidana positif Indonesia? (2) Bagaimanakah
penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam
dan hukum pidana positif Indonesia? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif dan empiris. Narasumber terdiri dari Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan
Bandar Lampung dan Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, data dianalisis
secara kualitatif untuk selanjutnya diperoleh simpulan. Hasil penelitian dan pembahasan
menunjukkan:Pengaturan tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam yaitu Al
Qur’an dan Hadits, dalam Qanun Propinsi NAD Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir
merupakan kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau
lebih dimana pihak yang menang mendapatkan bayaran dan hukumnya haram.
Sementara itu pengaturan tindak pidana perjudian ditinjau dari hukum pidana positif
Indonesia terdapat dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP sebagaimana dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban, yang menyatakan bahwa
semua tindak Pidana Perjudian sebagai kejahatan. (2) Penjatuhan pidana terhadap
pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari syari’at Islam diterapkan dengan uqubat
(hukuman) terhadap pelakunya yang berupa ‘uqubat cambuk di depan umum paling
banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali dan uqubat denda paling
banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah), paling sedikit Rp 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah) sebagai penerimaan Daerah . Penjatuhan pidana terhadap
pelaku tindak pidana perjudian ditinjau dari hukum pidana positif Indonesia diatur
dalam Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian, yaitu pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau dengan
pidana denda setinggi-tingginya sepuluh juta rupiah.
By
NIKITA RISKILA
Gambling in terms of Islamic law and positive law are equally regarded as unlawful
acts punishable by sanctions or penalties. Issues of this research: (1) How does the
crime of gambling arrangements comparison in terms of Shari'ah and the positive
Indonesian criminal law? (2) How criminal punishment against perpetrators of the
crime of gambling in terms of Shari'ah and the positive Indonesian criminal law? This
study uses normative and empirical approach. Resource consists of Faculty of Syariah
UIN Raden Intan Bandar Lampung and Lecturer in Criminal Law Faculty of Law,
University of Lampung. The data collection is done through library research and field
study, data were analyzed qualitatively henceforth be concluded in accordance with the
problems posed. Results of research and discussion shows: Setting the crime of
gambling in terms of Shari'ah ie the Qur'an and the Hadith, the NAD Province Qanun
No. 13 of 2009 on Maisir an activity and / or actions which are bets between two or
more parties where party who win get paid. Legal gambling is expressly stated in
Article 4 of the Qanun of Aceh Province Number 13 Year 2009 on Maisir, that
gambling is haraam. Gambling a criminal offense in terms of the positive Indonesian
criminal law contained in Article 303 paragraph (3) Penal Code as amended by Act No.
7 of 1974 on Control, which states that all criminal acts Gambling as a crime. (2) The
imposition of the criminal offense to gambling in terms of sharia law applied by uqubat
(punishment) against the perpetrators in the form 'uqubat public whipping at most
twelve (12) times and at least 6 (six) times and uqubat a maximum fine of Rp.
35,000,000, - (thirty five million rupiah), at least Rp15,000,000.00 (fifteen million) as
Regional revenues and paid directly to the Treasury Baital Mal. While the criminal
punishment of the perpetrators of the crime of gambling in terms of positive criminal
law Indonesia stipulated in Article 2 (4) and Article 1 of Law No. 7 of 1974 on Control
of Gambling, namely imprisonment for ever four years or punished by a fine as high as
ten million rupiah.
1 3
Kartini Kartono, Patologi Sosial: Gangguan- www.hukumonline.com.tindakpidanaperjudian.
Gangguan Kejiwaan, Rajawali Pers, Jakarta, html. Diakses Kamis 13 Oktober 2016
4
2003, hlm. 72. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah,
2
Ibid, hlm. 73. Jakarta, Haji Masagung, 1987. hlm. 15
Perjudian merupakan salah satu jenis 35.000.000 paling sedikit Rp.
tindak pidana yang bertentangan dengan 15.000.000.
berbagai nilai dan norma yang diakui
dan hidup di dalam masyarakat, baik Permasalahan penelitian ini adalah:
norma adat, norma sosial budaya, norma a. Bagaimanakah perbandingan
hukum mapun norma agama, oleh pengaturan tindak pidana perjudian
karena itu berbagai norma di atas disertai ditinjau dari syari’at Islam dan
dengan berbagai sanksi, sebagai ganjaran hukum pidana positif Indonesia?
terhadap pelaku tindak pidana perjudian. b. Bagaimanakah penjatuhan pidana
terhadap pelaku tindak pidana
Perjudian menurut Pasal 303 ayat (3) perjudian ditinjau dari syari’at Islam
KUHP adalah tiap-tiap permainan, di dan hukum pidana positif Indonesia?
mana kemungkinan untuk menang pada
umumnya bergantung pada peruntungan Penelitian ini menggunakan pendekatan
belaka,juga karena pemainnya lebih yuridis normatif dan yuridis empiris.
terlatih atau lebih mahir. Dalam Pengumpulan data dilakukan dengan
pengertian permainan judi termasuk juga studi pustaka dan studi lapangan.
segala pertaruhan tentang keputusan Analisis data dilakukan secara kualitatif.
perlombaan atau permainan lainnya yang
tidak diadakan antara mereka yang turut
berlomba atau bermain, demikian juga II. PEMBAHASAN
segala pertaruhan lainnya.
A. Perbandingan Pengaturan Tindak
Perjudian dalam perspektif hukum, Pidana Perjudian Ditinjau dari
merupakan salah satu tindak pidana Syari’at Islam dan Hukum Pidana
(delict) yang meresahkan masyarakat. Positif Indonesia
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Pengaturan tindak pidana perjudian
tentang Penertiban Perjudian dinyatakan ditinjau dari syari’at Islam
bahwa semua tindak pidana perjudian
sebagai kejahatan.
Pengaturan tindak pidana perjudian
Provinsi Nangro Aceh Darusalam ditinjau dari syari’at Islam yang
merupakan salah satu daerah di dimaksud dalam penelitian ini adalah
Indonesia yang melaksanakan peraturan hukum Islam yang diberlakukan di
berdasarkan syariat Islam, khusus Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
tentang perjudian tertuang dalam Qanun dalam Qanun Propinsi NAD Nomor 13
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir Tahun 2009 tentang Maisir. Menurut
(Perjudian). Pada Pasal 23 Qanun Pasal 1 angka (20) dinyatakan bahwa
tersebut diatur bahwa jika melakukan Maisir (perjudian) adalah kegiatan
perjudian maka diancam dengan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan
hukuman cambuk di depan umum paling antara dua pihak atau lebih dimana pihak
banyak 12 kali dan paling sedikit 6 kali yang menang mendapatkan bayaran.
atau denda paling banyak Rp.
Menurut Pasal 2 Qanun Propinsi NAD (2) Setiap orang atau badan hukum atau
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Maisir, badan usaha dilarang menjadi
Ruang lingkup larangan maisir dalam pelindung terhadap perbuatan maisir.
Qanun ini adalah segala bentuk kegiatan
dan/atau perbuatan serta keadaan yang
mengarah kepada taruhan dan dapat Pasal 7 Qanun Propinsi NAD Nomor 13
berakibat kepada kemudharatan bagi Tahun 2009 tentang Maisir menyatakan
pihak-pihak yang bertaruh dan orang- bahwa Instansi Pemerintah, dilarang
orang/lembaga yang ikut terlibat dalam memberi izin usaha penyelenggaraan
taruhan tersebut. maisir.