Diajukan oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
1
USULAN PENELITIAN
Diajukan oleh:
lainnya. Norma-norma tersebut terbagi menjadi 2 (dua), yakni norma yang tidak
tertulis dan tertulis. Norma tidak tertulis adalah norma yang hidup dalam
masyarakat tertentu serta ditaati oleh masyarakat pada suatu tempat tertentu
pula. Dalam kehidupan bermasyarakat juga dikenal norma yang tertulis yang
ikatan suatu perkawinan yang antara seorang pria dan seorang wanita dimana
1
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung : Refika
Aditama, 2003), hlm.15.
2
Rizal, Pahrur. "DASAR KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM
PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA." MEDIA BINA ILMIAH 15, no. 1 (2020):
3905-3914
1
2
conjugal union; cohabitation) yang merupakan suatu fenomena yang nyata ada
“hidup bersama tanpa adanya ikatan suatu perkawinan yang terjadi antara
seorang pria dan wanita dimana mereka sama-sama belum menikah atau yang
kita kenal dengan kumpul kebo.3 Kumpul kebo dalam Bahasa Belanda disebut
Semen Leven dan di dalam bahasa trendinya yaitu Living Together tetapi, yang
dimaksud adalah kumpul kebo.” Kata “Kumpul Kebo” “berasal dari masyarakat
menikah tetapi tinggal di bawah satu rumah atau satu atap, perilakunya itu
binatang yang bersifat atau bersikap semaunya sendiri, jadi hidup bersama tanpa
hidup bersama berlainan jenis dan sama-sama dewasa harus diikat oleh
yang menjadi landasan terbentuknya keluarga sejahtera lahir dan bathin yang
3
Barda Nawawi, Pembaharuan Hukum Pidana (Bandung, CV Citra Aditya Bakti : 2011).
hlm. 300
3
kesusilaan dan kaedah sopan santun masih diperlukannya suatu kaedah hukum.
yang sudah mendapat perlindungan dari ketiga kaedah lainnya dan melindungi
Oleh karena itu butuh adanya suatu respon yang berupa suatu aturan hukum
sebagai alat untuk mengatasi suatu perbuatan yang dianggap menyimpang oleh
sanksi pidana, sebagai sarana yang dapat melindungi masyarakat dari kejahatan
di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang ada saat ini. 7 Pada
4
Eko Soponyono, Kebijakan Hukum Pidana Yang Berorientasi Pada Korban, Disertasi,
Semarang, 2013, hlm. 196
5
Mertokusumo, Sudikno. 2008. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta:
Liberty. hlm. 12
6
Sudarto, 2009, Hukum Pidana 1 Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Yayasan Sudarto d/a
Fakultas Hukum Undip, Semarang. hlm. 9
7
Mahendra, Gede Bisma, and I. Gusti Ngurah Parwata. "Tinjauan Yuridis Terhadap
Perbuatan Kumpul Kebo (Samen Leven) Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia."
Jurnal Kertha Wicara Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana
8, no. 06 (2019).
4
kesusilaan lainnya atau beberapa perbuatan pidana lainnya (concursus realis dan
dalam KUHP Baru sebagai bentuk perluasan dari delik kesusilaan dalam KUHP
yang saat ini masih berlaku. Pencantuman kumpul kebo sebagai suatu delik
ke dalam KUHP Baru, Maka muncul beberapa pendapat yang pro dan kontra
terhadap perilaku samen leven tersebut. Secara yuridis hukum pidana yang
berlaku di Indonesia dewasa ini belum ada ketegasan aturan mengenai orang
yang melakukan hubungan badan diluar perkawinan yang sah atau kedua belah
pihak tidak diikat oleh perkawinan dengan orang lain serta dilakukan tanpa
pidana seksual seperti kumpul kebo dilarang dan diberikan sanksi tegas berupa
praktik “kumpul kebo”, yaitu atas dasar ketidaksiapan mental dalam menjalani
8
Uswah, Muh. (2014). Kumpul kebo (samen leven) dalam pembaharuan hukum pidana
positif di indonesia. UIN Alauddin Makassar.
5
para muda-mudi yang bersekolah di luar kota jauh dari orangtua kemudian lebih
kepercayaan bahwa pacaran yang mereka lakukan memiliki derajat atau status
yang lebih tinggi dari pacaran biasa karena yang mereka lakukan bukan hanya
kencan dan makan bersama saja, tetapi juga melakukan semua kegiatan
suami istri yang telah menikah secara sah. Padahal belum ada ikatan pernikahan
di antara mereka.9
sudah semestinya seluruh energi dikerahkan agar hukum mampu bekerja untuk
antara lain, alasan yang berasal dari landasan sosio filosofis dan sosio kultural
dari sistem hukum nasional yang diperoleh dari hasil kajian dan penggalian
9
Muttaqin, Ihwanul. (2018). Analisis Yuridis Perkembangan Pidana Penjara Dari KUHP
Ke RUU KUHP. Justice Pro: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 134–152.
6
B. IDENTIFIKASI MASALAH
kohabitasi.
Pidana.
C. PEMBATASAN MASALAH
secara tegas dan jelas, dengan demikian dapat diketahui secara rinci masalah
yang akan diteliti dan ruang lingkup/wilayah studinya. Pembatasan masalah ini
D. RUMUSAN MASALAH
yang akan dibahas dalam proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
E. KERANGKA KONSEPTUAL
a. Kriminalisasi
studi penentuan suatu tindakan sebagai delik atau tindak pidana dengan
laku atau tindakan yang ditetapkan oleh penguasa yang dianggap oleh
pidana menjadi perbuatan pidana atau kriminal yang dpat dipidana oleh
10
Soerjono Soekamto, Kriminologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981),
hlm. 62.
11
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 31.
12
Vivi Safrianata, Kriminalisasi Inses Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana ,
8
ataupun potensial.
b. Hukum Pidana
diberikan oleh negara diatur dan ditetapkan secara rinci. Tujuan pidana
dan tujuan hukum pidana adalah dua hal yang berbeda. Kendati pun
demikian, tujuan pidana tidak terlepas dari aliran dalam hukum pidana.
pidana terdiri dari aliran klasik, aliran modern dan aliran neo-klasik,
maka tujuan pidana secara garis besar juga menjadi tiga, yakni teori
1. Teori Absolut
14
D. Simons, Op.Cit., hlm. 8.
15
Sudarto, Op.Cit.,hlm. 9.
10
2. Teori Relatif.
sebagai teori relasi atau teori tujuan. Hal ini karena antara
3. Teori Gabungan
16
Arnold, H. Loewy, Op.Cit.,hlm. 5.
17
Adam Chazawi, 2007, Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1, PT Raja Grafindo Persada Jakarta,
hlm. 157.
18
H.B Vos, Op.Cit.,hlm. 13
19
Hazewinkel Suringa, Op.Cit.,hlm. 499
11
masyarakat.
4. Teori Kontemporer
baru yang ditulis oleh Prof. Eddy O.S Hiariej Guru Besar
20
Jan Remmelink, Op.Cit., hlm. 611.
12
b. Teori Edukasi
c. Teori Rehabilitasi
21
Wayne R. Lafave, Op.Cit.,hlm. 25
13
Prevensi khusus.
22
Hazewinkel Suringa, Op.Cit., hlm. 505
23
Jan Remmelink, Op.Cit., hlm. 612
14
24
Wayne R. Lafave, Op.Cit., hlm. 26
25
Jan Remmelink, Op.Cit., hlm. 613-614
26
Wayne R. Lafave, Op.Cit., hlm. 25
15
pembalasan.27
F. DEFENISI OPERASIONAL
1. Kriminalisasi
pernikahan.
Hukum Pidana.
27
Eva Achjani Zulfa, 2014, Konsep Dasar Restorative Justice, disampaikan dalam acara
Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi “Asas-Asas Hukum Pidana dan Kriminologi Serta
Perkembangan Dewasa Ini”. Kerjasama Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dengan
Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi, Yogyakarta, 23-27 Februari 2014, hlm. 1.
16
Pasal 412:
istri bagi orang yang terikat perkawinan; atau b. Orang Ttra atau
Buku Kesatu dan Buku Kedua. Buku Kesatu berisi aturan umum
G. METODELOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier
28
JDIH Kemaritiman dan Investasi, https://jdih.maritim.go.id/uu-12023-kitab-undang-
undang-hukum-pidana-kuhp, Diakses 24 September 2023.
19
2. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
masyarakat
3. Tipe Penelitian
4. Metode Penelitian
7. Kegunaan Penelitian
Pidana narkotika.
21
Pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian berisi uraian tentang
H. SISTEMATIKA PENULISAN
keseluruhan ke dalam 5 (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub
masalah agar dapat lebih dimengerti, sehingga akhirnya sampai kepada suatu
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan sekitar hal-hal yang bersifat teoritis
HUKUM PIDANA
BAB V : PENUTUP
BUKU
Eva Achjani Zulfa, 2014, Konsep Dasar Restorative Justice, disampaikan dalam
Jakarta, 2003.
2005.
Muladi & Barda Nawawi Arief. 1984. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung:
Alumni.
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Cetakan ke-6, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006.
2007.
Undang-Undang
Jurnal
Sebagai Korban Revenge Porn di Pekanbaru”. Jurnal Sisi Lain Realita 5 (1),