Diajukan oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
1
USULAN PENELITIAN
HUKUM PIDANA
Diajukan oleh:
ragam dengan segala jenis perbedaan adat istiadat, keyakinan dan kebiasaan
memiliki agama yang merupakan sumber moral dan spiritual yang dianggap
sebagai bagian dari tradisi yang tidak pernah ditinggalkan. Kondisi nilai
Tuhan dan roh-roh yang hidup disekitar manusia sudah tidak jarang ditemui
bahkan kemampuan untuk melihat hal-hal yang bersifat gaib atau mempelajari
yang diadopsi dari hukum pidana kolonial, secara sosiologis telah ketinggalan
Pasal 252 KUHP yang mengatur tentang santet sebagai bagian dari delik.
dengan perbuatan setan untuk mencelakakan orang (seperti membuat orang gila,
Inggris, mendefinisikan black magic sebagai any of the branches of magic that
1
2
magis yang melibatkan bantuan setan atau roh, seperti pada sihir atau pemujaan
Ilmu hitam memiliki istilah atau nama lain dalam bahasa Indonesia, yaitu
sihir atau tuju. Sedangkan dalam bahasa lokal, ilmu hitam diisitilahkan dengan
bahasa yang berbeda-beda, misalnya teluh (Jawa Barat), tenung (Jawa Tengah),
santet (Jawa Timur), pulung (Kalimantan Barat), doti (Sulawesi Selatan) dan
masih banyak lainya. Namun demikian, dari segala istilah yang beredar di
Indonesia, santet lebih banyak disebut menggantikan sihir hitam, ilmu hitam
dan sebagainya.
yang ditimbulkan dari perbuatan santet dapat dilihat secara langsung dan nyata
terhadap diri korban santet, namun sulit dijelaskan secara medis. Dalam
berbagai kasus, lazimnya yang terjadi pada diri seseorang yang menjadi korban
santet, biasanya muncul luka sakit akibat adanya benda asing yang terdapat
didalam diri korban santet namun tidak dapat dijelaskan secara medis mengenai
asal usul benda asing tersebut. Benda asing yang dimaksd dapat berupa paku,
besi, jarum, rambut maupun banda-benda tajam lainnya. Bahkan, dalam kasus
yang lebih ektstrim, perbuatan santet selain dapat membuat orang menderita
1
Budi putra, 2007, Santet realita dibalik fakta, Bayu Media, Ikapi, Jatim hlm, 144
3
Indonesia yang menganut paham asas legalitas, pelaku santet selama ini tidak
kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu dari pada
perbuatan itu” atau dalam bahasa latinnya dikenal dengan istilah nullum
delictum nulla poena sine praevie lege poenali. Adapun makna daripada asas
klasifikasikan kedalam dau hal, yaitu pertama, suatu perbuatan dapat dipidana
Oleh sebab itupula maka, ketentuan tersebut tidak boleh berlaku surut, baik
dengan sanksinya.
juga sulit dilakukan. Sebagaimana kita pahami santet merupakan dimensi yang
abstrak, merupakan wilayah yang berada dalam ruang mistis atau spiritual tidak
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barakatullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm, 27.
4
kongkrit, pasti dan nyata. Begitu pula alat-alat bukti yang digunakan didalam
KUHAP Pasal 184 tidak ada yang mengatur mengenai bukti-bukti delik santet.
Dengan tidak dipositiviskannya santet sebagai salah satu delik pidana, pada
menawarkan jasa santet tanpa rasa takut. Hal inilah yang kemudian mendorong
yang baru, dan tentu dengan maksud untuk meminimalisir perbuatan santet.3
Disamping itu juga untuk mencegah agar masyarakat tidak main hakim
sendiri terhadap seseorang yang dituduh sebagai pelaku santet. Sebab dalam
hakim sendiri terhadap seseorang yang dituduh sebagai pelaku santet, baik
pembunuhan, seperti nasib naas yang dialami oleh I Wayan Rika (2020) yang
harus menderita lukas tebas ditubuhnya karena dituduh sebagai dukun santet.
Di Nusa Tenggara Timur, Whilhelmus Sikone harus pula meregang nyawa pada
tahun 2019 karena dituduh sebagai pelaku santet. Bahkan 22 tahun silam, di
diduga memiliki ilmu santet. Pakar hukum pidana UI Prof Dr. Ronny
yang difitnah melakukan santet. Karena dengan adanya itu maka mereka yang
3
Hendar Soetama, 2011, Hukum Pembuktian Dalam Acara Pidana, PT. Alumni, Bandung
hlm, 55.
5
difitnah melakukan santet tidak bisa di main hakim sendiri. Tetapi pakar hukum
Rancangan KUHP ini mengaku bahwa pasal santet tersebut ada sisi negatifnya.
pidana santet yang diatur dalam konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
bantuan jasa atau sarana dari orang yang mengaku memiliki keahlian
tindak pidana.4
B. IDENTIFIKASI MASALAH
4
Wicaksana, I. P. S., Putra, Yuliartini, N. P. R., & Mangku, D. G. S. (2020). Kebijakan
Hukum Tentang Pengaturan Santet Dalam Hukum Pidana Indonesia. Jurnal Komunitas Yustisia,
3(1), 411–419.
6
Hukum Pidana.
pidana Indonesia.
Indonesia.
C. PEMBATASAN MASALAH
secara tegas dan jelas, dengan demikian dapat diketahui secara rinci masalah
yang akan diteliti dan ruang lingkup/wilayah studinya. Pembatasan masalah ini
Pidana”.
D. RUMUSAN MASALAH
yang akan dibahas dalam proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
E. KERANGKA TEORI
a. Perundang-undangan
kejernihan dari arti atau pengertian baik secara legal maupun inheren
b. Pembuktian
pidana merujuk pada alat bukti yang telah ditentukan oleh aturan yang
ada
c. Tes Provokasi
menunjukkan upaya yang sarat dengan kekuatan gaib atau ritual yang
F. DEFENISI OPERASIONAL
1. Perbuatan
2. Santet
langsung dan nyata terhadap diri korban santet, namun sulit dijelaskan
secara medis. Dalam berbagai kasus, lazimnya yang terjadi pada diri
akibat adanya benda asing yang terdapat didalam diri korban santet
namun tidak dapat dijelaskan secara medis mengenai asal usul benda
asing tersebut. Benda asing yang dimaksd dapat berupa paku, besi,
kasus yang lebih ektstrim, perbuatan santet selain dapat membuat orang
3. Obyek Hukum
Hukum Pidana.
Pasal 252:
penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) Bulan atau pidana denda
Buku Kesatu dan Buku Kedua. Buku Kesatu berisi aturan umum
G. METODELOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
5
JDIH Kemaritiman dan Investasi, https://jdih.maritim.go.id/uu-12023-kitab-undang-
undang-hukum-pidana-kuhp, Diakses 24 September 2023.
12
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier
2. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
masyarakat
3. Tipe Penelitian
4. Metode Penelitian
13
7. Kegunaan Penelitian
Pidana narkotika.
Pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian berisi uraian tentang
H. SISTEMATIKA PENULISAN
keseluruhan ke dalam 5 (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub
masalah agar dapat lebih dimengerti, sehingga akhirnya sampai kepada suatu
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan sekitar hal-hal yang bersifat teoritis
HUKUM PIDANA
BAB V : PENUTUP
BUKU
Eva Achjani Zulfa, 2014, Konsep Dasar Restorative Justice, disampaikan dalam
Jakarta, 2003.
2005.
Muladi & Barda Nawawi Arief. 1984. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung:
Alumni.
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Cetakan ke-6, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006.
2007.
Undang-Undang
Jurnal
Sebagai Korban Revenge Porn di Pekanbaru”. Jurnal Sisi Lain Realita 5 (1),