Date Signature
FAKULTAS KEDOKTERAN
PERBUATAN CABUL
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Supervisor :
MAKASSAR
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Mengetahui,
Pembimbing Supervisor
dr. Indah Wulan Sari dr. M. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, Sp.F, DFM
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................5
Daftar Pustaka..........................................................................................................................29
Diskusi Tanya Jawab Referat Perbuatan Cabul ……………………………………………..30
KERANGKA KONSEP
3
Definisi
Pencabulan
Psikologi Abnormalitas
Seksual
Bentuk-bentuk
Pencabulan
Kitab Undang-undang
Hukum Pidana
Anamnesis
PENCABULAN
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kasus
Pencabulan
Pembuktian Kekerasan
Pemeriksaan Penunjang
Dampak Fisik
Dampak
Pencabulan
Dampak Psikologi
BAB I
4
PENDAHULUAN
Pencabulan merupakan tindak kejahatan seksual yang dapat terjadi pada anak maupun
orang dewasa. Adanya keterkaitan antara ilmu kedokteran dengan kejahatan seksual dapat
Pidana (KUHP) serta Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memuat
ancaman hukuman serta tata cara pembuktian pada setiap kasus yang termasuk di dalam
pengertian kasus kejahatan seksual. Oleh karena itu Ilmu Kedokteran Forensik erat kaitannya
Di dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) telah diatur beberapa tindak
pidana yang berkaitan dengan kejahatan kesusilaan atau tindak pidana perbuatan cabul
menurut KUHP yakni pada Pasal 289 sampai Pasal 296. Dimana ancaman pidana pada Pasal
289 KUHP ialah selama-lamanya Sembilan tahun penjara. Dan kejahatan penipuan seperti
perbuatan cabul yang dilakukan orang dewasa dengan melakukan tipu muslihat terhadap anak
dibawah umur, hal tersebut juga khusus di atur pada undang-undang perlindungan anak
terbaru No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak.1 Dalam kasus kekerasan baik yang
terjadi dirumah tangga maupun dalam masyarakat, seperti kasus penganiayaan fisik atau
seksual misalnya perkosaan, perempuan sebagai korban sejak awal telah dicurigai bahwa ia
participating).2
Pasal 289 KUHPidana dijelaskan perbuatan cabul adalah semua perbuatan yang
melanggar kesopanan atau kesusilaan, tetapi juga setiap perbuatan terhadap badan sendiri
maupun badan orang lain yang melanggar kesopanan, adalah perbuatan cabul. Perbuatan
cabul merupakan nama kelompok berbagai jenis perbuatan yang melanggar kesopanan atau
5
Pasal 82 UU N0. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang menetapkan
bahwa: setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak 300 juta rupiah dan
6
BAB II
PEMBAHASAN
meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan sebagainya, yang dilakukan
diambil dari Pasal 289 KUHP adalah dalam lingkungan nafsu birahi kelamin misalnya:
a. Seorang laki-laki dengan paksa menarik tangan seorang wanita dan menyentuhkan
membuka kancing baju anak tersebut untuk dapat mengelus payudara dan menciumnya.
kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji semua itu dalam lingkungan nafsu birahi
kelamin, misalnya cium-ciuman meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan
lain sebagainya. Pada umumnya yang menjadi pencabulan ini adalah anak-anak”.2
Pencabulan merupakan kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual dengan
orang yang tidak berdaya seperti anak, baik pria maupun wanita, dengan kekerasan maupun
tanpa kekerasan. Pengertian pencabulan atau cabul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diartikan sebagai berikut: pencabulan adalah kata dasar dari cabul, yaitu kotor dan keji
sifatnya tidak sesuai dengan sopan santun (tidak senonoh), tidak susila.5
2.2 Bentuk-bentuk Pencabulan
Pencabulan dilakukan dalam bentuk yang bervariasi mulai dari sentuhan hingga
7
Pencabulan dilakukan dalam bentuk yang bervariasi mulai dari sentuhan hingga
seksual antara orang dewasa, dewasa dan anak, atau anak sebagai bagian dari situasi
pencabulan.
Tindak Pidana Pencabulan Menurut KUHP perbuatan cabul diatur dari Pasal 289
Hal ini dirumuskan pada Pasal 289 KUHP sebagai berikut: “Barang siapa dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan
8
dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan
Disini tindak pidananya adalah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul. Yang
dimaksud dengan perbuatan cabul ialah segala perbuatan yang melanggar rasa kesusilaan,
atau perbuatan lain yang keji dan semuanya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Sebagai
tindak pidana menurut pasal ini tidaklah hanya memaksa seseorang melakukan perbuatan
cabul, tetapi juga memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dikarenakan untuk menunjukan sifat
berat dari tindak pidana sebagai perbuatan yang sangat tercela, maka diadakan minimum
Ancaman pidana dalam KUHP maupun pada RUU KUHP adalah sama yakni sembilan
tahun penjara. Perbuatan cabul sebagaimana dijelaskan pada RUU KUHP adalah dalam
lingkungan nafsu birahi kelamin misalnnya seorang laki-laki dengan paksa menarik tangan
seorang wanita dan menyentuhkan pada alat kelaminnya atau seorang laki-laki merabai badan
seorang anak laki-laki dan kemudian membuka kancing baju anak tersebut untuk dapat
mengelus dan menciuminya. Pelaku melakukan hal tersebut untuk memuaskan nafsu
seksualnya.
hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun kepada barang siapa melakukan
perbuatan cabul dengan seseorang yang diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak
berdaya.” Kata “pingsan” di sinonimkan dengan kata-kata “tidak sadar”, “tidak ingat”,
sedang kata “tidak berdaya” adalah “tidak bertenaga” atau sangat lemah.
9
Kata “diketahuinya” adalah rumusan dolus atau sengaja. Dengan demikian si pelaku
mengetahui bahwa yang dicabulinya tersebut dalam keadaan pingsan atau tidak sadar. Pasal
ini sama dengan Pasal 290 KUHP, menurut pasal ini melakukan perbuatan cabul adalah
dengan seseorang yang diketahuinya orang itu pingsan atau tidak berdaya.
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang sedang diketahuinya atau patut
dapat disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas, bahwa orang itu belum pantas untuk dikawin.”
pada pasal tersebut tidak ada kata “wanita” melainkan kata “orang”. Dengan demikian,
meskipun dilakukan terhadap anak/remaja pria, misalnya oleh homoseks atau yang disebut
sehari-hari oleh “tante girang” maka pasal ini dapat diterapkan. Tetapi jika sejenis maka hal
Kata “diketahuinya atau patut disangka” merupakan unsur terhadap umur yakni pelaku
dapat menduga bahwa umur anak/remaja tersebut belum lima belas tahun.
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa
10
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau
sepatutnya diduganya, bahwa umumnya belum lima belas tahun atau kalau umumnya
3. Barang siapa yang membujuk seseorang, yang diketahui atau patut disangkanya bahwa
umur orang itu belum cukup lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas yang
dilakukan padanya perbuatan cabul. Hal ini tidak ada perbedaan dengan penjelasan
sebelumnya kecuali “pelaku”. Pelaku pada Pasal 290 ayat (3) bukan pelaku cabul tetapi
“yang membujuk”.
Hal ini diatur pada Pasal 292 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: “orang dewasa
yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang belum dewasa, yang sejenis kelamin
dengan dia, yang diketahuinya atau patut disangkanya belum dewasa dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun.” Pasal ini melindungi orang yang belum
dewasa dari orang yang dikenal sebagai “homoseks” atau “Lesbian”. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia di muat arti homoseksual” dan “lesbian”: “Dalam keadaan tertarik terhadap
orang dari jenis kelamin yang sama (homoseksual), sedang “lesbian”: wanita yang cinta
kelamin antara jenis kelamin yang sama. Kemungkinan karena untuk wanita disebut lesbian
maka untuk pria disebut homo seksual. Bagi orang dibawah umur, perlu dilindungi dari orang
11
f. Dengan pemberian menggerakkan orang belum dewasa berbuat cabul
Hal ini diatur pada pasal 293 KUHP yang rumusannya sebagai berikut:
(1) Barang siapa dengan hadiah atau perjanjian akan memberi uang atau barang, dengan salah
memakai kekuasaan yang timbul dari pergaulan atau dengan memperdayakan, dengan
sengaja mengajak orang dibawah umur yang tidak bercacat kelakuanya, yang
diketahuinya atau patut dapat disangkanya dibawah umur, mengerjakan perbuatan cabul
dengan dia atau membiarkan perbuatan cabul itu dengan dia, di hukum dengan hukuman
itu dilakukan.
(3) Tenggang tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini lamanya masing-masing Sembilan
dan berkelakuan baik untuk melakukan perbuatan cabul atau persetubuhan dengannya atau
membiarkan terhadap dirinya dilakukan perbuatan cabul. Sebagai alat untuk tindak pidana
mennggerakkan seseorang itu adalah memberi hadiah atau berjanji akan memberi uang atau
barang dan dengan jalan demikian pelaku lalu menyalah gunakan wibawa yang timbul dari
hubungan keadaan atau dengan demikian menyesatkan orang tersebut. Orang disesatkan atau
digerakkan itu haruslah belum dewasa atau diketahuinya belum dewasa atau patut harus di
duganya bahwa orang itu belum dewasa. Sementara itu seseorang yang belum dewasa atau
yang diketahuinya belum dewasa atau yang patut harus diduga bahwa ia belum dewasa
siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak
dibawah pengawasannya, yang belum dewasa atau dengan orang yang belum dewasa yang
12
bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, di ancam dengan pidana penjara paling
bekerja kepunyaan Negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit gila,
lembaga social, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukan
kedalamnya. Pada kasus “pelecehan seksual” yang selalu diributkan terutama antara
atasan dengan bawahan pada hakikatnya dilindungi dengan pasal ini. Namun perlu
disadari bahwa pembuktiannya bukan hal yang tidak rumit. Misalnya sorang direktur,
Karena tidak ada saksi lain atau alat bukti lain, bukan mustahil direktur tersebut
persetubuhan, yang telah disebut juga dalam pasalpasal sebelumnya. Menurut pasal ini
perbuatan cabul atau persetubuhan dilakukan dengan mereka yang dikategorikan khusus yaitu
yang dipercayakan padanya untuk diasuh, dididik atau dijaga. Demikian juga jika yang
melakukan perbuatan cabul atau persetubuhan adalah pegawai negri dan dilakukan dengan
orang yang dalam pekerjaannya adalah bawahannya, atau dengan orang yang dipercayakan
sengaja menyebabkan atau memudahkan anaknya, anak tirinya atau anak piaraanya,
anak yang dibawah pengawasannya semuanya dibawah umur yang diserahkan padanya
13
supaya dipeliharanya, dididik atau dijaganya, atau bujangnya atau orang bawahannya,
keduanya dibawah umur yakni semua orang tersebut itu melakukan perbuatan cabul
sengaja menyebabkan atau memudahkan dalam hal di luar yang di sebut pada butir 1
orang yang dibawah umur, yang diketahui atau patut dapat disangkanya bahwa ia
yang dilakukan oleh seseorang yang di dorong oleh keinginan seksual untuk melakukan hal-
hal yang dapat membangkitkan hawa nafsu birahi, sehingga menimbulkan kepuasan pada
dirinya. Tindak pidana pencabulan itu terus berkembang hingga sekarang, dapat dikatakan
tidak ada perubahan yang berarti meski struktur dan budaya masyarakat berkembang menuju
kearah modern.
- Menciptakan suasana yang nyaman dan tidak bersifat mengancam gunakan waktu
- Anamnesis dilakukan dengan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh korban,
Biarkan pasien menceritakan hal yang ingin ia ceritakan tanpa megarahkan ke suatu
- Gunakan bahasa dan istilah-istilah yang sesuai tingkat pendidikan dan sosio-ekonomi
14
- Wawancara memiliki nilai kesembuhan terhadap pasien, dan pasien mampu
- Tanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian atau
Perlu ditanyakan apakah korban pingsan dan apa sebabnya, apakah karena korban
ketakutan hingga pingsan atau korban dibuat pingsan dengan obat tidur atau obat bius yang
(8)
diberi pelaku. Sedangkan anamnesis khusus mencakup keterangan yang terkait kejadian
setelah kejadian,
Adanya penetrasi dan sampai mana (parsial atau komplit),
Apakah ada nyeri di daerah kemaluan,
Apakah ada nyeri saat buang air kecil/besar,
15
Adanya perdarahan dari daerah kemaluan,
Adanya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam vagina,
Penggunaan kondom, dan
Tindakan yang dilakukan korban setelah kejadian, misalnya apakah korban
sebagainya.
b. When:
Tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam melapor, dan
Apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang.
c. Where:
Tempat kejadian, dan
Jenis tempat kejadian (untuk mencari kemungkinan trace evidence dari tempat
fisik harus dilakukan secara sistematis dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Pelaksanaan
pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan keadaan umum korban. Apabila korban tidak
sadar atau keadaan umumnya buruk, maka pemeriksaan untuk pembuatan visum dapat
ditunda dan dokter fokus untuk ”life-saving” terlebih dahulu. Selain itu, dalam melakukan
pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan keterangan korban yang didapat saat
anamnesis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibagi menjadi pemeriksaan umum dan
Tingkat kesadaran,
Keadaan umum,
Tanda vital,
Penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain),
Afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya),
Pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas),
Status generalis,
Tinggi badan dan berat badan,
Rambut (tercabut/rontok)
Gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga),
16
Kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut
atau patah),
Tanda-tanda perkembangan seksual sekunder,
Tanda-tanda intoksikasi napza, serta
Status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah
kemaluan.
Secara umum tujuan pemeriksaan korban kejahatan seksual adalah untuk3:
Melakukan identifikasi, termasuk memperkirakan usia korban;
Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, dan waktu terjadinya, bila mungkin;
Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan, termasuk tanda intoksikasi narkotika,
seksual; dan
Membantu identifikasi pelaku.
seksual3:
terlalu lama. Hal ini penting untuk mencegah rusak atau berubah atau hilangnya
barang bukti yang terdapat di tubuh korban, serta untuk menenangkan korban dan
kelaminnya dengan korban (biasanya wanita) atau bidan. Tujuannya adalah untuk
mengurangi rasa malu korban dan sebagai saksi terhadap prosedur pemeriksaan dan
pengambilan sampel.
Selain itu, hal ini juga perlu demi menjaga keamanan dokter pemeriksa terhadap
tuduhan palsu bahwa dokter melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap korban
saat pemeriksaan.
Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap seluruh
17
Pemeriksaan fisis perlu dilakukan sebelum 72 jam atau dimana masih terjadi perdarahan
ditempat-tempat tertentu, pada situasi ini pasien sebagai korban serangan seksual harus
diikuti dengan penemuan seperti epital sel, cairan semen, dan darah sebagai bukti. Setelah
lebih 72 jam dan tidak tampak luka akut maka pemeriksaan bisa ditunda. Pemeriksaan dapat
dijadwalkan setelah pemeriksaan oleh ahli jiwa atau tim investigasi. (8)
perkembangan, perilaku, mental, dan status emosional. Perlu juga diperhatikan parameter
seksual di dalamnya seperti mulut, dada, perianal, daerah genital, pantat, dan anus. Segala
Pada pasien perempuan, pemeriksaan genital perlu diperhatikan berupa labia majora
dan minora, klitoris, uretra, jaringan periuretra, hymen, lubang hymen, fossa navicularis, dan
Kesulitan utama yang umumnya dihadapi oleh dokter pemeriksa adalah pemeriksaan
selaput dara. Bentuk dan karakteristik selaput dara sangat bervariasi Pada jenis-jenis selaput
dara tertentu, adanya lipatan-lipatan dapat menyerupai robekan. Karena itu, pemeriksaan
selaput dara dilakukan dengan traksi lateral dari labia minora secara perlahan, yang diikuti
dengan penelusuran tepi selaput dara dengan lidi kapas yang kecil untuk membedakan lipatan
dengan robekan. Pada penelusuran tersebut, umunya lipatan akan menghilang, sedangkan
18
Gambar 1. Beragam jenis selaput dara
Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran dari lubang hymen, dan struktur internalnya.
Ini termasuk bagaimana derajat relaksasi, besarnya, pada labia majora atau posisi pasien
tersebut supine, lateral, atau posisi knee to chest. Teknik ini sangat diperlukan untuk
mengetahui cara pelaku dan hasil yang didapatkan. Pemeriksaan spekulum atau digital
Dalam waktu 4-5 jam postkoital sperma di dalam liang vagina masih dapat bergerak;
sperma masih dapat ditemukan namun tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam postkoital,
19
dan masih dapat ditemukan sampai 7-8 hari bila wanita yang menjadi korban meninggal.
Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan
selaput dara yang robek. Pada umumnya penyembuhan tersebut dicapai dalam waktu 7-10
hari postkoital.2
Pada laki-laki selangkangan, penis, dan skrotum perlu diperhatikan adanya, skar,
(8)
cakaran, gigitan, dan discharge. Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan
persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel vagina pada glans penis.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit kelamin.7
c. Pembuktian Kekerasan
Tidak sulit untuk membuktikan adanya kekerasan pada tubuh wanita yang menjadi
korban. Dalam hal ini perlu diketahui lokasi luka-luka yang sering ditemukan, yaitu di daerah
mulut dan bibir, leher, puting susu, pergelangan tangan, pangkal paha serta di sekitar dan
berbentuk luka. Dengan demikian, tidak ditemukannya luka tidak berarti bahwa pada wanita
korban tidak terjadi kekerasan itulah alasan mengapa dokter harus menggunakan kalimat
tanda-tanda kekerasan di dalam setiap Visum et Repertum yang dibuat, oleh karena tidak
ditemukannya tanda-tanda kekerasan mencakup dua pengertian: pertama, memang tidak ada
kekerasan, dan yang kedua kekerasan terjadi namun tidak meninggalkan bekas (luka) atau
merupakan salah satu bentuk kekerasan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan adanya racun atau obat-obatan yang kiranya dapat membuat wanita tersebut
20
pingsan; hal tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa pada setiap kasus kejahatan seksual,
cat carbol fuchsin sehingga kuman akan bewarna merah. Tujuan mencari kuman Neisseria
gonorrhea dalam secret genital. Pengambilan specimen, pembuatan dan pengiriman sediaan :
A. Pengambilan specimen
Alat loop/lidi kapas steril, kaca objek yang kering, bersih, lampu spiritus, kursi
obstetric, speculum vagina steril, sarung tangan, pinsil kaca, larutan salin steril ·
B. Cara pengambilan Pasien laki-laki
Bersihkan lubang kemaluan dengan lidi kapas steril yang sudah dibasahi nacl.
Dengan tekanan ringan pada alat kemaluan diurut dari bagian pangkal ke arah ujung
(belakang ke depan) · Secret yang di dapat dioleskan pada kaca objek, kemudian
-Masukan ujung kapas lidi dan oleskan pada daerah endoservik. Gerakan lidi
-Secret yang didapat dioleskan pada kaca objek yang telah di beri nomor untuk
dibuat sediaan.
21
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL
yang merupakan antibodi terhadap bahan-bahan lipid sel-sel T. Pallidum yang hancur.
Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi sifilis. Namun antibodi ini juga
dapat timbul pada berbagai kondisi lain, yaitu pada infeksi akut (misalnya: infeksi virus
akut) dan penyakit kronis (misalnya: penyakit autoimun kronis). Oleh karena itu, tes ini
bersifat non-spesifik, dan bisa menunjukkan hasil positif palsu. Tes non-spesifik dipakai
untuk mendeteksi infeksi dan reinfeksi yang bersifat aktif, serta memantau keberhasilan
terapi.
Termasuk dalam kategori ini adalah tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination
serologis yang termasuk dalam kelompok ini mendeteksi antibodi yang bersifat spesifik
terhadap treponema. Oleh karena itu, tes ini jarang memberikan hasil positif palsu. Tes ini
dapat menunjukkan hasil positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil.
Tes jenis ini tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi aktif dan infeksi yang
telah diterapi secara adekuat.Tes treponemal hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah
terinfeksi treponema, namun tidak dapat menunjukkan apakah seseorang sedang mengalami
infeksi aktif. Tes ini juga tidak dapat membedakan infeksi T pallidum dari infeksi treponema
lainnya.
22
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan secret aging yang masih segar,
dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas beserta pergerakannya. Metode ini
dilakukan dengan mengambil sekret vagina dengan kapas aplikator berujung lalu setiap
kapas aplikator berujung dibilas dalam tabung reaksi yang berisi normal salin. Preparat
diletakkan pada kaca objek yang bersih dan diperiksa dibawah microskop cahaya untuk
gerakkan khas tropozoit, ketika tidak bergerak, tropozoit sulit dibedakan dari inti sel epitel
Dampak fisik pencabulan pada anak dapat berupa nyeri pada saat berkemih, vulva
atau penis menjadi merah, gejala infeksi, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
buang air besar bahkan berdarah, sulit berjalan dan duduk, dilatasi vagina dan himen akibat
b. Dampak psikis
Dampak psikis berupa gangguan kognitif, perilaku maupun perasaan. Pasien kadang
muncul perasaan tidak aman dan ingin dilindungi, merasa takut dan selalu cemas, menarik
diri dari lingkungan, selalu marah. Pada kasus tertentu dapat berkembang menjadi gangguan
Misalnya: Terjadi gangguan kesehatan fisik, menurunnya sistem kekebalan tubuh, dan tidak
menunjukkan prestasi yang bagus di sekolah, mereka biasanya menolak untuk pergi ke
sekolah. Selain itu, mereka susah untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. (10) Satu dari
23
tiga anak yang menjadi korban pencabulan dilaporkan memberikan kebiasaan yang buruk di
sekolah, antara lain: (11) menghindari guru atau pendidik lainnya (43%), tidak pergi ke sekolah
(36%), tidak banyak bicara di kelas (34%), susah berkonsentrasi (31%), jarang bergaul di luar
BAB III
KESIMPULAN
Perbuatan cabul sebagai salah satu bentuk kejahatan yang menyangkut tubuh,
kesehatan dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang erat dengan Ilmu Kedokteran
perbuatan tersebut memang telah terjadi. Adanya kaitan antara Ilmu Kedokteran dengan
perbuatan cabul dapat dipandang sebagai konsekuensi dari pasal-pasal di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memuat ancaman hukuman serta tata
cara pembuktian pada setiap kasus yang termasuk di dalam pengertian kasus perbuatan
cabul.2
Perbuatan cabul Seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, maka ia diancam
dengan hukuman penjara maksimal 9 tahun (pasal 289 KUHP). Hukuman perbuatan cabul
24
lebih ringan, yaitu 7 tahun saja jika perbuatan cabul ini dilakukan terhadap orang yang
sedang pingsan, tidak berdaya, berumur dibawah 15 tahun atau belum pantas dikawini
dengan atau tampa bujukan (pasal 290 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap
orang yang belum dewasa oleh sesama jenis diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun
(pasal 292 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan dengan cara pemberian, menjanjikan
uang atau barang, menyalahgunakan wibawa atau penyesatan terhadap orang yang belum
dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 293 KUHP). Perbuatan
cabul yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat, anak yang belum dewasa yang
bujang atau bawahan yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 7
tahun.
pencabulan hendaknya dilakukan pemeriksaan yang teliti dan waspada. Pemeriksaan harus
yakin dengan semua bukti-bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik, ia tidak
lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang, guna memperoleh banyak
bukti. Dalam melaksanakan kewajiban dokter jangan sampai meletakkan atau mengabaikan
anak-anak jangan sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya. Visum et
repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari
penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Sebagai ahli klinis yang perhatian
utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan penderita, memang agak sulit untuk
melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan pencabulan ini. Agar kesaksian seorang
dokter dalam perkara pidana mencapai sasarannya, yaitu membantu pengadilan dengan
sebaik-baiknya, dia harus mengenal undang – undang yang bersangkutan dengan tindak
25
pidana tersebut dan harus mengetahui unsur – unsur mana yang dibuktikan secara medik atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Tampi BM. Perbuatan Cabul dalam Pasal 290 KUHPidana Sebagai Kejahatan
Kesusilaan. 2015.
2. Purwanti. Ilmu kedokteran forensik untuk kepentingan penyidikan. Jakarta: Rayyana
Komunikasindo; 2014.p.245-6.
3. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) & KUHAP (Kitab Undang-undang
aksara.2004
7. Meilia, PDI. Prinsip Pemeriksaan dan Penatalaksanan KOrban Kekerasan Seksual.
26
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_196Prinsip%20Pemeriksaan%20dan
%20Penatalaksanaan%20Korban%20Kekerasan%20Seksual.pdf. 2012
8. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang. 2003.
9. Sadock BJ dan Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC. 2010.
Pertanyaan :
harus dilakukan?
Jawaban :
1. Pemerkosaan menurut KUHP pasal 285 didefinisikan sebagai “Barang siapa dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia
diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun”. Terdapat tiga hal yang ditekankan dalam KUHP untuk
membedakan pemerkosaan dan perbuatan cabul yaitu kekerasa atau ancaman kekerasan,
27
ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan sebagainya, yang
yang sifatnya bertentangan dengan pandangan umum untuk kesusilaan. Perbuatan cabul
2. Tujuan pemeriksaan gigi (gigi molar) pada kasus pencabulan untuk menentukan umur
korban yang tidak memiliki wali atau orang tua atau tidak memiliki identitas yang jelas.
Tanggapan : Jika tidak ada molar 3, apa konsekuensinya?
Jawaban : Jika molar 3 belum tumbuh makan dianggap korban masih dibawah umur.
Tanggapan : Untuk apa penentuan usia (dewasa atau anak-anak)?
Jawaban : Jika usia kurang dari 15 tahun maka dikenakan pasal 290 ayat 3 “Barang siapa
yang membujuk seseorang, yang diketahui atau patut disangkanya bahwa umur orang itu
belum cukup lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas yang bersangkutan belum
perbuatan cabul. Hal ini tidak ada perbedaan dengan penjelasan sebelumnya kecuali
“pelaku””
3. Tindakan yang dilakukan adalah :
- Memberikan edukasi pada keluarga korban
- Jika membutuhkan obat atau terapi maka konsul jika ada dokter spesialis
Tanggapan :
kemungkinan tertular penyakit menular seksual dan terapi jika ada atau perlu.
4. Sebagai dokter IGD yang dilakukan adalah anamnesis dengan menanyakan apakah
pasien sudah mandi atau membersihkan diri dan sudah mengganti pakaian, menanyakan
apakah ada surat permintaan visum dan pakian pasien sudah dicuci atau belum. Jika
pasien belum membersihkan tubuh maka dilakukan pemeriksaan pada rambut, kuku, dan
28
Jawaban : jika pasien telah mandi atau membersihkan tubuh pasien maka pemeriksaan
kuku dan rambut tidak relative dilakukan karena tidak akan didapatkan hasil yang
diharapkan. Namun tetap dilakukan pemeriksaan swab vagina dan pasien diminta untuk
pada rambut yang di harapkan adalah ditemukan ada darah, cairan mania tau rambut
pelaku.
Tanggapan : Pemeriksaan rambut agak susah dilakukan karena dibutuhkan adanya folikel
29