Anda di halaman 1dari 41

PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAMBATAN - HAMBATAN YANG

DIHADAPI DALAM KASUS ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK


PIDANA PENCABULAN DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN
RESOR MANGGARAI BARAT

Reinildis Dejam

Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang

ReinildisDejam@gmail.com

Nikolas manu, S.H,.M.H.

Universitas Nusa Cendana Kupang

Rosalind angel fanggi S.H,.M.H.

Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRAK

Reinildis Dejam,Perlindungan Hukum dan Hambatan Hambatan yang Dihadapi


Dalam Kasus Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Pencabulan di Wilayah Hukum
Kepolisian Resort Manggarai Barat. di Bimbing Oleh: Nikolas Manu, Sebagai
Pembimbing I dan Rosalind Angel Fanggi,Sebagai Pembimbing II.
Pencabulan adalah perbuatan yang melanggar rasa kesusilaa (kesopanan), atau perbuatan
lain yang keji dan semua perbuatan itu dalam lingkup nafsu birahi kelamin seperti cium-
ciuman,meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada dan sebagainya. Rumusan
masalah dalam penelitinya ini adalah: Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Korban Tindak Pidana Pencabulan Selama Proses Penyelidikan dan Penyidikan di Wilayah
Hukum Kepolisian Resort Manggarai Barat; apakah hambatan-hambatan yang dihadapi
selama proses penyelidikan dan penyidikan terhadap anak korban tindak pidana pencabulan
di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Manggarai Barat?

Metode penelitian ini mengunakan metode penelitian yuridis empiris yakni penelitian yang
dilakukan di lapangan dengan mencari data dan informasi,dengan melakukan wawancara
dengan penyidik yang menangani kasus tindak pidana pencabulan di Manggarai Barat dan
anak korban pencabulan.

Hasil penelitian ini menunjukan: (1) perlindungan hukum yang diberikan selama proses
penyelidikan dan penyidikan di Wilayah Kepolisian Resort Manggarai Barat berupa
merahasiskan identitas korban, penyidikan dengan suasana kekeluargaan, perawatan atau

i
visum terhadap korban, menyediakan penerjemahan, mendapatkan pedamping disetiap
proses peradilan menyediakan rumah aman(shelter), memberikan bantuan psikosial,
memberikan informasi mengeni perkembangan kasus secara bertahap,korban mendapatkan
informasi megenai hak-hak korban kewajban serta kewajiban korban dan keluarga korban.
(2) Hambatan-hambatan yang dihadapi selama proses penyidikan terhadap anak korban
pencabulan di Wilayah Hukum Kepolisian Resert Manggarai Barat: kurannya personil
penyidik, saranan dan prasarana, pelaku melarikan diri , terkadang korban atau keluarga
korban tidak memilik identitas seperti akta kelahiran dan kartu keluarga, korban tidak dapat
memberian keterangan yang konsisten dan tepat, korban mencabut laporan, jarak atau
lokasi korban jauh dari Kepolisian Resort Manggarai

Kata Kunci:Pencabulan, Perlindungan Hukum, Anak

ABSTRACT
Reinildis Dejam, legal protection and Obstacles Faced in Cases of Children as Victims of
Obscenity Crimes in the Legal Area of the Manggarai Barat Resort Police. Mentored By:
Nikolas Manu, As Advisor I and Rosalind Angel Fanggi, As Advisor II.
Fornication is and act that violates a sense of decency(decency),or other heinous acts and
all of these action fall within the scope of sexual desire such as kissing, groping the genitals,
groping the breasts and so on. The formulation of the problem in this study is: (1) What is the
legal protection For child victims of sexual abuse during the investigation and investigations
process in the Juridiction Of The Manggarai Barat Resort Police ? (2) What are the obstacles
encountered during the process of investigating and investigating child victims of sexual abuse
in the Manggarai Barat Resort Police Legal Area?
This research method uses empirical juridical research methods, namely research
conducted in the field by seeking data and information, by conduction interviews with
investigators who handle cases, of criminal acts of sexual abuse in Manggarai Barat and child
victims of sexual abuse.
The results of this study indicate: (1) legal protection provide during the investigation and
investigation process in the Manggarai Barat Resort Police regional the form of securing the
victims “as identiti confidential, investigations in a family atmostphere treatment on mortem
examination of victims, providing translation, obtaining assiscks in every judician process
providing a safe house (shelter), provide, costal assistance, provide, information regarding the
progress of the case gradually the victims obtains information family (2) Obstacles encounteret
during the investigation process of the child victims of sexual abuse in the Hulan Region of the
Resort Police Manggarai Barat lack of investigative personnel, facilities and infrastructure,

ii
perpetratos run away, sometimes the victim or the victim’s family does not have and identity
such as a birth certificate and family card, the victim cannot provide consistent and accurate
information, the victim with dreaws the report, the thisdance or lucation of the victim is far
from the Police Resort Manggarai Barat.

Keywords: Abuse, Legal Protection, Children.

iii
dari sekian banyak jenis kejahatan

terhadap hak asasi manusia yang


PENDAHULUAN
sering terjadi.2 Pencabulan
Pasal 1 ayat (3) Undang-
merupakan kejahatan terhadap
Undang Dasar Negara Kesatuan
kesusilaan yang diatur dalam Bab
Republik Indonesia (UUD NKRI)
XIV KUHP tentang kejahatan
Tahun 1945,”1 Negara Indonesia
terhadap kesopanan. Menurut kamus
adalah Negara Hukum. Dengan
hukum yang disusun oleh Sudarsono,
demikian dinamika dalam kehidupan
menyatakan bahwa cabul berarti keji
masyarakat dikendalikan oleh
dan kotor, tidak senonoh karena
hukum, hukum yang masih hidup
melanggar kesopanan, dan
sampai saat ini adalah hukum positif,
kesusilaan. Perbuatan pencabulan
artinya hukum yang sedang berlaku
adalah segala wujud perbuatan, baik
saat ini, dan akan terus ada selama
dilakukan pada diri sendiri maupun
masyarakat ada. Selama manusia
dilakukan kepada orang lain
hidup, ia akan dibelenggu oleh
mengenai dan berhubungan dengan
permasalahan hidup, dan masalah itu
alat kelamin atau bagian tubuh
hadir karena konstruksi manusia itu
lainnya yang dapat merangsang nafsu
sendiri. Salah satu bentuk kejahatan 3
sosial.
seksual yang sangat merugikan dan
Perlindungan hukum terhadap
meresahkan masyarakat dewasa ini
anak diatur dalam Undang-Undang
adalah bentuk kejahatan pencabulan

1 Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Penanganan Kejahatan, (Yogyakarta : CV.


dasar Negara kesatuan Republik Indonesia Absolute Media, 2016), Hlm 132.
3
(UUD NKRI) Tahun 1945 Adami Chazawi , Tindak Pidana
2 Mengenai Kesopanan, (Jakarta: PT. Raja
Sulistyanta dan Maya Hehanusa,
Kriminologi Dalam Teori Dan Solusi Grafindo Persada). hlm 80

1
Nomor 35 Tahun 2014 tentang 1. Penyalahgunaan dalam
kegiatan politik;
perubahan atas Undang-Undang 2. Perlibatan dalam
sengketa bersenjata;
Nomor 23 Tahun 2002 tentang 3. Perlibatan dalam
kerusuhan sosial;
Perlindungan Anak yang terakhir 4. Perlibatan dalam
peristiwa yang
diubah dengan Undang-Undang mengandung unsur
kekerasan ;
Nomor 17 Tahun 2016 tentang 5. Perlibatan dalam
peperangan;dan
Penetapan Peraturan Pemerintah 6. Kejahatan seksual.

Penganti Undang-Undang Nomor 1 Perlindungan hukum dalam

Tahun 2016 tentang Perubahan proses penyidikan kepada anak

Kedua Atas Undang-Undang Nomor korban tindak pidana pencabulan

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan merupakan sebagai bentuk

Anak menjadi Undang-Undang. perhatian dan perlakuan khusus

Pasal 1 Undang-Undang tentang untuk melindungi kepentingan

Perlindungan Anak dijelaskan anak. Dalam Pasal 2 ayar (3) dan

bahwa, Anak adalah seorang yang ayat (4) Undang-undang Nomor 4

belum berusian 18 (delapan belas) Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan

tahun ,termasuk anak yang masih Anak, Undang-Undang mendorong

dalam kandungan . Dalam pasal 15 perlunya perlindungan anak dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun rangka mengusahakan

2014 Tentang Perubahan atas kesejahteraan anak dan perlakuan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun yang adil terhadap anak.

2002 Tentang Perlindungan Anak. Perlindungan terhadap anak pada

Pasal 15 mengatakan bahwa: setiap suatu masyarakat bangsa

anak berhak untuk memperoleh merupakan tolak ukur peradaban

perlindungan dari : bangsa tersebut, karenanya

2
diwajibkan sesuai dengan 7) Mendapat informasi mengenai
putusan pengadilan;
kemampuan demi kepentingan nusa 8) Mendapat informasi dalam hal
terpidana dibebaskan;
dan bangsa. 9) Dirahasiakan identitasnya;
10) Mendapatkan indentitas baru;
Pengaturan mengenai 11) Mendapatkan tempat kediaman
sementara;
perlindungan sanksi dan korban 12) Mendapat tempat kediaman
baru;
diatur dalam Undang-Undang 13) Memperoleh penggantian biaya
transportasi sesuai dengan
Nomor 31 Tahun 2014 Perubahan kebutuhan;
14) Mendapat nasihat hukum;
atas Undang-Undang Nomor 13 15) Memperoleh bantuan biaya
hidup sementara sampai batas
Tahun 2006 Tentang Saksi dan waktu perlindungan berakhir;
16) Mendapat pendamping.
Korban. Pada Pasal 5 menyebutkan Dalam Pasal 6 ayat (1) juga
dijelaskan bahwa korban
beberapa hak yang diperoleh saksi pelanggaran hak asasi
manusia yang berat, korban
dan korban diantaranya: tindak pidana terorisme, korban
tindak pidana perdagangan
orang, korban tindak pidana
penyiksaan, korban tindak
Saksi dan korban berhak : pidana kekerasaan seksual, dan
1) Memperoleh korban penganiayaan berat,
perlindungan atas selain berhak sebagaimana
keamanan pribadi, dimaksud dalam Pasal 5 juga
keluarga dan harta berhak mendapatkan:
bendanya, serta bebas a. Bantuan medis; dan
dari ancaman yang b. Bantuan rehabilitas
berkenan dengan
kesaksian yang akan, psikososial dan
sedang, atau telah
diberikannya; psikologis.
2) Ikut seta dalam proses
memilih dan menentukan Pada ayat (2) dijelaskan juga
bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan; bahwa ketentuan sebagaimana yang
3) Memberikan keterangan
tanpa tekanan ; dimaksud pada ayat (1) diberikan
4) Mendapat penerjemahan
; berdasarkan keputusan LPSK.
5) Bebas dari pertanyaan
yang menjerat; Hukum pidana dan sistem
6) Mendapat informasi mengenai
perkembangan kasus; peradilan pidana merupakan

3
lembaga yang harus terus berperan alkohol, psikitropika, dan
zaat adiktif lainnya;
aktif dalam memberikan jaminan f. Anak yang menjadi korban
pornografi ;
perlindungan dan pemenuhan hak- g. Anak dengan HIV/AIDS;
h. Anak korban penculikan,
hak korban serta mengupayakan penjualan dan/ atau
perdagangan;
keadilan bagi korban dan keluarga i. Anak korban kekerasan fisik
dan/atau psikis;
yang berjuang untuk mengapai j. Anak korban kejahatan
seksual;
keadilan. Pengaturan mengenai k. Anak korban jaringan
terorisme;
perlindungan khusus kepada anak l. Anak penyandang
disabilitas;
sebagaimana diatur dalam Undang- m. Anak korban perlakuan
salah dan penelantaran;
Undang Nomor 35 Tahun 2014 n. Anak dengan perilaku sosial
menyimpang; dan
Perubahan atas Undang-Undang o. Anak yang menjadi korban
stigmatisasi dari perlabelan
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang terkait dengan kondisi
orangtuanya.
Perlindungan Anak. pada Pasal 59
Pasal 69A dijelaskan bahwa
menyebutkan bahwa: Upaya perlindungan khusus bagi
anak korban kejahatan seksual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (2) huruf j dilakukan melalui
1. Pemerintah, pemerintah daerah, upaya :
lembaga negara lainnya
a. Edukasi tentang kesehatan
berkewajiban
reproduksi, nilai agama, dan
bertanggungjawab untuk
nilai kesusilaan;
memberikan perlindungan
b. Rehabilitas seksual
khusus kepada anak.
c. Pendampingan psikososial
2. Perlindungan khusus kepada
pada saat pengobatan sampai
anak sebagaimana dimaksud
pemulihan;
pada ayat (1) diberikan kepada:
d. Pemberian perlindungan dan
a. Anak dalam situasi darurat;
pendampingan pada setiap
b. Anak yang berhadapan dengan
pemeriksaan mulai dari
hukum;
penyidikan, penuntutan,
c. Anak dari kelompok
sampai dengan pemeriksaan
minoritas dan terisolasi;
disidang pengadilan.
d. Anak yang di eksploitasi Bentuk perlindungan korban
secara ekonomi dan/ atau
seksual ;
dapat dilakukan dengan upaya
e. Anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika,
rehabilitas medis dan rehabilitas

4
sosial, baik didalam maupun diluar korban tindak pidana pencabulan

lembaga pada saat upaya pemulihan selama proses penyidikan

korban. Karena percabulan anak ditinjauan dari teori Seorjono

berbeda dengan korban kejahatan soekanto diantaranya adalah

lainnya, korban pencabulan sebagai berikut:

mengalami trauma yang mendalam, 1. Faktor hukum sendiri

oleh karena itu perlu adanya upaya 2. Faktor penegak hukum

perlindungan bagi korban 3. Faktor sarana dan prasarana

pencabulan secara hukum. Jadi yang belum memadai

perlindungan anak adalah segala 4. Faktor masyarakat, dan

kegiatan untuk menjamin dan 5. Faktor budaya

melindungi anak dan hak-haknya Berdasarkan hasil penelitian

agar dapat hidup, tumbuh, yang dilakukan di Kepolisian

berkembang dan berpartisipasi Resort Manggarai Barat, pen

secara optimal sesuai dengan harkat memperoleh data mengenai kasus

dan martabat kemanusiaan, serta pencabulan anak yang ditangani

mendapat perlindungan dari oleh Kepolisian Resort Manggarai

kekerasan dan diskriminasi. Dalam Barat yang setiap tahunnya

menangani kasus kekerasan mengalami peningkatan. Kasus

terhadap anak khususnya kasus tindak pidana pencabulan anak

tindak pidana pencabulan, aparat dalam proses penyelidikan dan

penegak hukum masih mengalami penyidikan yang ditangani di

hambatan. Secara umum sehingga Kepolisian Resort Manggarai Barat

hal ini dapat menghambat dalam pada unit pelayanan perlindungan

memenuhi hak-hak anak sebagai perempuan dan Anak (PPA).

5
Penelitian ini bertujuan untuk penelusuran peneliti mengenai kasus

Megetahui perlindungan hukum yang sama namu dengan lokasi

terhadap anak korban tindak pidana penelitian yang berbeda yaitu yang di

pencabulan di wilayah hukum tulis oleh Oky Hoklan Harianja yaitu,

kepolisian Resort Manggarai Barat ; Mahasiswa Fakultas Hukum

serta nntuk mengetahui hambatan- Universitan Islam Riau Pekanbaru

hambatan yang dihadapi oleh angkatan 2019 dengan judul

penegak hukum (polisi) selama “Tinjauan Viktimologi Terhadap

proses penyelidikan dan penyidikan Anak Yang Menjadi Korban Tindak

di Wilayah Hukum Kepolisian Pidana Pencabulan di Wilayah Kota

Resort Manggarai Barat dalam Pekanbaru”. dengan rumusan

proses perlindungan terhadap anak masalah sebagai berikut:

korban tindak pidana pencabulan. Bagaimanakah peranan anak sebagai

Tulisan penelitian dengan judul korban dalam terjadinya tindak

“ Perlindungan Hukum Dan pidana pencabulan di wilayah hukum

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Kota PekanBaru ;Bagaimanakah

Dalam kasus Anak Sebagai Korban perlindungan hukum terhadap anak

Tindak Pidana Pencabulan Di yang menjadi korban pencabulan di

Wilayah Hukum Kepolisian Resort Wilayah Hukum Kota Pekanbaru

Manggarai Barat“ adalah asli dan Perbedaan penelitian terdahulu

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan penelitian ini adalah: Topik

berdasarkan buku-buku, jurnal-jurnal yang diteliti sama-sama mengenai

hukum peraturan perundanga- perlindungan hukum terhadap anak

undangan yang berlaku, serta fakta- korban pencabulan namun yang

wakta yang terjadi . sejaug berbeda yaitu:Penelitian terdahulu

6
berbicara tentang bagaimanakah penelitian ini dilakukan di Manggarai

peranan anak sebagai korban dalam Barat Nusa Teggara Timur.

terjadinya tindak pidana pncabulan di


METODE PENELITIAN
wilayah Pekanbaru sedangkan
Rumusan masalah yang diteliti
penelitian ini membicakan tentang
adalah; Bagaimanakah
bagaimanakah perlindungan hukum
perlindungan hukum terhadap anak
terhadap anak korban tindak pidana
korban tindak pidana pencabulan
pencabulan selama proses penyidikan
selama proses penyelidikan dan
di Wilayah Hukum Kepolisian Resort
penyidikan di Wilayah Hukum
Manggarai Barat. Penelitian
Kepolisian Resort Manggarai
terdahulu membicara tentang
Barat; Apakah hambatan-hambatan
bagaimanakah perlindungan hukum
yang dihadapi selama proses
terhadap anak yang menjadi korban
penyelidikan dan penyidikan
pencabulan diwilayah hukum kota
terhadap anak korban tindak pidana
Pekanbaru sedangkan penelitian ini
pencabulan di Wilayah Hukum
membicarakan tentang apakah
Kepolisian Resort Manggarai Barat
hambatan-hambatan yan dihadapi

selama proses penyidikan terhadap Jenis Penelitian adalah yuridis

anak korban tindak pidana empiris, yaitu sebagai usaha mendekatan

pencabulan di Wilayah Hukum masalah yang diteliti dengan sifat

Kepolisian Resort Manggarai Barat. hukum yang nyata atau sesuai dengan

Adapun perbedaan lain, yaitu kenyataan yang dialami masyarakat.

mengenai lokasi penelitian terdahulu Pendekatan yang digunakan dalam

dilakukan di pekanbaru sedangkan penelitian ini yakni pendekatan

deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara

7
menguraikan/atau menjabarkan /atau penyidikan kepada anak korban

menjelaskan berbagai informasi yang tindak pidana pencabulan

diperoleh guna menjawab permasalahan merupakan sebagai bentuk

penelitian. perhatian dan perlakuan khusus

Jenis data yang digunaknan ialah untuk melindungi kepentingan

data primer yang diperoleh melalui anak. Perlindungan terhadap anak

wawancara di lapangan ; dan data pada suatu masyarakat merupakan

sekunder yang diperoleh dari tolak ukur peradaban bangsa

perpustakaan. tersebut, karenanya wajib

diusahakan sesuai dengan


HASIL PENELITIAN DAN
kemampuan demi kepentingan nusa
PEMBAHASAN
dan bangsa. Undang –Undang

1.1 Perlindungan Hukum Terhadap Nomor 11 Tahun 2012 Tentang

Anak Korban Tindak Pidana Sistem Peradilan Pidana Anak dan

Pencabulan Selama Proses Undang-Undang Nomor 35 Tahun

penyelidikan dan Penyidikan Di 2014 perubahan atas Undang-

wilayah Hukum Kepolisian Resort Undang Nomor 23 tahun 2002

Manggarai Barat. Tentang Perlindungan Anak.

Perlindungan hukum merupakan memberikan perbedaan perlakuan

suatu bentuk pelayanan yang wajib dan perlindungan pelaksanan hak

diberikan oleh pihak Kepolisian dan kewajiban anak dan saksi,

maupun Pemerintah terhadap anak khususnya anak sebagai korban

yang mengalami korban tindak pencabulan dalam proses peradilan

pidana pencabulan anak. pidana, yaitu meliputi seluruh

Perlindungan hukum dalam proses prosedur acara pidana, mulai dari

8
penyelidikan, penyidikan dan (Unit PPA). Ketika terjadi kasus

berakhir pada pada pelaksanaan tindak pidana pencabulan anak

pidana. maka, unit PPA Kepolisian Resort

Kepolisian Negara Republik Manggarai akan bekerja sama

Indonesia mempunyai tugas dan dengan Lembaga Pekerja Sosial,

wewenang untuk menerima laporan dan Lembaga Swadaya Masyarakat

ketika terjadi suatu tindak tindak untuk bekerja sama dalam

pidana. Ketika ada suatu laporan memberikan perlindungan hukum

mengenai suatu tindak pidana terhadap anak yang menjadi korban

pencabulan terhadap anak, polisi dari sebuah kejahatan.

akan membuat laporan polisi dari Perlakuan yang diterima korban

kasus pencabulan tersebut. pencabulan selama proses peradilan

Pelaksanaan perlindungan hukum pidana adalah salah satu wujud

terhadap anak korban pencabulan di pelindungi Secara yuridis dan

tingkat penyelidikan dan sosiologis mengenai hak-hak

penyidikan dilakukan di unit korban hal ini dicantum dalam

pelayanan perempuan dan anak Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31

(PPA) yang berada di unit IV. Dasar Tahun 2014 tentang Perlindungan

hukum pembentukan unit Saksi dan Korban, yang

pelayanan perempuan dan anak merumuskan beberapa hak –hak

(PPA) adalah Peraturan Kepolisian saksi dan korban

Negara Republik Indonesia Nomor Dalam undang-undang-undang

Pol. 10 Tahun 2007 Tentang ini ditegaskan,bahwa tujuan

Organisasi dan Tata Kerja Unit perlindungan terhadap saksi dan

Pelayana Perempuan dan Anak korban adalah agar saksi dan

9
korban merasa aman dalam sendiri dan orang lain yang

memberikan keterangan pada bertentangan dengan kepentingan

setiap proses peradilan pidana dan dan hak asasi yang menderita. Ini

selain itu ditegaskan pula bahwa mengunakan istilah jasmaniah dan

perlindungan yang diberikan rohaniah ( fisik dan mental) dari

kepada saksi dan korban korban dan juga bertentangan

berasaskan pada penghargaan atas dengan hak asasi manusia dari

harkat, dan martabat manusia, rasa korban. 4Korban adalah orang yang

aman, keadilan, tidak diskriminasi sangat dirugikan dalam hal

dan kepastian hukum. terjadinya tindak pidana apapun,

Upaya perlindungan bagi korban terutama korban tindak pidana

tindak pidana pencabulan pencabulan anak. Oleh karena itu

merupakan perjuangan atas hak-hak korban sepatutnya harus dilindungi

mereka. Hak sebagai anak dan hak oleh pemerintah, aparat penegak

sebagai perempuan merupakan hukum maupun oleh lembaga

bagian dari hak asasi manusia yang lainnya.

wajib dijamin, dilindungi dan Berdasarkan wawancara peneliti

dipenuhi. Menurut Arif Gosita dengan Ibu Putu Yuli penyidik unit

Korban adalah mereka yang PPA Kepolisian Resort Manggarai

menderita jasmaniah dan rohaniah Barat, 10 Agustus 2022 di ruangan

sebagai akibat tindakan orang lain Unit PPA Mengenai proses

yang mencari pemenuhan diri perlindungan hukum pada saat

4Arif Gosita dalam Bambang Wuluyo,


Op.Cit,hlm.9

10
penyelidikan dan penyidikan perempuan dan anak di Manggarai

terhadap anak korban tindak pidana Barat hanya menerapkan Undang-

pencabulan. Unit pelayanan Undang Nomor 35 Tahun 2014

perempuan dan anak di Manggarai Perubahan atas Undang –Undang

Barat mengatakan bahwa bentuk Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

perlindungan hukum mengenai hak- Perlindungan Anak. Beberapa

hak anak korban pencabulan bentuk perlindungan hukum yang

dilaksanakan sesuai dengan dilakukan oleh penyidik di

Undang-Undang yaitu Undang- Kepolisian Resort Manggarai Barat.

Undang Nomor 35 Tahun 2014 Bentuk-bentuk perlindungan

tentang perubahan atas Undang- hukum yang diberikan Kepolisian

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Resort Manggarai Barat selama

Tentang Perlindungan Anak. proses Penyelidikan dan penyidikan

Mengenai Undang-Undang Nomor di Kepolisian Resort Manggarai

31 Tahun 2014 perubahan atas Barat adalah sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1. Merahasiakan identitas

2006 Tentang Perlindungan Saksi korban

dan Korban. penyidik unit Setalah unit PPA menerima

pelayanan perempuan dan anak di laporan dari kepolisian,

Manggarai Barat belum penyidik PPA akan

menerapkan Undang-Undang merahasiakan identitas

tersebut karena belum ada pelapor atau korban tersebut

pengajuan atau permohonan dari dengan tujuan untuk

pihak korban maupun dari keluarga memberikan pelayanan

korban. Sehingga unit Pelayanan keselamatan dan kenyamanan

11
berlangsung hidup korban dengan anak korban tindak

saat mengalami tindak pidana pidana pencabulan. Sehingga

pencabulan pada saat sudah suasana pada saat penyidikan

terjadi pelaporan kepada berlangsung dengan

pihak kepolisian. kemudian menyenangkan membuat

memastikan korban dan anak tidak takut untuk diminta

pelapor tidak mendapatkan keterangan. Penyidikan juga

tekanan dari pihak manapun. juga terkesan seperti bercerita

Merahasiakan identitas buka seperti penyidikan pada

korban merupakan salah biasanya. Ini diatur Dalam

bentuk perlindungan hukum Peraturan Kepala Kepolisian

yang sudah diatur dalam Pasal Negara Republik Indonesia

64 poin I Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 tentang

Nomor 35 Tahun 2014 pembentukan ruangan

perubahan atas Undang- pelayanan khusus dan tata

Undang Nomor 23 Tahun cara pemeriksaan saksi

2002 Tentang Perlindungan dan/atau korban tindak pidana

Anak yang berbunyi terdapat dalam Pasal 17 ayat

penghindaran dari publikasi (1) huruf c, Pasal 17 ayat (1)

atas indentitasnya. huruf d, dalam Pasal 17 ayat

2. Penyidikan dengan suasana (1) huruf e ,dan Pasal 17 ayat

kekeluargaan (1) huruf f, dan Pasal 17 ayat

Dalam melakukan penyidikan (1) huruf g, Pasal 17 ayat (1)

dengan penanganan khusus huruf i, dan Pasal 17 ayat (1)

seperti dengan bermain j. Pada waktu melapor,

12
korban ditempatkan Barat saat ini belum ada. jadi

diruangan pelayanan khusus Bagi korban yang mengalami

(RPK) dan didominasi oleh trauma atau gangguan psikis

polisi wanita (polwan) akibat kekerasan seskual yang

sehingga korban tidak malu dialaminya unit PPA hanya

dan lebih terbuka dalam melakukan rehabilitas sosial

memberikan keterangan dan saja, dengan bekerja sama

menceritakan kronologis dengan lembaga-lembaga

peristiwa pencabulan yang atau yayasan rumah

dialaminya. perlindungan perempuan dan

3. Dalam memberikan anak di Labuan bajo

pertanyaan, sebisa mungkin memulihkan trauma korban

penyidik tidak menyinggung sebelum korban kembali

perasaan korban apalagi kekampung .

memojok korban selama 5. Unit PPA Juga menyediakan

proses pemeriksaan perkara . rumah aman (shelter) bagi

4. Perawatan atau visum korban pencabulan dengan

terhadap korban bekerja sama dengan yayasan

Untuk kepentingan visum at rumah perlindungan perempuan

repertum, unit PPA poresta dan anak di manggarai barat.

Manggarai Barat dilakukan di Untuk Membantu korban atau

rumah sakit umum labuan keluarga korban yang

bajo Marombok. Untuk rumahnya jauh dari kepolisian

pendamping psikiater resort manggarai barat.

Kepolisian Resort Manggarai

13
6. Unit PPA juga menyediakan diatur dalam Pasal 23 ayat (1).

penerjamahan bagi korban yang proses penyelidikan dan

kurang lancar dalam berbahasa penyidikan dilakukan secara

Indonesia .dari tahap tansparan terhadap korban dan

penyelidikan sampai pada tahap orangtua korban namun tertutup

penyidikan untuk Menghidari untuk umum karena dapat

pertanyaan yang menjerat bagi mempengaruhi mental pelapor

korban yang mengalami tindak korban terutama korban

pidana pencabulan . pencabulan.

7. korban didampingi oleh 8. Selain itu korban maupun

orangtua korban atau keluarga korban juga

pendamping dari yayasan mendapatkan informasi

rumah perlindungan perempuan mengenai perkembangan kasus

dan anak atau yayasan pekerja secara bertahap dari tahap

sosial lainnya untuk penyelidikan, penyidikan

mendampingi korban selama kepada korban maupun

proses penyelidikan, penyidikan keluarga korban sehingga

sampai dengan proses korban maupun keluarga korban

dipersidangan merupakan salah mengetahui perkembangan

satu bentuk hak –hak korban kasus. Hal ini juga merupakan

yang diatur dalam Undang- salah satu bentuk perlindungan

Undang Nomor 35 Tahun 2014 hukum yang diberikan unit PPA

tentang perubahan atas Undang- Kepolisian Resort Manggarai

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Barat terhadap hak korban

tentang Perlindungan Anak dan

14
pencabulan anak maupun Undang Nomor 35 Tahun 2014
5
keluarga korban. perubahan atas Undang-Undang

9. Unit PPA juga memberitahukan Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

mengenai hak-hak korban Perlindungan Anak . Akan tetapi

pencabulan anak selama proses setelah peneliti wawancara 2 (dua)

penyelidikan,penyidikan korban pencabulan anak VA dan

sampai pada tahap pemeriksaan AJS dengan Nomor Laporan.

perkara dipersidangan sehingga ternyata masih ada korban

korban mengetahui hak –hak pencabulan anak yang hak-haknya

korban yang mengalami tindak belum diberikan secara maksiamal

pidana pencabulan.6 oleh pihak Kepolisian Resort

Berdasarkan wawancara Manggarai Barat terhadap hak-hak

dengan Ibu Putu, Tanggal 10 korban. Sebagaimana sudah

Agustus 2020 penyidik unit dicatumkan didalam Undang-

pelayanan perempuan dan anak Undang Nomor 35 Tahun 2014

(PPA) di Kepolisian Resort perubahan atas Undang-Undang

Manggarai mengatakan sudah Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

mengusahan memberikan Perlindungan Anak dan Undang-

perlindugan hukum terhadap hak- Undang Nomor 31 Tahun 2014

hak anak korban maupun keluarga perubahan atas Undang-Undang

korban tindak pidana pencabulan. Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Sesuai dengan prosedur Undang- Perlindungan Saksi dan Koban.

5 6
Wawancara dengan Penyidik Unit PPA Wawancara dengan penyidik unit PPA
Poresta Manggarai Barat Putu Yulia, Poresta Manggarai Barat Putu Yulia,
tanggal 10 agustus 2022. Tanggal 12 agustus 2022.

15
Berdasarkan hasil mental, spritual dan sosial korban.

wawancara yang dilakukan peneliti Hak pemulihan dalam Undang-

dengan dengan anak korban AJS dan Undang Nomor 35 Tahun 2014

VA bahwa perlindungan hukum Tentang Perlindungan Anak dalam

yang diberikan oleh unit PPA Pasal 59, dan Pasal 59a terutama

terhadap korban selama proses dalam kasus tindak pidana

Penyelidikan dan penyidikan belum pencabulan seperti:

efektif mengenai perlindungan 1) Rehabilitas medis,

hukum terhadap anak korban tindak 2) Rehabilitas mental,

pidana pencabulan di Manggarai dan sosial,

Barat. Penyidikan tindak pidana 3) Restitusi dan/atau

korban kekerasan yang dialami anak kompesasi

merupakan langkah atau proses awal Untuk itu didalam penyelidikan

dari penegak hukum dalam dan penyidikan diberikan hak terhadap

memberikan perlindungan hukum anak untuk melakukan konseling

kepada korban dan upaya terhadap psikiater untuk memulihkan

memberantas tindakan kekerasan kondisi anak yang mengalami trauma

anak. Berdasarkan hasil wawancara atau gejala-gejala trauma untuk

peneliti dengan Korban AJS dan kembali seperti sedia kala. Terhadap

Korban VA, korban tidak anak korban pencabulan anak

mendapatkan upaya rehabilitas diberikan hak untuk konseling oleh

dengan melakukan konseling psikiater. Hal ini guna untuk

psikologis dan psikososial. hak memberikan hak pulih dari trauma

pemulihan adalah seluruh upaya yang dialami anak korban tindak

untuk mengembalikan kondisi fisik, pidana pencabulan. Seperti tercatum

16
dalam dalam pasal 120 ayat (1) Umum Labuan Bajo Marombok di

KUHAP yang memberikan wewenang Manggarai Barat. Bentuk perlindungan

kepada penyidik untuk diminta korban dapat dilakukan dengan upaya

bantuan kepada ahli. Upaya rehabilitas rehabilitas medis dan rehabilitas sosial,

juga dicatumkan dalam peraturan baik didalam maupun diluar lembaga

perundangan-undangan telah pada saat upaya pemulihan korban.

memberikan aturan adanya kewajiban Oleh karena itu korban sepatutnya

bagi korban untuk melakukan upaya harus dilindungi oleh pemerintah ,

rehabilitas. Sementara korban aparat penegak hukum, maupun oleh

pencabulan anak VA dan AJS yang lembaga penegak hukum lainya demi

mengalami tindak pidana pencabulan perkembangan dan pertumbuhan anak

berulang kali yang mengalami trauma secara wajar baik fisik, mental, dan

atau gejala-gejala trauma tidak sosial. Perlindungan anak merupakan

diberikan pendamping psikiater dan perwujudan adanya keadilan dalam

rehabilitas. untuk kepentingan Visum suatu masyarakat, dengan demikian

At Reprutum, RPK seharusnya perlindungan anak diusahakan dalam

menyediakan ruangan khusus berbagai bidang kehidupan bernegara

sehingga sedikit banyak dapat dan bermasyarakat.7 sebagaimana

membantu meringankan penderitaan dicatumkaan dalam Undang-Undang

korban dalam proses penyelidikan dan Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 69A

penyidikan. namun kenyataanya dijelaskan bahwa Upaya perlindungan

korban dibawah di Rumah Sakit khusus bagi anak korban kejahatan

7 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap


Anak Dalam Sistem Peradilan Anak Di Indonesia,
(Bandung: PT Refika Aditama,2014), Hlm. 40

17
seksual sebagaimana dimaksud dalam korban berhak untuk bantuan sosial bagi

pasal 59 ayat (2) huruf j dilakukan anak yang tidak mampu atau mengajukan

melalui upaya : permohonan mengenai ganti rugi restitusi

a. Edukasi tentang kesehatan di pengadilan. Korban VA juga merasa

reproduksi, nilai agama, dan bahwa kepolisian tidak memperhatikan dan

nilai kesusilaan; menanyakan korban mengenai kebutuhan

b. Rehabilitas seksual yang dibutuhan korban selama proses

c. Pendampingan psikososial penyidikan berlangsung, karna korban

pada saat pengobatan mengalami kesulitan mencari tempat

sampai pemulihan; tinggal, trasportasi dan juga biaya hidup

d. Pemberian perlindungan sementara korban dan saksi selama proses

dan pendampingan pada penyelidikan dan penyidikan berlangsung

setiap pemeriksaan mulai di Kepolisian Resort Manggarai Barat.

dari penyidikan, penuntutan, Korban tidak tinggal dirumah aman yang

sampai dengan pemeriksaan disediakan oleh Kepolisian Resort

disidang pengadilan. Manggarai Barat karena korban mengalami

Korban AJS dan korban VA tidak trauma ketemu orang banyak sehingga

mendapatkan informasi atau korban tidak aman tinggal di rumah aman

pemberitahuan oleh pihak kepolisian (shelter) yang disediakan oleh Kepolisian

mengenai hak dan kewajiban korban Manggarai Barat dengan bekerja sama

pencabulan anak seperti korban tidak dengan Yayasan Rumah Perlindungan

diberitahukan mengenai apa saja yang Perempuan dan Anak di Manggarai Barat

menjadi hak dan kewajiban dari korban yang dijadikan sebagai rumah aman (

pencabulan anak selama proses Shelter) oleh Kepolisian Resort Manggarai

penyelidikan dan penyidikan. Seperti Barat. Dan Untuk Korban AJS Proses

18
penyelesaian kasus dipeti eskan bahkan Berdasarkan Undang-Undang

korban dan keluarga tidak mendapat Nomor 31 Tahun 2014 perubahan atas

informasi mengenai perkembangan kasus Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

secara bertahap . Berdasarkan peraturan Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

perundang-Undangan Nomor 35 Tahun yang dicantum dalam Pasal 5 Undang-

2014 perubahan atas Undang-Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang

Perlindungan Anak pada Pasal 59a merumuskan beberapa hak –hak saksi

berbunyi bahwa perlindungan khusus bagi dan korban diantaranya:

anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. Saksi dan korban berhak :

59 ayat (1) dilakukan melalaui upaya: 1) Memperoleh perlindungan atas

a) Penanganan yang cepat, termasuk keamanan pribadi, keluarga dan

pengobatan dan/atau rehabilitas secara harta bendanya, serta bebas dari

fisik,psikis dan sosial serta pencegahan ancaman yang berkenan dengan

penyakit dan gangguan kesehatan kesaksian yang akan, sedang, atau

laiannya; telah diberikannya;

b) Pedampingan psikososial pada saat 2) Ikut seta dalam proses memilih dan

pengobatan sampai pemulihan; menentukan bentuk perlindungan

c) Pemberian bantuan sosial bagi anak dan dukungan keamanan;

yang berasal dari keluarga yang tidak 3) Memberikan keterangan tanpa

mampu; dan tekanan ;

d) Pemberian perlindungan dan 4) Mendapat penerjemahan ;

pendampingan pada setiap proses 5) Bebas dari pertanyaan yang

peradilan. menjerat;

19
6) Mendapat informasi mengenai bagi korban pelanggaran hak asasi manusia

perkembangan kasus; yang berat. Menurut penjelasan Pasal 6

7) Mendapat informasi mengenai bantuan rehabilitas psikososial adalah

putusan pengadilan; bantuan yang diberikan oleh psikolog

8) Mendapat informasi dalam hal kepada korban yang menderita trauma atau

terpidana dibebaskan; masalah kejiwaan lainnya untuk

9) Dirahasiakan identitasnya; memulihkan kembali kondisi kejiwaannya

10) Mendapatkan indentitas baru; korban.

11) Mendapatkan tempat kediaman Berdasarkan wawancara peneliti

sementara; dengan korban VA Selama proses

12) Mendapat tempat kediaman penyelidikan dan penyidikan di Kepolisian

baru; Resort Manggarai Barat Korban VA hanya

13) Memperoleh penggantian biaya didampingi oleh orangtua korban Yang saat

transportasi sesuai dengan itu juga Ibu dari korban VA dalam kondisi

kebutuhan; yang kurang stabil karena pristiwa yang

14) Mendapat nasihat hukum; menimpa anaknya . Korban VA tidak

15) Memperoleh bantuan biaya diberikan pendamping selama proses

hidup sementara sampai batas penyelidikan dan penyidikan dan korban

waktu perlindungan berakhir; dikembalikan kekampung tanpa

16) Mendapat pendamping. mendapatkan upaya rehabilitas untuk

Selain hak-hak yang terdapat dalam korban dan ibu korban. Menurut Pasal 1

Pasal 5, dan pasal 6 Undang-undang ayat (14) Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Nomor 31 Tahun 2014 juga terdapat 2014 Tentang Perlindungan Anak

beberapa hak untuk mendapatkan bantuan pendamping adalah pekerja sosial yang

medis dan bantuan rehabilitas psiko-sosial mempunyai kompetensi profesional dalam

20
bidangnya. Seperti Dinas Sosial atau f. Anak korban penculikan,

Lembaga Swadaya Masyarakat yang penjualan, dan/atau

dibidang Perlindungan Perempuan dan perdagangan;

Anak. Dan juga untuk korban pencabulan g. anak korban kekerasan fisik

anak berhak untuk mendapatkan dan/atau psikis;

pendamping selama proses peradilan dari h. Anak korban kejahatan seksual;

penyidikan, penuntutan dan putusan i. Anak korban jaringan

pengadilan. Hal Di ataur dalam dalam terorisme;

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 j. Anak penyandang disabilitas;

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 k. Anak korban perlakuan salah

Tahun 2002 Tentng Perlindungan Anak dan penelantaran;

pada Pasal 59 menyebutkan bahwa: l. Anak dengan perilaku sosial

(1) berhadapan dengan hukum; menyimpang; dan

a. Anak dari kelompok minoritas m. Anak yang menjadi korban

dan terisolasi; stigmatisasi dari perlabelan

b. Anak yang di eksploitasi secara terkait dengan kondisi

ekonomi dan/ atau seksual ; orangtuanya.

c. Anak yang menjadi korban Pasal 69A juga menyebutkan bahwa

penyalahgunaan narkotika, Upaya perlindungan khusus bagi anak

alkohol, psikitropika, dan zaat korban kejahatan seksual sebagaimana

adiktif lainnya; dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) huruf

d. Anak yang menjadi korban j dilakukan melalui upaya :

pornografi; a. Edukasi tentang kesehatan

e. Anak dengan HIV/AIDS; reproduksi, nilai agama, dan nilai

kesusilaan;

21
b. Rehabilitas seksual kesaksian yang akan, sedang, atau

c. Pendampingan psikososial pada telah diberikannya;

saat pengobatan sampai 1) Ikut seta dalam proses memilih

pemulihan; dan menentukan bentuk

d. Pemberian perlindungan dan perlindungan dan dukungan

pendampingan pada setiap keamanan;

pemeriksaan mulai dari 2) Memberikan keterangan tanpa

penyidikan, penuntutan, sampai tekanan ;

dengan pemeriksaan di sidang 3) Mendapat penerjemahan ;

pengadilan. 4) Bebas dari pertanyaan yang

Selain yang diatur dalam menjerat;

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 5) Mendapat informasi mengenai

2014 Tentang Perlindungan Anak perkembangan kasus;

juga diatur dalam Undang-Undang 6) Mendapat informasi mengenai

Nomor 31 Tahun 2014 Tentang putusan pengadilan; Mendapat

Perlindungan Saksi dan Korban informasi dalam hal terpidana

yang dicantum dalam Pasal 5 yang dibebaskan;

merumuskan beberapa hak –hak 7) Dirahasiakan identitasnya;

saksi dan korban diantaranya: 8) Mendapatkan indentitas baru;

Saksi dan korban berhak : 9) Mendapatkan tempat kediaman

1. Memperoleh perlindungan atas sementara;

keamanan pribadi, keluarga dan 10) Mendapat tempat kediaman

harta bendanya, serta bebas dari baru;

ancaman yang berkenan dengan

22
11) Memperoleh penggantian biaya huruf e dijelaskan bahwa korban

transportasi sesuai dengan berhak Mendapat informasi

kebutuhan; mengenai perkembangan kasus

12) Mendapat nasihat hukum; secara bertahap.

Memperoleh bantuan biaya Korban AJS dan Korban VA juga

hidup sementara sampai batas tidak diberikan penasihat hukum dari

waktu perlindungan berakhir; proses penyelidikan, penyidikan sampai

13) Mendapat pendamping. pada tahap pemeriksaan perkaran di

Berdasarkan wawancara peneliti pengadilan. bantuan hukum yaitu

dengan korban AJS dan VA apabila korban tidak memiliki penasehat

mengenai perkembangan kasus. (kuasa hukum) sendiri maka akan

Korban AJS dan VA dan keluarga dicarikan dan disediakan oleh pihak

korban tidak mendapatkan Kepolisian Resort Manggarai Barat.

informasi mengenai perkembangan Bantuan hukum juga merupakan suatu

kasus secara bertahap, sehingga bentuk pendampingan terhadap korban

korban juga tidak tahu proses kejahatan dan juga Pemberian informasi

penyelesaian kasus sudah sampai mengenai hak-hak korban tindak pidana

tahap mana korban hanya diminta pencabulan dan juga tata cara dalam

untuk datang dan dimeminta memperoleh pemenuhan hak tersebut

keterangan saja. Berdasarkan dapat diberikan melalui Lembaga

Peraturan Undang-Undang Nomor Kepolisian sejak dilakukannya

31 Tahun 2014 Perubahan atas penyidikan. Pemberian bantuan hukum

Undang-Undang Nomor 13 Tahun terhadap korban kejahatan haruslah

2006 Tentang Perlindungan Saksi diberikan baik diminta ataupun tidak

dan Korban dalam Pasal 5 ayat (2) diminta oleh korban. Hal ini penting,

23
mengingat masih rendahnya tingkat merumuskan beberapa hak –hak saksi

kesadaran hukum dari sebagaian besar dan korban diantaranya:

korban maupun keluarga korban a. Jaminan hukum tentang

kejahatan. Karena sikap membiarkan perlindungan bagi saksi, korban

korban kejahatan tidak memperoleh dan pelapor dari tuntutan secara

bantuan hukum yang layak dapat hukum baik pidana maupun perdata

berakibat pada semakin terpuruknya atas laporan, kesaksian yang akan,

kondisi korban kejahatan. hal ini juga sedang, dan telah diberikan.

sudah diatur dalam Undang-Undang Walaupun masih terbatas, jaminan

Perlindungan Saksi dan Korban sesuai bagi pelapor adalah penting,

dengan Undang-Undang Nomor 31 terutama karena masih banyak

Tahun 2014 perubahan atas Undang- korban yang tidak berani secara

Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang sendiri melaporkan kejahatan yang

Perlindungan Saksi dan Korban. menimpanya.

Sebagaimanan diatur dalam Pasal 5 dan b. Adanya perluasan cakupan

Pasal 6 ayat ( 1). Undang-Undang ini perlindungan yang dapat diperoleh

merupakan sebuah terobosan hukum oleh para saksi dan korban tindak

karena memberikan jaminan hukum dan pidana yang menempatkan korban

mengakui tanggungjawab negara untuk dalam situaso rentan dan berada

menyediakan layanan perlindungan dalam ancama terus-menerus

bagi korban, saksi dan pelapor. Bagi seperti korban-korban atau saksi

korban kejahatan Undang-Undang ini pada situasi konflik, situasi

juga merupakan alat baru dalam birokrasi dan lainya.

mengakses keadilan karena akan c. Danya ketegasan asas-asas yang

menjadi acauan implementasi dan

24
operasional penyediaan 3) Memberikan keterangan

perlindungan saksi dan korban , tanpa tekanan ;

yaitu asas penghargaan atas harkat 4) Mendapat penerjemahan ;

dan martabat manusia, rasa aman, 5) Bebas dari pertanyaan yang

keadilan, tidak diskriminasi, dan menjerat;

kepastian hukum 6) Mendapat informasi

d. Adanya penjabaran yang cukup mengenai perkembangan

rinci tentang hak-hak Saksi dan kasus;

korban dalam pasal 5 ayat (1) 7) Mendapat informasi

Undang-Undang Nomor 31 Tahun mengenai putusan

2014 perubahan atas Undang- pengadilan;

Undang Nomor 13 Tahun 2006 8) Mendapat informasi dalam

Tentang Perlindungan Saksi dan hal terpidana dibebaskan;

Korban : 9) Dirahasiakan identitasnya;

1) Memperoleh perlindungan 10) Mendapatkan indentitas baru;

atas keamanan pribadi, 11) Mendapatkan tempat

keluarga dan harta bendanya, kediaman sementara;

serta bebas dari ancaman yang 12) Mendapat tempat kediaman

berkenan dengan kesaksian baru;

yang akan, sedang, atau telah 13) Memperoleh penggantian

diberikannya; biaya transportasi sesuai

2) Ikut seta dalam proses dengan kebutuhan;

memilih dan menentukan 14) Mendapat nasihat hukum;

bentuk perlindungan dan

dukungan keamanan;

25
Memperoleh bantuan biaya hidup korban (tidak mau diberikan

sementara sampai batas waktu kompesasi karena tidak

perlindungan berakhir; memerlukannya),

1) Mendapat pendamping. 3. Korban berhak

Menurut Arif Gosita mendapatkan pembinaan

mengemukakan bahwa kepastian dan rehabilitas.

hukum perlu dusahakan demi 4. Korban berhak

kelangsungan kegiatan mendapatkan kembali hak

perlindungan anak dan mencegah miliknya

penyelewengan yang membawa 5. Korban berhak menolak

akibat negatif yang tidak diingikan menjadi saksi bila hal itu

dalam pelaksanaan perlindungan akan membahayakan dirinya

anak Menurut Arif Gosita hak 6. Korban berhak

korban antara lain adalah sebagai mendapatkan perlindungan

berikut: dari ancaman pihak pembuat

1. Korban berhak korban bila melapor atau

mendapatkan kompesasi menjadi saksi,

atas penderitanya, sesuai 7. Korban berhak

dengan taraf keterlibatan mendapatkan bantuan

korban itu sendiri dalam penasehat hukum

menjadikan kejahatan

tersebut,

2. Korban berhak menolak

kompesasi untuk untuk

kepentingan pembuat

26
8. Korban berhak Hak perlindungan merupakan

mempergunakan upaya upaya pemenuhan hak dan

hukum (rechtmiddelen).8 pemberian rasa aman kepada saksi

dan/ataau korban yang wajib

Penyuluhan hukum oleh aparat dilaksanakan oleh aparat penegak

penegak hukum ( kepolisian) pada hukum maaupun lembaga-lembaga

saat penyelidikan dan penyidikan lainnya sesuai dengaan ketentuaan

juga sangat penting . dalam hal ini peraturan perundang-undangan.

sangat penting untuk memberikan Maka diperlunya penyuluhan

perlindungan terhadap hak-hak hukum oleh aparat hukum sehingga

korban tindak pidana pencabulan. korban dan keluarga korban

diantaranya adalah hak korban mengetahui hak- hak korban yang

untuk restitusi yaitu pemberian perlu diperoleh oleh korban.

ganti rugi dari pelaku terhadap Pada kenyataannya, miskipun

korban, kompesasi yaitu pemberian telah beragam ketentuan

dana bantuan dari negara terhadap perundang-undangan yang

korban dan rehabilitas yaitu mengatur perlindungan terhadap

pemulihan psikologi dan nama baik anak, masih belum memberikan

korban. Sehingga dengan korban jaminan bagi anak untuk

mengetahui hak dan kewajiban mendapatkan perlakuan dan

korban dapat melakukan proses kesempatan yang sesuai dengan

penanganan perkara dengan baik. kebutuhannya dalam berbagai

8Arif Gosita dalam Andhi Wibowo, Op.Cit,


Hlm 35.

27
bidang kehidupan, sehingga dalam yang berkaitan dengan proses

melaksanakan upaya perlindungan peradilan pidana. Seperti

terhadap anak dan hak-hak anak perlindungan berkaitan dengan

selama proses peradilan belum prosedur pemeriksaan di

efektif . Kepolisian seharusnya Kepolisian, yang tidak lain

menanyakan mengenai kebutuhan sebenarnya juga berkaitan

yang dibutuhkan oleh korban keduduknya sebagai saksi yaitu

maupun keluarga korban dan saksi saksi korban. sehingga korban

yang dimiliki korban selama proses maupun saksi korban merasa aman

penyidikan. Mengenai Setiap anak dan tidak merasa mengalami korban

korban pencabulan berhak untuk yang berulangkali (viktimisasi).

memperoleh bantuan hukum. Mengenai hak korban untuk

bantuan hukum terhadap anak mengajukan permohonan restitusi

korban sesungguhnya sama maupun kompesasi tidak

pentingnya dengan bantuan hukum berdasarkan atas tugas dan

yang diberikan anak pelaku tindak kewajiban lembaga kepolisian,

pidana. anak korban membutuhkan Penuntut umum serta lembaga

bantuan hukum terutama guna LPSK namun masih atas

menjamin diperoleh semua hak permohonan dari pihak korban, atas

perlindungan, baik untuk haknya dasar hal tersebut termuat dalam

yang berkaitan dengan rehabilitas, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang

ganti rugi trasportasi dan juga biaya Nomor 31 Tahun 2014 tentang

hidup sementara korban selama perubahan atas Undang Nomor 13

proses penyidikan sesuai dengan Tahun 2006 Tentang Perlindungan

kebutuhan, juga hak-hak lainya Saksi dan Korban, dan Pasal 4

28
Peraturan Pemerintah Republik huruf b sebagai pelaku

Indonesia Nomor 43 Tahun 2017 tindak pidana,

Tentang pelaksanaan Restitusi bagi (5) permohonan untuk

Anak yang menjadi Korban Tindak memperoleh restitusi

Pidana. Pasal 4 dijelaskan bahwa: dapat diajukan oleh

1. Permohonan restitusi diajukan lembaga.

oleh pihak korban. Pasal 5 dijelaskan bahwa :

2. Pihak korban sebagaimana (1) Permohonan restitusi

dimaksud pada ayat (1) terdiri sebagaimana dimaksud dalam

atas: pasal 4 diajukan secara

(1) Orang tua atau wali anak tertulis dalam Bahasa

yang menjadi korban Indonesia diatas kertas

tindak pidana; bermaterai kepada

(2) Ahli waris anak yang pengadilan.

menjadi korban tindak (2) Permohonan Restitusi

pidana; kepada pengadilan

(3) Orang yang diberi kuasa sebagaimana dimaksud pada

oleh orang tua, wali, atau ayat (1)yang diajukan

ahli waris anak yang sebelum putusan pengadilan,

menjadi korban tindak diajukan melalui tahap:

pidana dengan surat kuasa (1) Penyidikan; dan

khusus. (2) Penuntutan.

(4) Dalam hal pihak korban Selain melalui tahap penyidikan

sebagaimana dimaksud atau penuntutan sebagaimana

pada ayat (2) huruf a dan dimaksud dalam pada ayat (2),

29
pemohonan restitusi dapat diajukan Tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi

melalui LPSK sesuai dengan (3) Anak yang menjadi Korban Tindak

ketentuan peraturan perundang- Pidana dan cara memperoleh hak-

undangan. hak korban pencabulan selama

Akan tetapi Polisi memiliki proses penyidikan agar korban

kewajiban untuk menginformasikan mengetahui mengenai hal tersebut.

atau memberitahukan kepada Apabila permohonan tidak diajukan

korban dan keluarga korban oleh pihak anak korban maka

mengenai informasi pengajuan Lembaga Kepolisian, Kejaksaan

ganti rugi restitusi sebagaimana penuntun umum, serta Lembaga

yang dicantum dalam Pasal 9 Perlindungan Saksi dan Korban

Peraturan Pemerintah Republik (LPSK) akan bersifat pasif tidak

Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 akan memproses permohonan

Tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi restitusi anak korban, yang hal

Anak yang menjadi Korban Tindak tersebut sama sekali tidak

Pidana. Pasal 9 dijelaskan:“Pada mencerminkan asas keadilan serta

tahap penyidikan sebagaimana asas kepentingan terbaik bagi anak.

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Korban disamping memiliki hak,

huruf a penyidik memberitahukan juga dibebani kewajiban agar terjadi

kepada pihak korban mengenai hak keseimbangan, karena masyarakat

anak yang menjadi korban tindak akan goncang apabila anggota

pidana untuk mendapatkan restitusi masyarakat hanya menuntut haknya

dan tata cara pengajuannya”. tanpa melaksanakan kewajibannya

Peraturan Pemerintah Republik masyarakat akan tentram dan damai

Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 apabila antara hak dan kewajiban

30
seimbangan, oleh karena itu, hukum 4) Korban berkewajiban ikut

selalu mengatur tentang apa yang serta membina pembuat

menjadikan hak dan kewajiban korban

anggota masyarakatnya. adapun 5) Korban berkewajiban untuk

kewajiban-kewajiban korban bersedia dibina atau

kejahatan menurut Arif Gosita, membina diri sendiri untuk

adalah: tidak menjadi korban lagi

1) Korban berkewajiban untuk 6) Korban berkewajiban untuk

sendiri membuat korban tidak menuntut kompesasi

dengan mengadakan yang tidak sesuai dengan

pembalasan (main hakim kemampuan pembuat

sendiri) korban

2) Korban berkewajiban 7) Korban berkewajiban

berpartisipasi dengan memberi kesempatan pada

masyarakat mencegah pembuat korban untuk

pembuatan korban lebih memberi kompesasi pada

banyak lagi, pihak korban sesuai dengan

3) Korban berkewajiban kemampuannya.(pembayara

mencegah kehancuran si n terhadap/imbalan

pembuat korban b aik oleh jasa).Korban berkewajiban

diri sendiri maupun oleh menjadikan saksi bila tidak

oranglain membahayakan diri dan ada

jaminan9

9 Arif Gosita Adhi wibowo, Op. Cit, hlm 36

31
Menurut peneliti, upaya pihak hak yang seharusnya didapatkan anak

Kepolisian atau Penyidik untuk membuat korban tindak pidana pencabulan.

kerjasama dalam mekanisme penanganan


1.2 Hambatan –hambatan dalam proses
anak yang menjadi korban dari tindak
perlindungan hukum terhadap anak
pidana pencabulan pada anak dalam satu
korban tindak pidana pencabulan selama
atap dengan melibatkan polisi, lembaga
proses penyidikan di Manggarai Barat.
swadaya masyarakat dan instansi-instansi
Penyidikan tindak pidana
terkait dan upayakan kesatuan informasi
pencabulan yang dialami oleh anak pasti
serta dalam memberikan perlindungan
ada langkah atau suatu proses awal dari
hukum terhadap anak korban pencabulan
penegak hukum dalam upaya membrantas
.dimutakirkann di Kepolisian Resort
tindak pidana pencabulan dengan korban
Manggarai Barat. Perlindungan hukum
anak sebagaimana tujuan pembentukan
terhadap para korban tindak pidana
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
pencabulan anak di Wilayah Hukum
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Kepolisian Resort Manggarai Barat tidak
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
berjalan sesuai dengan Undang-Undang
dan juga Undang-Undang Nomor 31 Tahun
yang berlaku dimana sebagaian korban
2014 Tentang Perlindungan Saksi dan
hanya dikembalikan keorang tua. faktor
Korban. Dalam melaksanakan tugasnya
besar yang berpengaruh dalam
terhadap penyidikan tindak pidana
implementasinya yaitu infrastruktur yang
pencabulan dengan korban anak ternyata
minim atau terbatas untuk perlindungan
tidak jarang mengalami kendala.
korban., pendamping sosial yang kurang
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dan tidak terjangkau, juga kesadaran
dengan bapak jimmy penyidik unit
keluarga yang kurang untuk menuntut hak-
pelayanan perempuan dan anak di

32
Manggarai Barat,Tanggal 12 Agustus 2022 dan fasilitas untuk memberikan

di Ruangan Unit Perempuan dan Anak di perlindungan hukum terhadap korban

Manggarai Barat. Dalam upaya pencabulan belum terlalu memadai. Salah

memberikan perlindungan terhadap korban satunya Seperti ruangan pemeriksaan

tindak pidana pencabulan, pihak kepolisian untuk memberikan keterangan anak

mendapatkan hambatan-hambatan, baik korban masih satu dengan korban orang

hambatan internal maupun eksternal. dewasa dan tidak memiliki rungan

Beberapa Hambatan internal yang dihadapi istirahat untuk anak. Menurut peneliti

pihak Kepolisian dalam proses Meskipun pemeriksaan tidak dilakukan

perlindungan hukum terhadap anak korban secara bersamaan ini tentu dapat

tindak pidana pencabulan. mempengaruhi psikologis anak yang

1) Kurangnya jumlah personel menjadi korban dari sebuah kejahatan dan

penyidik dalam menyelesaikan juga mempengaruhi proses hukum.

perkara. Saat ini, jumlah Karena akan membutuhkan waktu yang

personel Penyidik di unit PPA cukup lama karena anak korban

Polrestabes Manggari Barat pencabulan harus diberikan keterangan

hanya berjumlah 6 orang 4 bergantian apabila dalam sebulan banyak

orang laki-laki dan 2 orang kasus pencabulan, persetubuhan, KDRT

perempuan sementara kasus dan kasus lain. Untuk sarana dan prasaran

perbulan banyak ada kasus menurut peneliti seharusnya pihak

kejahatan seksual terhadap kepolisian harus menyediakan ruangan

anak , KDRT, Trafiking, dan khusus untuk penanganan anak karena

kasus banyak lain. selama proses penyelidikan dan

2) Faktor Sarana dan prasarana yang tidak penyidikan korban anak dan orang dewasa

mendukung dan kurang memadai. Sarana tidak boleh dilakukan dalam satu rungan

33
hal ini sudah diatur dalam Undang- pencabulan yang membutuhkan

Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan perlindungan. Karena rumah aman

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun yang saat ini dipakai oleh kepolisian

2002 Tentang Perlindungan Anak dalam adalah Rumah Yayasan

Pasal 64 menyebutkan bahwa: Perlindungan Perempuan dan Anak

perlindungan khusus bagi anak yang di Labuan Bajo. Polisi bekerja sama

berhadapan dengan hukum sebagaimana dengan pimpinan Servae Spiritus

dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b sanctus (SSpS) flores Barat- rumah

“Pemisahan dari orang dewasa”; perlindungan perempuan dan anak.

Hal ini juga berkaitan dengan Adapun hambatan-hambatan

korban anak dalam hal proses penyelesaian eksternal yang dihadapi oleh pihak

kasus secara cepat dan tepat dalam hal ini Kepolisian Resort Manggarai Barat

membantu korban agar anak tidak terbebani dalam melindungi anak korban

dalam proses peradilan yang cukup lama tindak pidana pencabulan sebagai

hal ini juga diatur dalam Undang-Undang berikut:

Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas 1) Dalam proses penyidikan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 terkadang anak korban

Tentang Perlindungan Anak di cantumkan maupun keluarga korban

dalam Pasal 59a berbunyi bahwa tidak memiliki identitas

perlindungan khusus bagi anak seperti korban tidak memiliki

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 akta kelahiran dan kartu

ayat (1) keluarga.

Untuk rumah aman (shelter) 2) Ketika pelaku tindak pidana

merupakan tempat tinggal sementara pencabulan pada anak

bagi anak yang menjadi korban mengetahui bahwa dirinya

34
telah dilaporkan oleh korban kurang stabil atas apa yang dialami

ke polisi. Pelaku yang telah oleh korban pencabulan.

dilaporkan biasanya akan 4) Korban dan keluaraga korban

melarikan diri dan mencabut laporan

bersembunyi di daerah atau pihak korban dan keluarga korban

kota tertentu sebelum diajakan damai, sehingga Pihak

ditangkap oleh penyidik. korban maupun keluarga korban

Penyidik sering mengalami mencabut tuntutan kepada pihak

kesulitan dalam mencari si kepolisian dan mengurus

pelaku yang telah melarikan permasalahan tersebut secara

diri dan menjadi buronan kekeluargaan. jarak atau lokasi korban

tersebut. jauh dari Wilayah Hukum Kepolisian

3) Selain itu terkadang korban Anak- Resort Mangggarai Barat.

anak dan balita juga menyulitkan 5) Jarak juga merupakan salah satu

penyidik untuk mengungkap kasus kendala dalam proses perlindungan

karena belum dapat memberikan hukum terhadap anak korban

keterangan yang konsisten dan tepat. pencabulan di Manggarai Barat proses

menurut peneliti dalam hal ini penyelesaian kasus membutuhkan

seharusnya pihak Kepolisian waktu lama .

membutuhan psikolog anak dan juga


KESIMPULAN
korban anak harus mendapat upaya
Berdasarkan uraian pembahasan
rehabilitas dan konseling dari
dapat disimpulkan sebagai berikut
psikologis untuk membantu korban

dalam mengurangi trauma. dalam hal 1. Perlindungan hukum terhadap

ini korban masih dalam kondisi yang anak korban tindak pidana

35
pencabulan selama proses h. memberikan informasi mengeni

penyidikan di Wilayah Hukum perkembangan kasus secara bertahap

Kepolisian Resort Manggarai i. korban mendapatkan informasi


Barat, bentuk-bentuk megenai hak-hak korban kewajban
perlindungan hukum yang serta kewajiban korban dan keluarga
diberikan oleh Kepolisian korban
Resort Manggarai Barat
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi
terhadap anak korban
selama proses penyidikan terhadap
pencabulan berupa:
anak korban tindak pidana pencabulan
a. merahasiskan identitas di Wilayah Hukum Kepolisian Resert
korban Manggarai Barat.

b. penyidikan dengan suasana 1. Hambatan internal yang dihadapi

kekeluargaan oleh pihak kepolisian dikarenakan :

2. kurangnya personil penyidik,


c. perawatan atau visum terhadap korban
3. sarana dan prasarana yang tidak
d. menyediakan penerjemahan bagi
mendukung dan kurang memadai,
korban yang kurang lancar dalam
hambatan-hambatan eksternal yang
berbahasa Indonesia
dihadapi oleh kepolisian
e. mendapatkan pedamping disetiap
dikarenakan:
proses peradilan
1) terkadang korban atau

f. menyediakan rumah aman(shelter) keluarga korban tidak

g. memberikan bantuan psikosial memilik identitas seperti

terhadap korban pencabulan akta kelahiran dan kartu

keluarga,

36
2) korban anak-anak dan Chazawi , Tindak Pidana Mengenai
Kesopanan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
balita tidak dapat Persada).

memberian keterangan Didik M. Arief Mansur dan Elisatris


Gultom, 2007. Urgensi
yang konsisten dan tepat, Perlindungan Korban Kejahatan
Antara Norma Dan Realita,
3) korban dan keluarga (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

korban mencabut Gultom Maidin, 2008. Perlindungan


Hukum Terhadap Anak dalam
laporan, Sisitem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia.
4) jarak atau lokasi
Marpauang Leden. 2004. Kejahatan
korban jauh dari terhadap kesusilaan. Jakarta: PT
ptsinar grafinda
Kepolisian Resort
Miramis, Frans. 2012. Hukum Pidana
Manggarai Barat. Umum Dan Tertulis Di Indonesia.
Jakarta : PT. Ralagrafindo Perseda.

Mohamad joni dan zulchaina z tanamas.


1999. Aspek hukum perlindungan
anak dalam perspektif konvesi hak
anak. Bandung: citra aditya bakti.

Soedarto, 1990. Hukum Pidana 1, (


Semarang: Yayasan Sudarto,
Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro).
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyanta Dan Maya Hehanusa. 2016.
Kriminilogi Dalam Teori Dan
BUKU Solusi Penanganan Kejahatan.
Kupang: CV.Absolute Media.
Ache sudiarti luhulima. 2000, pemahaman
bentuk-bentuk tindak Sunarso siswanto. 2014. Viktimologi
pidanakekerasan terhadap anak Dalam Sistem Peradilan Pidana.Jakarta:
perempuan kerja, convention watch Sinar Grafika.
kajuan wanita dan jender. Jakarta
unuversitas Indonesia Wuluyo Bambang.2012. Viktimologi
Perlindungan Saksi Dan Korban. Jakrata:
Arlima, Laurensius.s.2015. Komnas HAM Sinar Grafika.
Dan Perlindungan Anak Pelaku
Tindak pidana Anak. Y.A. Triana Ohoiwutun,2017. Ilmu
Kedokteran Forensik (Interaksi dan
Depedensi Hukum pada Ilmu
Kedokteran).

37
JURNAL

Aloysius, Sukadan, Pedoman Skripsi, 2015.

Trisna Dinda M, “dkk”, ” Jurnal Cahaya


Keadilan”,Analisis yuridis Terhadap
Tindak Pidana Pencabulan Anak
Dibawah Umur Berdasarkan Undang-
Undang N0mor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak).

PERATURAN PERUNDANG-
UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014


Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.

Undang Undang Republik Indonesia


Nomor 17 Tahun 2016 Tentang
Penetapan Peraturan Penganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang Dasar Negara Kasatuan


Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014


Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi Dan Korban

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2017


Tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi
Anak Yang Menjadi Korban Tindak
Pidana

Naskah Akademis RUU Tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak

38

Anda mungkin juga menyukai