BY
R. Muchamad Noch
CASH AND BANK RECONSILIATION
2. Pada saat melakukan pembayaran melalui kas kecil tidak ada jurnal/tidak
dilakukan pencatatan, akan tetapi bukti-bukti pengeluaran melalui kas kecil
dikumpulkan dan disusun menurut tanggal waktu pengeluaran.
5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang terdapat pada butir 3. yaitu hal-
hal yang tercantum pada isi catatan perusahaan dalam Rekonsoliasi
Bank
PT ABC memiliki rekening giro pada Bank DEWA. Pada akhir bulan Maret 2008 menerima laporan dari
Bank yang berisi informasi mengenai saldo awal bulan, penambahan, pengurangan yang telah
dilakukan Bank selama Periode tersebut.
Menurut Rekening Koran Bank DEWA saldo PT ABC akhir bulan Maret 2008 adalah sebesar
Rp 5.388.480,00
Sedangkan menurut PT ABC saldo bulan Maret 2008 adalah sebesar Rp 3.294.210,00
Setelah dibandingkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan ditemukan hal-hal sebagai berikut
:
1. Setoran tanggal 30 Maret sebesar Rp 1.591.630,00 tidak tercantum dalam Rekening Koran
Bank.
2. Bank telah melakukan kesalahan pencatatan yaitu cek No. 656 yang telah ditarik oleh PT
JAYA sebesar Rp 100.000,00 telah di kurangkan pada rekening giro PT ABC.
3. Lima lembar cek yang ditarik pada akhir bulan Maret 2008 dan telah dicatat dalam jurnal
pengeluaran Kas olek PT ABC belum dicatat oleh Bank.
No Cek Tanggal Jumlah
337 27 Maret Rp 286.000,00
338 28 Maret Rp 319.470,00
339 28 Maret Rp 83.000,00
340 29 Maret Rp 203.140,00
341 30 Maret Rp 458.530,00
4. Bank telah menerima pelunasan selembar Notes Receivables ( tagih)
milik PT ABC sebesar Rp 2.114.000,00 (termasuk di dalamnya
pendapatan bunga sebesar Rp 214.000,00) penerimaan pelunasan tagih
ini belum dicatat dalam jurnal penerimaan Kas oleh PT ABC
Di (-) : Di (-) :
3. Outstanding Cheque 7. Biaya Admisi Bank (Rp 14.250,00)
No. 337 Rp 286.000,00 8. Cek Kosong (Rp 52.000,00)
No. 338 Rp 310.470,00
No. 339 Rp 83.000,00
No. 340 Rp 203.140,00
No. 341 Rp 458.530,00
Jumlah (Rp 1.350.140,00) Jumlah (Rp 66.250,00)
Cash/Bank Rp 2.114.000,00 -
Notes Receivables - Rp 1.900.000,00
Cash/Bank Rp 360.000,00 -
Account Receivable Rp 360.000,00
Utility Expense Rp 14.250,00 -
Cash/Bank - Rp 14.250,00
Account payable Rp 52.000,00 -
Cash/Bank - Rp 52.000,00
Laporan Bank ”Ayu” untuk PT ABC pada tanggal 30 April 2011 menunjukan
saldo sebesar Rp 186.422.800,00.,Saldo Kas pada tanggal 01 April 2011sebesar Rp
51.497.400,00., Jumlah penerimaan Kas selama bulan April 2011sebesar Rp
200.754.000,00.,Jumlah nilai Cek yang diterbitkan selama bulan April
2011sebesar Rp 87.560.000,00., Penyebab ketidak samaan antara saldo menurut
Bank dengan saldo menurut perusahaan, adalah;
E Cek No. 226 sebesar Rp 120.000,00 yang dilampirkan pada laporan Bank Ayu
ternyata oleh PT ABC dicatat sebesar Rp 210.000,00 Cek tersebut sebagai
pembayaran utang dagang.
F PT ABC menarik Cek No. A200 dari Costumer, melalui Bank Ayu sebesar Rp
3.190.000,00 tetapi tidak ada dananya.
1. Account Receivables
Account Receivables biasanya terjadi akibat dari transaksi penjualan
secara kredit barang dagangan/jasa. Penilaian Account Receivables
dilaporkan di Neraca sejumlah piutang usaha yang dapat direalisasi.
PT. ABC
Balance Sheet
Per Des. 31.2008
Piutang usaha yang dapat direalisasi :
Piutang usaha yang tidak dapat ditagih disebut Uncollectible Accounts, atau
Doubtfull Accounts atau Bad Debt.
Rp 2.850.000,00
Metode Pencatatan Keruguan Piutang
Metode pencatatan kerugian piutang terdiri dari :
1. Metode Cadangan (Allowance)
2. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off)
Metode Cadangan
Metode cadangan dapat ditentukan dengan dasar penetapan kerugian piutang
yaitu :
Cash Rp 40.000,00 -
Account Receivables - Rp 40.000,00
Notes Receivables adalah piutang yang disertai dengan surat janji tertulis
kesanggupan membayar dari yang berutang, sejumlah tertentu dan pada
tanggal tertentu, surat janji itu disebut Premessory Notes atau Promes.
Tanggal penarikan Wesel tidak dihitung, tanggal Jatuh Tempo ikut dihitung.
Misalnya, tanggal penarikan 3 Mei 2008., tanggal jatuh tempo 2 Juli 2008
Maka dihitung :
Mei 31 – 3 28 hari
Juni 30 hari
Juli 2 hari
60 hari
Menetapkan tanggal Jatuh tempo :
Cash Rp 1.007.500,00 -
Notes Receivables - Rp 1.000.000,00
Intrest Income - Rp 7.500,00
A B
Pembuat Promes Penarik Promes
BANK
Nilai tunai hasil Discounting Notes Receivables = Nilai Jatuh Tempo – Discount
Discount = Jangka Waktu Discount x Tarif Discount x Nilai Jatuh Tempo
Misalnya :
Maka dihitung :
Cash Rp 1.015.920,00 -
Notes Receivables - Rp 1.000.000,00
Intrest Income - Rp 15.920,00
Penolakan tanggal Jatuh tempo Notes Receivables yang telah di
discounting
Misalnya :
Notes Receivables nominal Rp 1.000.000,00 jangka waktu 60 hari
bunga 12 %, tanggal jatuh tempo 15 Januari 2008 (akhir periode
akuntansi 31 Desember 2007)
Cost-Of Rp 45 -
Merchandise
Sold
Marchendise - Rp 45
Inventory
Transaksi Peridocal System Perpetual System
Jurnal Income
Penyesuaian Summary Rp 30 - Tidak ada
untuk Mechandise Jurnal
Persediaan Inventory - Rp 30
akhir Merchandise
Inventory Rp 35 -
Income - Rp 35
Summary
Barang Dagangan X :
Yang tersedia Yang Dijual Persediaan Akhir
1. FIFO Rp 360,00 Rp 90,00 + Rp 130,00 Rp 140,00
2. LIFO Rp 360,00 Rp 140,00 + Rp 130,00 Rp 90,00
3. Av. C Rp 360,00 Rp 120,00 + Rp 120,00 Rp 120,00
Penetapan Metode Penilaian Harga Pokok Persediaan dalam Sistem
pencatatan Periodik
a. FIFO Cost Method
Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada
pendapatan sesuai dengan urutan pembelian.
Contoh :
Data persediaan barang dagangan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
01 Jan. Persediaan awal 200 unit @ Rp 90,00 Rp 18.000,00
02 Mar. Pembelian 300 unit @ Rp 100,00 Rp 30.000,00
05 Sep. Pembelian 400 unit @ Rp 110,00 Rp 44.000,00
06 Nop. Pembelian 100 unit @ Rp 120,00 Rp 12.000,00
Tersedia 1.000 unit Rp 104.000,00
Periode Total Penjualan 700 unit @ Rp 150,00 Rp 105.000,00
Menurut FIFO persediaan akhir 300 unit (1.000 unit – 700 unit), dianggap
berasal dari yang paling akhir, sehingga Harga Pokok Persediaan akhir
sebagai berikut :
Harga Pokok Barang Yang tersedia untuk dijual Rp 104.000,00
Harga Pokok yang paling akhir 06. Nop. 100
unit @ 120.,00 Rp 12.000,00
Harga Pokok yang paling akhir berikutnya 05.
Sep. 200 unit @ 110,00 Rp 22.000,00
Jumlah (Rp 34.000,00)
Harga Pokok Penjualan Rp 70.000,00
Bentuk Laporan Laba Rugi :
Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 0
Sales Discount 0 0
Net sales Rp 105.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 70.000,00)
Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan
sesuai dengan urutan pembelian. Tetapi dibalik. Dengan demikiaqn menurut
LIFO, persediaan akhir 300 unit (100 unit – 700 unit), dianggap berasal dari
pembelian paling awal, sehingga Harga Pokok Persediaan akhir sebagai berikut :
Harga Pokok Barang Yang tersedia untuk dijual Rp 104.000,00
Harga Pokok yang paling akhir 01. Jan. 200 unit @ 90,00 Rp 18.000,00
Harga Pokok yang paling akhir berikutnya 02. Mar. 100
unit @ 100,00 Rp 10.000,00
Jumlah (Rp 28.000,00)
Harga Pokok Penjualan Rp 76.000,00
Bentuk Laporan Laba Rugi :
Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 1.500
Sales Discount 500 2000
Net sales Rp 103.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 76.000,00)
Gross Profit (Laba Kotor) Rp 27.000,00
c. Average Cost Method
Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan
berdasarkan rata-rata pembelian.
Dengan demikiaqn menurut Av. C. persediaan akhir 300 unit (1.000 unit – 700 unit),
dianggap berasal dari harga rata-rata pembelian, sehingga Harga Pokok
Persediaan akhir sebagai berikut :
Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 0
Sales Discount 0 0
Net sales Rp 105.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 72.800,00)
Dalam sistem perpetual setiap jenis barang yang dijual disediakan kartu
persediaan. Setiap perubahan atas persediaan dicatat dalam kartu persediaan
tersebut, penetapan Harga Pokok Persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi
pembelian dan transaksi penjualan.
Contoh :