Anda di halaman 1dari 49

 DASAR AKUNTANSI II

 BY

 R. Muchamad Noch
CASH AND BANK RECONSILIATION

Sistem Pengendalian Intern yang paling utama adalah terdapat


pemisahan fungsi.
Khususnya mengenai kas pemisahan fungsi terletak pada fungsi
pencatatan dan penyimpanan.

1. Transaksi Penerimaan dan Pengeluaran Uang


1.1. Transaksi Penerimaan Uang
Penerimaan uang dapat diperoleh dari transaksi Penjualan Tunai,
dicatat :

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


10/10 Cash XXX
Sales XXX
Penerimaan uang dapat diperoleh dari hasil tagihan , dicatat :

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


15/10 Cash XXX
ACCOUNT RECEIVABLE XXX

1.2. Transaksi Pengeluaran Uang


Pengeluaran uang dapat dilaksanakan karena adanya aktivitas untuk
transaksi Pembelian barang dagangan secara Tunai, dicatat :

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


15/10 Purchases XXX
Cash XXX

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


15/10 Marchandise Inventory XXX
Cash XXX
Pengeluaran uang dapat dilaksanakan karena adanya aktivitas untuk transaksi
pembayaran utang dagang/kewajiban dan pembayaran biaya-biaya/beban, dicatat :

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


15/10 Account Payable XXX
Cash XXX

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


15/10 ………………. Expense XXX
Cash XXX
Kas Kecil (Petty Cash)

 Kas kecil diperuntukan guna mendanai aktivitas rutin sehari-hari yang


jumlahnya tidak material seperti biaya-biaya utilitas dan biaya lainnya.
 Kas kecil adalah dana kas yang diperlukan untuk perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya dengan sejumlah uang yang relative kecil jumlahnya.
 Setiap pemakaian kas kecil akan mengurangi jumlah uang dan menambah
bukti pengeluaran uang.
 Pengoperasian dana kas kecil lazimnya menggunakan system dana tetap
(Imprest Fund System) yaitu dana kas kecil yang ditetapkan jumlahnya.
 Misalnya Rp 10.000.000,00. Namun apabila berkurang harus diisi kembali
sebesar jumlah kekurangannya.
 Untuk pembentukan dana kas kecil yang manggunakan system dana tetap
meliputi :
 1. Pada saat pembentukan Dana Kas Kecil
 Misalnya PT ABC pada tanggal 2 Januari 2008 membentuk dana kas kecil
sebesar Rp 10.000.000,00.
Dicatat :

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


2 Jan. Petty Cash 10.000.000
Bank 10.000.000

2. Pada saat melakukan pembayaran melalui kas kecil tidak ada jurnal/tidak
dilakukan pencatatan, akan tetapi bukti-bukti pengeluaran melalui kas kecil
dikumpulkan dan disusun menurut tanggal waktu pengeluaran.

3. Pengisian kembali dana kas kecil

Misalnya PT ABC pada tanggal 20 Januari 2008 melakukan kembali pengisian


dana kas kecil terhadap pengeluaran-pengeluaran yang telah terjadi seperti :
Setelah dikumpulan tital biaya utilitas sebesar Rp 9.375.000,00

TGL DESKRIPSI DEBIT KREDIT


20 Jan. Utillity Expense 9.375.000,00
Bank 9.375.000,00
REKENING GIRO BANK
 Rekening giro Bank yang dimaksud adalah sebagai alat
pengendali uang Kas yang disimpai di Bank. Biasanya uang
perusahaan yang disimpan di Bank selalu diberi buku Cek dan
buku Giro yang diberikan Bank kepada Perusahaan.

 Pada saat perusahaan akan mengambil uangnya di Bank selalu


menggunakan Cek yang ditanda tangan oleh pimpinan
perusahaan atau pejabat yang menanganinya. Dan apabila
perusahaan hendak menyetorkan uang tunainya pada bank
selalu menggunakan bukti setor yang telah disediakan oleh
Bank. Juga Bank dapat melakukan transfer penerimaan uang
maupun transfer pengeluaran uang perusahaan, apabila
perusahaan mengendakinya.

 Laporan Bank dalam bentuk Rekening Koran yang


menginformasikan sejumlah uang perusahaan baik
pengambilan maupun penyetoran dengan sejumlah saldo yang
tersimpan di Bank pada periode tertentu.
Rekonsoliasi Bank (Bank of Reconsoliation )
 Rekonsoliasi Bank gunanya adalah untuk menyesuaikan saldo Kas yang
ada di perusahaan dengan saldo uang Kas yang ada di Bank.
 Beberapa penyebab perbedaan antara saldo uang Kas yang ada di
perusahaan dengan saldo uang Kas yang ada di bank yaitu :

 1. Bank belum mencatat transaksi tertentu


 A. Setoran dalam perjalanan (Deposit Intrasit)
 B. Cek yang masih beredar (Outstanding Cheque)

 2. Perusahaan belum mencatat transaksi tertentu


 A. Bentuk Penerimaan Uang Kas melalui Transfer Bank, baik dalam
melakukan penyetoran uang maupun pengeluaran uang. Yang dapat
dilakukan oleh pihak perusahaan maupun pelanggan atau pelaku bisnis lain
yang berhubungan dengan perusahaan.
 B. Biaya Administrasi Bank seperti biaya transfer, pembelian buku cek dan
lainnya.
 C. Cek kosong dari debitur (dananya tidak mencukupi)
 D. Cek dikembalikan oleh Bank dengan alasan lain.
GAMBAR PERBANDINGAN AKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN AKTIVITAS BANK

MISALKAN PADA BANK DEWA


BANK SENTRAL/CLEARING

(+) TRANSFER DARI BANK LAIN


(+) SETOR /DEPOSIT INTRASIT
PEBRUARI MARET APRIL
BI
…25…………………1………………10 ………AKTIVITAS PT ABC……………25……………………30…………..10…………
R/K PEB. R/K MARET

AKTIVITAS BANK (-) AMBIL/OUT STANDING


(-) TRANSFER KE BANK LAIN
3. Bank atau Perusahaan kedua-duanya melakukan kesalahan pencatatan (dikoreksi
melalui Rekening Koran).

 Tahap Penyusunan Rekonsoliasi Bank (Bank of Reconsoliation)

 1. Mulai dengan membandingkan saldo menurut Rekening Koran Bank


dengan saldo menurut catatan pembukuan Kas Perusahaan.

 2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per Bank, hal-hal yang


tercantum dalam Rekening Koran Bank

 A. Tambahkan Setoran dalam Perjalanan (Deposit Intrasit) pada saldo per


Bank

 B. Kurangkan Cek yang Masih Beredar (OutstandingCheque) dari saldo per


Bank
3. Tambahkan atau kurangkan pada saldo perusahaan, hal-hal yang tercantum
dalam laporan Bank, tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan.

 A. Tambahkan pada saldo perusahaan


 Penerimaan Kas langsung melalui Bank (Transfer)
 Pendapatan Bunga ats jasa giro Bank

 B. Kurangkan dari saldo perusahaan


 Biaya administrasi Bank
 Biaya percetakan buku cek.
 Pengurangan yang telah dilakukan oleh Bank, misalnya
pengurangan karena adanya pengembalian cek kosong atau
cek yang telah lewat waktu.
4. Hitunglah saldo per Bank yang telah disesuaikan dan saldo catatan
perusahaan yang telah disesuaikan (harus sama)

5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang terdapat pada butir 3. yaitu hal-
hal yang tercantum pada isi catatan perusahaan dalam Rekonsoliasi
Bank

6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pencatatan


perusahaan dan sampaikan pemberitahuan kepada Bank jika Bank
telah melakukan kesalahan
Contoh :

PT ABC memiliki rekening giro pada Bank DEWA. Pada akhir bulan Maret 2008 menerima laporan dari
Bank yang berisi informasi mengenai saldo awal bulan, penambahan, pengurangan yang telah
dilakukan Bank selama Periode tersebut.

Menurut Rekening Koran Bank DEWA saldo PT ABC akhir bulan Maret 2008 adalah sebesar
Rp 5.388.480,00
Sedangkan menurut PT ABC saldo bulan Maret 2008 adalah sebesar Rp 3.294.210,00
Setelah dibandingkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan ditemukan hal-hal sebagai berikut
:

1. Setoran tanggal 30 Maret sebesar Rp 1.591.630,00 tidak tercantum dalam Rekening Koran
Bank.
2. Bank telah melakukan kesalahan pencatatan yaitu cek No. 656 yang telah ditarik oleh PT
JAYA sebesar Rp 100.000,00 telah di kurangkan pada rekening giro PT ABC.
3. Lima lembar cek yang ditarik pada akhir bulan Maret 2008 dan telah dicatat dalam jurnal
pengeluaran Kas olek PT ABC belum dicatat oleh Bank.
No Cek Tanggal Jumlah
337 27 Maret Rp 286.000,00
338 28 Maret Rp 319.470,00
339 28 Maret Rp 83.000,00
340 29 Maret Rp 203.140,00
341 30 Maret Rp 458.530,00
4. Bank telah menerima pelunasan selembar Notes Receivables ( tagih)
milik PT ABC sebesar Rp 2.114.000,00 (termasuk di dalamnya
pendapatan bunga sebesar Rp 214.000,00) penerimaan pelunasan tagih
ini belum dicatat dalam jurnal penerimaan Kas oleh PT ABC

5. Laporan Bank menunjukan bahwa telah memberi bunga pada PT


ABC sebesar Rp 28.010,00

6. Cek No. 333 sebesar Rp 150.000,00 yang dibayarkan pada PT ABC


telah dicatat dalam jurnal pengeluaran Kas, dengan jumlah Rp
510.000,00 sehingga saldo menjadi terlalu rendah.

7. Biaya Administrasi bulan Maret 2008 Rp 14.250,00


8. Laporan Bank menunjukan adanya pengembalian cek yang tidak
cukup dananya (kosong) sebesar Rp 52.000,00 cek tersebut berasal
dari PT ROSA
Jawab :
PT ABC Rekonsoliasi Bank
Bulan Maret 2008
Saldo per Bank DEWA Rp 5.388.480,00 Saldo PTABC Rp 3.294.210,00
Di (+) : Di (+) :
1. Deposit Intrasit Rp 1.591.630,00 4. Pn. Wesel melalui
Bank termasu Bunga Rp 2.114.000,00
5. Pendapatan Bunga
Rp 28.010,00
2. Koreksi Kesalahan (Bank 6. Salah catat cek No.
Error) Rp 100.000,00 333 PT ABC Error Rp 360.000,00

Jumlah Rp 7.080.110,00 Jumlah Rp 5.796.220,00

Di (-) : Di (-) :
3. Outstanding Cheque 7. Biaya Admisi Bank (Rp 14.250,00)
No. 337 Rp 286.000,00 8. Cek Kosong (Rp 52.000,00)
No. 338 Rp 310.470,00
No. 339 Rp 83.000,00
No. 340 Rp 203.140,00
No. 341 Rp 458.530,00
Jumlah (Rp 1.350.140,00) Jumlah (Rp 66.250,00)

Saldo disesuaikan Rp 5.729.970,00 Rp 5.729.970,00


Dicatat dalam Jurnal Penyesuaian:

Cash/Bank Rp 2.114.000,00 -
Notes Receivables - Rp 1.900.000,00

Interest Income - Rp 214.000,00


Cash/Bank Rp 28.010,00 -
Interest Income - Rp 28.010,00

Cash/Bank Rp 360.000,00 -
Account Receivable Rp 360.000,00
Utility Expense Rp 14.250,00 -

Cash/Bank - Rp 14.250,00
Account payable Rp 52.000,00 -
Cash/Bank - Rp 52.000,00
Laporan Bank ”Ayu” untuk PT ABC pada tanggal 30 April 2011 menunjukan
saldo sebesar Rp 186.422.800,00.,Saldo Kas pada tanggal 01 April 2011sebesar Rp
51.497.400,00., Jumlah penerimaan Kas selama bulan April 2011sebesar Rp
200.754.000,00.,Jumlah nilai Cek yang diterbitkan selama bulan April
2011sebesar Rp 87.560.000,00., Penyebab ketidak samaan antara saldo menurut
Bank dengan saldo menurut perusahaan, adalah;

A Bank telah melakukan penagihan untuk PT ABC sebesar Rp 31.000.000,00


atas wesel tagih dengan nilai nominal Rp 30.000.000,00

B Bukti Setor No. 120 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 12.124.500,00


Bukti Setor No. 125 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 5.000.000,00
Bukti Setor No. 126 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 4.500.000,00
Bukti Setor No. 128 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 4.500.000,00

C Cek No. 220 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 13.069.900,00


Cek No. 222 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 5.250.000,00
Cek No. 225 tertanggal 30 April 2011 sebesar Rp 5.250.000,00
D Cek No. 230 yang ditarik sebesar Rp 3.000.000,00 ternyata oleh Bank Ayu dicatat
sebesar Rp 6.500.000,00 untuk pembelian barang dagangan.

E Cek No. 226 sebesar Rp 120.000,00 yang dilampirkan pada laporan Bank Ayu
ternyata oleh PT ABC dicatat sebesar Rp 210.000,00 Cek tersebut sebagai
pembayaran utang dagang.

F PT ABC menarik Cek No. A200 dari Costumer, melalui Bank Ayu sebesar Rp
3.190.000,00 tetapi tidak ada dananya.

G Biaya administrasi Bank selama bulan April 2011 sebesar Rp 114.000,00

Diminta: Susun rekonsoliasi Bank untuk PT ABC bulan


April 2011, dan sertakan jurnal Koreksinya.
PIUTANG (RECEIVABLES)

 Dalam akuntansi, piutang biasanya digunakan untuk menunjukan


klaim yang akan dilunasi dengan uang.
Piutang yang dimiliki perusahaan dapat dibagi menjadi dua kelompok :

 1. Piutang yang tidak didukung dengan janji tertulis, disebut piutang


usaha (Account Receivables)

 2. Piutang yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel


(Notes Receivables)

 1. Account Receivables
 Account Receivables biasanya terjadi akibat dari transaksi penjualan
secara kredit barang dagangan/jasa. Penilaian Account Receivables
dilaporkan di Neraca sejumlah piutang usaha yang dapat direalisasi.
PT. ABC
Balance Sheet
Per Des. 31.2008
Piutang usaha yang dapat direalisasi :

Piutang usaha – Piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih

Piutang usaha yang tidak dapat ditagih disebut Uncollectible Accounts, atau
Doubtfull Accounts atau Bad Debt.

Account Receivables Rp 3.000.000,00

Less: Allowance for Uncollectible Accounts ( Rp 150.000,00)

Rp 2.850.000,00
Metode Pencatatan Keruguan Piutang
Metode pencatatan kerugian piutang terdiri dari :
1. Metode Cadangan (Allowance)
2. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off)

Metode Cadangan
Metode cadangan dapat ditentukan dengan dasar penetapan kerugian piutang
yaitu :

1. % tase Dari jumlah penjualan

2. % tase Dari saldo Piutang

Pencatatan Kerugian Piutang


Pertama dicatat sebagai biaya piutang yang tidak dapat ditagih (Bad Debt
Expense), selanjutnya dicatat sebagai Cadangan Kerugian Piutang yang
tidak dapat ditagih (Allowance for Bad Debt.)
Dicatat dalam Jurnal :

Bad Debt Expense xxxxxxxx -

Allowance for Bad Debt - xxxxxxxx

Kerugian piutang dicatat pada akhir periode berdasarkan :


a. % Tase dari Penjualan
Misalnya diperkirakan piutang yang tidak dapat ditagih
10 % dari penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 = Rp 200.000,00
Dicatat dalam Jurnal :
Bad Debt Expense Rp 200.000,00 -
Allowance for Bad Debt - Rp 200.000,00

b. % Tase dari saldo Piutang


Misalnya kerugian piutang ditetapkan sebesar
5 % dari saldo piutang Rp 3.000.000,00 = Rp 150.000,00
Dicatat dalam Jurnal :
Bad Debt Expense Rp 150.000,00 -
Allowance for Bad Debt - Rp 150.000,00
Allowance for Bad Debt dinaikan sampai piutang yang diperkirakan tidak
dapat ditagih.

Misalnya saldo dalam buku besar sebagai berikut :


Date Description Debit Credit Balance
01. Jan. Balance - Rp 70.000,00 Rp 70.000,00
Analisis Piutang :
Dalam ribuan Rupiah
Belum
No. Debitur Jatuh Sudah Jatuh Tempo
Tempo
1 -3 3–6 6–9 9 – 12 12 >
01 A 2.000,00 - - - - -
02 B - 500,00 - - - -
03 C - - - 100,00 - -
04 D - - 200,00 - - -
05 E - - - - 150,00 -
06 F - - - - - 50,00
Jml. 2.000,00 500,00 200,00 100,00 150,00 50,00
% tase
1% 5% 10% 30 % 40 % 50 %
20 25 20 30 60 25
180
Berdasarkan hasil analisis, piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih
Rp 180.000,00
Besarnya biaya piutang tak dapat ditagih =
Rp 180.000,00 – Rp 70.000,00 = Rp 110.000,00
Dicatat dalam Jurnal :

Bad Debt Expense Rp 110.000,00 -


Allowance for Bad Debt - Rp 110.000,00
Penghapusan Piutang
Misalkan piutang sebesar Rp 50.000,00 dinyatakan tidak dapat ditagih
Dicatat dalam Jurnal :
Allowance for Bad Debt Rp 50.000,00 -
Account Receivables - Rp 50.000,00
Penerimaan Piutang yang telah dihapuskan
Misalkan diterima pelunasan piutang yang telah dihapuskan sebesar Rp
40.000,00 (yang telah dihapuskan Rp 50.000,00)
Dicatat dalam Jurnal :
a. Mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan ;

Account Receivable Rp 40.000,00 -


Allowance for Bad Debt - Rp 40.000,00
b. Mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan ;

Cash Rp 40.000,00 -
Account Receivables - Rp 40.000,00

Metode Penghapusan langsung (Direct Write Off Method)


Pencatatan biaya piutang tak tertagih dilakukan bila terdapat pernyataan adanya
piutang yang tidak dapat ditagih.

Dicatat dalam Jurnal :

Bad debt Expense xxxxx -


Account Receivables - xxxxx
Ikhtisar informasi terpilih PT ABC tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Allowance for bad debt 1 Januari 2011 Rp 40.000.000,00
Penjualan selama tahun 2011 sebesar Rp 480.000.000,00
Retur penjualan Rp 30.000.000,00 dan Diskon penjualan Rp 20.500.000,00
untuk tahun 2011
Account Receivable tahun 2012 sebesar Rp 570.000.000,00 dan diperkirakan
melalui analisis piutang sebesar Rp 45.000.000,00 tidak akan tertagih
Diminta:
a. Buat jurnal, apabila dialokasikan 5% dari penjualan bersih sebagai piutang
tak tertagih
b. Buat jurnal, apabila alokasi piutang tak tertagih menggunakan analisis
umur piutang
c . Buat jurnal, apabila piutang PT ABC sebesar Rp 50.000.000,00 yang telah
dihapuskan ternyata diterima pembayaran sebesar Rp 20.000.000,00
Notes Receivables

Notes Receivables adalah piutang yang disertai dengan surat janji tertulis
kesanggupan membayar dari yang berutang, sejumlah tertentu dan pada
tanggal tertentu, surat janji itu disebut Premessory Notes atau Promes.

Dalam Promes tercantum :

1. Nilai Nominal Promes/Wesel


2. Jangka Waktu Pinjaman
3. Tanggal penarikan (pembuatan)
4. Tanggal jatuh tempo
5. Tarif Bunga (bila Promes/Wesel berbunga)
Jenis Promes/Wesel :
a. berbunga
b. tidak berbunga

Bunga = lama x Tarif x Pokok Pinjaman (Nilai Nominal)


Menetapkan jangka waktu pinjaman :

Tanggal penarikan Wesel tidak dihitung, tanggal Jatuh Tempo ikut dihitung.
Misalnya, tanggal penarikan 3 Mei 2008., tanggal jatuh tempo 2 Juli 2008

Maka dihitung :

Mei 31 – 3 28 hari
Juni 30 hari
Juli 2 hari
60 hari
Menetapkan tanggal Jatuh tempo :

Misalnya tanggal penarikan 3 Mei 2008 jangka waktu 60 hari


Maka dihitung :

Janka Waktu 60 hari


Mei 31 – 3 28 hari
32 hari
Juni 30 hari
Juli 2 hari
Nilai jatuh Tempo Wesel berbunga = Nilai Nominal + Bunga
Nilai jatuh Tempo Wesel Tidak Berbunga = Nilai Nominal
Contoh Transaksi :
Tgl. 4 Mei Diterima Promissory Notes dari A Nominal Rp 1.000.000,00, jangka
2003 waktu 30 hari, bunga 9 % sebagai pelunasan piutangnya.
Dicatat dalam Jurnal :
Notes Receivablese Rp 1.000.000,00 -
Account Receivables - Rp 1.000.000,00
Pada tanggal jatuh tempo diterima pelunasan Notes Receivables tersebut.
Maka dihitung :

Jangka Waktu 30 hari


Mei 31 – 4 27 hari
Juni 3 hari
Nominal Rp 1.000.000,00
Bunga = 30/360 x 9 % x Rp 1.000.000,00 Rp 7.500,00

Nilai Jatuh tempo Rp 1.007.500,00


Dicatat dalam Jurnal :

Cash Rp 1.007.500,00 -
Notes Receivables - Rp 1.000.000,00
Intrest Income - Rp 7.500,00

Misalnya ; Apabila pada tanggal jatuh tempo tidak dilunasi/dibayar.

Dicatat dalam Jurnal :

Account Receivables Rp 1.007.500,00 -


Notes Receivables - Rp 1.000.000,00
Intrest Income - Rp 7.500,00
Discounted Notes Receivables

Dincounting Notes Receivables adalah penjualan/penyerahan Notes


Receivables pada pihak lain sebelum tanggal Jatuh Tempo.

A B
Pembuat Promes Penarik Promes

BANK

Nilai tunai hasil Discounting Notes Receivables = Nilai Jatuh Tempo – Discount
Discount = Jangka Waktu Discount x Tarif Discount x Nilai Jatuh Tempo
Misalnya :

Notes Receivables yang ditarik tanggal 3 Mei, nominal Rp 1.000.000,00


bunga 12 % jangka Waktu 60 hari, pada tanggal 16 Juni di Discounting pada
Bank DEWA dengan discounting 9 %

Maka dihitung :

Nilai Nominal Rp 1.000.000,00


Bunga 12 % x 60/360 x Rp 1.000.000,00 Rp 20.000,00
Nilai Jatuh tempo tgl. 2 Juli Rp 1.020.000,00
Discount dari 16 Juni s.d 2 Juli = 16 hari
9 % x 16/360 x Rp 1.020.000,00 Rp 4.080,00
Nilai Tunai tgl. 16 Juni Rp 1.015.920,00
Tangga Tanggal Tanggal
Penarikan Discounting Jatuh
Tempo

3 Mei………………………………….16 Juni………………………..2 Juli


Rp 1.000.000,00 Rp 1.015.920,00 Rp 1.020.000,00
Nilai Nominal Nilai Tunai Nilai
Jatuh Tempo

Interest Income = Rp 1.015.920,00 – Rp 1.000.000,00 = Rp 15.920,00

Dicatat dalam Jurnal :

Cash Rp 1.015.920,00 -
Notes Receivables - Rp 1.000.000,00
Intrest Income - Rp 15.920,00
Penolakan tanggal Jatuh tempo Notes Receivables yang telah di
discounting

Pada tanggal jatuh tempo Notes receivables yang telah di


discounting tidak dibayar oleh pembuatnya, dengan demikian yang
men discounting Notes Receivables harus membayar kepada
pemegang Notes Receivables sejumlah nilai jatuh temponya.

Dicatat dalam Jurnal :

Account Payables Rp 1.020.000,00 -


Cash - Rp 1.020.000,00
Piutang Bunga (Interest Receivables)

Bila tanggal jatuh tempo Notes Receivables melewati tanggal akhir


periode akuntansi, harus dicatat adanya piutang bunga.

Misalnya :
Notes Receivables nominal Rp 1.000.000,00 jangka waktu 60 hari
bunga 12 %, tanggal jatuh tempo 15 Januari 2008 (akhir periode
akuntansi 31 Desember 2007)

Piutang bunga = 12 % x 15/360 x Rp 1.000.000,00 = Rp 5.000,00


Dicatat dalam Jurnal Penyesuaian :

Interest Account Receivables Rp 5.000,00 -


Interest Income - Rp 5.000,00
PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN (MERCHANDISE INVENTORY)

Istilah persediaan biasanya digunakan untuk barang dagangan atau


bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Sistem pencatatan persediaan (Inventory Record Systems) terbagi ke


dalam :
1. Sistem pencatatan periodik (Periodical System)
2. Sistem pencatatan perpetual (Perpetual System)

Dalam sistem periodik, pencatatan terhadap persediaan barang dagangan


tidak dilakukan setiap saat (baik pada saat transaksi pembelian maupun
transaksi penjualan).
Penetapan besarnya persediaan dilakukan dengan perhitungan pisik
barang.
Pencatatan persediaan dilakukan setiap akhir periode.
Sistem periodik biasanya digunakan pada perusahaan yang menjual barang
yang banyak jenisnya dan harganya relatif rendah.
Dalam sistem perpetual, pencatatan terhadap persediaan barang
dagangan dilakukan setiap saat, baik pada saat pembelian maupun
penjualan. Sehingga pada saat penjualan dicatat juga harga pokok
penjualannya. Dan untuk setiap jenis barang yang dijual disediakan kartu
harga pokok persediaan.

Sistem perpetual sering digunakan pada perusahaan yang menjual


barang dagangannya dengan harga relatif tinggi per unitnya dan jenis
barangnya relatif terbatas.

Perbandingan sistem pencatatan persediaan barang dagangan secara


Periodik dengan Perpetual
Data persediaan, Pembelian dan Penjualan dalam bulan Januari 2009 :

Jan. 01. Persediaan Awal Rp 30,00


1 – 31 Jan. Pembelian (kredit) Rp 50,00
1 – 31 Jan. Penjualan (kredit) Rp 80,00
Harga Pokok Penjualan Rp 45,00
Jan. 31. Persediaan Akhir Rp 35,00
Dicatat dalam Jurnal dengan perbandingan sebagai berikut :

Transaksi Peridocal System Perpetual System


Pembelian Purchase Rp 50 - Merchandise
Account Inventoty Rp 50 -
Payables Account
- Rp 50 Payables - Rp 50
Penjualan Account Rp 80 - Account Rp 80 -
Receivables Receivables
Sales - Rp 80 Sales - Rp 80

Cost-Of Rp 45 -
Merchandise
Sold
Marchendise - Rp 45
Inventory
Transaksi Peridocal System Perpetual System
Jurnal Income
Penyesuaian Summary Rp 30 - Tidak ada
untuk Mechandise Jurnal
Persediaan Inventory - Rp 30
akhir Merchandise
Inventory Rp 35 -
Income - Rp 35
Summary

Transaksi Peridocal System Perpetual System


Menentukan Harga Saldo awal Rp 30 Harga-pokok-penjualan
Pokok Penjualan Pembelian Rp 50 (Cost Of merchandise Sold )
Jumlah Rp 80 Rp 45
Saldo akhir Rp 35
Harga Pokok Penjualan Rp 45
Metode Penilaian Harga Pokok Persediaan

Metode penentuan/penilaian harga pokok persediaan terdiri dari :

1. Masuk Pertama Keluar Pertama (Firs-In First-Out/FIFO)


2. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-In First Out/LIFO)
3. Rata-rata (Average Cost)
Dalam metode FIFO arus harga pokok persediaan barang dagangan berdasarkan
urutan pembelian, sedangkan metode LIFO arus harga pokok persediaan barang
dagangan berdasarkan pembelian tetapi dibalik. Sedangkan menurut metode
Rata-rata (Average Cost) arus harga pokok persediaan barang dagangan
berdasarkan rata-rata seluruh pembelian.
Misalnya, data yang berhubungan dengan Persediaan Barang Dagangan X
sebagai berikut :
Persediaan awal 1 unit Rp 90,00
Pembelian ke 1. 1 unit Rp 130,00
Pembelian ke 2. 1 unit Rp 140,00
Tersedia sejumlah 3 unit Rp 360,00
Penjualan 2 unit …………
Jawabnya adalah :

Barang Dagangan X :
Yang tersedia Yang Dijual Persediaan Akhir
1. FIFO Rp 360,00 Rp 90,00 + Rp 130,00 Rp 140,00
2. LIFO Rp 360,00 Rp 140,00 + Rp 130,00 Rp 90,00
3. Av. C Rp 360,00 Rp 120,00 + Rp 120,00 Rp 120,00
Penetapan Metode Penilaian Harga Pokok Persediaan dalam Sistem
pencatatan Periodik
a. FIFO Cost Method
Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada
pendapatan sesuai dengan urutan pembelian.
Contoh :
Data persediaan barang dagangan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
01 Jan. Persediaan awal 200 unit @ Rp 90,00 Rp 18.000,00
02 Mar. Pembelian 300 unit @ Rp 100,00 Rp 30.000,00
05 Sep. Pembelian 400 unit @ Rp 110,00 Rp 44.000,00
06 Nop. Pembelian 100 unit @ Rp 120,00 Rp 12.000,00
Tersedia 1.000 unit Rp 104.000,00
Periode Total Penjualan 700 unit @ Rp 150,00 Rp 105.000,00
Menurut FIFO persediaan akhir 300 unit (1.000 unit – 700 unit), dianggap
berasal dari yang paling akhir, sehingga Harga Pokok Persediaan akhir
sebagai berikut :
Harga Pokok Barang Yang tersedia untuk dijual Rp 104.000,00
Harga Pokok yang paling akhir 06. Nop. 100
unit @ 120.,00 Rp 12.000,00
Harga Pokok yang paling akhir berikutnya 05.
Sep. 200 unit @ 110,00 Rp 22.000,00
Jumlah (Rp 34.000,00)
Harga Pokok Penjualan Rp 70.000,00
Bentuk Laporan Laba Rugi :
Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 0
Sales Discount 0 0
Net sales Rp 105.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 70.000,00)

Gross Profit (Laba Kotor) Rp 35.000,00


b. LIFO Cost Method

Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan
sesuai dengan urutan pembelian. Tetapi dibalik. Dengan demikiaqn menurut
LIFO, persediaan akhir 300 unit (100 unit – 700 unit), dianggap berasal dari
pembelian paling awal, sehingga Harga Pokok Persediaan akhir sebagai berikut :
Harga Pokok Barang Yang tersedia untuk dijual Rp 104.000,00
Harga Pokok yang paling akhir 01. Jan. 200 unit @ 90,00 Rp 18.000,00
Harga Pokok yang paling akhir berikutnya 02. Mar. 100
unit @ 100,00 Rp 10.000,00
Jumlah (Rp 28.000,00)
Harga Pokok Penjualan Rp 76.000,00
Bentuk Laporan Laba Rugi :
Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 1.500
Sales Discount 500 2000
Net sales Rp 103.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 76.000,00)
Gross Profit (Laba Kotor) Rp 27.000,00
c. Average Cost Method

Didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan
berdasarkan rata-rata pembelian.
Dengan demikiaqn menurut Av. C. persediaan akhir 300 unit (1.000 unit – 700 unit),
dianggap berasal dari harga rata-rata pembelian, sehingga Harga Pokok
Persediaan akhir sebagai berikut :

Harga Pokok pembelian rata-rata per unit Rp 104.000,00/1.000 Rp 104,00


Harga Pokok persediaan akhir 300 unit x Rp 104,00 Rp 31.200,00
Harga Pokok Penjualan Rp 104.000,00 – Rp 31.200,00 Rp 72.800,00

Bentuk Laporan Laba Rugi :

Sales Rp 105.000,00
Sales Retun and Allowance 0
Sales Discount 0 0
Net sales Rp 105.000,00
Cost Of Good Sold ((Harga Pokok Penjualan) (Rp 72.800,00)

Gross Profit (Laba Kotor) Rp 32.200,00


Penetapan Metode Penilaian Harga Pokok Persediaan dalam Sistem pencatatan
Perpetual

Dalam sistem perpetual setiap jenis barang yang dijual disediakan kartu
persediaan. Setiap perubahan atas persediaan dicatat dalam kartu persediaan
tersebut, penetapan Harga Pokok Persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi
pembelian dan transaksi penjualan.

Contoh :

01 Jan Persediaan awal 200 unit @ Rp 90,00 Rp 18.000,00


05 Peb. Penjualan 50 unit @ Rp 150,00 Rp 7.500,00
02 Mar. Pembelian 300 unit @ Rp 100,00 Rp 30.000,00
12 Apr. Penjualan 200 unit @ Rp 150,00 Rp 30.000,00
05 Sep. Pembelian 400 unit @ Rp 110,00 Rp 44.000,00
06 Okt. Penjualan 300 unit @ Rp 150,00 Rp 45.000,00
06 Nop. Pembelian 100 unit @ Rp 120,00 Rp 12.000,00
05 Des. Penjualan 150 unit @ Rp 150,00 Rp 22.500,00
KARTU PERSEDIAAN KOMODITI X
FIFO COST METHOD
Tanggal PEMBELIAN HARGA POKOK PENJUALAN H P. PERSEDIAAN AKHIR
Kuantum Harga Jumlah Kuantum Harga Jumlah Kuantum Harga Jumlah
Satuan Satuan Satuan
Rupiah Rupiah Rupiah
JAN 1 - - - - - - 200 90 18.000
PEB 5 - - - 50 90 4.500 150 90 13.500
MAR 2 300 100 30.000 - - - 150 90 13.500
300 100 30.000
APR 12 - - - 150 90 13.500
50 100 5.000 250 100 25.000
KARTU PERSEDIAAN KOMODITI X
LIFO COST METHOD
Tanggal PEMBELIAN HARGA POKOK PENJUALAN H P. PERSEDIAAN AKHIR
Kuantum Harga/U Jumlah Kuantum Harga/U Jumlah Kuantum Harga/U Jumlah
Jan. 01 250 1,600 400,000
Peb. 05 60 1,600 96,000 190 1,600 304,000

Mar. 02 260 1,650 429,000 190 1,600 304,000


260 1,650 429,000

Apr. 12 200 1,650 330,000 190 1,600 304,000


60 1,650 99,000

Sep. 05 280 1,700 476,000 190 1,600 304,000


60 1,650 99,000
280 1,700 476,000

Okt. 06 180 1,700 306,000 190 1,600 304,000


60 1,650 99,000
100 1,700 170,000

Nop. 06 100 1,750 175,000 190 1,600 304,000


60 1,650 99,000
100 1,700 170,000
100 1,750 175,000

Des. 05 100 1,750 175,000 190 1,600 304,000


50 1,700 85,000 60 1,650 99,000
50 1,700 85,000
KARTU PERSEDIAAN KOMODITI X
AVERAGE COST METHOD
HARGA POKOK
Tanggal PEMBELIAN PENJUALAN H P. PERSEDIAAN AKHIR
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga per Jumlah
Satuan Satuan Unit
Rupiah Rupiah Rupiah
Jan. 01 200 90 18,000
Peb.05 50 90 4,500 150 90 13,500

Mart. 02 300 100 30,000 450(90+100):2=95 42,750

Apr. 12 200 95 19,000 250 95 23,750

Sept. 5 400 110 44,000 650(110+95):2=102,5/103 66,950

Okt. 06 300 103 30,900 350 103 36,050

Nop. 06 100 120 12,000 450(103+120):2=111,5/112 50,400

Des. 05 150 112 16,800 300 112 33,600

Anda mungkin juga menyukai