Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakng Maslah

Indonesia mrpakn sbuah negara yng bsar, negara yng tlah berdiri puluhan

tahun lamanya yng bntuk pmrintahannya mrpakn pmrintahan republik brdasrkan

konstitusi yng sah yakni Undang-Undang Dsar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Indonesia yng mrpakn swuatu negara keplauan dngan beragam suku dan

bahasa tantunya hrus mmiliki sbuah instrument dlam mngtur keserasian dan

keteraturan kehdupan antar msyrakat. Instrumen ini tntunya bertujuan untk

mmnhui cita-cita dan harapn pra pendiri bangsa yng trmuat di dlam Pembukaan

Undang-Undang Dsar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yng mna

diantarnya untk membntuk pemerintah negara indonesia yng melindungi segenap

bangsa indonesia dan untk memjukan kesjahteraan umm, mencerdsarkan

kehdupan bangsa dan iktu melaksanakn ketrtibak dnia yng brdasrkan

kemerdekaan, perdamaian abdi dan keadilan sosial bagi seluruh rkyat indonesia.

Untk mmnhui cita-cita dan harapn pra pendiri bangsa itlah mka negara ini

membtuhkan sbuah instrument yng dpat kta sebut sbgai sbuah hukum untk

mewujudkan dan mmnhui cta-cta dan harapn trsebut.

Hukum itu sndri adlah keseluruhan praturan yng brlkunya dpat dipaksakn

olh bdan yng berwenang.1 Ungkapn yng terknal: ubi societas, ibi ius atau dimna

ad msyrakat disitu ad hukum. Krnanya, sering diktkan bhwa jka tdak ad msyrakat

mka hkum jga tdak diprlukan. Dngan berttik tlak dri adnya msyrakat, mka

jawaban atas pertanyaan tntang alsan keberadan hukum brkaitan dngan keberadan
1
Donald Albert Rumokoy, Frans Maramis, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Pers,
2014, halaman 3.

1
msyrakat. Slain itu, alsan kberadan hukum jga terkait erat dngan ap yng mnjdi

tujuan hukum.2

Tujuan hukum adlah mngtur pergaulan hdup agr dpat berlangsung secra

damai. Dngan dmikian alsan kebradan hkum yitu adnya ketrtiban dan ketentraman

(onde en rust) msyrakat. Alsan kebradan hukum adlah krna norma-norma yng

lain, yitu norma kesopanan, kesusilaan, dan nrma agma, tdak menckupi dlam

membrikan perlindngan kepntingan org dlam msyrakat. Ketiga norma yng lain itu

tdak menckupi krna dua sbab, yitu:

1. Terdpat kepntingan-kepntingan yng tdak diatur olh norma kesopanan,

kesusilaan dan agma, ttapi memerlukan perlindngan jga. Tdak ad norma

kesopanan kesusilaan dan agma yng mnntut bhwa org hrus brllu di sblah kiri

atau di sblah knan apbla berjlan di jlan.

2. Kepntingan-kepntingan yng tlah diatur olh ketiga norma yng lain itu, blum

ckup terlindungi. Peraturan hukum bersfat memaksa dngan sanksi.3

Tujuan dri diadknnya sbuah hukum slain dri pda yng di atas, hukum di

dlam swuatu negara jga dpat bertujuan untk mmnhui dan menjamin adnya swuatu

rsa kepstian hukum dngan brlndaskan pda rsa keadilan. Hal trsebut sngat pnting

untk dpat mencptkan swuatu ttanan kehdupan msyrakat yng aman, trtib dan

damai. Shingga segala prilkaku msyrakat dpat di kontrol dngan adnya aturan atau

hukum yng brlku. Kta ketahui bersma, bhwa swuatu negara bla mna di dirikan

tnpa adnya sbuah aturan atau hukum yng mgtur tntang keberlangsungan hdup dan

cra bergaul antar sesma anggota msyrakat, akn berpotensi menghsilkan sbuah

konflik yng mna hal trsebut bsa sja tdak dpat terhindar dan bhkan terslsaikan.

2
Ibid, halaman 47.
3
Ibid, halaman 47-48.

2
Dngan adnya sbuah hukum, mka berbagai permaslahan yng mgkin dpat trjadi

didlam kehdupan bersosial dpat teratasi atau terslsaikan. Hal ini jga sejlan dngan

pendpat yng dikemukakn olh seorg tkoh penganut alran sociological

jurisprudence yakni Roscoe Pound yng mengatakn bhwa hukmlah yng seharunya

mnjdi instrument/alat untk mengarahkan msyrakat menuju pda ssaran yng hendak

dicapi, bhkan jka diprlukan hukum dpat dipergnakn untk menghlangkan berbgai

kebiasaan msyrakat yng bersfat negatif.4 Slain itu, adpun pendpat dri Mochtar

Kusumaatmadja yng mengatakn bhwa didlam sbuah negara yng berkembang,

mekanisme hukumnya blum semapn dngan di negara-negara maju shingga hukum

diprlukan untk mrekayasa prilkaku atau skap srta tindak tanduk msyrakat agr dpat

mndukung pembangnan ekonomi dan sosial yng akn terus mmbawa msyrakat

Indonesia untk ikut andil didlamnya. Hal ini jga bertujuan untk mengntrol

perubhan-perubhan yng trjadi dlam msyrakat agr ttap trtib dan teratur.5

Indonesia sndri memkai pedoman hukum dri Undang-Undang Dsar 1945

yng lbih spesifik lagi pda Pasl 28D ayat (1) yng bebunyi “Stiap org berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindngan dan kepstian hkum yng adil srta perlkuan yng

sma dihadpn hukum” dan kemudian dri pda Undang-Undang trsebut msyrakat akn

mendpatkan ap yng dikehendaki dlam kehdupan bernegara yng idealnya sbgai

makhluk cptaan Tuhan yng tdak dipndang dri klangan appun dan tdak

mementingkan slah satu ras, agma ataupun glongan trtntu. Sejatinya Pasl trsebut

mrpakn lndsan hukum yng dipkai di Negara ini dri brbagai penjabaran hukum yng

ad, baik dikeluarkan berdampingan dngan Undang-Undang Dsar 1945 maupun

4
H. Yacob Djasmani, Hukum Sbgai Alat Rekayasa Sosial Dlam Praktek Berhukum di
Indonesia, Jurnal MMH, Jilid 40 No. 3, Juli 2011
5
Ibid, hal 366

3
yng dikeluarkan brdasrkan kebijakn dri berbagai lmbga-lemabaga hukum yng ad

di Indonesia.

Namun pda kenyataannya, penegakn hukum di Indonesia kini msih

meninggalkan berbagai persoalan yng hrus dislsaikan, tertama ksus-ksus pidana

yng melibatkan stu phak dngan phak lainnya di msyrakat. Rsa keadilan yng

diharapkan dri pnegakn hkum blum bsa dinkmati msyrakat di ngara ini. Aplagi

sperti diketahui sstim prdilan pidana di Indnesia tdak bnyak mngtur mengenai

krban. Dngan dmikian kadngkala kberadan krban cenderung diindahkan atau

”terlupakn”.

Prses prdilan pidana saat ini msih berorientasi kepda retributif justice dan

melalui pendekatan viktimologi, hal trsebut memnculkan gugatan trhadp hukum

pidana dan penyelenggaraan prdilan yng berrientasi kepda plaku kejahatan dngan

mempertanyakn mengap keadilan justru dibrikan kepda org yng melnggar hukum

pidana dan tdak kepda org yng terlnggar haknya, sbgai phak yng mnderita atau

dirugikan secra langsung akbat adnya pelnggaran hkum pidana.6

Realitanya keberphakn hukum trhadp plaku tdak seimbang dngan

keberphakn hkum trhadp krban. Bbrap praturan prundang-undangan baik hukum

pidana materil maupun hkum pdana formil, dirsa lbih bnyak membrikan

keistimewaan dan hak-hak perlindngan hkum kepda pelaku kejahatan slaku

tersangka, terdakwa dan terpidana. Krban kejhatan seakn dimarginalkan dan tdak

mendpat jamnan maksmal atas hak-hak pemlihan kerugian yng dialaminya.

Mudzakkir, Viktimologi (Stdi Ksus di Indonedia), Mkalah dlam Seminar Nasional


6

Hukum Pidana dan Kriminologi Ke XI, Surabaya, 2005, halaman 20.

4
Sstim prdilan pidana yng bersfat offender oriented diangap terlalu

mengedepankan hak-hak tersangka atau terdakwa sbgaimna yng dikemukakn olh

Andi Hamzah:

“Dlam membahas hukum acra pidana khsusnya yng brkaitan dngan hak-
hak asasi mnsia, ad kcndrungan untk mengupas hal-hal yng brkaitan
dngan hak-hak tersangka tnpa memperhatikan pla hak-hak dri pra krban.
Krban dlam hal ini tdak dibrikan kewenangan dan tdak terlibat secra aktif
dlam prses penyidikan dan persidangan shingga ia kehilangan
kesempatan untk memperuangkan hak-hak dan memulihkan keadannya
akbat dri swuatu kejahatan yng dialaminya”.7

Slain itu, Romli Atmasasmita jga mengakui bhwa Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tntang Ktab Undang-Undang Hukum Acra Pidana (KUHAP) yng

lbih mengutmakn trhadp hak-hak tersangka. Hal trsebut terrlhat dri ungkapnnya

bhwa fgsi ktab Undang-Undang Hukum Acra Pidna tertama menitikberatkan

perlindngan harkat dan martabat tersangka atau terdakwa.8

Penegakn hukum yng dilkukan dngan mempergnakn metode keadilan

formal brupa tindakn represif Kepolisian yng kmdian dilanjutkan dngan prses

hukm ligitatif (law enforcement process), pda ummnya akn berakhir dngan situasi

menang-klah (win-lost) atau klah-klah (lost-lost ). Akhir prses ligitatif trsebut

hnya akn berujung pda pemidanaan plaku atas prbuaannya, smntara pemlihan

aspek hak-hak krban srta kerugian fisik dan psikis yng didrita krban akbat

peristiwa trsebut blum dpat dipnuhi. Bntuk pemidanaan yng dgnakn saat ini jga

dpat diktkan tdak membrikan efek jera bagi pra pelnggar hukum . Farouk

Muhammad dlam buku ADR Konstruksi Penyelesaian Maslah dan Sengketa

7
Dikdik M. Arief Mansur & Elisatri Gultom, Urgensi Perlindngan Krban Kejahatan Antra
Norma dan Realita, Raja Grafindo, Jakarta, 2008, hal : 25.
8
Ibid

5
Melalui Prses Restorative Justice Model Dlam Sstim Prdilan Hukum Pidana,

mnjlaskan bhwa:9

Sstim prdilan pidana yng slama ini ditopang dngan doktrin dan teori efek
jera (deterence effect) sdah tdak efktif lagi untk dgnakn dlam prses
penyelesaian maslah, keadan trsebut mndrong penanganan maslah mlalui
mekanisme informal (misdeamenor) dngan melibatkan phak ketiga sbgai
fsilitator gna mlkukan victim-offender Reconsiliation dan atau Alternative
Dispute Resolution lbih dirsakn mnfaat olh brbagai phak yng bersangkutan.

Pda akhir-akhir ini terlhat seolah-olah hnya pengadilan sja tmpat yng pling

baik untk menyelesaikan maslah (konflik) hkum dan mncri keadilan. Shingga

stiap indikasi adnya tindak pidana, tnpa memprhitungkan eskalasi prbuaannya,

akn terus digulirkan ke ranah penegakn hukum yng hnya mnjdi jurisdiksi pra

penegak hukum. Partsipsi aktif dri msyrakat seakn tdak mnjdi pnting lagi,

smuanya hnya bermuara pda ptsan pengdilan dlam bntuk pemdanaan

(punishment) tnpa melhat esensinya. Pdahal, dlam swuatu prdilan pidna, phak-

phak yng berperan adlah penuntut umm, hakim, terdakwa, dan pnasihat hkum srta

sakisi-saksi. Phak krban diwakili olh penuntut umm dan untk menguatkan

pembktian lzimnya yng brsngkutan dijadikan saksi (krban).10 Nmun hal trsebut

blum membrikan damk atau mnfaat yng nyata bagi krban kjahatan.

Pdahal di bnyak negara sdah mlai memkirkan alternatif lain untk

menyelesaikan konflik yng ad dlam msyrakat. Hal ini disbabkan krna

ketdakpuasan dan frustasi trhadp penerapn hkum pdana yng ad slama ini, srta

penerapn sstim prdilan pidana (Criminal justice System) yng tdak membrikan

keadilan bagi indvdu, perlindngan kepda krban, dan tdak membrikan manfaat
9
Sudarsono Teguh, ADR Konstruksi Penyelesaian Maslah dan Sengketa Melalui Prses
Restorative Justice Model Dlam Sstim Prdilan Hukum Pidana , Jakarta : Mulya Angkasa, 2009,
halaman 39.
10
Waluyo Bambang, Viktimologi Perlindngan Saksi dan Krban, Jakarta: SinarGrafika,
2011, halaman 8.

6
kepda msyrakat. Akbat dri system prdilan pidana yng slama ini cenderung pda

offender oriented mka viktomologi sbgai stdi yng berorientasi trhadp krban

membrikan dsar pemikiran diprlukannya knsep penyelesaian perkara di luar dri

sstim prdilan pidana.

Restorative Justice mrpakn slah satu knsep penylesaian perkara yng

dilaksanakn di luar system prdilan. Restoratif justice sndri mnrut Tony F.

Marshall “Restorative justice is a process whereby all the parties with a stake in a

particular offence come toghether to resolve collectively how to deal with the

aftermath of the offence and its implication for the future” (restorative justice

adlah sbuah prses dimna pra phak yng berkepntingan dlam pelnggaran trtntu

bertemu bersma untk menyelesaikan akiat dri pelnggaran trsebut demi kepntingan

msa depan).11 Apbla dlhat dri sejarahnya, pndekatan mdel restorative justice

sbnrnya mrpakn pendekatan darurat pda era Tahun 1960 dlam rangka

menylesaikan ksus-ksus pidana, yng tdak menggnakn sstim pradilan pdana.

Keadilan rstoratif disisi lain mrpakn sbuah kritik trhadp system prdilan pdana yng

melhat kjahatan sbgai pelnggaran trhadp atran ngara shingga dlam hal ini ngara

dipndang mmiliki hak untk menghukum pra plaku pelnggar trsebut. Sedngkan pda

sisi yng lain penderitaan krban dianggp slsai apbla ngara tlah mmbuat plaku

mnderita dngan hukumannya. Akn ttapi hal trsebut yng mrpakn knsep wrisan

klonial tdak membrikan dmpak yng signifikan untk menekan angka kejhtan dan

angka residivisme.12

11
Marian Liebman, Restorative Justice, How it Work, (London and Philadelphia: Jessica
Kingsley Publishers, 2007), hal : 26
12
Afthonul Afif, 2015, Pemaafan, Rekonsiliasi dan Restorative Justice, Pustaka Pelajar,
Yogakarta

7
Pendekatan restorative justice ini, berfokus pda partisipasi secra langsung

dri pelaku, krban dan msyrakat dlam prses penyelesaian ksus-ksus pdana. Mmang

pendekatan ini dlam praktek msih menglami perdbatan secra teori, namun

pndnangan ini berkembang dan mempnyai dmpak trhadp kebijakn hukum (legal

policy) dan praktik penegakn hukum di bbrap ngara. Restorative justice dianggp

sbgai bntuk pemikiran bru yng dpat dgnakn untk mrespon berbagai kejahatan dan

menjawab ketdakpuasan dri knrja sstim prdilan pdana pda saat ini. Olh krna itu,

untk sbuah negara yng bsar dan brcta-cta mnjdi sbuah ngara yng maju dirsa prlu

mlkukan sbuah perubhan ataupun terobosasn dri sgi pendekatan dlam

penyelesaian prkara pidana.

Knsep pendekatan restorative justice mrpakn swuatu pendekatan yng

menitik beratkan pda kondisi trciptanya keadilan dan kseimbangan bgi pelaku

tindak pidana srta krbannya sndri. Meknisme tata acra dan prdilan pdana yng

berfokus pda pemidanaan diubah mnjdi prses dialog dan mdiasi untk mencptkan

kspakatan atas penyelesaian prkara pdana yng lbih adil dan seimbang bagi phak

krban dan pelaku. Restorative justice itu sndri mmiliki mkna keadilan yng

merestorasi, adpun restorasi disni mmiliki mkna yng lbih luas dri ap yng diknal

dlam prses prdilan pidana konvensional adnya restitusi atau ganti rugi trhadp

krban.

Hal ini berangkat dri pndnangan bhwa dlam swuatu peristiwa kejahatan,

penderitaan org yng tlah mnjdi krban tdak sja berakbat pda org itu sndri, ttapi jga

berdmpak pda org-org disektanya. Bhkan jga berdmpak pda msyrakat dan negara

dlam lingkup yng lbih luas. Dlam praktik prdilan pdana, krban hnya diprlukan

atau dipsisikan sbgai saksi (krban), tnpa berhak untk ikut srta berperan aktif dlam

8
sidang pengadilan. Aprat penegak hukum hnya menddukkan krban sbgai

instrumen dlam rangka membantu mreka untk menghukum atau menjatuhkan

pidana bagi pelaku, tnpa pernah berlanjut pda ap yng mreka brikan untk

kepntingan krban.

Namun dmikian, dlam knsep restorative justice melputi pemulihan hbngan

antra phak krban dan pelaku. Pemulihan hbngan ini bsa didsarkan atas kspakatan

bersma antra krban dan pelaku. Phak krban dpat menympaikan mengenai kerugian

yng dideritanya dan pelakupun dibri kesmpatan untk menebusnya, melalui

mekanisme ganti rugi perdamaian, krja ssial, maupun kspakatan-kspakatan

lainnya. Hal ini mnjdi pnting, krna prses pemidnaan konvnsional tdak membrikan

ruang kepda phak yng terlibat, dlam hal ini krban dan pelku untk berpartisipasi

aktif dlam penyelesaian maslah mreka.

Sbgai sbuah contoh ksus pelnggaran tndak pidana yng terdpat kota medan

yng diambil dri penelitian yng di lkukan olh Yohana Anastasia Simanullang. 13 Pda

Ksus trsebut trjadi sbuah pelnggaran tndak pdana ringan brupa pencurian. Ksus

trsebut diterapkan pendekatan restorative justice dngan mlkukan mediasi antra pra

phak yng terkait baik pelaku, krban dan pnegk hukum dlam hal ini Polsek Medan.

Dlam penyelesaian perkara trsebut yng dilkukan di luar persidangan dngan

menggnakn pendekatan keadilan restorative membuahkan hsil yng positif dimna

trcpai sbuah kespakatan antra kdua belah phak shingga dlam hal ini trcipta rsa

keadilan yng dpat dirsakn baik dri phak krban maupun plaku itu sndri.

13
Simanullang, Y, A, 2018, Penerapn Asas Restorative Justice Dlam Ksus Pencurian
Ringan (Pasl 364 KUHP) (Stdi di Polsek Medan Sunggal), Universitas HKBP Nommensen,
Medan

9
Hsil yng berbeda bsa sja trjadi bla mna ksus trsebut dilaksanakn dngan cra

pendekatan retributive (pembalsan) atau restitutive (ganti rugi), yng mna penerapn

pendekatan trsebut seringkali meninggalkan kekecewaan, ketdakpuasan dan

dendam bagi krban dan pelaku.

Dri contoh ksus diatas, kta dpat meliihat bhwa pendekatan yng menggnakn

Restoratif Justice ternyata membrikan sbuah hsil yng mna kdua belah phak baik

dri krban dan tersangka mendpatkan keadilan dan rsa kepuasan msing-msing,

shingga dlam hal ini dpat dismpulkn tdak ad yng mersa dirgikan baik dri phak

krban maupun tersangka dan dngan trjadinya prses pendekatan restorative justive

membuat permaslahan trsebut tdak beranjut ke meja persidangan.

Hal ini sejlan dngan yng terdpat di dlam pembkaan Undang-Undang Dsar

Negara Republik Indonesia yng mna tjuan dibntuknya sbuah pmrintahan slah

satunya untk melindungi segenap tumpah drah ataupun dlam hal ini dpat diktkan

seluruh msyrakat dngan ttap brlndaskan pda rsa keadilan ssial bagi sluruh rkyat

Indonesia. Slain itu, hal itu jga di prkuat dngan adnya Pasl 28D ayat (1) yng

berbunyi:14

“Stiap org berhak atas pengakuan, jaminan, perlindngan dan kepstian


hukum yng adil srta perlakuan yng sma dihadpn hukum.”

Dri permaslahan diatas dan di dukung olh bbrap dsar hukum yng kuat

demi mencapi sbuah keadilan, restorative justice dpat diktkan mrpakn sbuah

mekanisme pendekatan yng sngat baik. Pendkatan ini jga mmiliki dmpak yng

positif bagi perkembangan hukum di Indnonesia. Nmun, smpai sjauh ini, negara

kta blum mmiliki swuatu aturan yng psti yng termuat di dlam KUHAP terkait
14
Ringkasan Permohonan Perkara Registrasi Nomor 99/PUU-VII/2009 Tntang UU
Pemilihan Presiden & Wakil Presiden “Larangan Quick Count Pda Pilpres, Online,
(https://www.mkri.id/public/content/persidangan/resume/resume_perkara%2099%20quick
%20count%20pilpres.pdf)

10
dngan restorative justice itu sndri shingga hal trsebut dpat mnjdi pdoman dsar

dlam penegakn hukum melalui pendekatan trsebut. Di lain sisi, restorative justice

mrpakn swuatu hal yng bru dikalangan msyrakat shingga prlu adnya pemahaman

dan sosialisasi terkait penyelesaian perkara dngan mnitik bratkan pda pendekatan

keadilan restoratif.

Perkembangan knsep pendekatan restoratif justice dlam sstim hukum

pidana di Indonesia smkin brkmbang dlam satu dkade terakhir, hal trsebut slah

satunya dpat dlhat dngan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tntang Sstim Prdilan Pidna Anak. Brlkunya UU SPPA trsebut, mka seorg anak

yng mnjdi pelaku tindak pidana sbsa mgkin untk dijauhkan dri sanksi pidana,

shingga dlam tindak pidana trsebut penyidik brpaya sbsa mgkin mnerapkan

prinsip atau pendekatan restorative justice dlam penyelesaian perkara.

Pasl 1 ayat 6 mnjlaskan pengertian restorative justice yitu:15

“penyelesaian perkara tindak pidana dngan melibatkan pelaku/krban dan

phak lain yng terkait untk bersma-sma untk mncri penyelesaian yng adil

dngan menekankan pemulihan kmbli pda keadan semula dan bkan

pembalsan.”

Pda saat ini, institusi-institusi penegak hukum yng ad di Indonesia baik dri

Mahkamah Agung (MA), Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia tlah bnyak

mengadopsi prinsip restoratif justice sbgai slah stu cra atau upaya untk

menyelesaiakn swuatu perkara pidana. Pda Thun 2012, keempat lmbga ini tlah

membuat kesepahaman bersma baik itu dri Ketua Mahkamah Agung republik

15
Republik Indonesia, Undang-Undang tntang Sstim Prdilan Pidana Anak, UU No.11
Tahun 2012, ps. 1.

11
Indonesia, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik

Indonesia, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

131/KMS/SKB/X/2012, Nomor M-HH-07.HM.03.02 Tahun 2012, Nomor KEP-

06/E/EJP/10/2012, Nomor B/39/X/2012 tnggal 17 Oktober 2012 tntang

Pelaksanaan Penerapn Penyesuaian Btasan Tindak Pidana Ringan dan Jmlah

Denda, Acra Pemeriksaan Cpat Srta Penrapn Keadilan Restoratif (restoratif

Justice). Dlam Nota Kspakatan Bersma ini prnsip keadilan restoratif (restoratif

justice) didefenisikan pda Pasl 1 ayat (2), yitu:

“Keadilan restoratif (restorative justice) adlah penyelesaian perkara


tindak pidana ringan yng dilkukan olh penyidik pda tahap penyidikan atau
hakim sejak awal pesidangan dngan melbatkan pelaku, krban, keluarga
pelaku/krban, dan tkoh msyrakat terkait untk bersma-sma mncri
penyelesaian yng adil dngan menekankan pemulihan kmbli pda keadan
semula.”

Selanjtnya msing-msing institusi Penegak hukum trsebut mengeluarkan

peraturan sbgai pedoman dlam penylesaian prkara pidana dngan prinsip keadilan

restoratif, antra lain:

1. Peraturan Kapla Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019

tntang Penyidikan Tindak Pidana

2. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tntang

Penanganan Tindak Pidana Brdasrkan Keadilan Restoratif

3. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2020 tntang

Penghentian Penuntutan Brdasrkan Keadilan Restoratif

12
4. Keptsan Direktur jenderal Bdan Prdilan umm Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 1691/DJU/SK/PS.00/12/2020 tntang Pembrlkuan Pedoman

Penerapn Keadilan Restoratif

Namun meskipun sdah ad peraturan yng mnjdi pedoman dri tiap-tiap

intitusi penegak hukum, hal trsebut mnrut penulis dirsa blum ckup dikrnakn dri

aturan-aturan yng ad dri tiap institusi mmiliki bbrap perbedaan dan kelemahan,

shingga dianggp prlu adnya atran hkum trpusat untk memperbaiki hal trsebut

sekaligus mnjdi pedoman dsar dri tiap-tiap institusi dlam melaksanakn penegakn

hukum yng brkaitan dngan pendkatan restorative justice agr dpat terciptanya

keselarsan dlam pelaksanaan ataupun mkanisme hkumnya. Hal yng pling

sedrhana dpat terlhat di dlam Peraturatan Kejaksanaan Republik Indonesia No. 15

Thun 2021 tntang Pengehentian Penuntutan Brdasrkan Keadilan Restoratif pda

Pasl 5 Ayat 1b yng mna pda Pasl trsebut menekankan bhwa yng dpat dknakn

mkanisme pendekatan keadilan restoratif adlah tndak pidna yng diancam pdana

dnda atau diancam dngan penjara tdak lbih dri 5 (lima) tahun.

Hal ini bertlak belakngan dngan atran yng terdpat di dlam Peraturan

Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Thun 2021 tntang Penanganan

Tindak Pidana Brdasrkan Keadilan Restoratif yng tdak mensyaratkan hal dmikian,

shingga dri aturan-aturan yng ad dpat menybabkan persepsi yng saling bertlak

belakng antra aturan yng satu dngan atran yng lainnya. Pdahal, dngan tlah

diterbitkannya aturan-aturan yng ad tlah sngat membntu dri tiap-tiap aprat

penegak hukum. Sperti yng trjadi trhadp Kepolisian yng mna seblum

dikeluarkannya Perpol trsebut, terkadng Kepolisian sring mengmbil lngkah atau

13
kebijakn yng mgkin bertntangan dngan aturan yng ad. Dimna bla kta brnjak dngan

pendekatan penegakn hukum konvesional yng menrapkan sstim retributive

justice, mka aturannya dri prses pelaporan perkara trsebut hrus ttap dilanjutkan

hingga pda tahap pengadilan dan ptsan pengadilan. Namn ats dsar kemnsiaan,

terkadng bbrap ksus yng dianggp msih dpat dislsaikan diluar jalur pengadilan,

dibuatkan kebjakn khsus brdasrkan hati nurani dri pengak hukum dngan ttap

mendsari pda kepntingan umm, keadilan dan rsa kemnsiaan. Perkara trsebut pun

acap kali mendpatkan hsil yng positif walaupun dislsaikan dluar pengdilan. Namn

hal trsebut pun sering mnjdikan aprat hukum dlam situasi dilema, krna brdasrkan

atrnnya ap yng dilkukan olh penegak hukum trsebut tlah bertntangan dngan atran

yng ad. Disisi yng lain, meskipun perkara trsebut tlah dislsaikan olh kdua blah

phak baik krban dan plaku, namun brdasrkan data admnstrasi dikpolisian sang

plaku msih menyndang status tersangka meskipun perkara trsebut tdak prnah

dilnjutkan lgi baik dri phak krban maupun aprat yng berwenang. Dngan adnya

Perpol No. 15 Thun 2020 tntang Penghentian Penuntutan Brdasrkan Keadilan

Restoratif, bbrap prmaslahan yng diuraikan diatas mendpatkan jawaban dan jlan

keluarnya. Namn ttap sja msih menyisahkan kelemahan baik dri segi aturan yng

dikluarkan dri tiap-tiap institusi trsebut. Dri hal diatas, dpat memperlhatkan bhwa

smpai sjauh ini blum terdpat kepstian hukum yng jlas brkaitan dngan Restoratif

Justice ini sndri shingga dipndang prlu untk dibuat swuatu Undang-Undang yng

dpat memperbaiki permslahan trsebut.

Lahirnya aturan atau nrma yng mmuat dri pda prinsip Restoratif Justice

dlam stiap aturan yng terdpat dlam intitusi penegak hukum tdak lain mencrminkan

penegakn hukum progresif yng dipelopori olh Satjipto Rahardjo. Penegakn hukum

14
mnrut Satjipto Rahardjo selalu melibatkan mnsia di dlamnya dan melibatkan jga

tingkah laku mnsia. Hukum tdak dpat tgak dngan sndrinya, atau dngan kata lain

bhwa hukum tdak mmpu mewjudkan sndri jnji-janji srta khendak-kehendak yng

tercantum didlamnya. Janji dan kehendak trsebut, mislnya untk membrikan hak

kepda seseorg, membrikan perlndngan kepda seseorg, mengenakn pidana trhadp

seseorg yng mmnhui prsyaratan trtntu dan sbgainya. 16 Satjipto Rahardjo jga

menerangkan lbih lanjut bhwa pnegakn hkum pda hakekatnya mrpakn swuatu

usaha untk mewujudkan ide-ide srta knsep-knsep yng sfatnya abstrak mnjdi

kenyataan, termasuk ide tntang keadilan, kbnaran, dan kepstian hukum.17

Penegakn hukum pda dsrnya sdah dimlai semenjak peraturan hukum itu

dibuat. Perumusan yng dituangkan dlam praturan hkum akn turut menentukan

bgaimna penegakn hukum itu dijlankan. 18 Dlam prsesm pnegakn hukum, sejatinya

membtuhkan berbagai institusi-insttusi hukm dlam menjlankannya sperti hakim,

jaksa, advokat, dan polisi. Msing-msing insttusi ini akn bekrja dngan saling

mempngruhi untk dpat merealisasikan tjuan hkum. Mka dri itu, penegakn hukum

tdak mgkin dpat bekrja dlam ruang hmpa dan kedap pngruh, mlainkn hrus terdpat

berbagai interaksi dngan ruang lingkup ssial yng lbih bsar.

Progresifitas sbgai upaya dlam penegakn hukum, mndrong Satjipto

Rahardjo melahirkan sbuah knsep Pnegakn Hukum Progresif. Penegakn Hukum

Progresif adlah menjlankan hkum tdak sekedar mnrut kata-kata hitam-putih dri

peraturan (according to the letter), mlainkn mnrut semangat dan makna lbih

mendlam (to the very meaning) dri undang-undang atau hukum. Penegakn hukum

16
Satjipto Rahardjo, Penegakn Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta : Genta
Publishing, 2009, halaman7.
17
Ibid, halaman 12.
18
Ibid, halaman 24.

15
tdak hnya semta-mta brkaitan dngan kecerdasan intelektual, mlainkn jga dngan

kecerdasan spiritual. Shingga, penegakn hkum yng dilkukan hrus dngan pnuh

determinasi, empati, dedikasi, kmitmen trhadp penderitaan bangsa dan disrtai

keberanian untk mncri jlan lain dripda yng biasa dilkukan.19

Terdpat bbrap yng mnjdi kekuatan didlam hukum progresif, yitu:20

1. Ad dlam ranah teoritis, dlam hal ini bhwa keunggulan dri pradigma hukum

progresif dlam konteks ini untk melhat hukum secra lbih komprehensif dan

tjam dibandingkan dngan pradigma hukum yng lainnya. Dlam Pradigma

hukum progresif, tdak semta-mta hnya melhat hukum sbgai sbuah kumplan

peraturan, namun jauh dri pda itu yakni memandang hukum pda tataran yng

lbih luas sbgai bgian dri realitas sosial yng kompleks.

2. Berad dlam konteksfaktisitas hukum srta pilihan nlai yng coba dicapi olh

pradigma hukum progresif. Pradigma hukum progresif pda dsrnya

memandang hukum sbgai bgian dri realitas sosial yng kompleks, hukum tdak

steril dri pngruh lain, contohnya sperti politik.

3. Pradigma hukum progresif berad dlam aspek metodologis. Pradigma hukum

progresif dlam hal ini menganalisis hkum secra lbih komprehensif dan lbih

tjam dngan mengkombinasikan dngan menggnakn ilmu yng lain, sperti

sosiologi hukum, psikologi, antropologi, shingga anlisa trhadp swuatu realitas

hukum akn mnjdi lbih baik, dan solusi yng ditwarkan tdak hnya bertumpu pda

peraturan ad hoc sja, namun jauh lbih luas dngan memprtimbngkan berbagai

variabel sperti variable kemnsian, sstim sosial, sstim nlai, politik maupun

ekonomi.
Ibid, halaman xiii
19

Mahmud Kusuma, Menyelami Semangat Hukum Progresif (Terapi Pradigmatik bagi


20

Lemahnya Hukum Indonesia), Yogyakarta: antony Lib, 2009, halaman 185.

16
Brdasrkan uraian diatas, diharapkan melalui penelitian ini dpat menjawab

permaslahan yng ad srta dpat membrikan pndnangan yng lbih luas shingga penulis

tertarik untk mlkukan penelitian dngan judul “Keadilan Restoratif Dlam

Penegakn Hukum Pidana Ditinjau Dri Perspektif Hukum Sbgai Alat

Rekayasa Sosail”.

B. Rumusan Maslah

1. Bgaimnakah hakikat keadilan restoratif dlam peraturan hukum pidana yng

brlku di Indonesia?

2. Bgaimnakah penerapn prinsip keadilan restoratif dlam penegakn hukum

di Indonesia dri perspektif hkum sbgai alat rekayasa sosial?

3. Bgaimnakah knsep keadilan restoratif yng ideal dlam peraturan hukum

pidana di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisa bgaimna hkikat keadilan restoratif dlam peraturan

hukum pidana yng brlku di Indonesia.

2. Untuk menganalisa Bgaimna penerapn prinsip keadilan restoratif dlam

penegakn hukum di Indonesia dri perspektif hukum sbgai alat rekayasa

sosial.

3. Untuk mngetahui bgaimna knsep keadilan restoratif yng ideal dlam

peraturan hukum pidana di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

17
Manfaat yng dpat diperolh dlam penelitian ini adlah:

a. Diharapkan dpat menambah pengetahuan dlam rangka menunjang

pengembangan ilmu bagi penulis sndri dan mahasiswa fakultas hukum

pda ummnya.

b. Mnjdi masukan bagi msyrakat dan pra penegak hukum dlam

menegakkan ktntuan hukum dngan mempertimbangkan kepntingan

trbik brdasrkan knsep keadilan restoratif.

c. Diharapkan dpat bermanfaat bagi pemerintah dan aprat penegak

hukum dlam rangka menyusun peraturan hukum pidana yng

menerapkan prinsip keadilan restoratif.

2. Manfaat Praktis

a. Hsil dri penelitian ini semoga dpat dimanfaatkan untk bhan informasi

brkaitan dngan penyelesaian tindak pidana dngan berlandasakn pda

knsep pendekatan restorative justice.

b. Dpat diadikan bhan evaluasi untk mengkaji dan menlai kebjakn saat

ini srta untk menentukan kebijakn hukum dimasa mendatang yng

brkaitan dngan penyelesaian tindak pidana terlbih khsus yng

brlndaskan knsep restorative justice.

E. Originalitas Penelitian

Untk mengkaji originalitas penelitian dlam penulisan ini, mka peneliti

mlkukan perbandingan antra penelitian terdahulu atau penelitian-penelitian yng

relevan denan penelitian yng akn di teliti saat ini. Hal trsebut dpat terlhat pda

Tabel 1.1 di bawah ini:

18
Tabel 1.1 Penelitian Yng Relevan

Substansi Fokus
No Nama Peneliti Judul Peneitian
Penelitian Penelitian

1 Ahmad Agus Restorative Disrtasi ini Disrtasi 2021

Ramdlany/ Justice Dlam mengkaji keadilan

Universitas Islam Hukum Pidana restorative yng ad

Negeri Sunan Islam Perspektif dlam hukum pidana

Ampel, Surabaya Filsafat Hukum islam dlhat dri

perspektif flsafat

hukum islam.

Penlitian ini bersfat

Normatif dngan

menggnakn statue

approach sbgai data

sekunder. Penlitian

ini menghsilan

temuan Pertama,

keadilan restorative

dlam hukum pdana

Islam diknal dngan

istilah al ‘afwu dan

Islah. Prbuaan

memaafkan dan

19
perdamaian dri

krban atau

kluargnya dipndang

sbgai swuatu yng

lbih baik. Krban

mendpatkan

perbaikan dri sanksi

yng djatuhkan, srta

ad pernanan krban

dlam system dan

prses prdilan

pidana.

Kdua,hukum pidana

islam sngat

menganjurkan

penylesaian perkara

dngan cra

perdamaian.

Ketiga, nlai-nlai

keadilan restorative

membrikan prhtian

yng sma trhadp

krban dan pelaku.

Otoritas untk

20
menntukan rsa

keadilan ad di

tangan pra phak,

trtama krban bkan

pda negara.

Restoratif Justice

dlam hkum pidana

islam dpat

brimplikasi pda

efektifitas penegakn

hkum di Indonesia.

Kjahatan akn

brkurang, penjara

tdak akn over

capcity srta

terciptanya

keamnan dan

ktentraman dlam

msyrakat.

2 Achmad Irwan Pendekatan Hsil penelitian ini Disrtasi 2015

Hamzani/ Restoratif menunjukkan; psisi

Universitas Justice Dlam hukum pidana islam

Diponegoro, Pembangnan dlam pembangnan

Semarang Hukum Pidana hkum pidana

21
Nasional nsional adlah sbgai

Berbasis Ktntuan smber materiil

Qisas-Diyat bersma smber

Dlam Hukum hkum. Hukum

Pidana Islam pdana islam sbgai

smber materiil

mrpakn corak yng

mnekankan aspek

substansi, bkan

legal formalnya.

Ktntuan qisas-diyat

dpat

dikontribusikan ke

dlam hukum pidana

nsional untk

mnyempurnakn

RUU KUHP.

Rumsannya tdak

hrus sma persis,

nmun esensinya

sma, yitu

membrikan hak

kepda krban atau

ahli wrisnya dlam

22
mnentukan sanksi

untk tndak pidana

pembnuhan dan

pnganiayaan sbgai

bntuk prhtian dan

perlindngan kepda

krban atau ahli

warisnya. Slain itu,

hsil penelitian ini

jga

mrekomendasikan

agr hkum pidana

islam dijadikan

smber materiil dlam

pembangnan hukum

pidana nasional,

ktntuan qisas-diyat

ditransformasikan

ke dlam RUU

KUHP dan

pendekatan

restorative justice

berbasis qisas-diyat

dpat dirumuskan

23
dlam RUU KUHP,

dngan penyelesaian

diluar prses melalui

lmbga pemafaan

yng msih

terintegrasi dlam

system prdilan

sbgai pintu/kamar

tersndri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

24
A. Kerangka Teori

a. Teori Tujuan Hukum

Kasuistik dlam dinamika Hukum di Indonesia pnuh dngan keberagman

dan dlam penerapnnya memerlukan tinjauan yng spesifik dan sseuai dngan

pemanfaatan dri penerapn hukum trsebut baik secra lgis maupun konrkrit yng

tentunya hrus berkesseuaian. Hukum di Indonesia mempunyai manfaat yng pnting

untk kestablan dlam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Grand theory dlam disrtasi ini adlah teori tjuan hukum, yitu : teori tujuan

hukum Barat dan teori tujuan hukum Timur21 yng akn jabarkan sbgai brikut:22

1. Teori Tujuan Hukum Barat

Dlam Knsep teori ini mengacu kepda kepstian Hukum, Keadilan dan

Kemanfaatan dri Hukum itu sndri.23

2. Teori Hukum Timur

Teori ini berbeda dngan teori barat, bangsa-bangsa timur msih memkai

budya hukum asli yng ad di tanah mreka, yng mna teori tntang tujuan

hukumnya bertumpu pda “keadilan adlah keharmonisan, dan

keharmonisan adlah Kedamaian”.

Sbgaimna mnrut Notohamidjojo bhwa: “Hukum yng pertama bertujuan

mewujudkan keadilan; dimna itu tdak mgkin, hukum mengejar: dya gna atau

21
Teori Timur ini dpat diterjemahkan sbgai hukum adt yng tumbuh, hidup, dipelihara dan
brlku pda msyrakat lokal atau ap yng dsbut dngan hukum adt.
22
Achmad Ali, op cit. halaman 212.
23
Acmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori prdilan
(judicialprudence) termasuk interpretasi Undang-undang (legisprudence). Kencana Perdana Media
Group. Cetakn ke-1. Agustus, Jakarta. Hal.212

25
doelmatigheid.”24 Selanjtnya Notohamidjojo menempatkan kepstian hukum sbgai

slah satu faset yng terpnting dri pda dya gna.25

Sbgai contoh penegakn hukum di negara Jepang adlah jka pengadilan

Jepang dlam ptsannya, sering mengabaikan ktntuan formal, demi mewujudkan

kedamaian didlam msyrakat mreka. Bhkan, perkra-prkara yng tdak berat, sperti

pencurian, dpat dilkukan perdamaian antra plaku pncurian (bahasa jepangnya

dorobo), dngan krbannya secra resmi di kntor-kantor polisi, dimna disana sdah

tersedia formulir khsus untk perdamaian. Syartnya jka perdmaian itu antra pencuri

dan krbannya, adlah bhwa pencuri lgsung mengaku berslah perdamaian itu

meminta maaf kepda krbannya, mengmblikn brang curiannya, dan yng terpnting

adlah krbannya memaafkannya. Perkara dittup dan tdak lagi dilanjutkan,

meskipun sbnrnya ktntuan formal dri hukum acra pidna di Jepang, identik dngan

hukum acra pidana Barat dan Indonesia, yitu mengnut asas “tdak ad perdamaian

dlam perkara pidana”, ttapi sendi dlam realitas praktik hkum, undang-undang

diabaikan demi tujuan hukum kedamaian. Dmikian jga di Indonesia, pelnggaran

trhadp hukum adt berakbat “terganggunya kseimbangan kluarga atau msyrakat,

walaupun adkalanya perkaranya smpai ditangani olh alat negara, dpat ditempuh

dngan cra lain melalui pribadi dan atau keluarga yng bersngkutan, atau ditangani

kepala kerabat, kepala adt, kepala desa, ketua perkumplan orgnisasi (instansi) dan

alat negara”. Cra penyelesaian yng dilkukan krna trjadinya delik adt mnrut

Hilman Hadikusuma,26 yitu:

1) “Penyelesaian antra pribadi, keluarga, tetangga.


24
Notohamidjojo, Soal-Soal pkok Filsafat Hukum, Salatiga: Griya Media, 2011, halaman
33.
ibid, halaman 35.
25

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adt Indonesia, Bandung: Mandar Maju,
26

2014, halaman 17.

26
Jka trjadi swuatu peristiwa atau prbuaan delik adt, ditmpat pekrjaan, dan

lainnya, mka untk memulihkan ggguan keseimbangan keluarga atau

msyrakat bersangkutan, dislsaikan lngsung ditmpat kjdian antra pribadi

bersangkutan, atau dislsaikan di rmah keluarga slah satu phak antra

keluarga bersangkutan, atau ditmpat pkrjaan olh pra phak bersangkutan

dan teman – teman sekrja, atau antra ttangga dlam kesatuan rukun

tetangga.

2) Penyelesaian kepala kerabat atau kepala adt

Adkalanya pertemuan yng diselenggarakn pribadi, keluarga atau tetangga

trsebut tdak mencapi kspakatan, atau krna satu dan lain hlm tdak

berkelanjutan, shingga perkaranya prlu dlnjutkan kepda kepala kerabat

atau kepala adt dri kdua phak, mka yng mengadkn pertemuan selanjtnya

adlah diantra kepala kerabat atau kepala adt.

3) Penyelesaian kepala desa.

Apbla penyelesaian delik adt dilkukan olh kepala kerabat atau kepala adt

kebnyakn menyngkut perselisihan khsus dikalangan msyrakat adt

kekerabatan yng tdak termasuk kewnangan kepala desa, atau jga yng

msih brlku dikalangan msyrakat yng ssunannya dngan klompk suku–

suku, mka penyelesaian delik adt dri msyrakat yng bersfat ketetanggaan,

atau yng penduduknya campuran, dilaksanakn kepala desa.

4) Penyelesaian Keorganisasian

Di kota-kota kcil atau bsar atau di daerah mna penduduknya heterogen,

dimna terdpat berbagai kumplan atau orgnisasi kemsyrakatan, yng

mempunyai ssunan pengurus dan keanggotaan, sperti halnya

27
perkumplan-perkumplan kekeluargaan msyrakat adt di prantauan,

perkumplan kepemudaan dan kewanitaan, perkumplan keagmaan

lainnya, jga dpat melaksanakn penyelesaian secra kekeluargaan trhadp

peristiwa atau prbuaan delik yng trjadi yng tlah mengakbatkan

terganggunya keseimbangan dlam kesatuan perkumplan orgnisasi

bersangkutan”.

Negara kta Indonesia merujuk kepda pnyesuaian atau pemkaian

nomenklatur Hukum yitu mengadopsi Hukm Frmal barat yng mna knsep tujuan

hukumnya yitu keadilan, kemnfaatan dan kepstian hukum. Sstim Eropa

Continental mnjdi hal yng dominan dlam pemkain sstim hukum di Indonesia, yng

substansialnya dri segi hukum mmiliki corak pmikiran yng sngat Legalistic.

Slah satu tkoh yng bernama Achmad Ali mengemukakn pda bukunya

bhwa Negara Indonesia sbgai bangsa Timur yng mngalami penjajahan dri bangsa

barat slama ratusan tahun lamanya, dan kemgkinan ini yng membuat pningglan-

pningglan sstim hukum mreka yng tertinggal di Indnesia, sbgai contoh dlam sstim

hukum Belanda yng tersirat dan bhkan djdikan sbuah buku yng bernama KUHP

dan KUHAP yng mna kdua buku trsebut msih mngadopsi sstim hukum Belanda.

Teori mnrut Aistoteles dan Gustav Raldburch bnyak dipakai dlam

mengkonsideransi atau bhkan dlam mnsingkronisasi ap yng mnjdi kebijakn

hukum di Indonesia yng mengadopsi budya hukum barat walaupun bkan sbuah

pilihan akn ttapi sengaja mnjdi pningglan dri bngsa barat yng pernah menjajah

atau menginjakn kaki di negeri Indoensia ini. Adpun penjlasan terkait bbrap teori-

teori yng di kemukakn dan bhkan dipakai hgga saat ini dan bsa sja termaktub di

dlam sstim hukum dri lndsan teori tujuna hkum di Indonesia, yitu antra lain:

28
1.1 Teori Etis

Mnrut teori ini tjuan hukum tdak lain untk mwujudkan keadilan (justice).

Teori ini diknalkan olh Aristoteles seorg filosof Yunani dlam bukunya yng

brjudul “Rhetorica dan Ethica Nicomachea”, Mnurut pendpatnya hukum

mmiliki tujuan suci yitu membrikan kepda stiap org ap yng mnjdi haknya.

Pernyataan trsebut sepndpat dngan Van Apeldoorn yng dimuat dlam

bukunya yng berjudul “ Inleiding tot de stdie van het Nederlandse recht ”

bhwa tujuan hukum ialah mngtur tata trtib dlam msyrakat secra dmai dan

adil.27

Aristoteles membagi keadilan kedlam dua jenis, yitu:28

a) Keadilan Distributif (Justitia Distributia)

Keadilan ini adlah keadilan yng mnntut bhwa stiap org mendpat ap

yng mnjdi hak atau jtahnya (suum cuique tribuere), dngan kata lain,

keadilan ini mrpakn keadilan yng membrikan jtah kepda tiap-tiap org

brdasrkan porsinya, tnpa mnntut bgian yng sma atau persmaan untk

stiap org mlainkn perimbangan. Keadilan distributive ini brkaitan

dngan tugas pemerintah trhadp wargnya dlam menentukan ap yng

dpat dituntut olh warga msyrakat.

b) Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa)

27
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2008,
halaman 77.
28
Purnadi Purbacraka & M. Chidir Ali. Disiplin Hukum, Bandung: Alumni, 1981, halaman
12.

29
Keadilan ini adlah keadilan yng didpatkan olh stiap org sma

bnyaknya, tnpa melhat porsi msing-msing org. Dlam hal ini yng

ditntut adlah kesmaan. Seswuatu diktkan adil apbla stiap org

diprlkukan sma tnpa memandang kddukan.

1.2 Teori Rawls,29 memusatkan prhtian keadilan pda bgaimna

mendistribusikan hak dan kewajiban secra seimbang di dlam msyrakat

shingga stiap org berpeluang mmperleh manfaat drinya dan secra nyata,

srta menanggung beban yng sma. Krnanya, agr menjmin distribusi hak dan

kewajiban yng brimbang trsebut, Rawls jga mnkankan pntingnya

kspakatan yng fair di antra smua anggota msyrakat. Hnya kspakatan fair

yng mmpu mndrong krja sma sosial.

Definisi “adil” olh Rawls secra sedrhana dijlaskan dlam swuatu knsep yng

dsbut Justice as Fairness. Artinya, keadilan tdak brrti kmerataan absolut

dlam sbuah msyrakat dngan cra diratakn olh otritas yng berdaulat secra

pnuh. Keadilan bagi Rawls adlah keadilan yng bjak pda stiap indvdu.

Keadilan yng setara brrti membrikan kesmpatan stara pda stiap indvdu

untk membrikan kualifksi trbiknya dlam msyrakat untk menghsilkan cpian

yng trbik dri sbuah kmptisi. Dri kdua pendpat diatas, dpat dismpulkn bhwa

tujuan hukum mnrut teori etis ini tdak lain untk mencptkan keadilan dlam

msyrakat.

29
Achmad Ali, op. cit halaman 278

30
1.3 Teori Utilistis adlah tjuan hukum tdak lain hnya untk merealisasikan

kemanfaatan (utility). Slah satu tkoh pnganut alran Utilitarian adlah

Jeremy Bentham (1748-1783), yng mempnyai pndnangan dan pemikiran

hukum yng diilhami olh krya David Hume (1711-1776) yng mrpakn seorg

pemikir yng meruntuhkan dsar teoritis dri hkum alam, di mna inti ajran

Hume bhwa seswuatu yng brgna akn membrikan kbhgiaan 30. Atas dsar

pemikiran trsebut, kemudian Bentham mmbngun sbuah teori hukum

komprehensif di atas lndsan yng sdah diltakkan Hume tntang asas mnfaat.

Mnrutnya hakikat kbhgiaan “adlah kenkmtan dan kehdupan yng bebas dri

kesengsaraan”. Bentham mnybutkan bhwa “The aim of law is The

Greatest Happines for the greatest number.31

Ajran Bentham diknal sbgai Utilitarianisme indvdual, yng menyatakn

bhwa baik bruknya swuatu prbuaan akn diukur apkah prbuaan itu

mendatangkan kbhgiaan atau tdak. Bentham mencba mnrapkannya di

bidang hukum yitu perundang-undangan di mna baik bruknya ditentukan

pla olh ukuran trsebut. Shingga undang-undang yng bnyak membrikan

kbhgiaan pda bgian terbsar msyrakat akn dinlai sbgai undng-undang yng

baik, olh krna itu diharapkan agr pembntuk undng-undng hrus membntuk

hukum yng adil bagi segenap warga msyrakat secra indvdual. Lbih lanjut

Bentham berpendpat bhwa keberadan ngara dan hukum semta-mta sbgai

alat untk mencapi manfaat yng hakiki yitu kbhgiaan myritas rkyat.32

30
Bernard.L. Tanya. Dkk, Genta Teori Hukum, Stategi Trtib Mnsia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta : Publishing, 2010, halaman 89.
31
H.R Otje Salman, S, Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Maslah), Bandung:
PT. Refika Aditama, 2010, halaman 44.
32
Lilik Rasyidi dan Ira Thania Rasyidi, Dsar-Dsar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung:
PT. Citra Aditya Bhakti, 2004, halaman 64.

31
Kelemahan dri ajran ini adlah kbhgiaan yng dikemukakn olh alran utiliti

ini brupa numerik jadi slama sdah ad sebgian bsar msyrakat yng mendpat

kbrntungan olh hukum dngan dmikian tdak maslah jka ad sebagiab kcil

yng dikrbankan haknya, pdahal hukum melhat dan melindungi mnsia bkan

hnya dlam bntuk sbuah msyrakat akn ttapi hukum jga hrus melhat mnsia

dri eksistensinya sbgai indvdu. Mka dri itu tdak dibnarkan kalau ad

sebgian indvdu yng dikrbankan haknya. Hukm hrus hdir untk melindungi

smpai pda phak yng pling lemah sekalipun dmikian hukum ttap

berorientasi untk membrikan keadilan.

1.4 Teori Legalistik-Positivistik yakni tjuan hukum mnrut teori ini adlah untk

mwujudkan kpstian hkum (legal certainly). Istilah Positivisme pertama

kali diprgnakn olh Saint Simon (1760 – 1825) yng lahir dri Prancis sbgai

perubhan dlam menghadpi rvolusi borjuis yng mnetang kekasaan feodal,

dominasi raja dan gereja.33

Mnrut pandngan positivisme, pembrlkuan undng-undng krna undang-

undang mendptkan bntuk psitif dri lmbga yng berwenang. Pertimbangan

teoretis dan metafisik tdak diperbolhkan krna positivisme hukum adlah

pengajran ilmih tntang hukum.34 Hukum itu hrus dpat dlhat dlam ktntuan

undang-undang krna, hnya dngan itlah ktntuan hukum itu dpat diverifksi.

Adpun yng diluar undang-undng tdak dpat dimsukan sbgai hkum.35 Dlam

alran hukum positivif, diknal adnya dua alran, yitu Alran hkum positif

analitis yng diknal sbgai analytical jurisprudence dngan tkohnya John


33
Khudzaifah Dimyati. Dkk, Hukum & Moral, Basis Epistimologi Pradigma Rasional
H.L.A. Hart, Yogyakarta : Genta Publishing, 2017, halaman 1.
34
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dlam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Kansius, 1986,
halaman 128-129.
35
Khudzaifah Dimyati. Dkk, op. cit, halaman 3.

32
Austin dan Alran hkum psitif mrni yng diknal dngan teori hkum mrni

(pure theory of law) dipelopori dan dikembangkan olh Hans Kelsen.

1.5 Alran hukum positif analitis

Alran ini mendefinisikan hkum sbgai commond dri pembri hkum (prntah

dri legislator atau penguasa), yng mrpakn prntah dri otritas/kedulatan

tertinggi. Hukum dianggp sbgai sstim yng logis, ttap dan trtutp (closed

logic system). Ini brrti bhwa aturan dikurangi dri hukum yng brlku tnpa

prlu mempertimbangkan norma sosial, politik dan moral. 36 Hukum benar

benar terpisah dri keadilan dan kemanfaatan, hukum hnya didsarkan pda

kekuatan yng memegang kedaulatan.37 Pendpat Austin tdak

mempertimbangkan kebaikan atau kejahatan hukum, krna pnlaian dianggp

sbgai maslah yng berbeda di luar bidang hukum. Mnrut John Austin, ia

dibagi mnjdi:

1) hukum yng dibuat olh Allah untk mnsia (hukum Allah) yng tdak

mmiliki makna yuridis, di mna fungsnya hnya sbgai wadh untk

kepercayaan,

2) hukum yng dibuat olh mnsia untk mnsia (human law), terdiri atas;

Pertama, hukum aktual yng dipgang olh kekuatan politik yng dsbut

sbgai hukum positif, smntara hukum sbnrnya tdak ditgakkan olh org,

secra pribadi. Hukum ini yng sbnrnya tdak dsbut olh Austin sbgai

"moralitas positif" sja. Hkum postif atau hkum sbnrnya mmiliki

36
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kmbli, Bandung: Refika Aditama, 2013, halaman 80-81.
37
W. Friedmann, Legal Theory Ssunan I, diterjemahkan menjadi Teori dan Filsafat Hukum
olh Muhammad Arifin, Jakarta: CV. Rajawali, 1990, halaman 149.

33
karakteristik empat usur, yitu prntah, sanksi, kewajiban dan

kedaulatan.38 Jka hukum tdak mmnhui keempat usur, mka tdak dpat

diartikan sbgai hukum positif, hnya dsbut sbgai moral positif.

3. Teori Hukum Mrni.

Penerapn teori ini yng termaktub dlam General theory of law and state,

mrpakn bukunya Hans Kelsen, yng mmuat dkunganya trhadp pendpat Austin

bhwa undang-undang atau peraturan trsebut adlah prntah. Mnrut Hans Kelsen

tntang pendpat Austin bhwa "prntah adlah pernyataan kehendak seseorg dlam

bntuk imperatif bhwa org lain hrus bertindak dngan cra trtntu, seorg indvdu

yng objeknya adlah tindakn dri indvdu lain. Kelsen lbih lanjut mnjlaskan

bhwa seorg indvdu dpat secra khsus membrikan bntuk imperatif pda

kmaannya ketika dia mmiliki, atau yakin mmiliki, kekuatan trtntu atas indvdu

lain, ketika dia, atau berpikir dia berad dlam psisi yng membthkan keptuhan.

Sbuah prntah bru dpat dsbut norma jka itu mengikat indvdu kepda siap itu

diarahkan, dan jka indvdu ini hrus mlkukan ap yng diminta prntah.

a. , …A command is a norm only if it is binding upon the indvdual to whom it


is directed, only if this indvdual ought to do what the command requires.39

Namun Kelsen tdak spkat dngan Austin dngan menyatakn bhwa tdak

stiap prntah yng dikeluarkan olh seseorg yng mmiliki kkuasan lbih tinggi

mempunyai sfat mengikat. Kelsen mencontohkan prntah seorg bandit kepda

seseorg untk menyerahkan uangnya tdaklah mengikat, walaupun dlam

kenyataannya bandit trsebut mmpu untk memaksakn khndaknya. Swuatu

38
W. Friedmann, ibid, halaman 150.
39
Hans Kelsen, General Theory of Law and State. New York : Russel and Russel, 1973,
halaman 31.

34
prntah mengkat, bkan disbabkan indvdu yng memrntah mempunyai kkuasan

nyata yng lbih tnggi, ttapi prntah itu mengikat olh krna indvdu trsebut dibri

wewmag atau dibri kkuasan untk mengeluarkan prntah-prntah yng bersfat

mengikat. Indvdu hnya berwenang atau berkuasa jka swuatu ttanan normatif,

yng dianggp mengikat, membrikan kapsitas ini kepdanya, yakni membrikan

kmpetnsi untk menerbitkan prntah-prntah yng mengikat. Hal ini sbgaimna

dinyatakn olh Kelsen:40

“…A command is binding, not because the indvdual commanding has an


actual superiority in power, but because he is authorized or empowered to
issue commands of a binding nature. And he is authorized or empowered only
if a normative order, wich is presupposed to be binding, confers on him this
capcity, the competence to issue binding commands.”

Teori hukum mrni adlah teori hukum positif. Kelsen mempertanyakn dan

menjawab pertanyaan, ap hukumnya dan bkan bgaimna hukum yng sbnrnya41

Ttanan hukum positif adlah hukum sbgaimna adnya, tnpa

mempertahankannya dngan menyebutnya adil, atau menghujatnya dngan

menyebutnya tdak adil. Ttanan hukum positif brupaya menghdirkan hukum

yng nyata dan mgkin, bkan hukum yng benar, olh krna itu, mnrut Kelsen,

diskusi tntang keadilan hrus dikecualikan dri ilmu hukum, krna hkum dan

keadilan adlah dua knsep yng berbeda.

Keadilan, mnrut Radbruch bhwa keadilan sdah ckup apbla ksus-ksus yng

sma diperlkkan secra sma.42 Sbgaimna diktkan olh Teguh Prasetyo bhwa:

“Org dpat sja mgatakn tjuan hkum adlah keadilan sja, dan itu brrti di dlam

keadilan itu sdah psti ad pla kepstian dan sllu sja diperolh manfaat”, 43 Geny

40
Hans Kelsen, ibid, halaman 31-32.
41
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, halaman 272.
42
ibid, halaman 34.
43
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta : Rajawali Press, 2010, halaman 133.

35
adlah slah satu ahli yng jga mendukung bhwa hkm brtjuan merealisir atau

mewujudkan keadilan.44 Selanjtnya Geny berpendpat sbgaimna dikutip olh

van Apeldoorn bhwa tujuan hukum ialah semta-mta keadilan, akn ttapi mersa

trpksa jga memasukkan kepntingan dya gna dan kemanfaatan sbgai seswuatu

usur dri pengertian keadilan: le juste contient dans ses flancs l’utile.45 Tujuan

hukum satu-satunya adlah tdak lain dripda mwujdkan keadilan.

Bhwa pendpat yng secra pnjang lbar mnguraikan bhwa hukum bertujuan

untk tiga tujuan yitu keadilan kepstian dan kmanfaatan, rasionalisasi yng tepat

bhwa kalau keadilan yng dikejar mka kepstian dan kemanfaatan secra

otomatis akn terwujud, krna baik kemanfaatan dan kepstian adlah bgian dri

keadilan itu sndri. Jadi pda hakikatnya kepstian dan kmanfaatan tdak

dipsisikan sejajar dngan keadilan sbgai tujuan hukum akn ttapi sbgai sarana

untk mencapi keadilan itu sndri. Mka dri itu tujuan hukum pstilah keadilan.

Gustav Radbruch yng mrpakn pencetus tiga tujuan hukum yng kemudian

dijadikan rujukan utama pra ahli-ahli hukum mengenai tujuan hukum yitu

kepstian, keadilan, dan kemanfaatan. Radbruch pda akhirnya mengorksi

pndnangannya sndri, ia menyatakn bhwa cta hkum tdak lain dripda keadilan.

Selanjtnya ia jga menytakn, “Est autem jus a justitia, sicut a matre sua ergo

prius fuit justitia quam jus.” yng artinya: Akn ttapi hukum brsal dri keadilan

sperti lahir dri kandngan ibunya; olh krna itu, keadilan tlah ad seblum adnya

hukum.46

Hal ini disbabkan krna dlam realitasnya, keadilan hukum sering

berbenturan dngan kemanfaatan dan kepstian hkum dan bgitupun sebaliknya.


44
Sudikno Mertokusumo, op.cit., halaman 77.
45
L.J. van Apeldoorn, op. cit, halaman 16.
46
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi Revisi), op. cit, halaman 89.

36
Diantra ketiga nlai dsar tujuan hukum trsebut, pda saat trjadi bnturan, mka

hrus ad yng dikrbankan. Mka dri itu, asas prioritas yng dgnakn olhnya hrus

dilaksanakn dngan urutan sebegai brikut:47

a) Keadilan Hukum;

b) Kemanfaatan Hukum;

c) Kepstian Hukum.

Dngan terssunnya teori Gustav dlam ttanan secra berkesseuaian di atas

mka akn terciptanya penyelenggaraan hukum dri prgram Tujuan Hukum yng

mnrut Gustav memgkinkan dpat menghindarkan sstim hkum dri konflik

internal yng kerap akn trjadi dngan kemgkinan persentase yng ckup tinggi.

Tujuan hukum mencakupi keadilan, kemanfaatan dan kepstian hukum

dngan urutan prioritas, secra proposional, sseuai dngan ksus yng dihadpi dan

ingin dipecahkan.Tkoh alran ini antra lain adlah Gustav Radbruch. Gustav

Radbruch adlah seorg filosof hukum dri Jerman yng mengjarkan knsep tga ide

dsar hukum. Gustav Radbruch mengjarkan bhwa ad tiga ide dsar hukum yng

olh sebgian bsar pakar teori hukum dan flsafat hkum, jga diidentikkan sbgai

tiga tujuan hukum, yitu keadilan (gerechtigkeit), kemnfaatan

(zweckmaeszigkeit), dan kepstian hukum (rechtssicherkeit).48

a) Keadilan Hukum mnrut Gustav yitu perekat ttanan kehdupan bermsyrakat

yng beradb. Hukum diciptakn agr stiap indvdu anggota msyrakat dan

penyelenggara negara mlkukan seswuatu tindakn yng diprlukan untk

menjaga ikatan social dan mencpai tjuan kehdupan bersma atau sebaliknya

agr tdak mlkukan swuatu tindakn yng dpat merusak ttanan keadilan. Jka

47
Muhammad Erwin, Filsafat Hukum. Raja Grafindo, Jakarta. 2012, Hal. 123
48
Achmad Ali, op cit, halaman 3.

37
tindakn yng diprntahkan tdak dilkukan atau dilnggar, ttanan social akn

terganggu krna terciderainya keadilan. Untk mengmblikn trtib kehdupan

bermsyrakat, keadilan hrus ditgakkan. Stiap pelnggaran akn mendpat

sanksi sseuai dngan tgkat pelnggaran itu sndri.49

b) Kemanfaatan Hukum yakni Swuatu ktntuan hukum bru bsa di nlai baik,

jka akbat-akbat yng dihsilkan dri penrapnnya adlah kebaikan, kbhgiaan

sebsar-bsarnya dan berkurangnya pnderitaan. Sebliknya, ktntuan hkum

akn dinlai buruk jka penerapnnya menghsilkan akbat-akbat yng tdak adil,

krugian dan hnya memperbsar penderitaan. Shingga tak ad satupun ad pra

ahli menyatakn bhwa teori kemanfaatan ini sbgai dsar-dsar ekonomi bagi

pemikiran hukum. Prinsip utama dri teori ini adlah mngenai tujuan dan

evaluasi hukum. Tujuan hukum adlah ksjahteraan yng sebsar-bsarnya bagi

sebgian terbsar rkyat atau bagi slruh rkyat, dan evaluasi hukum dilkukan

brdasrkan akbat-akbat yng dihsilkan dri prses penerapn hukum. Brdasrkan

orientasi itu, mka isi hukum adlah ktntuan tntang pengaturan pencptaan

kesejahteraan negara.50

c) Kepstian hukum mnrut Radbruch yakni Kepstian hukum mrpakn tuntunan

utama trhadp hukum ialah, spya hkum mnjdi positif, dlam artian brlku

dngan psti. Hukum hrus ditaati, dngan dmikian hukum sungguh-sungguh

positif. Hukum dituntut untk mmiliki kepstian dngan mksud bhwa hukum

tdak bolh berubah-ubah. Sbuah undng-undng yng tlah diberlkukan akn

mengikat bagi stiap org dan sfatnya ttap smpai undang-undang trsebut
49
Moh. Mahfud MD, Penegakn Hukum dan Tata Kelola Pmrintahan Yng Baik, Bhan Pda
Acra Seminar Nasional “Saatnya Hati Nurani Bicra” yng diselenggarakn olh DPP Patai
HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8 Januari 2009.
50
Lili Rasjidi dan I. B Wyasa Putra, Hukum Sbgai Suatu Sstim, Remaja Rosdakrya,
Bandung, 1993. Hal. 79-80.

38
ditarik kmbli. Permaslahan yng sering trjadi akbat kkelruan memhami

makna dri kepstian hukum adlah, sering kli bunyi bhkan sfat redaksional

dri sbuah pasl dlam undang- undang diprtahankan secra mtlak, shingga

yng trjadi sbgaimna ad ungkapn: lex duras sed tamen scripta, yng artnya

undang-undang adlah kras, ttapi mau tdak mau mmang dmikian bnyinya.

Hukum hrus mmiliki kepstian, untk itu mka hkum hrus brupa praturan

tertulis. Akn ttapi sngat pnting untk dipahami bhwa Undang-undang tdak

dpat menguras hukum.51 Krna meskpn kaidah hukum dirumuskan melalui

teks-teks dlam undangundang akn ttapi rumusan teks trsebut tdak

sepnuhnya dpat menampung isi dan mksud kaidah hukumnya. 52 Mkin

bnyak hukum mmnhui syarat “peraturan yng tepat”, yng sebnyak mgkin

meniadkn ketdak pstian, jadi makin tpat dan tjam praturan hkum itu,

makin terdesaklah keadilan. Itlah arti summum ius, summa iniura,53 atau

lbih sering kta dengar dngan ungkapn Keadilan trtinggi adlah ketdak

adilan yng tertinggi.54

b. Teori Penegakn Hukum

Pda tataran middle theory dlam disrtasi ini menggnakn teori penegakn

hukum. Mnrut Soerjono Soekanto, pengakn hukum adlah kgiatan

menyerasikan hbngan nlai-nlai yng terjabarkan di dlam kaidah kaidah yng

51
Sudikno Mentokusumo, dan A. Pitlo, Bab Bab Tntang Penemuan Hukum, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1993, halaman 53.
52
Kuat Puji Priyanto, Pengantar Ilmu Hukum (Kesenian Hukum dan Penemuan Hukum
dlam Konteks Hukum Nasional, Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2011, halaman 2.
53
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Cet. 32), Jakarta: Pradnya Pramita, 2009,
halaman 13.
54
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Pranad Media Group,
2008, halaman 139.

39
mntp dan mengejawantahkan skap sbgai rngkaian penjbaran nlai thap akhir

untk mencptkan, mmelihara dan memprthnkan kdamaian pergaulan hdup.55

Mnsia di dlam prgaulan hdup pda dsrnya mempnyai pndangan-

pndangan trtntu mngenai ap yng baik dan ap yng bruk. Di dlam pnegakn

hukum, psngan nlai trsebut prlu diserasikan, sbab nlai ketrtiban bertitik tlak

pda keterikatan, sedangkan nlai ketentraman titik tlaknya adlah kebebasan.56

Secra umm penegakn hukum dpat diartikan sbgai tindakn menerapkan prngkat

sarana hukum trtntu untk memaksakn sanksi hukum gna menjamin pentaatan

trhadp ktntuan yng dittapkan trsebut. Sedangkan mnrut Satjipto Raharjo,

penegakn hukum adlah swuatu prses untk mwujudkan keinginan-keinginan

hkum (yitu pikiran-pikiran bdan pembuat undng-undang yng dirumuskan dlam

peraturan-peraturan hukum) mnjdi kenyataan.57

Teguh Prasetyo, yng menyatakn bhwa penegakn hukum jka dlhat dri

prses kebijakn, penegakn hukum pda dsrnya adlah penegakn kbijakn melalui

bbrap tahapn. Pertama, tahap perumusan, yitu tahap penegakn hukum secra

abstrak olh legislatif. Tahap ini jga bsa dsbut thap legislatif. Tahap kdua

aplikasi adlah tahap penerapn hukum pidana olh petugas penegak hkum dri

polisi ke pengadilan. Tahap kdua ini jga bsa dsbut tahap kebijakn prdilan.

tahap ketiga eksekusi adlah tahap penerapn hukum pidana secra konkrit olh

aprat pelaksana hukum pidana. Tahap ini dpat dsbut tahap kebijakn eksekutif

atau administratif.58

55
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yng Mempngruhi Penegakn Hukum, Jakarta PT. Raja
Grafindo 2011, halaman 5.
56
Ibid, halaman 6.
57
Satjipto Rahardjo, Maslah Penegakkan Hukum, Bandung: Sinar Bru, 1983, halaman 24.
58
Teguh Prasetyo. Kriminalisasi Dlam Hukum Pidana, Bandung: Nusamedia, 2011,
halaman 111.

40
Pendpat ini sejlan dngan pendpat Bagir Mnan yng menyatakn bhwa:

1. Penegakn hukum hampir slalu hnya terkait dngan prses prdilan.

Terkadng bhkan dngan pengadilan. Penegakn hkum tdak hnya trjadi

dlam serangkaian prses prdilan. Penegakn hukum jga dilkukan olh bdan

admnstrasi negara sperti imigrasi dan bea cukai. Dlam dnia sains ad jga

bdan quasi-judicial (quasi administratieve rechtspraak) sperti bdan

penyelesaian sengketa pjak (sekarang lingkungan prdilan mrni yng

mrpakn pengadilan pjak.

2. Penegakn hukum bkan hnya tntang "org" (polisi, jaksa, hakim). Sbgai

sstim penegakn hukum yng melibatkan berbagai subsstim, yitu:

1) Penegakn hukum kelmbgaan;

2) Smber dya /penegakn hukum;

3) Prosedur (mekanisme) penegakn hukum;

4) Infrastruktur dan fasilitas penegakn hukum.59

Dngan dmikian, dri sejmlah pendpat, dpat dismpulkn bhwa penegakn

hukum pidana dimlai dri bdan legislatif, bdan legislatif yng membuat undang-

undang dan menentukan nrma-nrma dlam bntuk prntah dan larangan. Hukum

yng dibuat olh bdan lgslatif ini dpat mncrminkan ad atau tdak adnya nlai-nlai

keadilan yng hdup di msyrakat. Pengakn hukum pidana jga dilkukan olh

pengadilan. Yitu penerapn hukum pdana dlam bntuk hukum olh aprat penegak

hukum baik dri tgkat kepolisian hingga tgkat pengadilan.

Penegakn hukum pidana trkait erat dngan sstim prdilan pidana. Sstim

prdilan pidana adlah sstim dlam msyrakat untk menangani kejahatan, dngan

59
Mnan Bagir, Sstim Prdilan Berwibawa (Suatu Pencarian),Yogyakarta: FH UII Press,
2005, halaman 14.

41
tujuan mencegah msyrakat dri mnjdi krban kejahatan, menyelesaikan ksus-

ksus kriminal yng trjadi shingga msyrakat puas krna keadilan tlah ditgakkan

dan pra pelaku tlah dihukum dan pra pelaku yng tlah mlkuan kjahatan tdak

pernah mengulangi kejahatannya lagi.60 Penegakn hukm pdana olh lmbga

prdilan adlah swuatu sstim yng brkaitan dngan sstim hukum yng diajukan olh

Friedman meliputi subsstim substansi, struktur hukum dan subsstim budya

hukum.61

Penegakn hukum pidana tdak trlepas dri prilkaku org-org dlam

organisasi/lmbga penegakn hukum. Pengakn hukum pidana tentunya tdak dpat

dilaksanakn secra total krna pnegak hkum sngat dibatasi dlam hukum acra

pidana dan hukum pidana substantif, olh krna itu penegakn hukum pidana

membtuhkan knrja ptugas pengak hkum yng progresif, yitu menegakkan

hukum pidana untk mewujdkan keadilan, ksjahteraan dan kepntingan. org-org.

Supremasi hukum tdak diterjemahkan sbgai supremasi hkum, ttapi supremasi

keadilan.

Mnrut pendpat Ramington dan Ohlin dlam bukunya Romli

Atmasasmita menyatakn bhwa penegakn hkum atau sstim prdilan pidana

adlah sbgai brikut: Sstim prdilan pidana dpat diartikan sbgai penggnaan

pendekatan sstim pda mekanisme admnstrasi prdilan pidana, dan prdilan

pidana sbgai sstim adlah hsil interaksi antra hukum dan peraturan, prktik

admnstrasi dan skap atau prilkaku sosial. Memahami sstim itu sndri

60
Mardjono Reksodipuro, Kriminologi dan Sstim Prdilan Pidana, Jakarta: Pusat Pelayanan
Keadilan dan Pengabdian Hukum Lmbga Kriminologi Universitas Indonesia, 1997, halaman 12-
13.
61
M. Friedman, Lawrence, The Legal System, A Social Science Perspective, New York :
Russell Sage Faundation, 1975, halaman 14-15.

42
mnyratkan prses intraksi yng disiapkan secra rasional. 62 Mnrut M.Yahya

Harahap sstim prdilan pidana yng dgariskan olh Undang Undang No 8 Tahun

1981 (KUHAP) mrpakn “sstim terpadu” brlndaskan“diferensiasi fgsional” di

antra aprat pnegak hkum sseuai dngan “tahap prses kewenangan” yng dibrikan

undng-undng kepda msing-msing”.63

c. Teori Sstim Hukum


Brdasrkan pda pendekatan sstimatik sbgaimna dikemukakn

seblumnya, mka teori sstim hukum dpat dijadikan sbgai lndsan dlam

menganalisa pkok prmaslahan yng diajukan dlam disrtasi ini adlah teori

sstim hukum dri Lawrence M. Friedman. Sstim hkum mnrut Lawrence M.

Friedman terdiri dri tiga elemen, yitu elemen struktur hkum (legal structure),

substansi hukum (legal substance), dan budya hukum (legal culture).64

Aspek struktur (structure) olh Friedman dirumuskan sbgai brikut:

"The structure of a legal system consists of elements of this kind: the


number and size of courts; their jurisdiction (that is, what kind of cases they
hear, and how and why), and modes of appeal from one court to another.
Structure also means how the legislature is organized, how many membris
sit on the Federal Trade Commission, what a president can (legally) do or
not do, what procedures the t police department follows, and so on".
(Struktur dri swuatu sstim hukum terdiri atas hal-hal sbgai brikut, diantranya
: jmlah dan kapsitas prdilan, yurisdiksi, dan pola banding dri satu prdilan
keprdilan lainnya. Struktur pun mnjlaskan pengaturan legislasi, jmlah
anggota yng duduk pda Kamar Dagang, batas wewmag dan keabsahan
tindakn swuatu pimpinan, prosedur yng dijlankan Kepolisian dan sbgainya).

62
Romli Atmasasmita, Sstim Prdilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenad Media
Grup, 2010, halaman 2.
63
Yahya M. Harahap, Pembahasan Permaslahan Dan Penerapn KUHAP Penyidikan Dan
Penuntutan, Sinar Grafika : Jakarta, 2004, halaman 90.
64
Friedman, Lawrence M., The Legal Sysytem A Social Science Perspective, Russel Sage
Foundation, New York. 1975.Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan
(Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi & Arbitrase), Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001,
halaman 125

43
Elemen kdua dri sstim hukum adlah substansi hukum (substance).

Penjlasan Friedman trhadp substansi hukum adlah sbgai brikut:

"By this is meant the actual rules, norms, and behavior patterns of people
inside the system. This is, first of all, "the law" in the poplar sense of the
term-the fact that the speed limit is fifty-five miles an hour, that burglars can
be sent to prison, that 'by law' a pickle maker has to list his ingredients on
the label of the jar".65 (Hal trsebut diartikan sbgai peraturan yng nyata,
norma, dan pola prilkaku msyrakat dlam swuatu sstim. Hal ini utmanya
hkum dlam pengertian umm, sbgai swuatu bntuk btasan kecpatan 50 mil
per/jam, bhwa penjahat dpat dijebloskan kepenjara, dan demi hukum stiap
pembuat acra hrus mnjlaskan bhan-bhan dlam stiap toplesnya).

Dngan dmikian, Friedman mengatakn, bhwa yng dimksudkan dngan

substansi hkum adlah peraturan-peraturan yng ad, norma-norma dan aturan

tntang prilkaku mnusia, atau yng biasanya diknal org sbgai "hukum" itlah

substansi hukum.

Sedangkan mengenai budya hukum, Friedman mengrtkannya sbgai

skap dri msyrakat trhadp hkum dan sstim hkum, tntang keyakinan, nlai,

gagasan, srta harpan msyrakat tntang hkum. Dlam tulisannya Friedman

merumuskannya sbgai brikut;

"By this we mean people's attitudes toward law and the legal system-their
beliefs, values, ideas, and expectations. In other words, it is that part of the
general culture which concerns the legal system".66 (Dngan ini kami
mengartikan prilkaku msyrakat trhadp hukum dan kepercayaan trhadp sstim
hukum, tata nlai, gagasan dan ekspektasi. Dngan kata lain, ini mrpakn bgian
dri kebudyaan umm yng membahas perihal sstim hukum).

Selanjtnya untk mnjlaskan hbngan antra ketiga elemen sstim hukum

trsebut Friedman dngan menarik dan jlas sekali membuat sbuah ilustrasi yng

menggambarkan sstim hukum sbgai swuatu "prses prduksi" dngan

menempatkan mesin sbgai "struktur", kemdian prduk yng dihsilkan sbgai

65
-----------------------------, American Law and Intoduction,2nd Edition, Terjemahan Wishnu
Basuki, Jakarta: PT. Tata Nusa, 2001. halaman 7.
66
Ibid , halaman 24.

44
"substansi hukum", sedngkan bgaimna msin ini dgnakn mrpakn rpresentasi

dri elemen "budya hkum". Dlam bahasanya, Friedman mermuskan ilustrasi

trsebut sbgai brikut:

"Another way to visualize the three dements of law is to imagine legal


"structure" as a kind of machine. "Substance" is what the machine
manufactures or does. The "legal structure" is whatever or whoever
decides to turn the machine on and off, and determines how it will be
used".67 (Cra lain untk memvisualisasikan tiga elemen hukum adlah untk
membayngkan swuatu “struktur” selayaknya swuatu mesin. “Substansi”
adlah hal yng diolah olh swuatu mesin. “Struktur hukum” adlah appun atau
segala jenis bntuk yng memutuskan dimatikan atau dihdupkannya mesin
trsebut dan bgaimna cra penggnaannya).

d. Teori Kontrol Sosial

Teori kontrol sosial mrpakn swuatu teori tntang penyimpangan yng

disbabkan olh keksongan kontrol atau pgendalian sosial. Teori ini dbgun atas

pndnangan yng mna pda dsrnya mnusia mmiliki kcndrungan untk tdak ptuh

pda hukum srta mmiliki pla drngan untk mlawan hkum. Olh sbab itu didlam

teori ini menlai bhwa prilkaku menympang mrpakn konsekuensi logis dri

kegagalan dri seseorg untk menaati hkum yng ad. Teori kontrol sosial

membahas isu-isu tntang bgaimna msyrakat memlihara atau menmbhkan

kontrol sosial dan cra mmperleh konfrmitas atau keggalan mraihnya dlam

bntuk penyimpangan.68

Travis HIrchi yng mrpakn pelopor dri teori ini mengatakn bhwa

“Prilkaku criminal mrpakn kegagalan klompk-klompk social konvensional

sperti; keluarga, skolah, kwan sbaya untk mengikat atau trikat dngan indvdu”69

67
Ibid. halaman 36-37.
Frank E. Hagan,Pengantar Kriminologi Teori, Metode, dan Prilkaku Kriminal, Jakarta :
68

Kencana Prenadmedia Group, 2013


69
Yesmil Anwar. KRIMONOLOGI. Bandung : PT. Refika Aditama, 2013. Halaman 78.

45
Ide utama di belakng teori kontrol adlah bhwa penyimpangan mrpakn

hsil dri kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangunnya

brdasrkan pndnangan bhwa stiap mnsia cendrung untk tdak ptuh trhadp

hukum atau mmiliki drngan untk mlkukan pelnggaran hukum. Olh krna itu,

pra ahli teori kontrol menlai prilkaku menyimpang mrpakn konsekuensi logis

dri kegagalan seseorg untk mentaati hukum. Dlam konteks ini, teori kontrol

sosial sejajar dngan teori konformitas. Slah satu ahli yng mengmbangkan teori

ini adlah Travis Hirschi. Ia mengajukan bbrap propsisi teoretisnya, yitu:70

1. Segala bntuk pengingkaran trhadp atran-aturan sosial adlah akbat dri

kegagalan mensosialisasi indvdu wrga msyrakat untk bertindak teratur

trhadp aturan atau tata trtib yng ad.

2. Penyimpangan dan bhkan kriminalitas atau prilkaku krminal, mrpakn

bukti kegagalan klompk-klompk sosial konvensional untk mengkat indvdu

agr ttap teratur, sperti: keluarga, sekolah atau departemen pnddikan dan

klompk-klompk dminan lainnya.

3. Stiap indvdu sehrusnya belajar untk teratur dan tdak mlkukan tindakn

penyimpangan atau kriminal.

4. Kontrol internal lbih berpngruh dripda kontrol eksternal.

Lbih lanjut Travis Hirschi mmetakn empat usur utma di dlam kontrol

sosial internal yng terkandung di dlam propsisinya, yitu attachment (kasih

sayng), commitment (tanggung jawab), involvement (keterlibatan atau

partisipasi), dan believe (keprcayaan atau keyakinan). Empt usur utma itu di

dlam peta pemikiran Trischi dnmakn social bonds yng brfgsi untk

70
J. Narwoko Dwi, dan Suyanto, Bagong., Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapn. Jakarta :
Kencana, 2013. Halaman 96-97.

46
mengendalikan prilkaku indvdu. Keempat usur utama itu dijlaskan sbgai

brikut:71

1. Attachment atau kasih sayng adlah smber kekuatan yng muncul dri hsil

sosialisasi di dlam klompk primernya (misalnya: keluarga), shingga

indvdu mmiliki komitmen yng kuat untk ptuh trhadp aturan.

2. Commitment atau tanggung jawab yng kuat trhadp aturan dpat membrikan

kerangka kesadran mengenai masa depan. Bntuk komitmen ini, antra lain

brupa kesadran bhwa masa depnnya akn suram apbla ia mlkukan tindakn

menyimpang.

3. Involvement atau keterlibatan akn mndrong indvdu untk berprilkaku

partisipatif dan terlibat di dlam ktntuanktntuan yng tlah dittapkan olh

msyrakat. Intensitas ktrlibatan seseorg trhadp aktivitas-aktivitas normatif

konvensional dngan sndrinya akn mengurangi peluang seseorg untk

mlkukan tindakn-tindakn melnggar hukum.

4. Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan keptuhan trhadp norma-norma

sosial atau aturan masyrkat akhirnya akn tertanam kuat di dlam diri

seseorg dan itu brrti atran sosial tlah self-enforcing dan eksistensinya (bagi

stiap indvdu) jga smakin kokoh.

e. Efektivitas Penegakn Hukum

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif brsal dri bhasa lnggris yitu effective yng brrti berhsil

atau seswuatu yng dlkukan berhsil dngan baik. Kamus ilmih populer

71
Ibid, Halaman 99

47
mendefinisikan efetivitas sbgai ktepatan penggnaan, hsil gna atau

menunjang tujuan.

Efektivitas di definisikan olh pra pkar dngan berbeda-beda

tergantung pendekatan yng dgnakn olh msing-msing pakar. Brikut ini

bbrap pengertian efektivitas dan kriteria efektivitas organisasi mnurut pra

ahli sbgai brikut:

1) Drucker mendefinisikan efektivitas sbgai mlkukan pekrjaan yng bnar

(doing the rights things).

2) Chung & Megginson mendefinisikan efektivitas sbgai istilah yng

diungkapkan dngan cra berbeda olh org-org yng berbeda pla. Namun

mnrut Chung & Megginson yng dsbut dngan efektivitas ialah

kemmpuan atau tgkat pencpian tjuan dan kemmpuan menyesuaikan

diri dngan lingkungan agr orgnisasi ttap survive (hdup).

3) Pendpat Arens and Lorlbecke yng diterjemahkan olh Amir Abdi Jusuf,

mendefinisikan efektivitas sbgai brikut: "Efektivitas mengacu kepda

pencpian swuatu tujuan, sedngkan efisensi mngacu kepda smber dya

yng dgnakn untk mencapi tujuan itu". Sehbngan dngan yng Arens dan

Lorlbecke trsebut, mka efktivitas mrpakn pngukuran dlam arti

trcpainya sasaran atau tujuan yng tlah ditntukan seblumnya.

Mnrut Supriyono pengertian efektivitas, sbgai brikut:

"Efektivitas mrpakn hbngan antra keluaran swuatu pusat tanggung jawab


dngan sasaran yng mesti dicapi, semakin bsar konstribusi dripda keluaran
yng dihsilkan trhadp nlai pencpian sasaran trsebut, mka dpat diktkan
efektif pla unit trsebut".72

Supriono, Sstim Pengendalian Mnajemen, Semarang: Universitas Diponegoro, 2000,


72

Halaman 29.

48
Gibson dkk membrikan pengertian efektivitas dngan menggnakn

pendekatan sstim yitu (1) seluruh siklus input- prses-output, tdak hnya

output sja, dan (2) hbngan timbal balik antra organisasi dan

lingkungannya.
Mnrut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secra umm dan yng

pling menonjol adlah:73

a) Keberhsilan prgram

b) Keberhsilan sasaran

c) Kepuasan trhadp prgram

d) Tgkat input dan output

e) Pencpian tujuan menyeluruh

Mengingat keanekaragman pendpat mengenai sfat dan kompsisi

dri efektivitas, mka tdaklah menghrankan jka terdpat sekian bnyak

pertntangan pendpat sehbngan dngan cra menngkatnya, cra mngtur dan

bhkan cra menentukan indkator efktivitas, shingga, dngan dmikian akn

lbih sulit lagi bgaimna cra mengevaluasi tntang efektivitas.

Dri bbrap uraian dfnisi efektivitas mnrut pra ahli trsebut, dpat

dijlaskan bhwa efektivitas mrpakn taraf smpai sjauh mna peningkatan

kesejahteraan mnsia dngan adnya swuatu prgram trtntu, krna

kesejahteraan mnsia mrpakn tujuan dri prses pembngnan. Adpun untk

mengetahui tgkat kesejahteraan trsebut dpat pla di lakkan dngan

73
Cambel, Riset dlam Evektivitas Organisasi,Terjemahan Salut Simamora, Jakarta: Erlangga,
1989, Halaman 121.

49
mengukur bbrap indkator spesial misalnya: pendpatan, penddikan,

ataupun rsa aman dlam mengadkn pergaulan.74

Bbrap pendpat dan teori efektivitas yng tlah diuraikan trsebut,

dpat dismpulkn bhwa dlam mngukur efektivitas swuatu kgiatan atau

aktfitas prlu diperhatikan bbrap indktor, yitu:75

1) Pemahaman prgram

2) Tepat sasaran

3) Tepat waktu

4) Trcpainya tujuan

5) Perubhan nyata

Dri deskripsi di atas tntang efektivitas, dpat dismpulkn bhwa

efektivitas mengacu kepda pencpian tujuan, yitu pengukuran dlam arti

trcpainya sasaran atau tujuan yng tlah ditentukan seblumnya. Dimna sbgai

contoh, tujuan awal pemerintah mengeluarkannya kebijakn pmbtasan

penggnaan kantong plaastik ini adlah untk mengurangi volume smpah.

Dlam hal ini, pemerintah ingin melhat smpai sjauh mna efektivitas

kebijakn pembtasan penggnaan kantong plastik (kantong plastik

berbayar). Efektivitas trsebut dibangun atas lima indktor, yitu 1)

Pemahaman prgram, 2) Tepat sasaran, 3) Tepat waktu, 4) Trcpainya

tujuan, 5) Perubhan nyata.

74
Soerjono, Soekanto, Evektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja, Kryawan,
Bandung:1989, halaman 185.
75
Sutrisno, Edi, Mnajemen Smber Dya Mnsia, Jakarta: Kencana, 2007, halaman 125.

50
2. Efektivitas Hukum

Peraturan perundang-undangan baik yng tgkatannya lbih rendah

maupun lbih tinggi bertujuan agr msyrakat maupun apratur penegak

hukumdpat melaksanaknnya secra konsisten dan tnpa mmbedakn antra

msyrakat yng satu dngan msyrakat yng lainnya. Smua org dpndang sma

dihadpn hukum (equality before the law), nmun dlam realitasnya praturan

perundang-undangan yng dittapkan trsebut sring dilnggar, shingga atran itu

tdak brlku efektif. Tdak efektinya undng-undng bsa disbabkan krna undang-

undangnya kabur atau tdak jlas, apratnya yng tdak knssten dan atau

msyrakatnya tdak mendukung plaksanaan dri undng-undng trsebut. Apbla

undang-undang itu dlksanakn dngan baik mka undng-undng itu diktkan

efektif. Diktkan efektif krna bnyi undng-undngnya jlas, dan tdak prlu

penafsiran, apratnya menegekan hukum secra konsisten dan msyrakat terkena

aturan trsebut.

Anthony Allot mengemukakn tntang efektivitas hukum, bhwa:76

"hukum akn mnjdi efektif jka tjuan keberadan dan penerapnnya dpat
mencegah prbuaan-prbuaan yng tdak diinginkan dpat menghilangkan
kekacauan. Hukum yng efektif secra umm dpat membuat ap yng dirancang
dpat diwujudkan, jka swuatu kegagalan, mka kemgkinan trjadi pembetulan
secra gampang jka trjadi kehrusan untk melaksakn atau menerapkan hukum
dlam suasana bru yng berbeda, hukum akn menyelesaikannya"

Knsep Anthony Allot ini difokuskan pda perwujudannya. Hukum yng

efektif secra umm dpat membuat ap yng dirancang dpat diwujudkan dlam

kehdupan sosial kemsyrakatan. Kdua pndnangan diatas hnya menyajkan

76
Hs, salim dan Erlies Septiana nurbani, Penerapn teori Hukum pda
penelitian desrtasi dan tesis, Jakarta: Raja grafindo persad, 2013. Halaman 59.

51
tntang knsep efektivitas namun tdak mngkaji knsep teori efktivitas hkum.

Dngan mlkukan sintesis trhadp dua pndnangan trsebut mka dpat dikmukakn

knsep tntang teori efektivitas hukum.

Teori Efektivitas hukum adlah:

"teori yng mengkaji dan menganalisisi tntang keberhsilan, kegagalan dan


faktor-faktor yng mempngruhi dlam pelaksanaan dan penerapn hukum".

Ad tiga fokus dlam kajian teori ini, yng meliputi:

1) Keberhsilan dlam pelaksanaan hukum.

2) Kegagalan didlam melaksaknnya, dan

3) Faktor-faktor yng mempngruhinya

Teori efektivitas hukum mnrut Soerjono Soekanto adlah bhwa efektif

atau tdaknya swuatu hukum ditentukan olh 5 (lima) faktor, yitu:77

1) Faktor hukumnya sndri (undang-undang).

2) Faktor penegak hukum, yakni phak-phak yng membntuk maupun

menerapkan hukum.

3) Faktor sarana atau fasilitas yng mendukung penegakn hukum.

4) Faktor msyrakat, yakni lingkungan dmna hkum trsebut brlku atau

diterapkan.

5) Faktor kebudyaan, yakni sbgai hsil krya, cipta dan rsa yng didsarkan pda

karsa mnsia di dlam pergaulan hdup.

Hukum sbgai kaidah mrpakn patokan mengenai skap tindak atau

prilkaku yng pantas. Metode berpikir yng dipergnakn adlah metode deduktif-

rasional, shingga menimbulkan jlan pikiran yng dogmatis. Di lain phak ad

77
Sarjono, Soekanto, Faktor-Faktor yng Mempngruhi Penegakn Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persad, 2008, Halaman 8.

52
yng memandang hukum sbgai skap tndak atau prilkaku yng teratur. Metode

berpikir yng dgnakn adlah induktif-empiris, shingga hukum itu dlhatnya

sbgai tindak yng diulang-ulang dlam bntuk yng sma, yng mempunyai tujuan

trtntu.

Efektivitas hukum dlam tindakn atau realita hukum dpat diketahui

apbla seseorg menyatakn bhwa swuatu kaidah hukum berhsil atau gagal

mencapi tujuanya, mka hal itu biasanya diketahui apkah pngruhnya berhsil

mngtur skap tindak atau prilkaku trtentu shingga sseuai dngan tujuannya atau

tdak. Efektivitas hukum artinya efektivitas hkum akn disoroti dri tujuan yng

ingin dicapi, yakni efektivitas hukum. Slah satu upaya yng biasanya dilkukan

agr spya msyrakat mematuhi kaidah hukum adlah dngan mncantumkan

sanksi-sanksinya. Sanksi-sanksi trsebut bsa brupa sanksi ngatif atau sanksi

positif, yng mksudnya adlah menimbulkan rangsangan agr mnsia tdak

mlkukan tindakn tercela atau mlkukan tindakn yng terpuji.

Diprlukan kondisi-kondisi trtntu yng hrus dipnuhi agr hukum

mempunyai pngruh trhadp skap tindak atau prilkaku mnsia. Kondisi-kondisi

yng hrus ad adlah antra lain bhwa hkum hrus dpat dikomunikasikan.

Komunikasi hukum lbih bnyak tertuju pda skap, olh krna skap mrpakn

swuatu kesiapn mental shingga seseorg mmpnyai kecendurangan untk

membrikan pndnangan yng baik atau buruk, yng kmudian trwjud di dlam

prilkaku nyata.

Apbla yng dikomunikasikan tdak bsa mnjangkau maslah-maslah yng

secra langsung dihadpi olh sasaran kmnikasi hukum mka akn dijumpai

kesulitan-kesulitan. Hsilnya yitu hukum tdak pnya pngaruh sma sekali atau

53
bhkan mempunyai pngruh yng negatif. Hal itu dsbabkan olh krna kebtuhan

mreka tdak dpat dipnuhi dan dipahami, shingga mengkbatkan trjadinya

frustasi, teknan, atau bhkan konflik.

f. Kerangka Knseptual

a. Hukum Sbgai Alat Rekayasa Sosial

"For the purpose of understanding the law of today I am content with a


picture of satisfying as much of the whole body of human wants as we may
as the least sacrifice. I am content to think of law as a social institution to
satisfy social wants-the claims and demands involved in the existence of
civilized society-by giving effect as much as we may with the last sacrifice,
so far as such wants may be satisfied or such claims given effect by an
ordering of human conduct through politically organized society. For
present purposes I am content to see in legal history the record of a
continually wider recognizing and satisfying of human wants or claims or
desires through social control; a more embracing an more effective
securing of social interest; a continually more complete and effective
elemination of waste and precluding of friction in human enjoyment of the
goods of existence-in short, a continually more efficacious social
engineering."78 -Roscoe Pound

Trjadinya perubhan hukum melalui dua bntuk, yakni msyrakat yng

bru, bru hukum yng datang mengesahkan perubhan trsebut, di sini perubhan

bersfat pasif, kmudian bntuk yng kdua ialah hkum adlah alat untk mengubah

msyarakat ke arah yng lbih baik (hukum sbgai alat rekayasa sosial), dlam hal

ini perubhan mrpakn swuatu hsil rncana yng dihrapkan sedmikian rupa,

adpun aspek yng mempngruhi prubhan hkum ialah adnya glbalisasi,

kemajuan llmu pengetahuan dan teknologi, berkmbngnya kbtuhan, dan jga

aspek supremasi hukum.79

78
Pound Roscoe, An Introduction To The Philosophy Of Law, New Haven: Yale University Press.
79
Mnan Abdul. Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Kencana, Jakarta, 2009. halaman 10-11.

54
Dlam knsep hukum sbgai alat rekayasa sosial sbgaimna yng

dikemukakn olh Roscoe Pound, hkum hrus mnjdi penggerak ke arah

perubhan sosial msyrakat yng lbih baik dri seblumnya. 80 Fgsi hkum pda

msyrakat ditentukan dan dibtasi olh kebtuhan untk menyeimbangkan antra

stabilitas hukum dan kepstian trhadp perkembangan hukum sbgai alat evolusi

sosial.

Teori-teori pembaharuan hkum jga dikawal atau berhbngan dngan

teori utilitarisme, teori sociological jurisprudence, teori pragmatic legal

realism, teori hukum pembangnan, teori pngayoman, teori perubhan sosial,

dan teori sosiologi fgsional. Usaha untk pmbaharuan hkum, knsep hukum

sbgai alat rekayasa sosial tlah mengilhami pemikirin Mochtar Kusutaatmadja

sbgai “bapk Pembangnan Hukum di Indonesia” untk mengembangkan

pembaharuan hukum di Indonesia.

Perubhan hukum yng dilaksanakn baik melalui kdua knsep trsebut

mempunyai tujuan untk membntuk dan memfgsikan sstim hukum Nasional

yng bersmber pda Pancasila dan Undang-undng Dsar 1945. Perubhan hukum

itu jga mempunyai tntangan tersndri dngan adnya kemajemukan tata hukum

yng brlku di Indonesia. Dlam kaitan ini, Ismail Saleh mngmukakn bhwa dlam

rangka pembharuan hkum Nasional, ad tiga dimensi yng hrus dilaksanakn,

ykni dimnsi pemeliharaan, dimensi pembruan, dan dmensi pencptaan.81

80
Pound Roscoe, Pengantar Filsafat dan Hukum, Bhratara, Jakarta, 1972. halaman 42.
81
Supriayanto, Eddy, Knsep Hukum sbgai Sarana Pembruan Msyrakat dlam Kehidupan
Berencana, dlam Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya, Bandung : CV Remaja Krya, 1989,
halaman 216.

55
Knsepsi hukum sbgai sarana pembruan msyrakat mmpunyai peranan sbgai

pembimbing kearah yng dicta-citakn, yitu msyrakat adil dan makmur,

brdasrkan Pncasila dan Undang-undang Dsar 1945.

Walaupun tdak smua ahli yng dikemukakn pndpatnya secra langsung

menyebut alat rekayasa sosial sbgai slah satu fgsi hkum, namun dpat

dimaklumi, jka fgsi ini jga tercakup dlam rumusan yng dkmukakn pra ahli

dimksud. Untk lbih meyakinkan akn adnya fgsi hkum sbgai alat rekayasa

sosial ini, prlu diketengahkan pendpat Rusli Effendi, yng mnegaskan bhwa

“Swuatu msyrakat di mnapun di dnia ini, tdak ad yng statis. Msyrakat


mnapun senantiasa mengalami perubhan, hnya sja ad msyrakat yng
perubhannya pesat dan ad pla yng lamban. Di dlam menyesuaikan diri
dngan perubhan itlah, fgsi hukum sbgai a tool of engineering, sbgai
perekayasa sosial, sbgai alat untk merubah msyrakat ke swuatu tujuan yng
diinginkan bersma, sngat brrti”.

Penegasan Rusli Effendy trsebut di atas, mnnjukkan bhwa hukum

sbgai alat rekayasa sosial sngat diprlukan dlam prses perubhan msyrakat yng

di mnapun senantiasa trjadi, aplagi dlam kndisi kmajuan yng mnntut prlunya

perubhan-perubhan yng relatif cpat. Fgsi Hkum sbgai alat rekayasa sosial ini

pda prinsipnya mrpakn fgsi hukum yng dpat diarahkan untk merbah pola-

pola trtntu dlam swuatu msyrakat, baik dlam arti mngokohkan swuatu

kebiasaan mnjdi seswuatu yng lbih dykini dan lbih dtaati, maupun dlam

bntuk perubhan lainnya. Perubhan lainnya dimksud, antra lain

menghilangkan swuatu kbiasaan yng mmang sdah dianggp tdak sseuai dngan

kondisi msyrakat, maupun dlam membntuk kebiasaan bru yng dianggp lbih

sseuai, atau dpat mengarahkan msyrakat ke arah trtntu yng dianggp lbih baik

56
dri seblumnya. Sejlan dngan ini, Soleman B. Taneka mengutip pendpat

Satjipto Rahardjo menyatakn bhwa:

“Hukum sbgai sarana rekayasa sosial, innovasi, sosial engineering, mnrut


Satjipto Rahardjo, tdak sja dgnakn untk mengukuhkan pola-pola kebiasaan
dan tingkah laku yng terdpat dlam msyrakat, mlainkn jga untk
mengarahkan pda tujuan-tujuan yng dikehendaki, menghapuskan
kebiasaan-kebiasaan yng dipandang tdak prlu lagi, mencptkan pola-pola
kelakuan bru dan sbgainya”.

Teori hukum sbgai alat rekayasa sosial dikembangkan olh olh Muhtar

Kusuma Atmadja. Kata ”tool” diartikannya sbgai sarana. Lngkah yng diambil

dlam sosial engineering bersfat sstimatis dimlai dri idntifksi prblem smpai

kepda jlan pemecahannya yitu:

1) Mengenal problem yng dihadpi sbaik-baiknya. Trmsuk didlamnya

mengenali dngan seksma masyrakat yng hndak mnjdi ssaran dri

penggarapn trsebut.

2) Memahami nlai-nlai yng ad dlam msyrakat. Hal ini pnting dlam hal

rekayasa sosial itu hendak diterapkan pda msyrakat dngan sektor-sektor

kehdupan majemuk, sperti: tradisional, mdern dan prncanaan. Pda tahap

ini ditentukan nlai-nlai dri sektor mna yng dplih.

3) Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mna yng pling lyak untk bsa

dilaksanakn.

4) Mengikuti jlannnya penerapn hukum dan mengukur efek-efeknya.

Langkah-langkah ini dpat dijadikan arah bagi menjlankan fgsi hukum

sbgai alat rekayasa sosial. Bgaimna upya hkum dpat mrombak pemikiran,

kultur maupun skap ataupun cra hdup seseorg agr dpat bertindak dan berbuat

sseuai tuntutan kehdupan. Bgaimna hkum dpat merubah org yng slama ini

57
“tertidur”, setlah ad hukum mnjdi “trjaga”. Mreka yng slama ini menebangi

hutan secra liar setlah adnya hukum mreka tdak lagi berbuat dmikian. Hkum

sbgai alat rekayasa sosial ini terlibat dlam fgsinya sbgai independen variabel

dimna msyrakat berfgsi sbgai dependent variabel. Msyrakatlah yng dipngruhi

hukum agr terbntuk dlam swuatu wujud terbangun msyrakat. Jka dmikian

halnya, mka prlu ad perencanaan tntang bntuk msyarakat yng dikehendaki.

Pencpian kepda bntuk msyarakat yng diingnkan itu dwjudkan mlalui arah

kebijaksanaan yng dittapkan mlalui perturan hukum.

b. Teori Restorative Justice

Applied theory dlam penelitian ini menggnakn teori restorative justice.

Munculnya gagasan restorative justice pda dsrnya didsarkan pda

ketdakpuasan penggnaan cra pandang positivistik dlam pnegakn hukum krna

seringkali dirsa gagal mmnhui keadilan. Sekalipun diakui bhwa hukum yng

berdimensi positivistik bermanfaat gna mnjamin kepstian hkum, tapi krna sfat

dsrnya yng kaku, hukum yng dmikian brpotensi mgabaikan msyrakat tmpat

hukum itu hdup.

Atas dsar keprihatinan ini, Satjipto Rahardjo menggagas swuatu ide

tntang hukum progresif. Asumsi dsar yng diajkannya adlah Hukum progresif

mmiliki prinsip bhwa hukum adlah untk mnusia, dan bkan sebaliknya.

Brkaitan dngan hal trsebut, mka hukum itu tdak untk drinya sndri, mlainkn

untk seswuatu yng lbih luas dan lbih bsar, yitu untk nlai-nlai kemnsiaan,

keadilan, kesejahteraan, dan kbhgiaan umat mnsia.82

I Gede Wiranata, Membedah Hukum Progresif , Jakarta : PT Kompas Media Nusantra,


82

2006, halaman 114.

58
Keadilan Restoratif adlah upaya penyelesaian perkara pidana yng

mlibatkan plaku, krban, kluarga pelaku/krban, dan phak lain yng terkait secra

bersma-sma mncri pnyelesaian yng adil dngan mnekankan pmulihan kmbli

pda keadan semula, dan bkan pembalsan. Mnrut Muladi, keadilan restoratif

adlah teori yng menekankan pmulihan krusakn yng disbabkan atau

ditimbulkan olh tindakn kriminal. Memulihkan krugian ini akn dicapi melalui

prses krja sma yng mencakup smua phak yng brkepntingan. 83 Definisi

restorative justice mnrut Muladi trsebut pda dsrnya mmiliki kesmaan dngan

definisi yng dirumuskan olh Prison Fellowship International brikut ini:84

Restorative justice is a theory of justice that emphasizes repairing the harm


caused by criminal behaviour. It is best accomplished when the
partiesthemselves meet cooperatively to decide how to do this. This can lead
to transformation of people, relationships and communities.

Bbrap syarat yng hrus dipnuhi bagi terselenggaranya restorative justice

antra lain adlah:85

1. Identifksi krban

2. Kesukarelaan krban untk berpartisipasi

3. Adnya pelaku yng berkeinginan untk bertanggungjawab atas tindak pidana

yng dilkukannya

4. Tdak ad paksaan pda pelaku

Terkait dngan hal trsebut, Mackay mrumskan sejmlah prinsip yng hrus

ditaati dlam penyelenggaraan prgram yng mlputi prinsip yng melekat pda pra

phak yng berkepntingan, msyrakat lkal, aprat, sstim prdilan, srta lmbga yng
83
Yunus Yutirsa, Analisis Knsep Restorative Justice Melalui Sstim Diversi Dlam Sstim
Prdilan Pidana Anak Di Indonesia, Dlam Jurnal Rechtsvinding, Volume 2 Nomor 2, Agustus
2013, halaman234.
84
ibid
85
Simatupang Nursani dan Faisal. Hukum Perlindngan Anak, Medan: Pustaka Prima, 2018,
halaman 166.

59
menjlankan knsep keadilan rstoratif. Inti dri prnsip yng melekat pda phak

trsebut adlah:

1. Voluntary participation and informed concent

Prinsip ini pda dsrnya mensyaratkan adnya usur kerelaan dri smua phak

untk bersma-sma mncri jlan keluar dri swuatu sengketa yng trjadi dlam

msyrakat. Hal ini pnting krna atas lndsan prinsip inilah yng mnjdi

pembeda dngan sstim prdilan pidana konvensional dmna usur paksaan

mrpakn pangkal dri upaya penegakn hkum. Pra phak dimnta untk menjaga

kerahasiaan apbla di dlam prses yng trjadi terdpat hal-hal yng brkaitan

dngan kesusilaan atau nama baik dri phak-phak yng terlibat dlam sbuah

perkara.

2. Non discrimination, irrespective of the nature of the case

Prinsip non diskriminasi hrus ditrjemahkan bhwa prinsip equality before

the law mrpakn prinsip yng mnjdi fndasi baik dlam sstim prdilan pidana

konvensional, maupun dlam knsep keadilan restoratif. Kekhawatiran akn

trjadinya diskriminasi dlam prsesini mengmukakn mnakala perspektif

paternalistik msyrakat mewarnai prses pnanganan tndak pdana dlam

msyrakat utamanya msyrakat adt.

3. Accessibility to relevant helping agencies (including restorative practice

agencies)

Pendekatan keadilan restoratif sngat membuka peluang bagi penggnaan

berbagi upaya positif sepnjang tdak bertntangan dngan tujuan, asas-asas

umm dlam hukum dan hak asasi mnsia untk mncri jlan trbik dlam

penyelesaian swuatu perkara pdana. Apbla pra phak yng terlibat dlam

60
prses trsebut mersa dibtuhkan swuatu lmbga lain untk membantu pencpian

swuatu hsil penyelesaian perkara pidana, mka dlam prinsip ini hendaknya

akses lmbga terkait untk berpatisipasi dibuka seluas-luasnya.

4. Protection of vulnerable parties in process

Dlam prses penanganan perkara pidana dngan menggnakn pendekatan

keadilan restoratif tentunya ad kemgkinan mnemukan kndala. Dibtuhkan

upaya khsus untk mnempatkan stiap phak yng trlibat dlam penyelesaian

perkara dlam psisi yng sma atau sejajar. Asas non diskriminasi hrus

dijunjung tinggi, shingga pra phak dpat berprtisipasi secra langsung dlam

prses yng berjlan. Bagi pra phak yng trkait yng memerlukan bantuan atau

pendampingan dpat dibrikan bntuan brupa alat khsus atau pendampingan

khsus agr dpat mmbantu mreka menjlankan hak dan kewajibannya srta

peranannya dlam prses yng berjlan.

5. Maintaining accesbility to conventional methods of dispute/case

resolution (including court)

Pilihan penyelesaian perkara pidana dngan pendekatan keadilan restoratif

dpat mnjdi bingkai bagi pekrjanya sstim prdilan pdana konvensional. Pda

dsrnya prses penyelesaian prkara pdana dngan menggnakn pendekatan

keadilan restoratif mrpakn swuatu prses dlam rangka mncri bntuk trbik dri

swuatu pnyelesaian atas sengketa yng trjadi dlam msyrakat, apbla

dilaksanakn secra mandiri olh msyrakat atau dngan melibatkan sstim

prdilan pidana.

6. Privilege should apply to information disclosed before trial (subject to

public interest qualification)

61
Terdpat kendala administratif dlam swuatu prses penyelesaian perkara

pidana dilkukan di luar pengadilan. Hal itu tntunya brkaitan dngan hal-hal

tehknis, dimna dibtuhkan izin driprdilan untk mlaksanakn swuatu hal

sperti membuka surat yng bersfat rahasia. Dlam penyelesaian perkara

pidana menggnakn pendekatan keadilan restoratif, sfat kerahasiaan mgkin

mnjdi relatif, tergantung kepda pra phak yng terkait dan berkepntingan.

7. Civil right and dignity of indvdual should be respected

Nlai hak asasi mnsia adlah bgian pnting dan hrus dihormati dlam swuatu

prses penyelesaian perkara pidana dngan menggnakn keadilan restoratif.

Nlai trsebut adlah hak akn kebebasan pribadi dlam kaitannya dngan

kebbasan pribadi. Yitu kebebasan untk mengungkapkan persaan atau

pendpat srta kbebasan untk memperjuangkan kepntingan pribadi mnjdi

prasyarat yng hrus dipnuhi mnakala prses penyelesaian perkara pidana

dngan menggnakn pendekatan keadilan restoratif yng dilkukan.

8. Personal safety to be protected

Di samping perlindngan atas kebebasan pribadi, perlindngan atas rsa aman

mnjdi pra syarat dlam pndekatan keadilan restoratif. Perlindngan keamnan

dri berbagai phak yng mnjdi bgian dri prses yng berjlan, mnjdi bgian yng

menentukan apkah prses itu dpat berjlan dngan baik atau tdak. Segala

persyaratan akn mnjdi percuma bla tdak adnya prlindngan keamnan dri pra

phak.

Ad 5 (lima) prinsip dlam pelaksanaan restorative justice, yitu:86

1. Restorative justice mengandung partisipasi pnuh dan konsensus.

86
Ibid, halaman 171.

62
Dlam hal ini krban dan pelaku hrus dilibatkan secra aktif dlam

perundingan untk menemukan penyelesaian secra komprehensif. Slain itu

jga membuka kesempatan bagi msyrakat yng slama ini mersa terganggu

keamnan dan ketrtibannya olh pelaku untk ikut duduk bersma memecah

persoalan ini.

2. Restorative justice mncri solusi untk mengmblikn dan menyembuhkan

kerusakn atau kergian akbat tindak pidana yng dilkukan olh pelaku. Hal ini

termasuk jga upaya penyembuhan atau pemulihan krban atas tindak pidana

yng menimpanya.

3. Restorative justice membrikan rsa tanggungjawab yng utuh bagi pelaku

untk bertanggungjawab atas prbuaannya. Pelaku hrus menunjukkan rsa

penyesalannya dan mengakui smua keslahannya srta menyadri bhwa

prbuaannya trsebut mendatangkan kerugian bagi org lain.

4. Restorative justice berusaha menyatukan kmbli pelaku sbgai warga

msyrakat dngan msyrakatnya yng slama ini trpisah akbat tindak pidana.

Hal ini dilkukan dngan mengadkn rkonsiliasi antra krban dan pelaku srta

mengintegrasikan kmbli kduanya hrus dibbaskan dri masa lalunya demi

masa depan yng lbih cerah.

5. Restorative justice membrikan kekuatan pda msyrakat untk mencegah

spya tindakn kejahatan tdak terulang kmbali. Kejahatan mendatangkan

kerusakn dlam kehdupan msyrakat, ttapi kejahatan bsa mnjdi pembelajran

bagi msyrakat. Hal ini krna faktor korelatif kriminogen lbih cenderung

berakar dri persoalan yng ad di dlam msyrakat itu sndri, sperti faktor

ekonomi, sosial budya, dan bkan bersmber dri diri pelaku. Olh krna itu

63
krban dan pelaku hrus kmbli ditmpatkan untk menjaga keutuhan msyrakat

dan dipsisikan sseuai dngan fgsinya dlam kehdupan bermsyrakat.

Dlam praktek keadilan restoratif di bbrap negara terdpat bbrap hal

pnting yng hrus mnjdi prhtian, yitu:87

1. Keterikatan pda sstim prdilan pidana yng ad menyebabkan pembntuk

kebijakn dan msyrakat sngat terikat dngan mekanisme penyelesaian

perkara melalui sstim yng ad. Kesulitan untk keluar dri arus yng sdah

mapn dan terbntuk bertahun- tahun menyebabkan keadilan restoratif mau

tdak mau hrus brintegrasi ke dlam sstim yng ad. Olh krnanya, kebnyakn

prgram yng dibntuk adlah prgram yng meletaknnya sbgai bgian dri sstim

prdilan pidana dan sfatnya hnya mrpakn alternatif pilihan dri berbagai

tujuan pemidanaan yng ad.

2. Penerjemahan kehadiran krban dan msyrakat dlam swuatu penyelesaian

perkara pidana dimaknai secra luas. Dua faktor ini dpat hadir dlam bntuk

lain yng sfatnya penunjang dan bkan penentu dlam prses pemulihan

pelaku.

3. Bhwa kebnyakn prgram ini (keadilan restoratif) bru berjlanuntk tindak

pidana yng dilkukan anak, atau tindak pidana ringan. Meskipun di bbrap

negara tindak pidana yng berat diperkenankan, bntuk prgram dibuat secra

khsus dan keterlibatan krban dan msyrakat dibatasi.

4. Terkait dngan evaluasi penyelesaian perkara di luar sstim prdilan pidana,

khsusnya olh lmbga adt, tantangan memberdyakn lmbga prdilan adt adlah

meletakkannya dlam mekanisme sstim yng brlku.

87
ibid, halaman 173.

64
Helen Cowie dan Dawn Jennifer mengidentifksikan aspek-aspek

utama keadilan restoratif sbgai brikut:88

1. Perbaikan, bkanlah tntang mmperleh kemenangan atau mnrima kekalahan,

tundingan atau pembalsan dendam, ttapi tntang keadilan.

2. Pemulihan hbngan, bkan bersfat hukuman pra pelaku kriminal memikul

tanggungjawab atas kekeliruan dan memperbaikinya dngan sejmlah cra,

ttapi melalui prses komunikasi yng terbuka dan langsung, antra krban dan

pelaku kriminal, yng berpotensi mengubah cra berhbngan satu sma lain.

3. Reintegrasi, pda tgkat yng terluas, membrikan arena tmpat anak dan org

tuanya dpat mmperleh prses yng adil. Mksudnya agr mreka belajar tntang

konsekuensi kekersan dan kriminalitas srta memahami dmpak prilkaku

mreka trhadp org lain.

Terkait sstim Restoratif Justice di Indonesia terbagi pda bbrap Instansi

terkait atau kelmbgaan dibidang Hukum yng brlku di Indonesia yakni pda

kelmbgaan Prdilan , Kejaksaan dan kepolisian Repubik Indonesia. Yng prlu di

dlami yitu sstim atau tata cra untk melaksanakn sstim keadian Restoratif

trsebut. Pda dsrnya di atur dlam perundang-undangan atau sstim hkum msing-

msing yng tentunya tdak bolh bertlak belakng dngan legal standing Hkum yng

brlku di Indonesia.

Prinsip keadilan Restoratif dlam ruang lingkup Prdilan Pidana yng brupa

Hukuman yng dijatuhkan pengadilan kepda pelaku bertujuan untk semaksimal

mgkin mengmblikn keadan krban tindak pidana seblum trjadinya peristiwa

pidana. Dlam sstim prdilan pdana sebaiknya diterapkan prinsip keadilan

88
ibid, halaman 176.

65
restoratif. Slama ini pdana penjara dijdikan sbgai sanksi utama pda pelaku

kejahatan yng terbukti berslah di pengadilan. Pdahal yng diprlukan msyrakat

adlah keadan yng semaksimal mgkin sperti seblum trjadinya tindak pidana.

Dlam peraturan Mahkamah Agung dan Surat daran Mahkamah Agung

yakni :

1. Perturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2012

tntang penyesuaian Btasan Tndak Pdana Ringan dan jmlah Dnda dlam

KUHP.

2. Peraturan Mahkamah Agung Rpublik Indonesia Nmor 4 tahun 2014 tntang

pedoman plaksanaan Dversi dlam sstim prdilan Pdana Anak.

3. Peraturan Mhkamah Agung Republik Indonesia nomor 2 tahun 2017

tntang pedoman mngadili prkara prempuan berhadpn dngan hukum.

4. Surat Edaran Mhkamah Agung Republik Indnesia nmor 4 tahun 2014

tntang pnmpatan pnyalahgnaan, krban penyalahgnaag dan pcandu

Narkotika ke dlam lmbga rehabilitasi medis dan rhabilitasi sosial.

5. Surat Edaran ketua mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 3 tahun

2011 tntang penempatan krban pnyalahgnaan narkotika di dlam lmbga

rehabilitasi mdis dan rhabilitasi sosial.

6. Surat keptsan bersma ktua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jaksa

Agung Republik Indnesia, Kepla Keplisian Negara Republik Indonesia,

Mentri Hukum dan Hak Asasi mnsia Repblik Indonesia, Mentri Sosial

Republik Indonesia dan Mentri Negara Pmberdyaan Perempuan dan

Perlindngan Anak Republik Indonesia nmor 166A/KMA/SKB/XII/2009,

148A/A/JA/12/2009, B/45/XII/2009, M.HH-08 HM.03.02 tahun 2009,

66
10/PRS-s/KPTS/2009, 02/Men.PP dan PA/XII/2009 tntang Penanganan

Anak yng berhadpn dngan Hukum.

7. Nota Kspakatan bersma Ketua Mahkmah Agung Republik Indonesia,

Mentri Hukum dan Hak Asasi Mnsia Rpublik Indonesia, Jaksa Agung

Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Ngara Republik Indonesia Nomor

131/KMA/SKB/X/2012, nomor M.HH-07.HM.03.02 tahun 2012, Nomor

KEP-06/E/EJP/10/2012, Nomor B/39/X/2012 tanggal 17 Oktober 2012

tntang Pelaksanaan Penerapn Penyesuaian Btasan Tindak Pidana Ringan

dan Jmlah Denda, Acra Pemeriksaan Cpat Srta Penerapn Keadilan

Retoratif ( Restorative Justice ).

8. Peratran bersma Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesi, Mentri

Hukum dan Hak Asasi mnsia Republik Indonesia, Mentri Kesehatan

Republik Indonesia, Mentri Sosial Republik Indonesia, Jaksa Agung

Republik Indonesia, Kpala Kpolisian Ngara Republik Indonsia, Kepala

Bdan Nrkotika Nsional Rpublik Indonesia nomor 01/PB/PB/MA/III/2014,

nomor 03 thun 2014, nomor 11 tahun 2014, nomor 03 tahun 204 nomor

Per-005/A/JA/03/2014 nomor 1 tahun 2014, nomor

Perber/01/III/2014/BNN tntang Pnanganan Pecandu Narkotika dan krban

Penyalahgnaan Narkotika ke dlam Lmbga Rehabilitasi.

Dri bbrap penjlasan yng terkait dngan keadilan Restoratif di atas yng

di keluarkan olh bbrap lmbga terkait dibidang hukum yng brlku di Indonesia

ad pengecualian dlam penerapn trsebut trutama kterkaitan dlam lmbga

Kepolisian Negara Rpublik Indonesia yng tdak smua perkara-perkara Pidana

yng bsa dislsaikan dlam sstim prdilan ini yakni prkara pidana yng dpat

67
dislsaikan dngan restorative justice adlah pda perkara tindak pdana rngan

sbgaimna diatur dlam Pasl 364, 373, 379, 384, 407 dan 483 Ktab Undng-

Undng Hukum Pidana (KUHP). Dlam hal ini hukum yng dibrikan adlah

pidana pnjara pling lama 3 bulan atau denda Rp 2,5 juta rupiah. Dan ini tlah

diatur dlam Perpol No 8 tahun 2021 tntang Penanganan Tindak Pidana

brdasrkan keadilan Restoratif.

Knsep asli praktek keadilan restoratif brsal dri prktik pemeliharaan

perdamaian yng dgnakn suku bangsa Maori (Penduduk asli suku di Selandia

Bru), blamna timbul konflik, praktik restoratif akn menangani phak pelaku,

krban dan pra stakeholders89

Jeff Chistian, seorg pakar lmbga pemsyrakatan Internasional dri

Kanad mengemukakn bhwa sesungguhnya prdilan restoratif tlah dipraktekkan

bnyak msyrakat ribuan tahun yng lalu, jauh seblum lahirnya hukum negara

yng formalitas sperti sekarang yng kemudian dsbut hukum modern.90

Pda dsrnya restorative justice mengutamakn mkna pertemuan antar

phak berkepntingan dlam kejahatan dan periode sesdahnya, sperti

dikemukakn olh Achmad Ali yng mengutip pendpat Howard Zher seorg

perintis keadilan restoratwe justte di Amerika Serikat, mengartikan

restorative justice adlah swuatu prses yng melibatkan phak-phak yng

berkepntingan dri sbuah pelnggaran khsus dan secra bersma-sma

mengidentifksi krugian srta mmnhui kewajiban dan kebtuhan srta

menempatkan pembhan sbgai hak yng hrus diterima.91


89
Supeno Hadi, Kriminalisasi Anak, tawaran Gagasan Radikal Prdilan Anak Tnpa
Pemidanaan, Jakarta: Gramedia, 2010, halaman 196.
90
Ibid, halaman 198.
91
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theori) dan Teori Prdilan (Judicial
Prudence), Jakarta: Kencana Prenad Media, 2009, halaman 100.

68
Restorative Justice atau Keadilan Restoratif mrpakn sbuah sstim

peyelesaian tindak pidana yng mengedepankan sstim perdamaian atau

penyelesaian dngan menguntungkan kdua belah phak dan berakhir dngan

win-win solution. Dsar terbntuknya Knsep Restorative Justice brsal dri

pelaksanaan sbuah prgram penyelesaian di luar pengadilan tradisional yng

dilkukan olh msyrakat yng dsbut victim offender mediation yng dmlai pda

tahun 1970 an di Canad.

Knsep Keadilan Restoratif adlah swuatu metode yng secra filosofinya

dirancang untk mnjdi swuatu resolusi penyelesaian dri konflik yng sedang

trjadi dngan cra memperbaiki keadan ataupun kerugian yng ditimbulkan dri

konflik trsebut. Sedangkan mnrut laman resmi Mahkamah Agung, prinsip

restorative justice adlah slah satu prinsip penegakn hkum dlam penyelesaian

perkara yng dpat dijadikan instrumen pemulihan dan sdah dilaksanakn olh

MA.

Slain itu, tujuan lain dri restorative justice adlah untk mendpatkan

ptsan hukum yng adil dan seimbang bagi phak krban maupun pelaku. Prinsip

utama dlam keadilan restoratif adlah penegakn hukum yng selalu

mengedepankan pemulihan kmbli pda keadan semula, dan mengmblikn pola

hbngan baik dlam msyrakat.

Prgram itu mulanya dilaksanakn sbgai tndakn alternatif dlam

menghukum pelaku kriminal anak, dimna seblum dilaksanakn hukuman,

pelaku dan krban diizinkan brtemu untk menyusun usulan hukum yng mnjdi

slah satu pertimbangan dri skian bnyak pertmbangan hakim. Mnrut pakar

hukum pidana Mardjono Reksodiputro, ditulis olh Jurnal Perempuan (2019),

69
restorative justice adlah sbuah pendekatan yng brtjuan untk membangun

sstim prdilan pidana yng peka tntang maslah krban92.

Msih adnya bbrap kelemahan terkait pnerapn keadilan Restorative

brupa kurangnya koordinasi dri bbrap Instansi trkait atau lmbga-lmbga yng

mempunyai wewmag untk menjlankan sstim prdilan Restoratif trsebut.

Diaharapkan melalui penelitian ini dpat menjwab permaslahan yng ad.

Pda kerangka knseptual ini keadilan rstoratif yng mengacu kepda

hukum sbgai sbgai alat rekayasa sosial terlibat dlam fgsinya sbgai independen

variabel dimna msyrakat berfgsi sbgai depndent variabel. Msyrakatlah yng

dipngruhi hukum agr ia terbntuk dlam swuatu wujud terbangun msyrakat. Jka

demikaian halnya, mka prlu ad perencanaan tntang bntuk msyrakat yng

dikehendaki. Pencpian kepda bntuk msyrakat yng diinginkan itu diwujudkan

mlalui arah kebijaksanaan yng dittapkan mlalui praturan hukum. Pda knsep

teori keadilan restoratif sbgai instrmen utma hkum ini, peran "rekayasa" dri

hukum itu sndri terletak di antra pran "memperbaiki keadan" dan "mengubah

msyrakat", shingga aspek rekayasa sosial dri hukum dpat dicapi sbgaimna

mestinya.

Seringkali peraturan-prturan itu tdak dpat mewujudkan ketrtiban yng

diinginkan olh msyrakat, krna prkembangan msyrakat yng lbih cpat dripda

peraturan-peraturan trsebut shingga praturan-peraturan itu tdak dpat

menjawab permaslahan-permaslahan yng muncul. Yng lbih ironis adlah,

92
Yayasan Jurnal Perempuan, Pradigma Restorative Justice Dlam Pembaharuan Hukum
Pidana Indonesia, Online, (https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/pradigma-restorative-
justice-dlam-pembruan-hukum-pidana-indonesia), 2019.

70
peraturan-peraturan yng tlah dissun trsebut membuat msyrakat yng diaturnya

sengsara dan tdak bahagia.93

Berbicra mengenai knsepsi hukum sbgai alat rekayasa sosial, mka kta

jga tdak akn terlepas dri kaitan eratnya dngan teori hukum progresif. Hukum

progresif dimlai dri swuatu asumsi dsar, hkum adlah institusi yng bertujuan

mengantarkan mnsia kepda kehdupan yng adil, sejahterah dan membuat

mnsia bahagia. Hukum trsebut tdak mencrminkan hkum sbgai institusi yng

mutlak srta final, mlainkn ditentukan olh kemmpuannya untk mengabdi

kepda mnsia.94

Mnrut Ufran,95 Hukum progresif mrpakn slah satu gagasan yng pling

menarik dlam literatur hukum Indonesia pda saat ini. Hal ini menarik

dibicrakn krna hukum progresif tlah menggugat keberadan hukum modern

yng tlah dianggp mapn dlam berhukum slama ini. Hukum hendaknya mmpu

mengikuti perkembangan zaman, mmpu menjawab prubhan zman dngan

segala dsar di dlamnya, srta mmpu melayani kepntingan msyrakat dngan

menyandarkan pda aspek moralitas dri smber dya mnsia penegak hukum itu

sndri.96

Pernyataan ini tegas bhwa hukum adlah untk mnsia, dlam artian

hukum hnyalah sbgai "alat" untk mencapi kehdupan yng adil, sejahtera dan

bahagia, bagi mnsia. Olh krna itu mnurut hukum progresif, hukum bkanlah
93
A. Qodri Azizy, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dlam Ahmad Gnawan BS dan
Mu'amar Ramadhan (ed) et. al., Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006, halaman x.
94
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Yogyakarta:
Genta Publishing, 2009), halaman 1.
95
Lhat dlam Pengantar Editor buku Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia,
Yogyakarta: Genta Publishing, 2009, halaman v.
96
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif menawarkan perspektif, spirit, dan cra bru mengatasi
kelumpuhan hukum di Indonesia. Lhat, Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif , Jakarta:
Kompas, 2006, halaman ix.

71
tujuan dri mnsia, mlainkn hukum hnyalah alat. Hukum progresif mnolak

segala anggpn bhwa institusi hukum sbgai institusi yng tlah final dan mutlak,

sebaliknya hukum progresif percaya bhwa institusi hukum adlah dlam keadan

mnjdi.

Berangkat dri hal inilah, saya mengajukan "Keadilan Restoratif

Dlam Penegakn Hukum Pidana Ditinjau Dri Perspektif Hukum Sbgai Alat

Rekayasa Sosial" di mna dilkukan pendlaman trhadp tujuan pemidanaan

progresif brdasrkan knsep keadilan restoratif dngan double track system yng

mengakomodir relatif dan pemidanaan retributif. Double track system adlah

sstim dua jalur tntang sanksi dlam hukum pidana, yitu jenis sanksi pidana di

satu phak dan jenis sanksi tindakn di phak lain. Sanksi pidana bersmber pda

ide dsar mengap diadkn pemidanaan, sedangkan sanksi tindakn bersmber pda

ide dsar "untk ap diadkn pemidanaan itu". Shingga sanksi pidana bersfat

reaktif trhadp swuatu prbuaan, sedangkan sanksi tindakn lbih bersfat

antisipatif trhadp pelaku prbuaan trsebut.

Fokus sanksi pidana ditujukan pda prbuaan slah yng tlah dilkukan

seseorg melalui pengenaan penderitaan agr pelakunya mnjdi jera, adpun

fokus sanksi tindakn lbih terarah pda upya membri pertlongan pda pelaku agr

berubah. Shingga sanksi pidana lbih menekankan unsr pembalsan dan sanksi

tindakn menekankan kepda perlindngan msyrakat dan pmbinaan atau pun

perawatan bagi pelakunya. Perbedaan prinsip antra sanksi pdana dngan sanksi

tindakn adlah sanksi pidana menerapkan unsr pncelaan, bkan kepda ad

tdaknya usur penderitaan, sedangkan sanksi tindkn menerapkan usur

72
pendidikan yng tdak membalas dan semta-mta melindungi msyrakat dri

ancaman yng dpat merugikan kepntingan msyrakat.

c.

d. Kerangka Pemikiran
o UUD 1945 pasl 28D ayat 1
o Peraturan KAPOLRI No. 6 Tahun 2019
o Peraturan Jaksa Agung Nomor 15 tahun 2020
o Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2012
o Perpol Nomor 8 Tahun 2021 tntang Penanganan Tindak Pidana brdasrkan
Keadilan Restoratif.
o Keptsan Direktorat Jenderal Bdan Prdilan Umm MA RI No.
1691/DJU/SK/PS.00/12/2020 tntang Pembrlkuan Pedoman Penerapn Keadilan
Restoratif

o Terdpat perbedaan dan kelemahan yng ad pda aturan di tiap institusi yng brkaitan
dngan aturan-aturan penerapn pendekatan restoritve justice.
o Terdpat permaslahan brkaitan dngan penanganan tindak pidana yng brlndaskan
retributive justice, yng mna dlam hal ini msih meninyisahkan kekecewaan,
ketidakadilan dan dendam. Shingga diprlukan suatu terobosan bru dlam pradigma
penyelesaian hukum dlam hal ini pendekatan restorative justice
o Blum adnya pedoman yng ad di dlam KUHAP terkait peraturan dri pendekatan
restorative justice

73
Bgaimnakah hakikat Bgaimnakah penerapn prinsip Bgaimnakah knsep
keadilan restoratif keadilan restoratif dlam keadilan restoratif yng
dlam peraturan hukum penegakn hukum di Indonesia ideal dlam peraturan
pidana yng brlku di dri perspektif hukum sbgai hukum pidana di
Indonesia alat rekayasa sosial Indonesia

o Grand Theory: Teori Tujuan


o Middle Range Theory: Teori Penegakn Hukum
o Apply Theory: Teori Restorative Justice

Terwujudnya pembaharuan penegakn hukum pidana dngan mengedepankan keadilan


restorative sbgai alat dlam rekayasa sosial untk terciptanya keamnan dan ketrtiban msyrakat
dngan brlndaskan kepstian hukum

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum yng dgnakn, yitu penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif mrpakn penelitian hkum yng dilkukan dngan cra

meneliti pstaka atau data sekunder.97 Penelitian hukum normatif dsbut jga

penelitian hkum dokrinal. Hukum diknsepkan sbgai ap yng tertulis dlam peraturan

perundang-undangan (law in books) atau hkum diknsepkan sbgai kaidah atau

norma yng mrpakn patokan berprilkaku mnusia yng dianggp pantas.

B. Pendekatan Penelitian
97
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, hal. 35.

74
Dlam penelitian hukum, terdpat bbrap pendekatan yng dilkukan brkaitan

dngan penelitian ini, penulis mlkukan tiga pndekatan yitu pndekatan prundang-

undangan (state approach), pendekatan knseptual (conceptual approach), dan

pendekatan ksus (case approach).

1. Pendekatan perundang-undangan (state approach)

Mnrut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan ini dilkukan dngan menelaah

smua undang-undang dan regulasi yng bersangkut paut dngan isu hukum dlam

penelitian.98 Bbrap peraturan perundang-undngan sbgai dsar hukum penelitian

ini antra lainnya adlah Undang-Undang Nmor 11 Tahun 2012 tntang Sstim

Prdilan Pidana Anak, Peraturan Kapla Kpolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2019 tntang Penyidikan Tndak Pdana, Peraturan Kepolisian

Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tntang Penanganan Tindak

Pidana Brdasrkan Keadilan Restoratif, Peraturan Kejaksaan Republik

Indonesia nomor 15 Tahun 2020 tntang Penghentian Pnuntutan Brdasrkan

Keadilan Restoratif, dan Keptsan Direktur jenderal Bdan Prdilan umm

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1691/DJU/SK/PS.00/12/2020

tntang Pembrlkuan Pedoman Penerapn Keadilan Restoratif.

Pendekatan ini sering jga menggnakn istlah pendekatan juridis-normatif.

Pendekatan ini pda dsrnya dilkukan dngan menelaah smua peraturan

perundang-undangan yng bersangkut paut dngan permaslahan (issu hukum)

yng sedang dihadpi. Pendekatan ini mrpakn penelitian yng mengutamakn bhan

hukum yng brupa peraturan perndang-undngan sbgai bhan acuan dsar dlam

mlkukan penelitian. Pendekatan perndang-undngan ini biasanya dgnakn untk

98

75
meneliti peraturan perundang-undngan yng dlam penormaannya msih terdpat

kekurangan atau malah menyuburkan prktik-prktik penyimpangan, baik dlam

tataran teknis atau dlam pelaksanaanya di lapngan.

2. Pendekatan knseptual (Conceptual Approach)

Mrpakn jenis pendekatan dlam pnelitian hukum yng membrikan sudut

pandang analisis penyelesaian prmaslahan-permaslahan dlam penelitian

hukum dlhat dri aspek knsep-knsep hkum yng melatarbelaknginya, atau bhkan

dpat dlhat dri nlai yng terkandung dlm penormaan sbuah peraturan kaitannya

dngan knsep-knsep yng dgnakn. Sbgian bsar jenis pendekatan ini dipakai untk

memahami knsep-knsep yng brkaitan dngan penormaan dlam swuatu

perundang-undangan apkah tlah sseuai denga ruh yng terkandung dlam knsep-

knsep hukum yng mendsarinya.

Pendekatan ini brnjak dri pndnangan-pndnangan dan doktrin-doktrin yng

berkembang didlam ilmu hukum. Dngan mempelajari pndnangan-pndnangan

dan doktrin-doktrin di dlam ilmu pngetahuan hukum, knsep-knsep hukum, dan

asas-asas hukum relevan dngan isu yng dihadpi. Pemahaman akn pndnangan-

pndnangan dlam membangun swuatu argmntasi hukum dlam memecahkan isu

yng dihadpi.99

Selanjtnya dipertegas olh Peter Mahmud Marzuki bhwa pendekatan

knseptual dilkukan mnakala peneliti tdak brnjak dri aturan hukum yng ad. Hal

itu dilkukan krna mmang blum ad atau tdak ad aturan hukum untk maslah yng

dihadpi. Mgkin sja peneliti ingin mlkukan penelitian mengenai knsep hukum

yng brsal dri sstim hukum trtntu yng tdak bersfat universal.100

99
Ibid. Hal. 147 – 148.
100
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Op.Cit. halaman 178.

76
Dlam pendekatan knseptual, pneliti prlu mrujuk pda prinsip-prinsip

hukum sperti contoh yng dikmkakn Budiono Kusumohamijoyo, antra lain :101

a. Prinsip keberlkukan yng umm (general validity) adlah prinsip yng

menyatakn swuatu norma hukum yng diakui benar dan brlku umm untk

smua subjek dlam sstim hukum yng bersangkutan. Prinsip ini mencegah

trjadinya praktik dlam dskrminasi hkum, baik trhadp indvdu (subjek

hukum), klompk trtntu dlam msyrakat, msyarakat, bangsa dan negara.

Jga membri penguatan pda pntingnya mralitas hukum diperbaiki dan

ditgakkan sbgai dsar penerapn hukum.

b. Prinsip memaksa. Hukum yng memaksa sfatnya adlah prinsip, jka tdak

diwujudkan, membuat hukum itu bkan lagi hukum, mlainkn ap sja yng

bkan hukum. Prinsip memaksa ini, mmang dpat sja diwujudkan, krna dia

tdak berdiri sndri, mlainkn trgntung dri kkuatan untk mengatasi

perlawanan trhadp pemaksaan hkum.

c. Prinsip konsistensi. Prinsip ini pnting agr msyrakat dpat mengandalkan

hukum sbgai mekanisme yng nrmatif, hukum itu hrus mmiliki

kredibilitas, dan kredibilitas itu hnya bsa dimilikinya bla

penyelenggarannya memperlhatkan swuatu knrja yng konsisten.

d. Prinsip efektivitas. Prinsip ini mrpakn prameter bagi dya knrja dri swuatu

yng memperlhatkan hbngan antra tjuan yng mmang trcpai dibandingkan

dngan tujuan yng semula drumskan dan alih-alih hendak dicapi.

e. Prinsip kepstian hukum (legal centainly). Kepstian hukum mrpakn

prinsip dlam ruang hukum nsional maupun intrnasional yng menyatakn


Budiono Kusumohamijo, 2016, teori hukum : Dilema antra Hukum dan Kkuasan,
101

Bandung: Yrama Widya, Halaman 196 – 201.

77
bhwa subjek hukum mmiliki kjlasan mgenai ap yng mnjdi hak dan

kewajibannya dlam berhbngan dngan sbjek-subjek hkum lainnya. Hal ini

mengigatkan pikiran Gustav Radbruch bhwa kpstian hkum bersma dngan

keadilan sbgai pilar dri sbuah negara hukum (rechsstaat).

3. Pendekatan Ksus (Case Approach)

Pendekatan ini dilkukan dngan mlkukan telaah pda ksus-ksus yng

brkaitan dngan isu hukum yng dihadpi. Ksus-ksus yng ditelaah mrpakn ksus

yng tlah mmperleh ptsan pengadilan, brkekuatan hukum ttap. Hal pkok yng

dikaji pda stiap ptsan trsebut adlah prtimbangan hakim untk smpai pda swuatu

keptsan, shingga dpat dgnakn sbgai argumentasi dlam mmecahkan isu hukum

yng dihadpi.102

Pendekatan ksus (Case approach) adlah slah stu jenis pendekatan dlam

penelitian hukum normatif dimna peneliti mncoba mmbangun argumentasi

hukum dlam perspektif ksus konkret yng trjadi di lpangan.

Untk itu, biasanya jenis pendekatan ini tjuannya adlah mncri nlai

kebenaran srta jlan keluar trbik trhadp peristiwa hkum yng trjadi sseuai dngan

prinsip-prinsip keadilan. Pendekatan ini dlkukan dngan mlkukan telaah pda

ksus-ksus yng brkaitan dngan isu hukum yng dihdapi. Ksus-ksus yng ditelaah

mrpakn ksus-ksus yng tlah mempunyai kkuatan hkum ttap. Hal pkok yng

dikaji pda tiap ptsan trsebut adlah peritmbangan hkim untk smpai pda swuatu

keptsan, shingga dpat dgnakn sbgai argumentasi dlam memecahkan isu hukum

yng dihadpi.103

102
Ibid. halaman 138.
103
Ibid.

78
Untk mencegah kekeliruan, diingatkan olh Peter Mahmud Marzuki bhwa

pendekatan ksus tdak sma dngan stdi ksus (case study). Didlam pendekatan

ksus (case approach), bbrap ksus ditelaah untk mnjdi referensi bagi swuatu

isu hukum. Sebaliknya, stdi ksus (case study) mrpakn swuatu stdi trhadp ksus

trtntu dri berbagai aspek hukum.104

Pda intinya, pendekatan ksus dlkukan mellui prses menelaah ksus-ksus

terkait dngan permaslahan penelitian yng sdang dikaji, dan sebaliknya ptsan

trsebut mempunyai kekuatan hukum ttap. Ksus ini dpat brupa ksus yng trjadi

di Indonesia maupun di negara lain. Yng mnjdi kjian pkok didlam pendekatan

ksus adlah rasio decidiendi atau reasoning, yitu pertimbangan pengadilan untk

smpai kepda swuatu ptsan yng scra praktis atau akademis mrpakn referensi

bagi penyusunan argumentasi dlam pemecahan isu hukum.105

Pendekatan ksus mrpakn pendekatan dlam penelitian hukum yng dgnakn

dngan merujuk pda bbrap penyelesaian prkara pdana olh penegak hukum yng

brdasrkan keadilan restoratif.

C. Smber Data

Dlam penelitian ini penulis menggnakn dta seknder. Data sekunder terdiri

atas:

1. Bhan Hukum Primer

Bhan hukum primer mrpakn bhan hukum yng bersfat autoritatif yng artinya

mempunyai otoritas. Bhan-bhan hukum primer trdiri dri prundang-undangan,

catatan-catatan resmi atau rislah dlam pmbuatan prundang-undangan dan

ptsan-ptsan hakim. 106 Bhan hukum primer dlam penelitian ini yitu, Undang-
104
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Op. Cit. Hal. 134.
105
Irwasnyah, 2020, Op.Cit. hal. 139.
106
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana, 2010, hal. 35.

79
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tntang Sstim Prdilan Pidana Anak, Praturan

Kapla Kepolisian Negara Republik Indonesia Nmor 6 Thun 2019 tntang

Penyidikan Tindak Pidana, Peraturan Kepolisian Ngara Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2021 tntang Penanganan Tindak idana Brdasrkan Keadilan

Restoratif, Peraturan Kejaksaan Republik Indnesia nomor 15 Thun 2020

tntang Penghentian Penuntutan Brdasrkan Keadilan Restoratif, dan Keptsan

Direktur jenderal Bdan Prdilan umm Mahkmah Agung Republik Indonesia

Nomor 1691/DJU/SK/PS.00/12/2020 tntang Pembrlkuan Pedoman Penerapn

Keadilan Restoratif.

2. Bhan Hukum Sekunder

Bhan hukum sekunder mrpakn bhan hukum yng dpat mmbrikan pnjlasan

trhadp bhan hukum primer. Bhan hkum skunder yng dgnakn dlam penelitian

ini brupa buku literatur, jurnal, hsil pnlitian, srta hal-hal lain termasuk

narasmber yng relevan.

3. Bhan Hukum Tersier

Bhan hukum tersier mrpakn bhan hukum yng dpat mmbrikan arti atau makna

kata dan/atau kalimat trtntu pda bhan hkum primer maupun sekunder. Bhan

hukum tersier ini diperolh dan dikmpulkan melalui kamus-kamus dan

ensiklopedia.

D. Metode Pengumplan Data

Metode pengumplan data yng dilkukan dlam penelitian ini, yitu dngan

menggnakn dua cra;

1. Stdi Kepustakaan

Stdi kepustakaan dilkukan trhadp bhan hukum primer maupun naham hukum

sekunder dan tersier, dngan cra mncri dan mengumpulkan berbagai macam

80
peraturan, literatus, kamus srta bhan hkum lainnya yng bekaitan dngan prinsip

keadilan restoratif.

2. Wawancra

Wawancra dilkukan dngan cra mlkukan tanya jawab secra langsung kepda

narasmber dngan menggnakn pnduan daftar pertanyaan yng tlah dipersiapkan

sbgai pedoman wawancra. Metde pengmplan data melalui wawancra ini hnya

sbgai pengamtan untk menguatkan kjian yng brkaitan dngan penegakn hukum

dngan prinsip keadilan restoratif pda sstim prdilan pidana di wilayah Sulawesi

Utara.

E. Analisis Data

Dlam penelitian ini, analisis data akn dilkukan dngan cra mengolah secra

sstimatis bhan-bhan penelitian dngan mmbuat klasifksi trhadp bhan hukum

primer, sekunder dan tersier. Penglsifksian bhan hukum trsebut dilkukan untk

mempermudah dlam prses analisis.

Argumentasi hukum yng dibngun didsarkan pda bhan hukum yng bersfat

sekunder, sbgaimna ummnya pda pnelitian dsrtasi, analisis ini dominan dgnakn

untk memastikan bhwa knsep yng diuji dlam pnelitian dpat dibuktikan dngan

lahirnya pndnangan bru yng dissun brdasrkan sejmlah pendekatan dan jga

interpretasi.107

107
Irwasnyah, Op.Cit. 2020, halaman 172.

81

Anda mungkin juga menyukai