Anda di halaman 1dari 11

I.

Pemidanaan dan jenis pidana yang dijatuhkan kepada pelaku promosi judi online
dan bandarnya. Cari tahu apakah hukumannya sama beserta alasannya
Pemidanaan berasal dari istilah kata “pidana” yang mana menurut Sudarto,
pidana merupakan sebuah kesengsaraan/mestapa yang di berikan oleh negara pada
orang-orang yang melanggar norma atau aturan-aturan yang telah di tentukan oleh
negara, hal ini dilakukan supaya orang-orang tersebut mendapatkan balasan atas
perbuatan yang telah di perbuatnya, pengertian ini juga sama dengan yang didefinisikan
oleh Roeslan Saleh, dimana ia mengemukakan bahwa pidana ialdah suatu reaksi atas
tindak pidana, yang berwujud suatu nestapa yang diberikan oleh negara bagi pelanggar
aturan. (Dr. Fajar Ari Sudewo, 2022). Indonesia sendiri menganut Teori Pemidanaan
Menggabungkan atau Teori Integratif, dimana dalam teori ini memberikan pembalasan
kepada pelaku delik, di samping itu juga memberikan perlindungan pemasyarakatan
kepada pelaku delik tersebut. (Samosir, 2012)
Tindak Pidana merupakan istilah dari kata “strafbaarfeit”, namun dalam KUHP
tidak adanya penjelasan mengenai “strafbaarfeit”, biasanya dalam KUHP dikenal
dengan istilah delik yang mana berasal dari kata “delictum” pada bahasa Latin. Menurut
Dekdipbud menjelasakan bahwa Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang (tindak pidana)
Menurut Lamintang menerangkan Strafbaarfeit adalah suatu pelanggaran norma
(gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah
dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut
adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum. (Drs. P.A.F. Lamintang, 2013)
Pengertian Judi menurut R. Soesilo dikatakan bahwa perjudian merupakan suatu
permainan yang mana si pemain mengharapkan untuk memenangkan permainan
tersebut, namun pada umumnya bergantung pada untung-untungan saja, dan jika
pengharapan itu semakin besar itu sekedar dari kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang
termasuk dalam aktivitas perjudian adalah taruhan mengenai hasil perlombaan atau
permainan lainnya, yang tidak diselenggarakan oleh mereka yang ikut serta dalam
lomba atau permainan tersebut, begitu juga dengan semua bentuk perjudian lainnya.
(Soesilo, 1986). Perjudian online merupakan bentuk permainan judi yang dilakukan
melalui platform online menggunakan komputer atau perangkat Android dengan akses
internet. Pemain dalam perjudian online ini harus memilih meja taruhan sebelumnya,
masuk ke dalamnya, dan memilih opsi dari berbagai pilihan yang tersedia. Pemain
diharuskan membuat pilihan yang tepat, dan bagi mereka yang kalah, harus membayar
taruhan sesuai dengan nilai yang telah disepakati sebelumnya. Besarnya taruhan dan
jumlah taruhan yang dapat dipasang akan ditentukan sebelum memasuki meja
perjudian. Penting untuk dicatat bahwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), tidak secara khusus membahas perjudian online, namun hanya mengacu pada
perjudian secara umum. KUHP mendefinisikan perjudian sebagai setiap permainan
yang didasarkan pada harapan untuk menang yang umumnya bergantung pada
keberuntungan semata, dan juga jika harapan tersebut meningkat karena kecerdasan dan
keahlian pemain. (Lumbantobing, 2017). Sementara menurut Onno W. Purbo, istilah
judi online atau perjudian melalui internet merujuk pada penempatan taruhan pada
kegiatan olahraga atau kasino yang dilakukan secara daring. Dalam perjudian online
sejati, seluruh proses, termasuk penempatan taruhan, pelaksanaan permainan, dan
pengumpulan dana, dilakukan melalui internet. Para penjudi diwajibkan untuk
melakukan deposit sebelum dapat mengikuti perjudian online. (Rumbay, 2023)
Konsep Judi online dan konvensional hanya berbeda dalam metode saja, namun
secara substansi tetap sama, dalam cara pemain mengakses dan terlibat dalam aktivitas
perjudian. Dalam judi online, pemain dapat mengakses berbagai permainan melalui
internet, tanpa memerlukan kehadiran fisik di lokasi tertentu. Aksesibilitasnya yang
luas memungkinkan pemain untuk berjudi dari mana saja dengan koneksi internet. Di
sisi lain, judi konvensional memerlukan kehadiran fisik di tempat-tempat. Perbedaan ini
juga mencakup aspek interaksi sosial, di mana judi online cenderung kurang
mempromosikan interaksi langsung antar pemain, sedangkan judi konvensional
memberikan pengalaman sosial yang lebih tinggi. Selain itu, keamanan dalam judi
online berkaitan dengan perlindungan data dan transaksi online, sedangkan judi
konvensional melibatkan keamanan fisik di lokasi perjudian. Meskipun keduanya
menawarkan berbagai jenis permainan, regulasi, dan cara transaksi keuangan yang
berbeda, perbandingan ini mencerminkan evolusi dan kompleksitas dunia perjudian
yang terus berubah. (M. Yundha Kurniawan, 2022)
Hukuman bagi pelaku promosi judi online di dasarkan pada UU No. 19 Tahun
2016 atas perubahan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) mengenai larangan dalam Pasal 27 ayat 2 berbunyi:
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian".
Penjelasan pasal 27 ayat 2 UU ITE menjelaskan “yang dimaksud dengan
"mendiskibusikan" adalah mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik kepada banyak Orang atau berbagai pihak melalui
Sistem Elektronik. Yang dimaksud dengan "mentransmisikan" adalah mengirimkan
Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang ditujukan kepada satu pihak
lain melalui Sistem Elektronik. Yang dimaksud dengan "membuat dapat diakses"
adalah semua perbuatan lain selain mendistribusikan dan mentransmisikan melalui
Sistem Elektronik yang menyebabkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dapat diketahui pihak lain atau publik”. Sementara sanksi bagi pelanggar
pasal 27 ayat (2) UU ITE tercantum dalam pasal Pasal 45 ayat (2) UU No. 19 Tahun
2016 tentang ITE menjelaskan:

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”.

Hukuman bagi Bandar Judi Online sebenarnya belum tercantum dalam UU ITE,
namun dalam KUHP Pasal 303 ayat (1) yang menyatakan:
“(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana
denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa
mendapat izin:
1. dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk
permainan judi dan menjadikannya sebagai pen- carian, atau dengan
sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;
2. dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak
umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan
kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;
3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai bahan pencarian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam mejalakan
pencariannya, maka dapat dicabut hak nya untuk menjalankan pencarian
itu”.

Berdasarkan aturan tersebut, terdapat perbedaan hukuman bagi Pelaku promosi


judi online dan bandar judi online, yang mana setelah dilihat dari beberapa aturan yang
berlaku, bandar judi online dapat di berikan sanksi berupa penjara maksimal 10 tahun
atau denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah. (Paramartha, 2021) Sementara
bagi pelaku promosi judi online telah di atur dalam UU ITE yang mana hukumannya
yaitu maksimal 6 tahun penjara dan/atau denda maksimal 1 (satu) miliar rupiah. Namun
dalam kenyataannya, hukuman pidana bagi orang yang terlibat dalam kejahatan judi
online dapat beragam, tergantung pada kasus yang terjadi dan sejauh mana pelanggaran
tersebut dilakukan. Dalam UU ITE sebenarnya belum diatur mengenai hukuman bandar
judi online, namun bagi bandar judi online di atur dalam KUHP pasal 303. Mengenai
hukuman bagi keduanya memang ada perbedaan, khususnya dalam masa pidana
penjara, yang mana sanksi bagi pelaku promosi judi online maksimal diberikan
hukuman penjara 6 tahun, dan bagi bandar judi online diberikan penjara maksimal 10
tahun. Namun untuk pidana denda terdapat perbedaan yaitu lebih besar pidana denda
bagi pelaku promosi judi online daripada denda bagi bandar judi online. Alasan
mengapa bandar judi online lebih lama diberi sanksi penjara 10 tahun, dikarenakan
bandar merupakan otak atau orang yang memfasilitasi tempat perjudian itu di
laksanakan sehingga hukumannya juga lebih berat.
II. Faktor penghambat penegakan hukum terhadap pelaku promosi judi online dan
bandarnya.
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum didefinisikan sebagai proses
mengharmonisasikan hubungan antara nilai-nilai yang terperinci dalam prinsip-prinsip
yang mapan dan perilaku tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai pada tahap akhir.
Tujuannya adalah untuk menciptakan, merawat, dan mempertahankan kedamaian
dalam kehidupan bersama. (Soekanto, 2010).
Aturan mengenai larangan judi online di Indonesia sebenarnya sudah ada,
namun masih belum terperinci, hal ini dapat di lihat bahwa dalam UU ITE hanya di
cantumkan larangan bagi Pelaku promosi judi online, namun dalam UU tersebut tidak
di cantumkan mengenai sanksi bagi bandar maupun pelaku judi online itu sendiri. Oleh
karenanya masih banyaknya hambatan-hambatan baik dari pihak penegak hukum yaitu
kepolisian, kejaksaan, maupun pengadilan. (M.Gazali Rahman, 2020) Penegakan
hukum terhadap pelaku promosi judi online dan bandarnya dapat dihambat oleh
berbagai faktor. Beberapa faktor penghambat tersebut antara lain:
1. Kendala Penegak Hukum/Sumber Daya Manusia, Faktor sumber daya manusia
memiliki peran sentral dalam upaya memberantas tindak pidana perjudian online.
Dalam konteks ini, kekurangan penguasaan dan pemahaman personel di sektor
teknologi informasi menjadi salah satu tantangan utama yang dapat memengaruhi
kinerja aparat kepolisian. Keberhasilan penanggulangan kejahatan siber, khususnya
dalam perjudian online, sangat terkait dengan tingkat kesiapan dan pemahaman
anggota kepolisian terhadap teknologi informasi. Perjudian online cenderung
sangat bergantung pada fasilitas internet sebagai sarana utama pelaksanaan aksi
kejahatannya. Oleh karena itu, kecakapan dan pengetahuan yang cukup dari aparat
kepolisian mengenai teknologi informasi menjadi sangat penting. Namun,
sayangnya, masih terdapat kendala dalam hal ini. Anggota kepolisian seringkali
kurang mendapatkan pelatihan yang memadai atau tidak memiliki keterampilan
yang cukup terkait dengan tindak pidana di ranah digital, terutama dalam konteks
kejahatan siber. Kurangnya pemahaman ini dapat memberikan celah bagi pelaku
kejahatan perjudian online untuk beroperasi tanpa terdeteksi atau ditindaklanjuti
secara efektif. (Fikri, 2023)
2. Sulit Mengumpulkan Alat Bukti dan Menangkap Pelaku, Kesulitan dalam
mengumpulkan alat bukti dalam kasus perjudian online menyebabkan sering
terhentinya proses penyelidikan dan penyidikan. Mengingat perjudian online
termasuk dalam kategori tindak pidana cyber crime, alat bukti yang dapat
digunakan dalam proses penyelidikan sebagian besar terbatas pada informasi
elektronik dan dokumen elektronik. (Hassanah, 2011) Dengan kejadian perkara
yang terjadi di dalam ruang digital, atau internet, penyidik diharuskan untuk
melakukan penelusuran dan observasi secara online. Proses penyidikan ini menjadi
semakin kompleks karena TKP berada di dalam lingkup internet, sehingga para
penyidik perlu memanfaatkan sumber daya online untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan. Selain itu, kerjasama antarinstansi juga menjadi suatu kebutuhan
yang mendesak dalam menangani kasus perjudian online. Penyidik harus
berkoordinasi dengan instansi terkait yang memiliki keahlian dan wewenang dalam
penanganan tindak pidana di dunia maya. Namun, dalam beberapa kasus, upaya
penyidikan dapat menghadapi hambatan jika tidak ditemukan cukup bukti untuk
mendukung proses penyelidikan lebih lanjut. Kondisi ini dapat mengakibatkan
penghentian proses penyelidikan, mengingat pentingnya memiliki bukti yang
memadai dalam menangani kasus hukum.
3. Faktor Server yang diletakkan di negara-negara yang melegalkan perjudian, Salah
satu faktor yang menghambat pelaksanaan penegakan hukum terkait tindak pidana
judi online adalah lokasi server yang terletak di negara yang melegalkan praktik
perjudian. Server menjadi tempat utama untuk menjalankan platform perjudian
online, berupa situs web yang menjadi pusat kegiatan para pemain judi dari
berbagai belahan dunia. Pemasangan server oleh penyelenggara judi online
cenderung dilakukan di negara-negara yang telah melegalkan aktivitas perjudian,
seperti Kamboja, Thailand, Filipina, dan Singapura. Keberadaan server di negara-
negara yang mengizinkan judi menjadi tantangan serius bagi kepolisian di seluruh
polda di Indonesia dalam upaya pelacakan terhadap bandar judi online. Hal ini
menjadikan proses penegakan hukum semakin kompleks karena adanya perbedaan
regulasi perjudian antara negara penyelenggara server dan Indonesia.
4. Kendala kurangnya kesadaran dan kepedulian dari masyarakat, Kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum bisa mendorong mereka untuk menolak
keberadaan suatu peraturan, karena individu yang tidak patuh terhadap hukum
cenderung bersikap acuh tak acuh terhadap norma yang berlaku dalam kehidupan
mereka. Dampaknya, masyarakat dapat hidup tanpa adanya tatanan hukum,
menyebabkan ketidaktaatan dan ketidakteraturan yang pada akhirnya merangsang
pertumbuhan kejahatan, termasuk perjudian online. Kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap hukum dapat menjadi pemicu utama kurangnya kesadaran ini.
Selain itu, kurangnya koordinasi antara masyarakat dan pihak kepolisian juga
menjadi faktor penghambat dalam upaya mencegah tindak pidana perjudian online.
5. Teknologi yang pesat, dengan pesatnya kemajuan teknologi, pelaku promosi judi
online dan bandar kini dapat memanfaatkan teknologi canggih untuk
menyembunyikan jejak digital dan identitas mereka. Penggunaan alat-alat
mutakhir, seperti jaringan privasi virtual (VPN), hal ini memberikan keuntungan
bagi mereka untuk beroperasi secara tidak terdeteksi oleh pihak penegak hukum.
Pertama, aspek penggunaan teknologi canggih menunjukkan bahwa pelaku dapat
dengan mudah mengelabui penegak hukum. Mereka dapat menggunakan teknologi
enkripsi untuk melindungi komunikasi mereka, menyulitkan analisis dan
penyadapan oleh otoritas. (Oktariani, 2023) Selain itu, penggunaan server
terenkripsi dan mekanisme pembayaran digital dapat merancang jalur transaksi
yang sulit dilacak.
6. Korupsi dan Suap, Masalah serius dalam penanganan kasus perjudian online adalah
adanya praktik korupsi di kalangan penegak hukum, yang dapat merintangi proses
penegakan hukum dan memberikan perlindungan kepada para pelaku ilegal.
Praktik ini dapat menciptakan tantangan nyata dalam memberantas perjudian
online yang tidak sah. Ketika korupsi merajalela di kalangan penegak hukum,
upaya mereka untuk menangani kasus perjudian online dapat terhambat secara
serius. Beberapa petugas hukum yang terlibat dalam praktik korupsi mungkin
menjadi bagian dari jaringan pelaku ilegal, sehingga memperlambat atau bahkan
menghentikan investigasi dan penindakan hukum. Akibatnya, kepercayaan publik
terhadap sistem peradilan dapat terkikis, dan masyarakat menjadi kurang yakin
bahwa penegakan hukum akan dilaksanakan dengan adil dan tegas. Pelaku judi
online yang beroperasi di lingkungan yang rentan terhadap korupsi dapat mencoba
memanfaatkan situasi ini dengan memberikan suap kepada pihak berwenang.
Upaya memberikan suap bertujuan untuk menghindari tindakan hukum yang
mungkin diambil terhadap mereka. Praktik ini memperumit upaya penegakan
hukum dan dapat merusak integritas lembaga penegak hukum.

III. Upaya-upaya yang dilakukan aparat untuk tetap menegakan hukum terhadap
pelaku promosi judi online dan bandarnya.
Sebagai bentuk dalam menangani hambatan-hambatan dalam penegakan hukum
terhadap pelaku promosi judi online dan bandarnya, dibutuhkan beberapa upaya
sebagai berikut:
1. Upaya untuk mengatasi kendala dalam penegakan hukum terkait perjudian online
dapat dilakukan dengan langkah-langkah konkret. Pentingnya penguasaan dan
pemahaman personil kepolisian dalam teknologi informasi menjadi sorotan utama,
mengingat perjudian online sangat terkait dengan kejahatan siber dan bergantung
pada fasilitas internet. Kurangnya pelatihan dan keterampilan personil dalam ranah
digital dapat memberikan celah bagi pelaku kejahatan untuk beroperasi tanpa
terdeteksi. Oleh karena itu, perlu ditekankan pada peningkatan investasi dalam
pelatihan dan pengembangan keterampilan di bidang teknologi informasi.
Pembentukan tim khusus yang terdiri dari ahli teknologi informasi juga diperlukan
untuk fokus secara khusus dalam menangani kasus perjudian online, memberikan
keahlian khusus dan mendukung penegakan hukum digital. Selain itu, kerjasama
dengan lembaga pendidikan dan profesional di bidang teknologi informasi menjadi
langkah strategis untuk memberikan sumber daya dan wawasan yang diperlukan.
Penggunaan teknologi terkini dan perangkat lunak forensik digital yang memadai
menjadi esensial dalam memantau dan melacak aktivitas perjudian online.
Penguatan hubungan internasional dalam hal pertukaran informasi dan koordinasi
tindakan penegakan hukum lintas batas juga dapat mengatasi hambatan terkait
lokasi server perjudian online.
2. Penyelesaian atas hambatan sulitnya mengumpulkan alat bukti dan menangkap
pelaku dalam kasus perjudian online dapat diwujudkan melalui serangkaian upaya
yang terarah dan terkoordinasi. Pertama-tama, peningkatan metode pengumpulan
bukti elektronik menjadi suatu kebutuhan mendesak. Ini dapat dicapai dengan
menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam pengembangan teknologi
forensik digital yang mampu mendeteksi dan mengamankan bukti elektronik yang
relevan. Selanjutnya, perlu ditekankan pentingnya pelibatan ahli forensik digital
yang kompeten dan terlatih dalam setiap tahap penyelidikan. Membangun tim
khusus yang terdiri dari para ahli ini dapat memberikan keunggulan dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data elektronik yang ditemukan,
memastikan validitas dan kekuatan bukti yang diperlukan dalam proses hukum.
Kerjasama lintasinstansi juga harus diperkuat, dengan membentuk tim gabungan
yang melibatkan kepolisian, ahli teknologi informasi, dan instansi terkait lainnya.
Koordinasi yang baik antarinstansi menjadi kunci untuk mengatasi kompleksitas
kasus perjudian online yang melibatkan ruang digital. Dengan berbagi
pengetahuan, sumber daya, dan wewenang, proses penyelidikan dapat berjalan
lebih efisien. (Setiawan, 2023)
3. Untuk mengatasi hambatan terkait faktor server yang diletakkan di negara-negara
yang melegalkan perjudian dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana judi
online, diperlukan serangkaian upaya yang terkoordinasi dan bersifat lintas negara.
Penting untuk memperkuat kerja sama internasional antara kepolisian Indonesia
dan otoritas penegak hukum negara-negara yang menjadi tujuan server perjudian
online. Ini dapat dilakukan melalui pertemuan rutin, pertukaran informasi, dan
penandatanganan perjanjian kerjasama guna memfasilitasi pelacakan dan
penangkapan pelaku judi online. Selanjutnya, perlu dilakukan evaluasi dan
penyempurnaan regulasi di tingkat nasional untuk lebih mengakomodasi perubahan
dan tantangan terkait perjudian online. Dengan adanya kerangka regulasi yang
lebih adaptif, kepolisian dapat memiliki landasan hukum yang lebih kuat dalam
menindak pelaku yang memanfaatkan server di negara-negara melegalkan
perjudian.
4. Untuk mengatasi hambatan terkait kurangnya kesadaran dan kepedulian dari
masyarakat dalam penanggulangan perjudian online, dibutuhkan serangkaian
upaya yang melibatkan kolaborasi antara lembaga penegak hukum, pemerintah,
dan masyarakat secara keseluruhan. Perlu dilakukan kampanye edukasi secara
massif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya hukum
dan konsekuensi dari tindakan melanggar hukum, khususnya terkait perjudian
online. Kampanye ini dapat melibatkan penyuluhan, seminar, dan penggunaan
media massa untuk mencapai audiens yang lebih luas. Selanjutnya, penting untuk
memperkuat peran polisi sebagai mitra masyarakat. (Saputra, 2022) Ini dapat
dicapai melalui pembentukan program-program komunitas yang mengajak
partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan tindak pidana, termasuk
perjudian online. Pelibatan masyarakat dalam sistem keamanan lokal dapat
menciptakan kepedulian bersama dan meningkatkan efektivitas upaya penegakan
hukum. Diperlukan juga langkah-langkah konkret untuk meningkatkan koordinasi
antara masyarakat dan pihak kepolisian. Forum dialog antara aparat kepolisian dan
warga masyarakat dapat membuka jalur komunikasi yang lebih baik,
memungkinkan pertukaran informasi tentang potensi kegiatan perjudian ilegal. Ini
menciptakan saluran kerjasama yang lebih efektif dalam mendeteksi dan
melaporkan praktik perjudian online
5. Upaya untuk menangani tantangan teknologi yang canggih memerlukan
pendekatan yang proaktif. upaya yang dapat diambil ialah peningkatan kapabilitas
teknologi penegakan hukum dengan mengembangkan dan meningkatkan sistem
pemantauan digital ialah Penegak hukum perlu mengadopsi teknologi pemantauan
digital yang canggih untuk melacak aktivitas online yang mencurigakan. Sistem ini
dapat membantu mendeteksi pola perilaku dan jejak digital pelaku perjudian ilegal.
Kolaborasi dengan ahli keamanan siber, Penegak hukum dapat bekerja sama
dengan ahli keamanan siber untuk memahami dan mengatasi teknik-teknik canggih
yang digunakan oleh pelaku perjudian online. Ini termasuk pemahaman mendalam
tentang penggunaan VPN, teknologi enkripsi, dan metode anonim lainnya.
6. Mengatasi tantangan serius dalam menangani kasus perjudian online, terutama
terkait dengan praktik korupsi di kalangan penegak hukum, memerlukan langkah-
langkah yang tegas dan holistik. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam
proses penyelidikan dapat membantu mengurangi risiko korupsi dengan
memberikan publik akses yang lebih besar terhadap informasi kasus-kasus hukum.
Sistem pelaporan internal yang kuat perlu dibangun dan diperkuat untuk
memastikan bahwa petugas yang mengetahui praktik korupsi merasa aman
melaporkan tanpa takut pembalasan. Pentingnya penyelidikan independen juga
menjadi nyata, untuk mencegah kemungkinan kolusi atau intervensi yang
merugikan. Program pendidikan dan pelatihan etika secara teratur bagi petugas
hukum dapat membangun budaya integritas dan menjaga standar tinggi dalam
penegakan hukum. Hukuman tegas bagi pelaku korupsi dan suap harus ditegakkan
dengan konsisten untuk mengirimkan sinyal bahwa praktik korupsi tidak akan
ditoleransi. Kolaborasi yang lebih erat dengan lembaga antikorupsi dan lembaga
pengawas independen diperlukan untuk memastikan pemantauan yang efektif
terhadap perilaku petugas hukum. Audit internal dan eksternal secara berkala dapat
membantu mengevaluasi proses penegakan hukum dan mengidentifikasi potensi
risiko korupsi. Selain itu, melibatkan partisipasi masyarakat dalam pemantauan dan
pengawasan terhadap lembaga penegak hukum dapat membantu membangun
kontrol sosial yang kuat dan meningkatkan akuntabilitas secara keseluruhan.
Melalui serangkaian langkah ini, diharapkan dapat dibangun sistem penegakan
hukum yang integritasnya terjaga dan mampu memberikan keadilan tanpa cacat.

Daftar Pustaka
Dr. Fajar Ari Sudewo, S. M, (2022), Penologi dan Teori Pemidanaan, Jawa Tengah: PT.
Djava Sinar Perkasa.
Drs. P.A.F. Lamintang, S, (2013), Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Fikri, H, (2023), "Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Judi", Jurnal Ilmiah
Universitas Mataram.
Hassanah, (2011), "Tindak Pidana Perjudian Melalui Internet (Internet Gambling) Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik", Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 8, No. 2.
Lumbantobing, (2017), "Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Turut Serta Dalam Perusahaan
Permainan Judi (Studi Putusan Nomor: 268/Pid.B/2015/PN.BNJ)" Skripsi Fakultas
Hukum Universitas HKBP Nommensen.
M. Yundha Kurniawan, T. S, (2022), "Penegakan Hukum Oleh Polri Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Judi Online (Studi pada Kepolisian daerah Sumatra Utara)", ARBITER: Jurnal
Ilmiah Magister Hukum, Vol. 5, No. 1.
M.Gazali Rahman, S. T, (2020), "Penegakan Hukum Di Indonesia", Jurnal Al-Himayah, Vol.
4, No. 1.
Oktariani Rizki, (2023), " Penegakan Hukum Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Judi
Online (Judi Slot) Di Kota Palembang", Jurnal Hukum Doctrinal, Vol. 8, No. 1
Paramartha, P. P, (2021), "Sanksi Pidana Terhadap Para Pemasang Dan Promosi Iklan
Bermuatan Konten Judi Online", Jurnal Preferensi Hukum, Vol. 2, No. 1.
Rumbay, I. S, (2023), "Tinjauan Yuridis Terhadap Lemahnya Penanganan Tindak Pidana
Judi Online", Lex Privatum, Vol. XI, No. 5.
Samosir, D, (2012), Sekelumit tentang Penologi dan Pemasyarakatan, Bandung: Nuansa
Aulia.
Saputra, I, (2022), "Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Perkara Tindak Pidana Judi
Online Di Media Internet Studi Cyber Polda Sumatera Utara", JUSTITIA : Jurnal
Ilmu Hukum dan Humaniora, Vol.9, No.7.
Setiawan, K, (2023), "Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelakutindak
Pidana Judi Online (Studi Kasus Di Polres Buleleng)", Jurnal Ilmu Hukum Sui
Generis, Vol. 3, No. 4.
Soekanto, S, (2010), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: UI
Press.
Soesilo, R, (1986), Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Sukabumi: Karya Nusantara
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai