Palembang
1. Penegakan Hukum
umumnya diakui semua tempat didunia ini, apabila keadilan itu kemudian
dikukuhkan kedalam institusi yang namanya hukum, institusi hukum itu harus
mampu untuk menjadi saluran agar keadilan itu dapat diselenggarakan secara
seksama dalam masyarakat1, maka dari itu untuk mencapai keadilan sangat
menjadi kenyataan.2
ide, proses penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu
1
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2012, hlm.191.
2
Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2011. hlm
41.
penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
hidup.3
Kadri Husin adalah suatu sistem pengendalian kejahatan yang dilakukan oleh
muladi sistem peradilan pidana akan melibatkan penegakan hukum pidana, baik
hukum pidana substantif, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana.
Disamping itu, dapat dilihat pula bentuknya baik yang bersifat preventif, represif,
maupun kuratif, sehingga akan tampak keterikatan dan saling ketergantungan antar
lembaga permasyarakatan.4
keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum
materil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.5
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2011.hlm.310.
4
Ishaq, Ilmu Hukum, Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2009.hlm. 204.
5
Op. Cit., hlm.311.
Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal oleh
karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada lima faktor
menerapkan hukum
diterapkan
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan eratnya, karena merupakan
esensi dari penegakan hukum serta juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum. Soejono Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi
dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan antara lima faktor yakni sebagai
berikut :7
terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
6
Op. Cit., hlm.245.
7
Ibid., hlm.,246.
konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum
merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu
merupakan proses penyerasian antara nilai kaedah dan pola prilaku nyata yang
pelanggaran sebagaimana yang diatur didalam Buku ke III Bab II Kitab Undang
Pasal 504 :
(2) Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang umumnya
diatas enam belas tahun, diancam dengan kurungan paling lama tiga
bulan.”
Pasal 505 :
umurnya diatas enam belas tahun, diancam dengan kurungan paling lama
enam bulan.”
hukum. Menurut Data yang didapat dari Dinas Sosial Kota Palembang pada tahun
2013 jumlah gelandangan dan pengemis sebanyak 600 orang, pada tahun 2014
sebanyak 437 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 446 orang8. Data diatas
menujukan bahwa setiap tahunnya gelandangan dan pengemis tetap saja beroperasi di
sangat jelas diatur didalam Pasal 20 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013
Palembang yang berbunyi : “ Setiap orang, keluarga, organisasi baik secara sendiri-
wilayah Daerah
c. Memberi atau menerima infaq sedekah di jalan dan atau di taman dalam
wilayah Daerah
8
Hasil Rekap Penjangkauan Gelandangan dan Pengemis, Dinas Sosial Kota Palembang,
Periode Januari-Desember 2013,2014 dan 2015.
Pada Pasal 22 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
mengatur tentang ketentuan pidana yaitu : “ Pelanggaran atas ketentuan Pasal 20 ayat
(1) diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 ( tiga) bulan atau denda paling
merupakan upaya terakhir yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis apabila
diatur didalam Pasal 20 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang yang berbunyi : Setiap
melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.b.c
dilakukan proses pembinaan sementara dan atau tetap sesuai dengan ketentuan
menggelandang dan mengemis maka dapat diberikan sanksi pidana dengan syarat
gelandangan dan pengemis tersebut dalam keadaan sehat secara jasmani maupun
Kota Palembang meliputi proses penyidikan yang diatur didalam Pasal 21 Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Gelandangan dan
Pidana
(2) Selain Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik Pegawai
ketertiban
sanksi
pemeriksaan
h. Mengadakan penghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
dipertanggungjawabkan.
untuk menimbulkan efek jera sehingga gelandangan dan pengemis tersebut tidak akan
gelandangan dan pengemis karena tujuannya untuk menimbulkan faktor pejera yang
efektif, norma hukum yang mengatur tentang ketentuan pidana terhadap gelandangan
dan pengemis sudah sangat jelas diatur didalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
mengemukaan bahwa tidak ada data terkait mengenai gelandangan dan pengemis
yang sudah dipidana karena pada hakikatnya gelandangan dan pengemis tersebut
yang diatur didalam Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013
mengemis, hal ini menujukan bahwa ketentuan pidana sebagaimana yang diatur
yang belum ditegakan karena ketentuan pidana tersebut sama sekali belum pernah
memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas
kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu salah satu kunci keberhasilan dalam
penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegakan hukum. Selama ini
sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum diidentikan dengan tingkah laku
nyata petugas atau penegak hukum. Penegak hukum yang diberi wewenang untuk
9
Disarikan dari hasil wawancara dengan Staf Anggota Kepolisian Resort Kota Palembang
bertempat di Kantor Polisi Resort Kota Palembang, Pada Tanggal 05 Desember 2015 Pukul 10.00-
11.19.
c. Denpom
Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen Pemerintah Kota
Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen, Tim Terpadu terdiri dari Polisi
Resort Kota Palembang, Kodim 0418 Kota Palembang, Denpom, Dinas Sosial Kota
Palembang dan Satuan Polisi Pamong Praja bertugas untuk melaksanakan patroli dan
sosial unik pelaksana teknik dinas sesuai dengan jenis kelamin dan kriteria
10
Lihat di Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Angkah 19 Tentang Pengertian Penjangkauan,
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota
Palembang.
gelandangan dan pengemis. Tim terpadu sebagaimana yang dimaksud mempunyai
pengemis, orang gila dan pengamen serta menempatkan mereka pada fasilitas
11
Diktum Kesatu Keputusan Walikota Palembang Nomor 481 Tahun 2014 Tentang
Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan, Pembinaan, dan Pemberdayaan Anak Jalanan,
Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen.
h. Melakukan pendataan dan melaporkan hasil patroli serta penjangkauan
dengan berdasarkan pada arahan dan kendali Ketua Tim Penjangkauan dan
diatur didalam KUHAP yaitu lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga
pengemis di Kota Palembang diawali proses penyidikan yang diatur didalam Pasal 21
Pidana
(5) Selain Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik Pegawai
ketertiban
sanksi
pemeriksaan
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
dipertanggungjawabkan.
Sarana dan fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan
hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut tidak akan mungkin penegak
481 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan, Pembinaan dan
Tim Terpadu yang melaksanakan tugas sebagai penegak hukum merasa bahwa sarana
dan fasilitas dalam menjalankan patroli dan penjangkauan tidak ada masalah mereka
patroli dan penjangkauan dinilai lengkap.12 Adapun sarana dan fasilitas yang
digunakan tim terpadu dalam melaksanakan kegiatan patroli dan penjangkauan adalah
kendaraan dinas patroli, alat komunikasi, surat tugas, formulir data sasaran dan berita
dan pengemis di Kota Palembang dinilai belum berjalan dengan efektif karena
d. Faktor Masyarakat
12
Disarikan dari hasil wawancara dengan Staf Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Palembang bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang, Pada Tanggal 16
Desember 2015 Pukul 10.00-11.19.
13
Standar Operasional Prosedur yang diatur di dalam Keputusan Walikota Nomor 481 Tahun
2014 Tentang Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan, Pembinaan, Pemberdayaan Anak Jalanan,
Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian
mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum,
salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Sikap masyarakat yang
kurang menyadari tugas penegak hukum, tidak mendukung dan malahan kebanyakan
yang besar karena semua fasilitas dan keperluan hidup dijual dan disediakan dengan
biaya yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut masyarakat harus
tak jarang ada sejumlah masyarakat yang menyimpang dari norma hukum karena
Menurut Keterangan salah satu staf anggota Satuan Polisi Pamong Praja di
prilaku yang menyimpang dari norma hukum misalnya prilaku mengemis yang
dilakukan dengan cara meminta-minta dan mengharapkan belas kasihan dari orang
lain, pengemis muncul karena adanya suatu kondisi dimana mereka mendapatkan
perhatian dan apresiasi dari masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh secara
pendatang yang berasal dari dalam provinsi maupun luar provinsi yang mayoritas
berprofesi sebagai petani yang tidak mempunyai modal dan lahan yang cukup
namun karena tidak mempunyai keterampilan dan pendidikan akhirnya mereka susah
mempunyai sifat malas dan tidak mau bekerja keras dan menyebabkan mereka
menjadi miskin, budaya miskin ini dapat tertanam dalam diri mereka sehingga
gelandangan dan pengemis itu dapat memperoleh keuntungan secara finansial. Hal ini
e. Faktor Kebudayaan
14
Disarikan dari hasil wawancara dengan Staf Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Palembang bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang, Pada Tanggal 16
Desember 2015 Pukul 10.00-11.19.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan.
Kebudayaan menurut Soejono Soekanto mempunyai fungsi yang sangat besar bagi
manusia dan masyarakat yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dan apa yang dilarang. Kelima
faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya, karena menjadi hal pokok dalam
terwujud apabila ada indikator pengetahuan hukum, sikap hukum, dan prilaku hukum
yang patuh terhadap hukum. Secara teori ketiga inilah yang dapat dijadikan tolak
ukur dari kesadaran hukum karena jika pengetahuan hukum, sikap hukum, dan
Kepala Dinas Sosial Kota Palembang Faizal Ar telah melakukan sosialisasi kepada
Langkah ini merupakan langka preventif untuk menambah pengetahuan hukum dan
kenyamanan bersama.15
sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini disebabkan oleh baik undang-undangnya
disusun oleh penegak hukum, penerapannya pun dilaksanakan oleh penegak hukum
2. Upaya Pembinaan
Meskipun tidak semua fakir miskin adalah gelandangan dan pengemis tapi
pengemis yang berkeliaran di kota- kota besar seperti yang terjadi di Kota Palembang
implementasi dari Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa Fakir miskin dan Anak terlantar dipelihara oleh Negara dan ayat (2)
menyatakan negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
Untuk melaksanakan amanat Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945
15
permasalahan gelandangan dan pengemis yang ada, pembinaan ini dilaksanakan oleh
yang berada dijalan, tempat umum yang dapat mengganggu ketertiban umum
c. Pemenuhan kebutuhan material, spritual dan sosial agar dapat hidup layak dan
dijalanan dan
merupakan semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani resiko dari
Keputusan Walikota Palembang Nomor 481 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Tim
16
Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis Di Kota Palembang.
Terpadu Penjangkauan, Pembinaan, dan Pemberdayaan Anak Jalanan, Gelandangan,
c. Denpom
penampungan tetap yaitu Panti Sosial UPDT di lingkungan Dinas Sosial Kota
1. Panti Sosial UPDT PSTWT adalah panti untuk gelandangan dan pengemis
penyandang cacat
2. Panti Sosial UPDT PRPCN adalah panti untuk gelandangan dan pengemis
3. Panti Sosial UPDT PRAN adalah panti untuk gelandangan dan pengemis usia
sekolah
4. Panti Sosial UPDT PSBAR adalah panti untuk gelandangan dan pengemis
sementara adalah gelandangan dan pengemis yang sehat jasmani dan masih berusia
17
Disarikan dari hasil wawancara dengan Bapak Yudhi Irawan Selaku Kasi Perlindungan dan
Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Kota Palembang di Kantor Dinas Sosial Kota Palembang Pukul
11.00-12.00 wib.
produktif yaitu usia 19-59 tahun sedangkan untuk kriteria hasil penjangkauan yang
pengemis yang berusia lanjut, jika hasil penjangkauan yang berasal dari luar daerah
paling lama 4 (empat) bulan dan hasil pengjangkauan yang ditempatkan pada
penampungan sementara dan penampungan tetap diberikan hak hak dasarnya berupa
1. Rehabilitasi sosial
a. Diagnosis psikisosial
18
Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
19
Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
20
Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
21
Lihat Pasal 1 Angkah 21 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Rehabilitasi Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
22
Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
b. Bimbingan mental spritual
c. Bimbingan fisik
d. Rujukan
e. Bimbingan keterampilan
f. Bimbingan kewirausahaan
g. Pendidikan
Sakit Jiwa bagi penderita psikotik dan Rumah sakit umum Daerah Palembang BARI
2. Pemberdayaan Sosial
warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu
a. Pendampingan
d. Bimbingan lanjut
3. Jaminan sosial
23
Pasal 9 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
24
Lihat Pasal 1 Angkah 23 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Pemberdayaan Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
25
Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Gelandangan
dan Pengemis di Kota Palembang
Jaminan sosial merupakan skema yang melembaga untuk menjamin objek
pembinaan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 26 Jaminan
sosial diberikan kepada penghuni panti dalam bentuk pemenuhan hak-hak dasarnya
Hasil penjangkauan
Penampungan Penampungan
sementara tetap
gelandangan dan
Gelandangan dan Rehabilitasi sosial pengemis yang
pengemis yang Dan berusia lanjut
berusia produktif Pemberdayaan sosial
Jaminan sosial
26
Lihat Pasal 1 Angkah 24 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Pemberdayaan Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
27
Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Gelandangan
dan Pengemis di Kota Palembang
B. Hambatan- Hambatan Dalam Penegakan Hukum Pidana Terhadap Gelandangan
kenyataannya memuncak pada pelaksanaannya oleh para pejabat penegak hukum itu
faktor tersebut cukup mempunyai arti sehingga dampak positif dan negatifnya
terletak pada isi faktor tersebut. Menurut Soejono Soekanto bahwa faktor-faktor
a. Hukumnya sendiri, yakni didalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-
undang saja
hukum
e. Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa
Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya yang dapat dijadikan barometer
didalam penegakan hukum oleh penegak hukum untuk melihat faktor penghambat
dan pendorong didalam pelaksanaan tugasnya. Dalam penegakan hukum terhadap
1. Faktor hukum
dapat dikenakan sanksi pidana sebagai efek penjera agar tidak mengulangi
dilakukan oleh pihak Dinas Sosial Kota Palembang, Polisi Resort Kota
jaminan sosial oleh pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Sosial Kota
4. Faktor Masyarakat
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang,
Menurut Keterangan salah satu staf anggota Satuan Polisi Pamong Praja di
pengemis.
5. Faktor Kebudayaan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Palembang
komponen penegak hukum lainnya yang dilandasi perangkat atau peraturan hukum
dan menghormati hak-hak dasar manusia dengan cara mengusahakan ketaatan diri
proses peradilan pidana, dan mencegah timbulnya penyakit masyarakat yang dapat
gelandangan dan pengemis di Kota Palembang jika ditinjau dari teori Soejono
yaitu :
a. Faktor hukum
wilayah Daerah
c. Memberi atau menerima infaq sedekah di jalan dan atau di taman dalam
wilayah Daerah
yang diatur didalam Pasal 20 ayat (1) maka akan diberikan upaya pembinaan
jaminan sosial sebagaimana yang diatur didalam Pasal 20 ayat (2) Peraturan
ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.b.c dilakukan
proses pembinaan sementara dan atau tetap sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
yang berbunyi : “ Pelanggaran atas ketentuan Pasal 20 ayat (1) diancam dengan
pidana kurungan paling lama 3 ( tiga) bulan atau denda paling banyak
3. Denpom
jaminan sosial melalui Dinas Sosial Kota Palembang. Bagi gelandangan dan
pengemis yang diberikan sanksi pidana maka penegak hukum yang berwenang
penjangkauan dan patroli yang dilakukan oleh Tim Terpadu sebagaimana yang
Pengamen, yang terdiri dari Polisi Resort Kota Palembang, Kodim 0481 Kota
Praja Kota Palembang. Tim Terpadu yang melaksanakan tugas sebagai penegak
hukum merasa bahwa sarana dan fasilitas dalam menjalankan patroli dan
dinilai lengkap.28
Adapun sarana dan fasilitas yang digunakan tim terpadu dalam melaksanakan
komunikasi, surat tugas, formulir data sasaran dan berita acara penyerahan
sasaran. 29
28
Disarikan dari hasil wawancara dengan Staf Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Palembang bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang, Pada Tanggal 16
Desember 2015 Pukul 10.00-11.19.
29
Standar Operasional Prosedur yang diatur di dalam Keputusan Walikota Nomor 481 Tahun
2014 Tentang Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan, Pembinaan, Pemberdayaan Anak Jalanan,
Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen
Namun berbeda dengan keadaan di Dinas Sosial Kota Palembang yang bertugas
d. Faktor Masyarakat
taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau
e. Faktor Kebudayaan
peraturan mengenai apa yang harus dan apa yang dilarang. Kelima faktor diatas
saling berkaitan dengan eratnya, karena menjadi hal pokok dalam penegakan