Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PEMBAHASAN

A. PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP GELANDANGAN DAN

PENGEMIS DI KOTA PALEMBANG

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Pada

hakikatnya penegakan hukum merupakan suatu proses perwujudan ide-ide, Proses

penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya

norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau

hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 1

Untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial

menjadi kenyataan dalam menanggulangi permasalahan gelandangan dan pengemis

di Kota Palembang maka Pemerintah Kota Palembang membuat suatu instrumen

hukum untuk menanggulangi permasalahan gelandangan dan pengemis yang ada

yaitu dengan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang

Pembinaan Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang. Maka dari itu

upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang dalam menanggulangi

permasalahan gelandangan dan pengemis meliputi :

1
Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana, Jakarta : PT. Grafindo Persada,
2011.hlm.41.

36
37
1. Upaya Pembinaan

Meskipun tidak semua fakir miskin adalah gelandangan dan pengemis tapi

kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan adanya gelandangan dan

pengemis yang berkeliaran di kota- kota besar seperti yang terjadi di Kota Palembang

Gelandangan dan Pengemis pada hakikatnya diberikan pembinaan yang merupakan

implementasi dari Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

bahwa Fakir miskin dan Anak terlantar dipelihara oleh Negara dan ayat (2)

menyatakan negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat

kemanusiaan.

Untuk melaksanakan amanat Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945

tersebut maka Pemerintah Kota Palembang memberikan pembinaan kepada

gelandangan dan pengemis yang merupakan suatu solusi untuk menangani

permasalahan gelandangan dan pengemis yang ada, pembinaan ini dilaksanakan oleh

Dinas Sosial Kota Palembang yang bertujuan untuk :2

a. Mencegah semakin meluasnya komunitas gelandangan dan pengemis,

terutama yang berada dijalan, tempat umum yang dapat mengganggu

ketertiban umum

b. Mengetaskan gelandangan dan pengemis dari kehidupan dijalan

2
Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis Di Kota Palembang.
38
c. Pemenuhan kebutuhan material, spritual dan sosial agar dapat hidup layak dan

mampu mengembangkan diri

d. Memberikan perlindungan dari ekspliotasi, diskriminasi, kekerasan dan resiko

dijalanan dan

e. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan komponen masyarakat untuk

berpartisipasi menyelenggarakan kesejaterahan sosial khususnya terhadap

gelandangan dan pengemis

Dalam upaya pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis, Pemerintah

Kota Palembang berwenang melakukan upaya-upaya yang terarah, terpadu dan

berkelanjutan yang meliputi :3

1. Perlindungan sosial, Perlindungan sosial merupakan semua upaya yang diarahkan

untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial,

perlindungan sosial meliputi:4

a. Penjangkauan, penjangkauan adalah kegiatan yang dilakukan oleh lembaga

dalam mencari gelandangan dan pengemis5, Lembaga yang diberi kewenangan

menurut Keputusan Walikota Palembang Nomor 481 Tahun 2014 Tentang

Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan, Pembinaan, dan Pemberdayaan

3
Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
4
Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
5
Lihat di Bab I Ketentuan Umum Pasal I Angkah 19 Tentang Pengertian Penjangkauan,
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Anak
Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
39
Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, Orang Gila dan Pengamen adalah

sebagai berikut :6

b. Polisi Resort Kota (POLRESTA) Kota Palembang

c. Kodim 0418 Kota Palembang

d. Denpom

e. Dinas Sosial Kota Palembang

f. Sat Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kota Palembang

Menurut data hasil penjangkauan terhadap gelandangan dan pengemis di Kota

Palembang yang di dapat dari Dinas Sosial Kota Palembang periode 2013-2014-

2015.

Jumlah
Hasil Rekap Penjangkauan Periode 2013-2014-2015
Gepeng7

Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total

2013 50 25 26 30 21 19 20 20 25 25 35 15 600

2014 49 2 22 26 46 28 13 50 66 80 38 17 437

2015 41 38 21 37 35 24 21 68 68 72 - - 446

6
Keputusan Walikota Palembang Tentang Pembentukan Tim Terpadu Penjangkauan,
Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan, Gelandangan Pengemis, Orang Gila dan Pengamen
Tahun 2015
7
Menurut Bapak Yudhi Irawan selaku Kasi Perlindungan sosial dan Perberdayaan sosial
Dinas Sosial Kota Palembang ,Gepeng merupakan singkatan dari kata Gelandangan dan Pengemis .
41
Hasil penjangkauan ditempatkan pada penampungan sementara dan penampungan

tetap yaitu Panti Sosial UPDT di lingkungan Dinas Sosial Kota Palembang, yang

terdiri dari :8

1. Panti Sosial UPDT PSTWT adalah panti untuk gelandangan dan pengemis

penyandang cacat

2. Panti Sosial UPDT PRPCN adalah panti untuk gelandangan dan pengemis

yang berusia lanjut dan penderita psikotik

3. Panti Sosial UPDT PRAN adalah panti untuk gelandangan dan pengemis usia

sekolah

4. Panti Sosial UPDT PSBAR adalah panti untuk gelandangan dan pengemis

wanita yang berusia produktif

Kriteria hasil penjangkauan yang dapat ditempatkan pada penampungan

sementara adalah gelandangan dan pengemis yang sehat jasmani dan masih berusia

produktif yaitu usia 19-59 tahun sedangkan untuk kriteria hasil penjangkauan yang

ditempatkan di penampungan tetap meliputi penderita psikotik, gelandangan dan

pengemis yang berusia lanjut, jika hasil penjangkauan yang berasal dari luar daerah

maka dikembalikan kepada daerah asalnnya, keluarga pengganti dan lembaga

kesejateraan sosial anak9.

8
Hasil wawancara dengan Bapak Yudhi Irawan Selaku Kasi Perlindungan dan Pemberdayaan
Sosial Dinas Sosial Kota Palembang yang dilaksanakan Pada Teanggal 24 November 2015 diwilayah
Hukum Palembang.
9
Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
42
Jangka waktu penampungan sementara hasil penjangkauan dapat dilaksanakan

paling lama 4 (empat) bulan dan hasil pengjangkauan yang ditempatkan pada

penampungan sementara dan penampungan tetap diberikan hak hak dasarnya berupa

sandang, pangan, pengobatan dan mendapatkan pelayanan dalam panti.10

Tindak lanjut hasil penjangkauan yang telah ditempatkan sebagai penghuni

panti sementara diberikan pelayanan berupa :11

1. Rehabilitasi sosial

Rehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan

untuk memungkinkan seorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

dalam kehidupan bermasyarakat12. Rehabilitasi sosial sebagaimana yang dimaksud

diberikan dalam bentuk :13

a. Diagnosis psikisosial

b. Bimbingan mental spritual

c. Bimbingan fisik

d. Rujukan

e. Bimbingan keterampilan

f. Bimbingan kewirausahaan

10
Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
11
Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
12
Lihat Pasal 1 Angkah 21 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Rehabilitasi Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
13
Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
43
g. Pendidikan

Upaya rehabilitasi sosial yang memerlukan rujukan dilaksanakan di Rumah

Sakit Jiwa bagi penderita psikotik dan Rumah sakit umum Daerah Palembang BARI

atau pusat kesehatan masyarakat bagi penderita lainnya.14

2. Pemberdayaan Sosial

Pemberdayaan Sosial merupakan semua upaya yang diarahkan untuk menjadi

warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya.15 Pemberdayaan sosial diberikan dalam bentuk :16

a. Pendampingan

b. Pemberian Stimulan modal, peralatan usaha dan tempat usaha

c. Peningkatan akses pemasaran hasil usaha

d. Bimbingan lanjut

3. Jaminan sosial

Jaminan sosial merupakan skema yang melembaga untuk menjamin objek

pembinaan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 17 Jaminan

14
Pasal 9 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
15
Lihat Pasal 1 Angkah 23 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Pemberdayaan Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
16
Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Gelandangan
dan Pengemis di Kota Palembang
17
Lihat Pasal 1 Angkah 24 Bab I Tentang Ketentuan Umum mengenai Pengertian
Pemberdayaan Sosial Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan
Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang
44

sosial diberikan kepada penghuni panti dalam bentuk pemenuhan hak-hak dasarnya

dan pelayanan dalam panti18

Tahap Pembinaan Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah Kota Palembang

Perlindungan Sosial Penjangkauan

Hasil Penjangkauan

Penampungan Penampungan
Tetap Sementara

Gelandangan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan


Pengemis yang dan Pemberdayaan Pengemis yang
berusia lanjut Sosial berusia produktif

Jaminan Sosial

2. Ketentuan Pidana

Penegakan hukum pidana merupakan ultimum remidium atau upaya hukum

terakhir karena tujuannya adalah untuk menghukum pelaku dengan penjara atau

denda. Penegakan hukum pidana ini dapat menimbulkan faktor penjera (detterant

factor) yang sangat efektif oleh kerena itu, dalam prakteknya penegakan hukum

pidana selalu diterapkan secara selektif. 19 45


Selain upaya pembinaan yang diberikan Pemerintah Kota Palembang kepada

gelandangan dan pengemis, Pemerintah Kota Palembang juga memberikan ketentuan


18
Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Gelandangan
dan Pengemis di Kota Palembang
19
Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta : PT. Sinar Grafika,
2009, hlm.121.
pidana sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 22 ayat (1) Peraturan Daerah Kota

Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Gelandangan dan

Pengemis di Kota Palembang yang berbunyi : “Pelanggaran atas ketentuan Pasal 20

ayat (1) diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 ( tiga) bulan atau denda

paling banyak Rp.50.000.000.-( Lima Puluh Juta Rupiah)”.

Adapun yang dimaksud ketentuan Pasal 20 ayat (1) yaitu “ Setiap orang,

keluarga, organisasi baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok dilarang melakukan

kegiatan :20

a. Mengemis, menggelandangan, terutama di tempat umum, taman, di jalan

dalam wilayah Daerah

b. Mengeksploitasi atau memperalat orang lain untuk mengemis didalam

wilayah Daerah

c. Memberi atau menerima infaq sedekah di jalan dan atau di taman dalam

wilayah Daerah

Sanksi pidana yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis tersebut

merupakan upaya terakhir yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis apabila

gelandangan dan pengemis tersebut telah diberikan pembinaan sebagaimana yang

diatur didalam didalam Pasal 20 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013

Tentang Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang yang berbunyi

: Setiap orang, keluarga, organisasi baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok yang

20
Pasal 20 ayat (1) Tentang Larangan, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Pembinaan Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.
46

melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b,c

dilakukan proses pembinaan sementara dan atau tetap sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Namun tetap mengulangi perbuatannya dalam

menggelandang dan mengemis maka dapat diberikan sanksi pidana dengan syarat

gelandangan dan pengemis tersebut dalam keadaan sehat secara jasmani maupun

rohani dan masih berusia produktif yaitu usia 19-59 tahun. Sanksi pidana ini

bertujuan untuk menimbulkan efek jera sehingga gelandangan dan pengemis tersebut

tidak akan mengulangi perbuatannya dalam menggelandang dan mengemis.

Mekanisme penegakan hukum pidana terhadap gelandangan dan pengemis di

Kota Palembang meliputi proses penyidikan yang diatur didalam Pasal 21 Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Gelandangan dan

Pengemis di Kota Palembang yang berbunyi :

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran peraturan Daerah ini di lakukan oleh

Penyidik sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana

(2) Selain Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan pemerintah Kota diberikan Kewenangan untuk

melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini

(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), berwenang :


47

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak

pidana pelanggaran Peraturan Daerah yang mengganggu ketetraman dan

ketertiban

b. Melakukan tindakan seorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka

c. Menyuruh berhenti seorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka

d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

sanksi

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan

h. Mengadakan penghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari

penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan

merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik

memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum tersangkal atau

keluarga dan

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Menurut keterangan Kepala Kepolisian Resort Kota Palembang Kasat

Reskrim mengatakan bahwa sejauh ini belum ada laporan maupun pengaduan dari

masyarakat berkenaan dengan tindak pidana gelandangan dan pengemis di Kota

Palembang, data yang terkait dengan tindak pidana gelandangan dan pengemis di
48
Kota Palembang tidak ada, sampai sejauh ini belum ada gelandangan dan pengemis

yang sudah diberikan sanksi pidana sebagaimana yang diatur didalam Pasal 22 ayat

(1) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan

Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.

Menurut keterangan dari salah satu anggota kepolisian Resort Kota

Palembang mengatakan bahwa ketentuan pidana sebagaimana yang diatur di dalam

Pasal 22 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Palembang Tentang Pembinaan Terhadap

Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang bertujuan untuk

menakut- nakuti agar gelandangan dan pengemis tidak mengulangi perbuatannya.

Sebagaimana teori yang dikemukaan oleh Anselm Von Feurbach tentang

Psychologische Zwang (tekanan jiwa) bila setiap orang telah mengetahui akan

diancam pidana maka akibatnya secara psikologis orang akan takut berbuat jahat,

karena ancaman pidana itu merupakan penekan jiwa.

Ketentuan pidana sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 22 ayat (1)

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan

Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang tidak benar-

benar ditegakan kepada gelandangan dan pengemis, ketentuan pidana sebagaimana

yang dimaksud bertujuan untuk memberikan efek rasa takut kepada gelandangan dan

pengemis untuk tidak mengulangi perbuatan menggelandang maupun mengemis

sebagaimana yang diatur didalam Pasal 20 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Palembang

Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Gelandangan dan Pengemis di

Kota Palembang.
49
B. HAMBATAN- HAMBATAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA

TERHADAP GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA PALEMBANG

Hambatan-hambatan dalam penegakan hukum pidana terhadap Gelandangan dan

Pengemis di Kota Palembang diantaranya yaitu :

1. Penjangkauan dan patroli yang dilakukan oleh pihak Dinas Sosial Kota

Palembang, Polisi Resort Kota (POLRESTA) Palembang, dan Satuan Polisi

Pamong Praja (SATPOL PP) Kota Palembang dalam mencari Gelandangan

dan Pengemis di Kota Palembang adalah gelandangan dan pengemis tersebut

sulit untuk ditangkap karena mereka sudah mengetahui adanya petugas yang

akan berpatroli sehingga mereka dapat melarikan diri dari kejaran petugas.

2. Pembinaan yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis dalam bentuk

perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, Rehabilitasi sosial, dan Jaminan

sosial yang diberikan oleh Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Sosial

Kota Palembang adalah adanya keterbatasan anggaran sehingga pembinaan

tersebut belum berjalan secara maksimal.

3. Sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat kepada pihak kepolisian atau ke

Polisi Resort Kota Palembang berkenaan dengan tindak pidana gelandangan

dan pengemis sehingga proses penyidikan tidak dapat dilakukan dalam hal

menanggulangi pelaku tindak pidana gelandangan dan pengemis di Kota

Palembang, sehingga sampai saat ini belum ada gelandangan maupun

pengemis yang sudah diberikan sanksi pidana sebagaimana yang diatur


50

didalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan

Terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Palembang.

4. Ketentuan pidana sebagaimana yang diatur didalam Pasal 22 Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembinaan Terhadap Gelandangan

dan Pengemis di Kota Palembang bersifat hanya menakut-nakuti sehingga

tidak benar-benar ditegakan terhadap gelandangan dan pengemis di Kota

Palembang.

Anda mungkin juga menyukai