Oleh :
NIP. 198104292008011005
A. Latar Belakang
1
3) Sistem/pola pembinaan yang dijalankan belum padu dan sama
dalam melaksanakan pembinaan
2
c. jangka panjang
- monitoring hasil pembinaan yang telah menerapkan pedoman
pembinaan “SIMENTAL” terhadap anak-anak binaan yang
telah selesai dibina dan kembali ke masyarakat.
3
BAB II
DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN KINERJA ORGANISASI
4
Dinas Sosial Kota Lubuklinggau tergambar dalam bagan
sebagai berikut :
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Dinas Sosial
5
Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam menganalisa,
merumuskan, menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang
rehabilitasi sosial. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang
Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi:
1. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
rehabilitasi sosial.
2. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
rehabilitasi sosial.
3. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan
instansi lain di bidang rehabilitasi sosial.
4. Pelaksanaan rehabilitasi sosial dan pelayanan sosial bagi penderita
cacat, anak nakal dan korban narkoba, tuna sosial dan kumuh.
5. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan kepada organisasi sosial
yang menyelenggarakan usaha-usaha dibidang rehabilitasi sosial.
6. Pelaksanaan pembinaan lanjutan bagi penderita cacat, anak nakal,
korban narkoba dan tuna sosial.
7. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang rehabilitasi
sosial.
8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
9. Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas dan fungsinya.
6
Secara umum, LKS-PBSB “Rumah Singgah” memberikan
pelayanan kepada anak-anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun
remaja rentan permasalahan social dalam beberapa bentuk upaya
pendampingan yang di bagi kedalam beberapa unit yaitu:
1. Unit Pondok Prasuta
Unit transisi, dimana anak yang baru daaing dari jalanan berusaha
menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga besar Pondok Bina
Seni Budaya.
2. Unit Pondok Usaha
Unit pemantapan bagi anak yang sudah memilih tinggal di rumah
Pondok Bina Seni Budaya dan tidak pergi ke jalanan lagi. Bagi
yang masih mungkin bersekolah di sekolah formal didampingi
dalam mempersiapkan diri untuk masuk sekolah. Bagi yang tidak
mungkin, dilatih bermacam – macam usaha produktif dengan
orientasi untuk dijual. Disadarkan bahwa masih banyak jalan lain
untuk mencari uang selain dijalanan. Diusahakan agar mereka
dapat memperoleh ijazah persamaan SD, SMP, maupun SMU
dengan mengikuti Kelompok Belajar Paket A, B, maupun C. Sesuai
dengan bakat minatnya mereka dapat mengikuti kursus seperti
kursus montir, mengemudi, menjahit, computer, beternak, salon,
sablon dll.
7
4. Unit Pondok Swadaya
Unit pelayanan untuk anak yang memasuki taraf hidup swadaya
(mandiri) dilaksanakan dengan mendampingi mereka yang insentif
dalam praktek – praktek usaha seperti : pewarungan, magang kerja
dsb, dengan terus menerus menanamkan etos kerja. Semangat
kebersamaan ditanamkan agar mereka dapat saling mendukung.
Bila seorang anak sudah mulai usahanya sendiri atau mulai bekerja
terus didampingi sampai betul dapat dilepas untuk mandiri.
5. Unit Pondok Caraka
Unit pelayanan bagi anak yang telah tinggal kembali bersama
orang tua / keluarga. Disantuni biaya sekolah / kursus mereka,
didampingi agar dapat mandiri dengan proses yang sama dengan
mereka yang ditinggal di rumah Pondok Bina Seni Budaya. Bila
diperlukan, orang tua anak dibantu agar dapat meningkatkan
kehidupannya sehingga dapat mendukung hak – hak anak mereka
dan anak pun tak kejalanan lagi.
6. Pelayanan di Lapangan
Mendampingin anak yang masih berada di jalanan agar mereka
merasa masih ada yang memperhatikan dan menyayanginya
mengajak untuk hidup sehat dan tidak berbuat criminal. Mengurus
bila mereka sakit serta memberikan pelayanan advokasi.
Berbagai pembinaan yang diberikan melalui LKS-PBSB
“Rumah Singgah” kepada anak atau remaja terlantar dan rentan
permasalahan sosial tersebut bertujuan untuk memberikan manfaat
langsung dan nyata berupa peningkatan life skill berupa soft skill dan
hard skill anak asuh (penerima manfaat) sebagai bekal untuk mereka
hidup mandiri dan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik di
keluarga dan masyarakat.
8
B. Pengelolaan Budaya Kerja dan Nilai-nilai Organisasi
Setelah dilaksanakan aksi perubahan di Bidang Rehabilitasi
Sosial pada Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, ada beberapa
peningkatan kualitas dari budaya kerja yang ada yang dapat
mendukung dalam meningkatnya kinerja organisasi . Secara nyata,
budaya kerja yang membaik setelah dilakukan aksi perubahan ini
adalah:
1. Disiplin; adanya perubahan perilaku yang berupa kebiasaan untuk
berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun
di luar kantor. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja,
berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan; koordinasi yang dilaksanakan selama aksi perubahan
memberikan kesiapan bagi pegawai pada Bidang Rehabilitasi
Sosial untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan organisasi.
9
dengan matang. Dalam aksi perubahan yang di laksanakan di Bidang
Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, jejaring kerja
dibangun dengan mengidentifikasi stakeholder/pemangku
kepentingan dan di kolaborasikan dalam bentuk jejaring sebagaimana
dapat dilihat dalam tabel dan bagan berikut:
Identifikasi Stakeholder
N
STAKE HOLDERS POTENSI DUKUNGAN
O
A INTERNAL
10
Bidang Rehabilitasi rehabilitasi sosial, dalam aksi perubahan ini
Sosial berperan dalam penyediaan data dasar dan
literasi
B EKTERNAL
11
Berdasarkan pengaruh dan minatnya terhadap aksi perubahan
yang dilakukan, kedudukan Stakeholder dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:
Bagan 4.1
Identifikasi stake Holder Berdasarkan Kepentingan
INFLUENCE
LATENS PROMOTOR
1. Disnaker , 1. Kepala Dinas Sosial
2. Sat Pol-PP, 2. Sekretaris Dinas
3. Bapedalitbang 3. Kepala Bidang di
4. dan seluruh instansi Lingkungan Dinas Koperasi
teknis terkait dan Ukm
4. Kasi-Kasi yang berada di
bawah Bidang
Pemberdayaan dan
pengembangan Koperasi INTEREST
APATHETIC DEFENDER
Masyarakat 1. TNI
2. POLRI
3. Organisasi Sosial
4. seluruh instansi terkait
diluar Pemkot Lubuklinggau
12
2. Latens adalah stakeholder yang memiliki pengaruh besar,
tetapi memiliki minat yang rendah terhadap keberhasilan aksi
perubahan. Stakeholders dalam kelompok ini adalah:
a. Disnaker ,
b. Sat Pol-PP,
c. Bapedalitbang
d. dan seluruh instansi teknis terkait
13
Bagan 4.2
Peta Jaringan Stakeholder
TNI,POLRI,
Kepala ORGANIS
Dinas Sosial ASI
Sekretaris SOSIAL
DLL
Dinas
PROJECT
LEADER DISAKER,
KABID SATPOLPP,BAL
DALAM ITBAPEDALITB
LINGKUN ANG DLL
GAN
DINAS
SOSIAL
KASI-KASI DI
BIDANG
REHABILITASI Masyarakat
SOSIAL
Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi
14
BAB III
ANALISIS MASALAH KINERJA ORGANISASI
A. JANGKA PENDEK
Minggu ke ....
2. Pembentukan Tim SK Tim Pelaksana
Efektif Aksi
Perubahan/Kelompok
Kerja (Pokja)
Minggu ke ....
2. FGD dan sosialisasi - Undangan
rencana aksi - Absensi
perubahan - Notulen
- Dokumentasi
Minggu ke ....
3. Perancangan dan - Draft Pedoman
Penyusunan Pembinaan
15
-Surat Permintaan
Pelatih/Narasumber
- notulen
- Dokumentasi
Minggu ke ....
5. Evaluasi pedoman Draft final Pedoman
pembinaan pembinaan
Minggu ke ....
6. Penerapan pedoman - Absensi
pembinaan pada LKS
- Laporan Hasil
PBSB “Rumah
Pembinaan
Singgah”
- Dokumentasi
B. JANGKA MENENGAH
C. JANGKA PANJANG
16
3. Perancangan dan Penyusunan Pedoman Pembinaan
4. Sosialisasi Pedoman Pembinaan
5. Evaluasi pedoman pembinaan
6. Penerapan pedoman pembinaan pada LKS PBSB “Rumah
Singgah”
c. Integritas Tinggi
17
melaksanakan tugas yang di emban di Bidang Pemberdayaan dan
Pengembangan Koperasi.
BAB IV
18
TAHAPAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN ORGANISASI
BAB V
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
(..................................)
20
LAMPIRAN
1. Analisis Diagnostic Reading (DR)
2. Lembar Kesepakatan Area Perubahan (Membangun Komitmen
Bersama)
3. Lembar Komsultasi dan Bimbingan Membangun Komitmen Bersama
(Taking Ownership)
21