Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

OPTIMALISASI PEMBINAAN SIMENTAL (FISIK, MENTAL, SOSIAL,


DAN KETERAMPILAN ) DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL
PONDOK BINA SENI BUDAYA “RUMAH SINGGAH” KOTA
LUBUKLINGGAU

Oleh :

JONI RUSSALEK S.IP, M.Si

NIP. 198104292008011005

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU


BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
DIKLAT KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN III
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1 menyebutkan


bahwa fakir miskin dan anak–anak terlantar dipelihara oleh Negara,
sehingga permasalahan dan pembinaan remaja terlantar, putus
sekolah dan rentan permasalah sosial merupakan tanggung jawab
negara sebagai bentuk penyelenggaraan pemberdayaan sosial. Untuk
itu diperlukan suatu solusi untuk membentuk, membangun dan
mengarahkan mereka agar memiliki kepribadian yang kuat, cerdas,
mandiri dan bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka sendiri
dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Berdasarkan
dasar hal tersebut, maka Pemerintah Kota Lubuklinggau memiliki
kewajiban untuk dapat melaksanakan pemberdayaan sosial, yang
diantaranya adalah menyelenggarakan pembinaan terhadap anak-
anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun remaja rentan
permasalahan sosial baik dengan menyediakan sarana dan
prasarana penunjang pendidikan maupun menyiapkan pembinaan
dan pelatihan keterampilan bagi anak-anak/remaja tersebut. Namun
dalam pelaksanaannya, pemberdayaan sosial yang dilaksanakan Kota
Lubuklinggau melalui Dinas Sosial belum menampakkan hasil yang
diinginkan, Permasalahan yang ditemukan dalam pembinaan di LKS-
PBSB “Rumah Singggah” Kota Lubuklinggau antara lain:
1) Belum adanya pedoman/juknis pembinaan Penerima manfaat LKS-
PBSB “Rumah Singgah” yang dapat di jadikan sebagai acuan
penyelenggraan pembinaan.
2) Instruktur yang di tunjuk sebagai pemberi materi sebagian besar
belum memiliki kompetensi sesuai dengan bimbingan yang
diberikan

1
3) Sistem/pola pembinaan yang dijalankan belum padu dan sama
dalam melaksanakan pembinaan

Sehingga perlu dilakukan sebuah usaha untuk mempercepat


pencapaian dalam pemberdayaan tersebut yaitu melakukan aksi
perubahan “Optimalisasi Pembinaan Simental (Fisik, Mental, Sosial,
Dan Keterampilan ) Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Pondok Bina
Seni Budaya “Rumah Singgah” Kota Lubuklinggau”.

B. Tujuan Aksi Perubahan


Aksi perubahan berjudul Optimalisasi Pembinaan Simental
(Fisik, Mental, Sosial, Dan Keterampilan ) Di Lembaga Kesejahteraan
Sosial Pondok Bina Seni Budaya “Rumah Singgah” Kota
Lubuklinggau bertujuan:
a. jangka pendek
- tersusunnya pedoman pembinaan pembinaan Fisik, Mental,
Sosial, Dan Keterampilan “SIMENTAL” pada LKS-PBSB
“Rumah Singgah” Kota Lubuklinggau.
- terlaksananya sosialisasi pedoman pembinaan Fisik, Mental,
Sosial, Dan Keterampilan kepada stakeholder yang terlibat
dalam pembinaan di LKS-PBSB “Rumah Singgah” Kota
Lupuklinggau.
- Terlaksananya pembinaan di LKS-PBSB “Rumah Singgah”
Kota Lubuklinggau yang telah menerapkan pedoman
pembinaan “SIMENTAL”.
- Evaluasi penerapan Pembinaan “SIMENTAL”
b. jangka menengah
- penyempurnaan pedoman pembinaan “SIMENTAL”
- monitoring terhadap pelaksanaan pembinaan di LKS-PBSB
“Rumah Singgah” yang telah menerapkan pedoman
pembinaan “SIMENTAL”

2
c. jangka panjang
- monitoring hasil pembinaan yang telah menerapkan pedoman
pembinaan “SIMENTAL” terhadap anak-anak binaan yang
telah selesai dibina dan kembali ke masyarakat.

C. Manfaat Aksi Perubahan


Manfaat yang akan didapatkan dari aksi perubahan ini antara
lain:
a. Manfaat aksi perubahan bagi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau.

- penyelenggaraan rehabilitasi dan pembinaan terhadap anak-


anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun remaja rentan
permasalahan social menjadi lebih terarah dan efisien
sehingga tujuan yang ingin di capai sesuai dengan rencana.
b. Manfaat aksi perubahan bagi masyarakat.
- masyarakat khususnya anak-anak/remaja terlantar, putus
sekolah maupun remaja rentan permasalahan social
mendapatkan pelayanan rehabilitasi melalui pembinaan yang
efektif
- jumlah anak-anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun
remaja rentan permasalahan social dapat di minimalisir dan
setelah mendapatkan pembinaan melalui LKS-PBSB (Rumah
Singgah) Kota Lubuklinggau dapat diterima kembali dengan
baik di tengah-tengah masyarakat.

3
BAB II
DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN KINERJA ORGANISASI

A. Membangun Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi


Dalam proses membangun integritas dan akuntabilitas kinerja
organisasi, kewajiban penyelenggaraan pemberdayaan sosial pada
Pemerintah Kota Lubuklinggau dilaksanakan dan diselenggarakan
oleh Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, dimana status kelembagaannya
merupakan instansi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Lubuklinggau Nomor 25 Tahun 2003 dan diperbaharui dengan
Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah serta Peraturan
Walikota Lubuklinggau Nomor 36 tahun 2008 tentang Penjabaran
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, terakhir
diperbaharui dengan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2016 Tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah serta Peraturan
Walikota Lubuklinggau Nomor 43 tahun 2016 tentang Penjabaran
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau
Visi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau “Terwujudnya
Kesejahteaan Sosial Masyarakat Kota Lubuklinggau”
Misi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau adalah :
1. Mewujudkan pemberdayaan Potensi Sumber dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
2. Merehabilitasi masyarakat penyandang masalah
kesejahteraan sosial
3. Meningkatkan perlindungan dan bantuan sosial
4. Meningkatkan jaminan sosial masyarakat penyandang
masalah kesejahteraan sosial
5. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Kesejahteraan
Sosial

4
Dinas Sosial Kota Lubuklinggau tergambar dalam bagan
sebagai berikut :

Bagan 2.1
Struktur Organisasi Dinas Sosial

Penyelenggaraan pembinaan terhadap anak-anak/remaja


terlantar, putus sekolah maupun remaja rentan permasalahan sosial
pada Dinas Sosial Kota Lubuklinggau Secara Spesifik dilaksanakan
oleh Bidang Rehabilitasi sosial dimana dalam pelaksanaannya,
Bidang Rehabilitasi Sosial memiliki Tugas dan Fungsi yang sudah
ditetapkan sebagai kewenangan dan kewajiban yang harus
dijalankan.

5
Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam menganalisa,
merumuskan, menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang
rehabilitasi sosial. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang
Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi:
1. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
rehabilitasi sosial.
2. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
rehabilitasi sosial.
3. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan
instansi lain di bidang rehabilitasi sosial.
4. Pelaksanaan rehabilitasi sosial dan pelayanan sosial bagi penderita
cacat, anak nakal dan korban narkoba, tuna sosial dan kumuh.
5. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan kepada organisasi sosial
yang menyelenggarakan usaha-usaha dibidang rehabilitasi sosial.
6. Pelaksanaan pembinaan lanjutan bagi penderita cacat, anak nakal,
korban narkoba dan tuna sosial.
7. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang rehabilitasi
sosial.
8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
9. Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas dan fungsinya.

.Dalam mewujudkan Visi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau yaitu


““Terwujudnya Kesejahteaan Sosial Masyarakat Kota Lubuklinggau”,
serta melaksanakan Misi Dinas Sosial khususnya dalam rangka
Merehabilitasi masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial,
Bidang Rehabilitasi Sosial secara intens melaksanakan pembinaan
terhadap anak-anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun remaja
rentan permasalahan social melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial
Pondok Bina Seni Budaya “Rumah Singgah” Kota Lubuklinggau.

6
Secara umum, LKS-PBSB “Rumah Singgah” memberikan
pelayanan kepada anak-anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun
remaja rentan permasalahan social dalam beberapa bentuk upaya
pendampingan yang di bagi kedalam beberapa unit yaitu:
1. Unit Pondok Prasuta
Unit transisi, dimana anak yang baru daaing dari jalanan berusaha
menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga besar Pondok Bina
Seni Budaya.
2. Unit Pondok Usaha
Unit pemantapan bagi anak yang sudah memilih tinggal di rumah
Pondok Bina Seni Budaya dan tidak pergi ke jalanan lagi. Bagi
yang masih mungkin bersekolah di sekolah formal didampingi
dalam mempersiapkan diri untuk masuk sekolah. Bagi yang tidak
mungkin, dilatih bermacam – macam usaha produktif dengan
orientasi untuk dijual. Disadarkan bahwa masih banyak jalan lain
untuk mencari uang selain dijalanan. Diusahakan agar mereka
dapat memperoleh ijazah persamaan SD, SMP, maupun SMU
dengan mengikuti Kelompok Belajar Paket A, B, maupun C. Sesuai
dengan bakat minatnya mereka dapat mengikuti kursus seperti
kursus montir, mengemudi, menjahit, computer, beternak, salon,
sablon dll.

3. Unit Pondok Handayani


Unit untuk mereka yang bersekolah formal. Sesudah SMP
disarankan untuk melanjutkan ke SMK ( Sekolah Menengah
Kejuruan ) dengan pertimbangan agar cepat dapat mandiri. Mereka
dilatih usaha – usaha produktif juga seperti : berkebun, memelihara
ayam, membuat snack, hasta karya, dll. Dengan orientasi dijual
juga. Bila perlu mereka diberi kesempatan mengikuti kursus agar
setamat sekolahnya mereka dapat lebih cepat memperoleh
pekerjaan.

7
4. Unit Pondok Swadaya
Unit pelayanan untuk anak yang memasuki taraf hidup swadaya
(mandiri) dilaksanakan dengan mendampingi mereka yang insentif
dalam praktek – praktek usaha seperti : pewarungan, magang kerja
dsb, dengan terus menerus menanamkan etos kerja. Semangat
kebersamaan ditanamkan agar mereka dapat saling mendukung.
Bila seorang anak sudah mulai usahanya sendiri atau mulai bekerja
terus didampingi sampai betul dapat dilepas untuk mandiri.
5. Unit Pondok Caraka
Unit pelayanan bagi anak yang telah tinggal kembali bersama
orang tua / keluarga. Disantuni biaya sekolah / kursus mereka,
didampingi agar dapat mandiri dengan proses yang sama dengan
mereka yang ditinggal di rumah Pondok Bina Seni Budaya. Bila
diperlukan, orang tua anak dibantu agar dapat meningkatkan
kehidupannya sehingga dapat mendukung hak – hak anak mereka
dan anak pun tak kejalanan lagi.
6. Pelayanan di Lapangan
Mendampingin anak yang masih berada di jalanan agar mereka
merasa masih ada yang memperhatikan dan menyayanginya
mengajak untuk hidup sehat dan tidak berbuat criminal. Mengurus
bila mereka sakit serta memberikan pelayanan advokasi.
Berbagai pembinaan yang diberikan melalui LKS-PBSB
“Rumah Singgah” kepada anak atau remaja terlantar dan rentan
permasalahan sosial tersebut bertujuan untuk memberikan manfaat
langsung dan nyata berupa peningkatan life skill berupa soft skill dan
hard skill anak asuh (penerima manfaat) sebagai bekal untuk mereka
hidup mandiri dan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik di
keluarga dan masyarakat.

8
B. Pengelolaan Budaya Kerja dan Nilai-nilai Organisasi
Setelah dilaksanakan aksi perubahan di Bidang Rehabilitasi
Sosial pada Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, ada beberapa
peningkatan kualitas dari budaya kerja yang ada yang dapat
mendukung dalam meningkatnya kinerja organisasi . Secara nyata,
budaya kerja yang membaik setelah dilakukan aksi perubahan ini
adalah:
1. Disiplin; adanya perubahan perilaku yang berupa kebiasaan untuk
berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun
di luar kantor. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja,
berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan; koordinasi yang dilaksanakan selama aksi perubahan
memberikan kesiapan bagi pegawai pada Bidang Rehabilitasi
Sosial untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan organisasi.

3. Saling menghargai; distribusi pekerjaan ketika melaksanakan aksi


perubahan membentuk adanya perilaku yang menunjukkan
penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang
lain sesama mitra kerja.

4. Kerjasama; setelah dilaksanakan aksi perubahan, kesediaan untuk


memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja
dalam mencapai sasaran dan target menjadi lebih mudah.

C. Membangun Jejaring dan Kolaborasi (Perubahan Kedudukan dan


Peran Stakeholder)
Membangun jejaring dan kolaborasi merupakan suatu yang
harus direncanakan dan dilaksankan dengan baik. Jejaring kerja yang
baik dan saling berkoordinasi akan mampu menghasilkan kinerja yang
baik untuk mewujudkan program kerja yang sudah direncanakan

9
dengan matang. Dalam aksi perubahan yang di laksanakan di Bidang
Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, jejaring kerja
dibangun dengan mengidentifikasi stakeholder/pemangku
kepentingan dan di kolaborasikan dalam bentuk jejaring sebagaimana
dapat dilihat dalam tabel dan bagan berikut:

Identifikasi Stakeholder

N
STAKE HOLDERS POTENSI DUKUNGAN
O

A INTERNAL

1. Kepala Dinas Sosial Kepala Dinas merupakan mentor dari aksi


perubahan ini, merupakan penentu kebijakan
strategis organisasi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan aksi perubahan. Potensi
dukungan terhadap aksi perubahan ini bersifat
positif.
2. Sekretaris Dinas Sosial Sekretaris Dinas Sosial merupakan pengarah
administrasi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan aksi perubahan. Potensi
dukungan terhadap aksi perubahan ini bersifat
positif.
3. Kepala Bidang Kepala Bidang di lingkungan Dinas Sosial
dilingkungan Dinas Sosial sangat menentukan keberhasilan aksi
perubahan ini. Validitas dan keakuratan data
yang menjadi fokus utama aksi perubahan ini
sangat bergantung pada dukungan para Kepala
Bidang. Potensi dukungannya bersifat positif.
4. Kepala seksi dibawah Kasi yang merupakan unit di bawah bidang

10
Bidang Rehabilitasi rehabilitasi sosial, dalam aksi perubahan ini
Sosial berperan dalam penyediaan data dasar dan
literasi

B EKTERNAL

1. Disnaker , Sat Pol-PP, Merupakan unsur pemerintahan yang berada di


Bapedalitbang dan luar entitas organisasi Dinas Sosial dalam
seluruh instansi teknis Pemerintahan Kota Lubuklinggau. Stakeholder
terkait ini merupakan mitra kerja dalam Penyusunan
pedoman dan pelaksanaan Pembinaan.
Potensi dukungannya bersifat positif karena
akan mendukung pelaksanaan tugas
stakeholder tersebut.

2. TNI,POLRI, Organisasi Merupakan unsur pemerintahan yang berada di


Sosial dan seluruh luar entitas organisasi Dinas Sosial dan Diluar
instansi terkait diluar Pemerintah Kota Lubuklinggau. Stakeholder ini
Pemkot Lubuklinggau merupakan mitra kerja dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengguna dari output yang di
hasilkan aksi perubahan ini. Potensi
dukungannya bersifat positif karena akan
mendukung pelaksanaan tugas stakeholder
tersebut.

3. Masyarakat Masyarakat akan sangat diuntungkan dengan


adanya aksi perubahan ini, Karena anak-anak
yang rentan permasalahan sosial dapat di
minimalisir dan tanggulangi dengan baik.
Potensi dukungan bersifat positif.

11
Berdasarkan pengaruh dan minatnya terhadap aksi perubahan
yang dilakukan, kedudukan Stakeholder dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:
Bagan 4.1
Identifikasi stake Holder Berdasarkan Kepentingan

INFLUENCE

LATENS PROMOTOR
1. Disnaker , 1. Kepala Dinas Sosial
2. Sat Pol-PP, 2. Sekretaris Dinas
3. Bapedalitbang 3. Kepala Bidang di
4. dan seluruh instansi Lingkungan Dinas Koperasi
teknis terkait dan Ukm
4. Kasi-Kasi yang berada di
bawah Bidang
Pemberdayaan dan
pengembangan Koperasi INTEREST
APATHETIC DEFENDER
Masyarakat 1. TNI
2. POLRI
3. Organisasi Sosial
4. seluruh instansi terkait
diluar Pemkot Lubuklinggau

Hasil analisis pengelompokkan stakeholder menunjukkan


bahwa terdapat empat kelompok stakeholders yaitu:
1. Promotors adalah stakeholder yang memiliki pengaruh dan
minat tinggi terhadap keberhasilan aksi perubahan.
Stakeholder dalam kelompok ini adalah:
a. Kepala Dinas Sosial
b. Sekretaris Dinas
c. Kepala Bidang di Lingkungan Dinas Koperasi dan Ukm
d. Kasi-Kasi yang berada di bawah Bidang Pemberdayaan
dan pengembangan Koperasi

12
2. Latens adalah stakeholder yang memiliki pengaruh besar,
tetapi memiliki minat yang rendah terhadap keberhasilan aksi
perubahan. Stakeholders dalam kelompok ini adalah:
a. Disnaker ,
b. Sat Pol-PP,
c. Bapedalitbang
d. dan seluruh instansi teknis terkait

3. Defenders adalah stakeholder yang memiliki pengaruh kecil,


tetapi memiliki minat yang tinggi terhadap keberhasilan aksi
perubahan. Stakeholder dalam kelompok ini adalah :
a. TNI
b. POLRI
c. Organisasi Sosial
d. seluruh instansi terkait diluar Pemkot Lubuklinggau

4. Apathetics adalah stakeholder yang memiliki pengaruh kecil


dan minat rendah terhadap keberhasilan aksi perubahan.
Stakeholder dalam kelompok ini adalah :
a. Masyarakat

Agar aksi perubahan dapat mencapai hasil yang maksimal,


stakeholder tersebut dikolaborasikan dalam bentuk jejaring kerja
seperti dalam bagan berikut :

13
Bagan 4.2
Peta Jaringan Stakeholder

TNI,POLRI,
Kepala ORGANIS
Dinas Sosial ASI
Sekretaris SOSIAL
DLL
Dinas

PROJECT
LEADER DISAKER,
KABID SATPOLPP,BAL
DALAM ITBAPEDALITB
LINGKUN ANG DLL
GAN
DINAS
SOSIAL

KASI-KASI DI
BIDANG
REHABILITASI Masyarakat
SOSIAL

Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi

14
BAB III
ANALISIS MASALAH KINERJA ORGANISASI

A. Capaian Kegiatan Aksi Perubahan dalam Perbaikan Kinerja


Organisasi

Untuk melaksanakan aksi perubahan yang terencana, maka perlu


di buat pentahapan pelaksanaan kegiatan aksi perubahan.
Pentahapan aksi perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Pentahapan Aksi Perubahan

No. KEGIATAN OUTPUT WAKTU Pelaksana REALISASI KET/EVIDENCE

A. JANGKA PENDEK

1. Konsultasi dengan Rencana Minggu ke ....


Mentor tentang Pelaksanaan Aksi
rencana aksi Perubahan
perubahan

Minggu ke ....
2. Pembentukan Tim SK Tim Pelaksana
Efektif Aksi
Perubahan/Kelompok
Kerja (Pokja)

Minggu ke ....
2. FGD dan sosialisasi - Undangan
rencana aksi - Absensi
perubahan - Notulen
- Dokumentasi
Minggu ke ....
3. Perancangan dan - Draft Pedoman
Penyusunan Pembinaan

Pedoman Pembinaan - Jadwal waktu dan


lokasi Pembinaan
-Surat perintah
pelaksanaan
pembinaan

15
-Surat Permintaan
Pelatih/Narasumber

4. Sosialisasi Pedoman - Absensi Minggu ke ....


Pembinaan
- Materi sosialisasi

- notulen

- Dokumentasi

Minggu ke ....
5. Evaluasi pedoman Draft final Pedoman
pembinaan pembinaan

Minggu ke ....
6. Penerapan pedoman - Absensi
pembinaan pada LKS
- Laporan Hasil
PBSB “Rumah
Pembinaan
Singgah”
- Dokumentasi

B. JANGKA MENENGAH

1. Monitoring - Laporan berkala Minggu ke ....


pelaksanaan
- Dokumentasi
pembinaan

2. Penyempurnaan Pedoman Pembinaan Minggu ke ....


Pedoman Pembinaan yang telah
disempurnakan

C. JANGKA PANJANG

Monitoring hasil - Laporan Minggu ke ....


binaan yang telah
- Dokumentasi
dikembalikan ke
masyarakat

Secara rinci pelaksanaan aksi perubahan yang telah dilaksanakan


di Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Lubuklinggau adalah
sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan Mentor tentang rencana aksi perubahan
2. Pembentukan Tim Efektif

16
3. Perancangan dan Penyusunan Pedoman Pembinaan
4. Sosialisasi Pedoman Pembinaan
5. Evaluasi pedoman pembinaan
6. Penerapan pedoman pembinaan pada LKS PBSB “Rumah
Singgah”

B. Lesson Learnt Kepemimpinan Transformasional Kinerja


Organisasi
Setelah melaksanakan aksi perubahan Optimalisasi Pembinaan
Simental (Fisik, Mental, Sosial, Dan Keterampilan ) Di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Pondok Bina Seni Budaya “Rumah Singgah”
Kota Lubuklinggau, Lesson learnt kepemimpinan transformasional
kinerja organisasi yang di peroleh oleh proyek leader adalah sebagai
berikut:
a. Relationship yang Efektif

Proyek leader mampu menjalin hubungan yang efektif dengan


berbagai kalangan, kolega dan juga bawahan melalui motivasi
serta nasihat yang diberikan secara natural dan spontan.

b. Inovatif dan Inisiatif

Proyek leader mampu menghadirkan inovasi yang bisa diterapkan


dalam pemberdayaan dan pengembangan koperasi sehingga
dapat meningkatkan kinerja organisasi maupun untuk
meningkatkan pelayanan publik.

c. Integritas Tinggi

Penerapan budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai


spiritual membuat kepemimpinan yang ada dapat mewujudkan
rasa integritas pribadi yang memancarkan energi positif bagi para
staf dibidang pemberdayaan dan pengembangan koperasi. Preyek
leader setidaknya memberikan contoh semangat dalam

17
melaksanakan tugas yang di emban di Bidang Pemberdayaan dan
Pengembangan Koperasi.

d. Strategis dan Sistematis

Penerapan teknologi informasi dalam layanan internal,


menunjukkan bahwa bidang pemberdayaan dan pengembangan
koperasi mampu mengubah paradigma lama, dan menciptakan
strategi yang “di luar kebiasaan”, mengubah pemikiran
konvensional dengan pemikiran yang lebih sistematis

BAB IV

18
TAHAPAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN ORGANISASI

A. Aksi Perubahan Kinerja Organisasi dan Pengembangan


Organisasi Digital
Dalam peningkatan kinerja organisasi dan pengembangan
organisasi digital organisasi, aksi perubahan Optimalisasi Pembinaan
Simental (Fisik, Mental, Sosial, Dan Keterampilan ) Di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Pondok Bina Seni Budaya “Rumah Singgah”
Kota Lubuklinggau sangat penting. Aksi perubahan ini berkontribusi
dalam meningkatkan kinerja Dinas Sosial Kota Lubuklinggau dalam
penyelenggaraan rehabilitasi dan pembinaan terhadap anak-
anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun remaja rentan
permasalahan social menjadi lebih terarah dan efisien sehingga tujuan
yang ingin di capai sesuai dengan yang ditetapkan dalam visi dan misi
Dinas Sosial Kota Lubuklinggau..

B. Kendala dan Manajemen Resiko Aksi Perubahan Kinerja


Organisasi

Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan aksi perubahan antara


lain:

a. Kurangnya Literasi dalam merumuskan pedoman pembinaan;

b. Perbedaan pandangan dalam penentuan program dalam pedoman


pembinaan ;

Namun kendala tersebut dapat diatasi dengan melaksanakan


dengan sungguh sungguh apa yang telah di rencanakan dalam Aksi
Perubahan, yaitu Adanya komitmen dari seluruh entitas dan tim
efektif; Adanya dukungan dari stakeholders

BAB V

19
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aksi perubahan Optimalisasi Pembinaan Simental (Fisik,


Mental, Sosial, Dan Keterampilan ) Di Lembaga Kesejahteraan Sosial
Pondok Bina Seni Budaya “Rumah Singgah” Kota Lubuklinggau
sangat penting dalam meningkatkan kinerja Dinas Sosial Kota
Lubuklinggau dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan pembinaan
terhadap anak-anak/remaja terlantar, putus sekolah maupun remaja
rentan permasalahan social menjadi lebih terarah dan efisien
sehingga tujuan yang ingin di capai sesuai dengan yang ditetapkan
dalam visi dan misi Dinas Sosial Kota Lubuklinggau.

B. Rekomendasi

Dengan adanya aksi perubahan yang telah menghasilkan


pedoman dalam Pembinaan Simental (Fisik, Mental, Sosial, Dan
Keterampilan ) Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Pondok Bina Seni
Budaya “Rumah Singgah” Kota Lubuklinggau. Maka Dinas Sosial Kota
Lubuklingga direkomendasikan untuk memberikan dukungan berupa
peningkatan sarana dan prasarana agar kualitas pembinaan dalam
rangka rehabilitasi sosial dapat mencapai hasil yang maksimal.
Dengan begitu maka tujuan yang ingin dicapai dalam visi dan misi
Dinas Sosial khususnya terkait rehabilitasi sosial akan terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

(..................................)

20
LAMPIRAN
1. Analisis Diagnostic Reading (DR)
2. Lembar Kesepakatan Area Perubahan (Membangun Komitmen
Bersama)
3. Lembar Komsultasi dan Bimbingan Membangun Komitmen Bersama
(Taking Ownership)

21

Anda mungkin juga menyukai