PENYULUHAN SOSIAL
Hasim
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
A. LATAR BELAKANG
Penyuluhan sosial sebagai gerak awal dan gerak dasar kegiatan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial terutama oleh penyuluh sosial, baik penyuluh sosial
fungsional maupun penyuluh sosial masyarakat. Penyuluhan sosial
merupakan elemen penting dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial
dilakukan agar proses penyelengaraan kesejahteraan sosial berjalan
efektif dan memiliki dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang
panjang dan berkelanjutan.
Pertimbangan teknis dan fungsional dalam rangka membangun
pra-kondisi bagi pengimplementasian kebijakan, program dan kegiatan
di lingkup kesejahteraan sosial secara berjenjang, terpadu dan konsisten
pada tataran pelaksanaan maupun pemangku kepentingan lainnya.
Penyuluhan sosial merupakan sebuah entry point atau langkah awal
dari serangkaian proses yang terintegrasi secara komprehensif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, Penyuluhan
Sosial berperan besar dalam memantik momentum bagi pencapaian
keberhasilan program-program yang diusung unit teknis sejak pada
tingkat Kementerian Sosial hingga pelaksana dan pemangku kepentingan
di tingkat Daerah.
Sejauh ini penyuluhan sosial sudah melaksanakan kegiatannya.
Namun pada kondisi tertentu kegiatan-kegiatan tersebut masih belum
optimal. Penanganan permasalahan sosial terutama yang bersifat tak
terduga belum dapat dilaksanakan secara sistematis dan komprehensif.
Namun di sisi lain, hingga saat ini belum ada pola penyuluhan sosial
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi kegiatan promosi, sosialisasi,
diseminasi maupun internalisasi yang terkait dengan program, kebijakan,
dan penyelengaraan kesejahteraan sosial secara berjenjang yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; masih
lemahnya sosialisasi informasi yang terkait program-program di lingkup
Pendahuluan 3
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penanganan
Fakir Miskin.
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (Buku I
tentang Agenda Pembangunan Nasional).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
4 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
2. Tujuan
a. Acuan umum dalam melaksanakan penyebaran informasi
terkait program-program bidang kesejahteraan sosial baik bagi
Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, dan instansi
terkait lainnya maupun masyarakat.
b. Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang
sama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
c. Meningkatkan kualitas dan komitmen penyelenggaraan
pelayanan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
d. Menyinergikan sumber daya manusia penyuluh sosial dalam
penyelenggaraan kegiatan kesejahteraan sosial.
e. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menunjang
program, kebijakan dan penyelenggaraan program kese-
jahteraan sosial yang diinisiasi oleh pemerintah maupun
stakeholders di bidang kesejahteraan sosial.
D. SASARAN
Sasaran pedoman umum penyuluhan sosial ini, adalah:
1. Sasaran Kelembagaan
a. Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Sosial;
b. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penyelenggaraan
kesejahteraan sosial Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat dan Dunia
Usaha;
d. Instansi terkait bidang penyelenggaraan kesejahteraan
sosial;
6 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
2. Sasaran Operasional
Sasaran operasional yaitu penyuluh sosial baik fungsional
maupun masyarakat.
3. Sasaran Substansial
Sasaran substansial adalah semua aspek terkait dengan
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman umum penyuluhan sosial, adalah:
1. Ruang lingkup dalam pedoman ini adalah peran koordinasi dan
manajemen penyelenggaraan penyuluhan sosial.
2. Koordinasi yang dimaksud adalah mencakup koordinasi secara
berjenjang antara tanggung jawab pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan
serta pemantauan dan evaluasi penyuluhan sosial.
3. Manajeman penyelenggaraan yang dimaksud diatas adalah:
a. Input (masukan) berupa pengkajian kebutuhan penyuluhan
sosial yang terdiri dari:
1) Pengkajian dan penilaian kebutuhan penyuluhan sosial;
2) Analisis dampak masalah kesejahteraan sosial;
3) Perkiraan kebutuhan penyuluhan sosial.
b. Proses
1) Penyusunan dan penentuan prioritas penyuluhan sosial;
2) Pengalokasian sumber daya penyuluhan sosial;
3) Pelaksanaan penyuluhan sosial;
4) Pemantauan dan evaluasi penyuluhan sosial;
5) Pelaporan penyuluhan sosial.
Pendahuluan 7
F. BATASAN OPERASIONAL
1. Pedoman umum adalah acuan dasar bagi pelaksanaan suatu
kegiatan.
2. Penyuluhan Sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku
yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi,
motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik secara lisan,
tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga
muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan
guna berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembangunan
kesejahteraan sosial.
3. Penyuluh sosial fungsional adalah jabatan yang mempunyai
ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang penyelengaraan
kesejahteraan sosial yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh
pejabat yang berwenang.
4. Penyuluh sosial masyarakat adalah tokoh masyarakat (baik
dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda)
yang diberi tugas, tanggung jawab wewenang dan hak oleh
pejabat yang berwenang di bidang kesejahteraan sosial (pusat
dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
8 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
9
10 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
A. KONSEP
Penyuluhan sosial dalam peta undang-undang Nomor 11 tahun
2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2012 merupakan
kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang meliputi: a)
Rehabilitasi Sosial; b) Jaminan Sosial; c) Pemberdayaan Sosial; dan d)
Perlindungan Sosial.
Penyuluhan sosial berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor
10 Tahun 2014 adalah proses pengubahan perilaku yang dilakukan
melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi
oleh penyuluh sosial, baik secara lisan, tulisan maupun peraga
kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang sama,
pengetahuan, dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Konsep penyuluhan sosial, adalah:
1. Penyuluhan sosial sebagai gerak awal
Kegiatan penyuluhan sosial mendahului sebelum program atau
kegiatan lain masuk ke lokasi, artinya:
a. Setiap program unit operasional (Pusat dan Daerah) di-
awali dulu dengan penyuluhan sosial.
b. Penyuluhan sosial pada hakekatnya sudah melekat pada
setiap program.
2. Penyuluhan sebagai karakter dasar
Setiap program atau kegiatan harus mempunyai pondasi
melalui penyuluhan sosial dasar, artinya:
a. Setiap program didasari penyuluhan sosial.
b. Program yang memiliki dasar/pondasi yang kuat, maka
tingkat optimalisasi keberhasilan program tersebut dapat
tercapai.
Konsep dan Prinsip Dasar 11
B. PRINSIP DASAR
Prinsip dapat dipahami sebagai ketentuan yang harus ada atau
harus dijalankan dalam penyuluhan sosial. Prinsip dasar diartikan sebagai
aturan umum yang digunakan sebagai pedoman.
Prinsip dasar penyuluhan sosial ini adalah:
12 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
1.Prinsip partisipasi
Hubungan antara penyuluh dengan khalayak sasaran perlu
dibangun berdasarkan prinsip demokratis, yaitu adanya ruang-
ruang dialog antara penyuluh dan khalayak sasaran secara
terbuka, transparan, bersahabat dan egaliter. Hal ini penting
untuk menciptakan suasana kerjasama yang konstruktif.
2. Prinsip untuk semua
Penyuluhan sosial berlaku untuk semua, sesuai dengan tujuan
dan sasaran penyuluhan sosial. Penentuan khalayak sasaran
penyuluhan benar-benar berdasarkan pada pertimbangan
kebutuhan.
3. Prinisp perbedaan individual
Bahwa setiap individu memiliki keahlian tertentu. Karena
itu, proses penyuluhan sosial perlu mempertimbangkan latar
belakang, kultur, pendidikan, profesi, kebutuhan-kebutuhannya,
masalah-masalah yang dihadapinya.
4. Prinsip pribadi seutuhnya
Penyuluhan diterapkan dengan memandang sasaran sebagai
manusia seutuhnya. Mereka adalah manusia yang memiliki harga
diri, perasaan, keinginan, emosi dan sebagainya.
5. Prinsip interdisiplin
Permasalahan yang ada pada kelompok sasaran perlu dilihat
dari berbagai perspektif. Hal-hal yang penyuluh sampaikan
tidak bersifat mutlak, tetapi perlu juga bagi penyuluh untuk
memberikan ruang bagi perspektif atau disiplin lain dalam
mendekati suatu permasalahan.
6. Prinsip berpusat pada sasaran
Ukuran keberhasilan itu bukan terpusat pada penyuluh, tetapi
pada khalayak sasaran, yaitu kepuasan sasaran.
BAB III
PENGORGANISASIAN
PENYULUHAN
SOSIAL
13
14 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
Analisis
Kebutuhan
2. Struktur Organisasi Pusat Penyuluhan Sosial
Perencanaan Umum
MITRA STRATEGIS
PUSAT KEMENTERIAN/
(SWASTA/ NGO/
PENYULUHAN LEMBAGA
LEMBAGA TK.
SOSIAL TERKAIT
NASIONAL TERKAIT)
LEMBAGA SOSIAL/
PILAR PARTISIPAN APARAT DESA
DESA/KELURAHAN
LOKAL TINGKAT
KELURAHAN/DESA
MASYARAKAT
DESA
BERKETAHANAN SOSIAL
• Tersedianya Pensosmas
MASYARAKAT yang kompeten
DESA/ PROSES • Terciptanya peningkatan
kapasitas sosial masyarakat
KELURAHAN PENYULUHAN • Terciptanya peningkatan
SOSIAL kapabilitas kelembagaan
sosial masyarakat
• Terwujudnya penguatan
partisipasi sosial masyarakat
21
22 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
A. STRATEGI
1. Strategi Internal
Penyuluhan sosial sebagai gerak dasar pembangunan/
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Strategi penyuluhan sosial
dapat dilakukan melalui tahapan konstruksi atau rekonstruksi
manajemen kinerja penyuluhan sosial, sebagai berikut:
a. Planning
Perencanaan penyuluhan sosial bertujuan untuk:
1) Membangun kesepahaman dan komitmen semua pihak
berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
penyuluhan sosial;
2) Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan penyuluhan
sosial yang disusun oleh pemerintah pusat dan pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota;
3) Penyusunan dokumen perencanaan penyuluhan sosial di
lingkup pusat maupun daerah yang meliputi Rencana Kerja
dan Rencana Aksi penyuluhan sosial untuk jangka waktu
tertentu.
b. Performing
Pelaksanaan penyuluhan sosial melalui penyebarluasan
informasi, sosialisasi dan internalisasi dari substansi penyuluhan
sosial secara bertanggungjawab dan membuka kesempatan
semua pemangku kepentingan untuk berperan secara aktif.
Penyuluhan sosial diarahkan untuk mempengaruhi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat pada tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan konatif:
1) Individu
Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku.
2) Keluarga
Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku
Strategi dan Kebijakan 23
b. Social Support
Dukungan lingkungan dalam rangka:
- Penguatan kelembagaan lokal;
- Penguatan pranata sosial;
- Penguatan sumber daya.
c. Empowerment
Pemberdayaan masyarakat ditujukan agar masyarakat dari
yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mau menjadi mau
24 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
dan yang tidak bisa menjadi bisa dan mampu yang ditunjukkan
dalam pengetahuan penyuluh sosial masyarakat, kemampuan
masyarakat sampai pada sikap kerja penyuluh sosial masyarakat.
B. KEBIJAKAN
Kebijakan penyuluhan sosial melalui penguatan partisipasi sosial
masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui:
1. Pengembangan penyuluh sosial masyarakat
a. Penyiapan penyuluh sosial masyarakat yang kompeten;
b. Penyiapan penyuluh sosial masyarakat yang tersertifikasi.
2. Peningkatan kapasitas sosial masyarakat
a. Membangkitkan prakarsa dan peran masyarakat agar mau
dan mampu berperan aktif dalam kegiatan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial;
b. Memberdayakan para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS) maupun Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PMKS) agar mau dan mampu memanfaatkan
sumber kesejahteraan sosial yang ada untuk peningkatan
kesejahteraan mereka.
3. Peningkatan kapabilitas kelembagaan sosial masyarakat
a. Membangkitkan prakarsa dan peran kelembagaan sosial
masyarakat agar mau dan mampu berperan aktif dalam
kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
b. Melibatkan kelompok-kelompok kelembagaan masyarakat
melalui jalinan kemitraan, agar peduli terhadap kondisi warga
masyarakat sekitarnya.
4. Peningkatan partisipasi sosial masyarakat
a. Perwujudan penguatan partisipasi sosial masyarakat.
BAB V
PROGRAM/
KEGIATAN
25
26 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
29
30 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
A. SOSIALISASI PROGRAM
Sosialisasi program penyuluhan sosial dengan mengundang
Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, aparat Desa/Kelurahan, calon
penyuluh sosial masyarakat dan stake holder terkait. Kegiatan sosialisasi
program penyuluhan sosial ini sekaligus rekrutmen calon penyuluh sosial
masyarakat.
B. REKRUTMEN CALON
Rekrutmen calon penyuluh sosial masyarakat dilakukan dengan
formasi satu Desa terdapat satu penyuluh sosial masyarakat, dan dengan
surat pengantar sebagai rekomendasi dari Kepala Desa dan/atau Lurah.
Persyaratan menjadi penyuluh sosial masyarakat, sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat;
b. Umur minimal 23 tahun;
c. Mampu berkomunikasi dengan baik;
d. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat,
tokoh wanita, dan stake holder lainnya yang berpengaruh
terhadap masyarakat di lingkungannya;
e. Mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dan memotivasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial;
f. Mampu melakukan koordinasi dan memiliki jaringan kerja
dengan berbagai elemen masyarakat;
g. Masyarakat non ASN (Aparatur Sipil Negara);
h. Berdomisili sesuai KTP;
Mekanisme Penyelenggaraan Penyuluhan Sosial 31
C. PENINGKATAN KAPASITAS
Peningkatan kapasitas masyarakat melalui penyuluhan sosial dan
bimbingan sosial. Penyuluhan sosial dilakukan oleh penyuluh sosial
masyarakat secara rutin dan atau berkala dengan memanfaatkan
kearifan lokal yang ada untuk mewujudkan desa berketahanan sosial,
dengan cara:
a. Penyadaran;
b. Menunjukkan adanya masalah;
c. Membantu pemecahan masalah;
d. Menunjukkan pentingnya perubahan
e. Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagian dari
implementasi perubahan terencana;
f. Memproduksi dan publikasi informasi;
g. Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas.
Bimbingan sosial dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas
kelembagaan sosial masyarakat yang dilakukan melalui pendekatan
perorangan, pemecahan masalah dengan pengembangan potensi
individu. Pendekatan kelompok, pemecahan masalah dengan
pengembangan potensi individu, dan pendekatan komunitas,
dengan melembagakan frontline Desa Berketahanan Sosial.
32 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
SOSIALISASI RECRUITMENT
PROGRAM CALON
PRAKONDISI
PENINGKATAN
MASYARAKAT
KAPASITAS
SEJAHTERA
MASYARAKAT PENGUATAN
BERKETAHANAN PARTISIPASI
SOSIAL SOSIAL
33
34 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial
A. Supervisi
Supervisi bertujuan untuk melakukan pembinaan atau memberikan
bantuan teknis dan bimbingan tentang program/kegiatan penyuluhan
sosial agar mampu meningkatkan kualitas kinerja dalam melaksanakan
tugas dan proses penyuluhan sosial.
B. Monitoring/Pemantauan
1. Pelaksanaan monitoring/pemantauan melibatkan Pusat Penyu-
luhan Sosial Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi/ Kabupaten/
Kota yang membidangi penyuluhan sosial.
2. Kepala Pusat Penyuluhan Sosial Republik Indonesia menyusun
laporan monitoring/pemantauan untuk kegiatan penyuluhan
sosial pada tingkat pusat. Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
yang melaksanakan bidang penyuluhan sosial menyusun laporan
kegiatan penyuluhan sosial yang dilaksanakan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Penyuluh sosial masyarakat yang melaksanakan kegiatan
penyuluhan sosial kepada khalayak sasaran menyusun laporan
kegiatan penyuluhan sosial yang telah dilaksanakannya.
4. Prinsip monitoring dan evaluasi mengacu pada:
a. Dokumen Rencana Aksi (RENAKSI) penyuluhan sosial yang
telah ditetapkan Pusat Penyuluhan Sosial dan Dinas Sosial
Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Ketentuan lebih lanjut dari monitoring dan evaluasi
sebagaimana ditetapkan akan diatur lebih lanjut dalam
bentuk pedoman operasional yang ditetapkan Kepala Pusat
Penyuluhan Sosial.
Pengendalian 35
C. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan
kegiatan, melalui kajian terhadap manajemen dan output kegiatan, untuk
selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan tahun
berikutnya. Hasil evaluasi juga digunakan untuk perbaikan program dan
kegiatan pelaksanaan penyuluhan sosial di tahun berikutnya.
D. Pelaporan
1. Pelaporan penyuluhan sosial adalah kegiatan pelaporan tentang
kegiatan pelaporan tentang penyuluhan sosial yang sudah
dilakukan mulai dari tahap persiapan hingga tahap evaluasi.
2. Penyuluhan sosial akan berhasil apabila dilakukan pelaporan
tentang hal-hal yang menunjukkan kekurangan, mana yang harus
diperbaiki dan mana yang sudah bagus harus dipertahankan. Hasil
penyuluhan sosial yang sudah dilakukan harus dijadikan feed back
(umpan balik).
3. Pelaporan harus dilakukan secara berjenjang.
PENUTUP
36