Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN UMUM

PENYULUHAN SOSIAL

PUSAT PENYULUHAN SOSIAL


KEMENTERIAN SOSIAL PUSAT PENYULUHAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL
Jl. Salemba Raya No.28 REPUBLIK INDONESIA
Jakarta Pusat
10430
PEDOMAN UMUM
PENYULUHAN SOSIAL

PUSAT PENYULUHAN SOSIAL


KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan rahmat


dan karunia-Nya sehingga buku Pedoman Umum Penyuluhan Sosial ini
telah tersusun. Buku Pedoman Umum Penyuluhan Sosial ini disusun
sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Dinas/Instansi Sosial Provinsi,
Dinas/Instansi Sosial Kab/Kota, Fungsional Penyuluh Sosial, Penyuluh
Sosial Masyarakat serta segenap pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penyuluhan sosial. Melalui buku ini, diharapkan dapat
menyamakan persepsi, pola pikir, pemahaman dan tindakan penyuluhan
sosial agar tercipta sinergi gerak langkah dalam penyelenggaraannya.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku pedoman ini. Disadari
bahwa buku pedoman ini masih jauh dari sempurna, baik secara konteks
maupun konten, untuk itu diharapkan kritik dan saran bagi perbaikan
dimasa mendatang.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan acuan serta dapat memotivasi, menginspirasi dan
memberikan solusi masalah penyuluhan sosial dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

Jakarta, Desember 2019


Kepala Pusat Penyuluhan Sosial

Hasim

i
DAFTAR ISI

i Kata Pengantar 25 Bab V: Progam/Kegiatan


A. Penguatan Manajemen
ii Daftar Isi Kinerja Penyuluhan Sosial
B. Optimalisasi Kegiatan
1 Bab I: Pendahuluan Penyuluhan Sosial
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum 29 Bab VI: Mekanisme
C. Maksud dan Tujuan Penyelenggaraan Penyuluhan
D. Sasaran Sosial
E. Ruang Lingkup A. Sosialisasi Program
F. Batasan operasional B. Rekrutmen Calon
C. Peningkatan Kapasitas
9 Bab II: Konsep dan Prinsip
Dasar 33 Bab VII: Pengendalian
A. Konsep Dasar A. Supervisi
B. Prinsip Dasar B. Monitoring/Pemantauan
C. Evaluasi
13 Bab III: Pengorganisasian D. Pelaporan
Penyuluhan Sosial
A. Pusat Penyuluhan Sosial 36 Penutup
B. Organisasi Pelaksanaan
Penyuluhan Sosial

21 Bab IV: Strategi dan Kebijakan


A. Strategi
B. Kebijakan

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1
2 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

A. LATAR BELAKANG
Penyuluhan sosial sebagai gerak awal dan gerak dasar kegiatan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial terutama oleh penyuluh sosial, baik penyuluh sosial
fungsional maupun penyuluh sosial masyarakat. Penyuluhan sosial
merupakan elemen penting dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial
dilakukan agar proses penyelengaraan kesejahteraan sosial berjalan
efektif dan memiliki dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang
panjang dan berkelanjutan.
Pertimbangan teknis dan fungsional dalam rangka membangun
pra-kondisi bagi pengimplementasian kebijakan, program dan kegiatan
di lingkup kesejahteraan sosial secara berjenjang, terpadu dan konsisten
pada tataran pelaksanaan maupun pemangku kepentingan lainnya.
Penyuluhan sosial merupakan sebuah entry point atau langkah awal
dari serangkaian proses yang terintegrasi secara komprehensif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, Penyuluhan
Sosial berperan besar dalam memantik momentum bagi pencapaian
keberhasilan program-program yang diusung unit teknis sejak pada
tingkat Kementerian Sosial hingga pelaksana dan pemangku kepentingan
di tingkat Daerah.
Sejauh ini penyuluhan sosial sudah melaksanakan kegiatannya.
Namun pada kondisi tertentu kegiatan-kegiatan tersebut masih belum
optimal. Penanganan permasalahan sosial terutama yang bersifat tak
terduga belum dapat dilaksanakan secara sistematis dan komprehensif.
Namun di sisi lain, hingga saat ini belum ada pola penyuluhan sosial
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi kegiatan promosi, sosialisasi,
diseminasi maupun internalisasi yang terkait dengan program, kebijakan,
dan penyelengaraan kesejahteraan sosial secara berjenjang yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; masih
lemahnya sosialisasi informasi yang terkait program-program di lingkup
Pendahuluan 3

bidang kesejahteraan di masyarakat; masih belum maksimalnya peran


mobilitas masyarakat dalam menunjang program, kebijakan dan
penyelengaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah
maupun stakeholders di bidang kesejahteraan sosial. Selain itu, masih
dijumpai permasalahan lain di lapangan, misalnya: belum tersinerginya
implementasi kebijakan dan program pemerintah pusat (Kementerian
Sosial) dengan pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan kondisi yang terjadi sebagaimana disampaikan
pada latar belakang di atas maka diperlukan adanya sebuah pedoman
umum penyuluhan sosial. Nantinya pedoman tersebut menjadi acuan
bagi kegiatan penyebarluasan informasi melalui penyuluhan sosial
dalam rangka mewujudkan pemahaman, penyadaran, kepedulian dan
kerjasama antara Kementerian Sosial/Dinas/Intansi Sosial Provinsi/
Kabupaten/Kota dengan berbagai pemangku kepentingan yang terkait
dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial.

B. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penanganan
Fakir Miskin.
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (Buku I
tentang Agenda Pembangunan Nasional).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
4 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547).
8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2014 tentang
penyuluhan sosial.
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 29 Tahun 2018 tentang
Standar Nasional Sumber Daya Kesejahteraan Sosial.
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/06/M.PAN/4/2008 tentang Jabatan Fungional Penyuluh
Sosial dan Angka Kreditnya.
12. Peraturan Bersama Menteri Sosial dan Kepala BKN Nomor 41/
HUKPPS/2008 dan Nomor 13 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial dan Angka
Kreditnya.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
a. Sebagai pedoman bagi pelaksana penyuluhan sosial di
Lingkungan Kementerian Sosial, Dinas/Instansi Sosial Provinsi/
Kabupaten/Kota dan instansi terkait lainnya.
b. Membangun sinergi implementasi kebijakan dan program
pemerintah pusat (Kementerian Sosial) dengan pemerintah
daerah (Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam
hal penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Pendahuluan 5

2. Tujuan
a. Acuan umum dalam melaksanakan penyebaran informasi
terkait program-program bidang kesejahteraan sosial baik bagi
Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, dan instansi
terkait lainnya maupun masyarakat.
b. Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang
sama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
c. Meningkatkan kualitas dan komitmen penyelenggaraan
pelayanan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
d. Menyinergikan sumber daya manusia penyuluh sosial dalam
penyelenggaraan kegiatan kesejahteraan sosial.
e. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menunjang
program, kebijakan dan penyelenggaraan program kese-
jahteraan sosial yang diinisiasi oleh pemerintah maupun
stakeholders di bidang kesejahteraan sosial.

D. SASARAN
Sasaran pedoman umum penyuluhan sosial ini, adalah:
1. Sasaran Kelembagaan
a. Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Sosial;
b. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penyelenggaraan
kesejahteraan sosial Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat dan Dunia
Usaha;
d. Instansi terkait bidang penyelenggaraan kesejahteraan
sosial;
6 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

2. Sasaran Operasional
Sasaran operasional yaitu penyuluh sosial baik fungsional
maupun masyarakat.
3. Sasaran Substansial
Sasaran substansial adalah semua aspek terkait dengan
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman umum penyuluhan sosial, adalah:
1. Ruang lingkup dalam pedoman ini adalah peran koordinasi dan
manajemen penyelenggaraan penyuluhan sosial.
2. Koordinasi yang dimaksud adalah mencakup koordinasi secara
berjenjang antara tanggung jawab pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan
serta pemantauan dan evaluasi penyuluhan sosial.
3. Manajeman penyelenggaraan yang dimaksud diatas adalah:
a. Input (masukan) berupa pengkajian kebutuhan penyuluhan
sosial yang terdiri dari:
1) Pengkajian dan penilaian kebutuhan penyuluhan sosial;
2) Analisis dampak masalah kesejahteraan sosial;
3) Perkiraan kebutuhan penyuluhan sosial.
b. Proses
1) Penyusunan dan penentuan prioritas penyuluhan sosial;
2) Pengalokasian sumber daya penyuluhan sosial;
3) Pelaksanaan penyuluhan sosial;
4) Pemantauan dan evaluasi penyuluhan sosial;
5) Pelaporan penyuluhan sosial.
Pendahuluan 7

c. Output (hasil), berupa hasil penyuluhan sosial


d. Outcome (keluaran), berupa manfaat yang didapatkan
oleh Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan
stakeholders terkait.
e. Impact (dampak) terhadap pencapaian penyuluhan sosial
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

F. BATASAN OPERASIONAL
1. Pedoman umum adalah acuan dasar bagi pelaksanaan suatu
kegiatan.
2. Penyuluhan Sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku
yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi,
motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik secara lisan,
tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga
muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan
guna berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembangunan
kesejahteraan sosial.
3. Penyuluh sosial fungsional adalah jabatan yang mempunyai
ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang penyelengaraan
kesejahteraan sosial yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh
pejabat yang berwenang.
4. Penyuluh sosial masyarakat adalah tokoh masyarakat (baik
dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda)
yang diberi tugas, tanggung jawab wewenang dan hak oleh
pejabat yang berwenang di bidang kesejahteraan sosial (pusat
dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
8 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

5. Sasaran penyuluhan sosial meliputi Pemerlu Pelayanan


Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS).
6. Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi
oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
7. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara yang meliputi Rehabilitasi Sosial, Perlindungan
dan Jaminan Sosial, Pemberdayaan Sosial dan Penanganan
Fakir Miskin.
8. Sumber daya penyelenggara kesejahteraan sosial meliputi
sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sumber
pendanaan.
BAB II
KONSEP DAN
PRINISP DASAR

9
10 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

A. KONSEP
Penyuluhan sosial dalam peta undang-undang Nomor 11 tahun
2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2012 merupakan
kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang meliputi: a)
Rehabilitasi Sosial; b) Jaminan Sosial; c) Pemberdayaan Sosial; dan d)
Perlindungan Sosial.
Penyuluhan sosial berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor
10 Tahun 2014 adalah proses pengubahan perilaku yang dilakukan
melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi
oleh penyuluh sosial, baik secara lisan, tulisan maupun peraga
kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang sama,
pengetahuan, dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Konsep penyuluhan sosial, adalah:
1. Penyuluhan sosial sebagai gerak awal
Kegiatan penyuluhan sosial mendahului sebelum program atau
kegiatan lain masuk ke lokasi, artinya:
a. Setiap program unit operasional (Pusat dan Daerah) di-
awali dulu dengan penyuluhan sosial.
b. Penyuluhan sosial pada hakekatnya sudah melekat pada
setiap program.
2. Penyuluhan sebagai karakter dasar
Setiap program atau kegiatan harus mempunyai pondasi
melalui penyuluhan sosial dasar, artinya:
a. Setiap program didasari penyuluhan sosial.
b. Program yang memiliki dasar/pondasi yang kuat, maka
tingkat optimalisasi keberhasilan program tersebut dapat
tercapai.
Konsep dan Prinsip Dasar 11

c. Tujuan akan mudah terwujud dan berkesinambungan


(tidak macet/gagal ditengah jalan) dan dapat dikelola
serta dimanfaatkan dengan baik dalam setiap program
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Kegiatan penyuluhan sosial ditujukan kepada: a) perorangan;
b) keluarga; c) kelompok; dan/atau d) Masyarakat sebagai Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) maupun Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) untuk mewujudkan masyarakat desa/
kelurahan berketahanan sosial.
Desa/Kelurahan berketahanan sosial merupakan suatu wilayah
geografis dan/atau administratif (desa/kelurahan menurut UU RI No
6 Tahun 2014 tentang Desa) yang penduduk/masyarakatnya memiliki
kesiapan sumber daya, kemampuan dan kemauan untuk mencegah serta
mengatasi masalah-masalah kesejahteraan sosial secara mandiri dan
berkelanjutan.
Desa/ Kelurahan berketahanan sosial mensyaratkan:
1. Tersedianya penyuluh sosial masyarakat yang kompeten;
2. Terciptanya peningkatan kapasitas sosial masyarakat;
3. Terciptanya peningkatan kapabilitas kelembagaan sosial ma-
syarakat;
4. Terwujudnya penguatan partisipasi sosial masyarakat.

B. PRINSIP DASAR
Prinsip dapat dipahami sebagai ketentuan yang harus ada atau
harus dijalankan dalam penyuluhan sosial. Prinsip dasar diartikan sebagai
aturan umum yang digunakan sebagai pedoman.
Prinsip dasar penyuluhan sosial ini adalah:
12 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

1.Prinsip partisipasi
Hubungan antara penyuluh dengan khalayak sasaran perlu
dibangun berdasarkan prinsip demokratis, yaitu adanya ruang-
ruang dialog antara penyuluh dan khalayak sasaran secara
terbuka, transparan, bersahabat dan egaliter. Hal ini penting
untuk menciptakan suasana kerjasama yang konstruktif.
2. Prinsip untuk semua
Penyuluhan sosial berlaku untuk semua, sesuai dengan tujuan
dan sasaran penyuluhan sosial. Penentuan khalayak sasaran
penyuluhan benar-benar berdasarkan pada pertimbangan
kebutuhan.
3. Prinisp perbedaan individual
Bahwa setiap individu memiliki keahlian tertentu. Karena
itu, proses penyuluhan sosial perlu mempertimbangkan latar
belakang, kultur, pendidikan, profesi, kebutuhan-kebutuhannya,
masalah-masalah yang dihadapinya.
4. Prinsip pribadi seutuhnya
Penyuluhan diterapkan dengan memandang sasaran sebagai
manusia seutuhnya. Mereka adalah manusia yang memiliki harga
diri, perasaan, keinginan, emosi dan sebagainya.
5. Prinsip interdisiplin
Permasalahan yang ada pada kelompok sasaran perlu dilihat
dari berbagai perspektif. Hal-hal yang penyuluh sampaikan
tidak bersifat mutlak, tetapi perlu juga bagi penyuluh untuk
memberikan ruang bagi perspektif atau disiplin lain dalam
mendekati suatu permasalahan.
6. Prinsip berpusat pada sasaran
Ukuran keberhasilan itu bukan terpusat pada penyuluh, tetapi
pada khalayak sasaran, yaitu kepuasan sasaran.
BAB III
PENGORGANISASIAN
PENYULUHAN
SOSIAL

13
14 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

A. PUSAT PENYULUHAN SOSIAL


1. Tugas dan Fungsi Pusat Penyuluhan Sosial
a. Tugas:
Melaksanakan Penyuluhan Sosial
b. Fungsi:
1) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis penyuluhan
sosial;
2) Penyiapan pelaksanaan penyuluhan sosial;
3) Penyiapan pelaksanaan perumusan kebijakan dan pro-
gram penyuluhan sosial;
4) Penyiapan pelaksanaan kebijakan dan program pe-
nyuluhan sosial;
5) Penyiapan pelaksanaan penetapan kebutuhan dan
sarana penyuluhan sosial;
6) Penyiapan pelaksanaan penyusunan norma, standar,
prosedur, kriteria dan pedoman di bidang penyuluhan
sosial;
7) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang penyuluhan sosial;
8) Pemantauan, evaluasi, dan laporan pelaksanaan ke-
bijakan di bidang penyuluhan sosial;
9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat
Penyuluhan Sosial.
Pusat
Sarana Penyuluhan Kerjasama
Sosial

Pengorganisasian Penyuluhan Sosial 15

Analisis
Kebutuhan
2. Struktur Organisasi Pusat Penyuluhan Sosial

PUSAT PENYULUHAN SOSIAL

Bagian Tata Usaha

Perencanaan Umum

Bidang Pelaksana & Bidang Analisis Kebutuhan


Kerjasama Penyuluhan Sosial & Sarana Penyuluhan Sosial

Pelaksanaan Kerja Sama Analisis Sarana


Kebutuhan

Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Penyuluhan Sosial


16 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

3. Visi, Misi dan Tujuan


a. Visi:
Mewujudkan Desa/Kelurahan Berketahanan Sosial.
b. Misi:
1) Mengembangkan (relawan) penyuluh sosial masyarakat;
2) Melaksanakan penyuluhan sosial;
3) Melaksanakan bimbingan sosial;
4) Menguatkan partisipasi sosial.
c. Tujuan:
1) Tersedia penyuluh sosial masyarakat yang kompeten;
2) Tercipta peningkatan kapasitas sosial masyarakat;
3) Tercipta peningkatan kapabilitas kelembagaan sosial
masyarakat;
4) Terwujud penguatan partisipasi sosial masyarakat.
Pengorganisasian Penyuluhan Sosial 17

B. ORGANISASI PELAKSANAAN PENYULUHAN SOSIAL


1. Struktur Organisasi Pelaksana Penyuluhan

MITRA STRATEGIS
PUSAT KEMENTERIAN/
(SWASTA/ NGO/
PENYULUHAN LEMBAGA
LEMBAGA TK.
SOSIAL TERKAIT
NASIONAL TERKAIT)

MITRA STRATEGIS DINAS SOSIAL LEMBAGA/INSTANSI


TINGKAT PROVINSI PROVINSI TERKAIT TINGKAT
PROVINSI

MITRA STRATEGIS LEMBAGA/INSTANSI


TINGKAT KABU- DINAS SOSIAL
TERKAIT TINGKAT
PATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA

LEMBAGA SOSIAL/ LEMBAGA SOSIAL/


PILAR PARTISIPAN PILAR PARTISIPAN
KECAMATAN
LOKAL TINGKAT LOKAL TINGKAT
KECAMATAN KECAMATAN

LEMBAGA SOSIAL/
PILAR PARTISIPAN APARAT DESA
DESA/KELURAHAN
LOKAL TINGKAT
KELURAHAN/DESA

MASYARAKAT

Gambar 2. Struktur Organisasi Pelaksana Penyuluhan Sosial


18 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

2. Kewajiban dan Tanggungjawab Pelaksana Penyuluhan Sosial


a. Pusat Penyuluhan Sosial
Pusat Penyuluhan Sosial dalam hal ini disebut sebagai Peme-
rintah Pusat, memiliki kewajiban dan tanggungjawab:
1) Membentuk SDM Penyuluh Sosial Masyarakat;
2) Menyediakan dan memfasilitasi kegiatan penyuluhan so-
sial melalui media-media penyuluhan sosial;
3) Menyediakan materi-materi penyuluhan sosial;
4) Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan mo-
del penyuluhan sosial;
5) Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan meto-
de penyuluhan sosial;
6) Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan sis-
tem penyuluhan sosial.
b. Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten
Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten dalam hal ini disebut sebagai
Pemerintah Daerah, memiliki kewajiban dan tanggungjawab:
1) Memberikan penguatan kapasitas Pensosmas dan ke-
lembagaan sosial masyarakat.
2) Memberikan penguatan dan mengembangkan parti-
sipasi masyarakat.
Pengorganisasian Penyuluhan Sosial 19

DESA
BERKETAHANAN SOSIAL
• Tersedianya Pensosmas
MASYARAKAT yang kompeten
DESA/ PROSES • Terciptanya peningkatan
kapasitas sosial masyarakat
KELURAHAN PENYULUHAN • Terciptanya peningkatan
SOSIAL kapabilitas kelembagaan
sosial masyarakat
• Terwujudnya penguatan
partisipasi sosial masyarakat

(PEMBINAAN) (PEMBERDAYAAN) (PENGEMBANGAN)


• Memperluas
• Penguatan
penguatan kapasi-
kapasitas
• SDM tas Pensosmas
pensosmas &
• Materi & kelembagaan
kelembagaan sosial
• Metode sosial masyarakat.
masyarakat.
• Media • Memperluas
• Penguatan
• Model penguatan
partisipasi
• Sistem partisipasi
masyarakat
masyarakat.

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kab./Kota

Gambar 3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pelaksana Penyuluhan Sosial


BAB IV
STRATEGI DAN
KEBIJAKAN

21
22 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

A. STRATEGI
1. Strategi Internal
Penyuluhan sosial sebagai gerak dasar pembangunan/
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Strategi penyuluhan sosial
dapat dilakukan melalui tahapan konstruksi atau rekonstruksi
manajemen kinerja penyuluhan sosial, sebagai berikut:
a. Planning
Perencanaan penyuluhan sosial bertujuan untuk:
1) Membangun kesepahaman dan komitmen semua pihak
berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
penyuluhan sosial;
2) Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan penyuluhan
sosial yang disusun oleh pemerintah pusat dan pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota;
3) Penyusunan dokumen perencanaan penyuluhan sosial di
lingkup pusat maupun daerah yang meliputi Rencana Kerja
dan Rencana Aksi penyuluhan sosial untuk jangka waktu
tertentu.
b. Performing
Pelaksanaan penyuluhan sosial melalui penyebarluasan
informasi, sosialisasi dan internalisasi dari substansi penyuluhan
sosial secara bertanggungjawab dan membuka kesempatan
semua pemangku kepentingan untuk berperan secara aktif.
Penyuluhan sosial diarahkan untuk mempengaruhi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat pada tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan konatif:
1) Individu
Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku.
2) Keluarga
Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku
Strategi dan Kebijakan 23

kelompok terkecil dalam masyarakat.


3) Kelompok
Meningkatkan kesadaran dan kesamaan sikap serta prakarsa
untuk bersama-sama mengambil peran.
4) Masyarakat
Muncul dan terciptanya kondisi yang kondusif bagi
usaha-usaha penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
berkesinambungan dan bertumpu pada peran serta dan
prakarsa masyarakat.
c. Reviewing
Peninjauan penyuluhan sosial untuk memberikan kemudahan
yang mengacu pada peningkatan kualitas maupun kuantitas
tenaga penyuluh sosial di lapangan dengan mempersiapkan
materi, modul, dan model penyuluhan sosial serta sarana dan
prasarana lainnya guna menunjang pelaksanaan penyuluhan
sosial.
2. Strategi Eksternal
Optimalisasi kegiatan penyuluhan melalui:
a. Advocacy
Sosialisasi dalam rangka pengambil kebijakan bagi political will
dari perorangan maupun kelompok.

b. Social Support
Dukungan lingkungan dalam rangka:
- Penguatan kelembagaan lokal;
- Penguatan pranata sosial;
- Penguatan sumber daya.
c. Empowerment
Pemberdayaan masyarakat ditujukan agar masyarakat dari
yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mau menjadi mau
24 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

dan yang tidak bisa menjadi bisa dan mampu yang ditunjukkan
dalam pengetahuan penyuluh sosial masyarakat, kemampuan
masyarakat sampai pada sikap kerja penyuluh sosial masyarakat.

B. KEBIJAKAN
Kebijakan penyuluhan sosial melalui penguatan partisipasi sosial
masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui:
1. Pengembangan penyuluh sosial masyarakat
a. Penyiapan penyuluh sosial masyarakat yang kompeten;
b. Penyiapan penyuluh sosial masyarakat yang tersertifikasi.
2. Peningkatan kapasitas sosial masyarakat
a. Membangkitkan prakarsa dan peran masyarakat agar mau
dan mampu berperan aktif dalam kegiatan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial;
b. Memberdayakan para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS) maupun Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PMKS) agar mau dan mampu memanfaatkan
sumber kesejahteraan sosial yang ada untuk peningkatan
kesejahteraan mereka.
3. Peningkatan kapabilitas kelembagaan sosial masyarakat
a. Membangkitkan prakarsa dan peran kelembagaan sosial
masyarakat agar mau dan mampu berperan aktif dalam
kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
b. Melibatkan kelompok-kelompok kelembagaan masyarakat
melalui jalinan kemitraan, agar peduli terhadap kondisi warga
masyarakat sekitarnya.
4. Peningkatan partisipasi sosial masyarakat
a. Perwujudan penguatan partisipasi sosial masyarakat.
BAB V
PROGRAM/
KEGIATAN

25
26 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

A. PENGUATAN MANAJEMEN KERJA PENYULUHAN SOSIAL

1. Reformasi Birokrasi Penyuluhan Sosial


Reformasi birokrasi penyuluhan sosial meliputi area perubahan
pada:
a. Organisasi;
b. Tata laksana;
c. Peraturan perundang-undangan;
d. SDM.
e. Pengawasan;
f. Akuntabilitas;
g. Pelayanan Publik;
h Manajemen perubahan.
2. Tertib Tata Kelola Penyuluhan Sosial
a. Operasional;
b. Keuangan;
c. Legal;
d. Market/pasar/user.
e. Human Capital (SDM);
f Good Governance.

B. OPTIMALISASI KEGIATAN PENYULUHAN SOSIAL


1. Sosialisasi Program Penyuluhan Sosial
Sosialisasi program penyuluhan sosial dalam rangka prakondisi
Kelurahan/Desa berketahanan sosial, melalui:
a. Penjelasan program/kegiatan
b. Menggalang dukungan
c. Merancang Program Aksi
d. Pembentukan Tim
Program/Kegiatan 27

2. Rekrutmen Calon Penyuluh Sosial Masyarakat


Rekrutmen calon penyuluh sosial masyarakat sesuai dengan yang
dipersyaratkan, dengan melalui proses:
a. Penerimaan pelamar;
b. Seleksi;
c. Verifikasi;
d. Penetapan.
3. Pelatihan Dasar dan Sertfikasi Bagi Calon dan/atau Penyuluh
Sosial Masyarakat
a. Pelatihan dasar dimaksudkan untuk mengembangkan
kompetensi calon (relawan) penyuluh sosial masyarakat;
b. Sertifikasi dimaksudkan untuk memastikan dan memelihara
kompetensi (relawan) penyuluh sosial masyarakat.

4. Penyuluhan Sosial Secara Rutin dan/atau Berkala


Penyuluhan sosial secara rutin dan berkala yang dilakukan kepada
sasaran perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
melalui:
a. Penyadaran;
b. Menunjukkan adanya masalah;
c. Membantu pemecahan masalah;
d. Menunjukkan pentingnya perubahan;
e. Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagian dan
implementasi perubahan terencana;
f. Memproduksi dan publikasi informasi;
g. Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas.
5. Bimbingan Sosial Secara Rutin dan/atau Berkala
Bimbingan sosial secara rutin dan berkala yang dilakukan kepada
sasaran perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
melalui:
28 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

a. Social Case Work;


b. Social Group Work;
c. Community Organization.
6. Penguatan Partisipasi Sosial
Penguatan partisipasi sosial masyarakat melalui kegiatan:
a. Motivasi;
b. Pelestarian;
c. Pengembangan.
BAB VI
MEKANISME
PENYELENGGARAAN
PENYULUHAN SOSIAL

29
30 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

Mekanisme penyelenggaraan penyuluhan sosial dilakukan dengan


proses sebagai berikut:

A. SOSIALISASI PROGRAM
Sosialisasi program penyuluhan sosial dengan mengundang
Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, aparat Desa/Kelurahan, calon
penyuluh sosial masyarakat dan stake holder terkait. Kegiatan sosialisasi
program penyuluhan sosial ini sekaligus rekrutmen calon penyuluh sosial
masyarakat.

B. REKRUTMEN CALON
Rekrutmen calon penyuluh sosial masyarakat dilakukan dengan
formasi satu Desa terdapat satu penyuluh sosial masyarakat, dan dengan
surat pengantar sebagai rekomendasi dari Kepala Desa dan/atau Lurah.
Persyaratan menjadi penyuluh sosial masyarakat, sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat;
b. Umur minimal 23 tahun;
c. Mampu berkomunikasi dengan baik;
d. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat,
tokoh wanita, dan stake holder lainnya yang berpengaruh
terhadap masyarakat di lingkungannya;
e. Mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dan memotivasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial;
f. Mampu melakukan koordinasi dan memiliki jaringan kerja
dengan berbagai elemen masyarakat;
g. Masyarakat non ASN (Aparatur Sipil Negara);
h. Berdomisili sesuai KTP;
Mekanisme Penyelenggaraan Penyuluhan Sosial 31

i. Memiliki kesiapan jiwa untuk menjadi relawan penyuluh


sosial masyarakat secara sukarela;
j. Diharapkan mampu memanfaatkan teknologi informasi;
k. Mendapatkan rekomendasi atau legalitas dari Kepala Desa
atau Lurah.

C. PENINGKATAN KAPASITAS
Peningkatan kapasitas masyarakat melalui penyuluhan sosial dan
bimbingan sosial. Penyuluhan sosial dilakukan oleh penyuluh sosial
masyarakat secara rutin dan atau berkala dengan memanfaatkan
kearifan lokal yang ada untuk mewujudkan desa berketahanan sosial,
dengan cara:
a. Penyadaran;
b. Menunjukkan adanya masalah;
c. Membantu pemecahan masalah;
d. Menunjukkan pentingnya perubahan
e. Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagian dari
implementasi perubahan terencana;
f. Memproduksi dan publikasi informasi;
g. Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas.
Bimbingan sosial dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas
kelembagaan sosial masyarakat yang dilakukan melalui pendekatan
perorangan, pemecahan masalah dengan pengembangan potensi
individu. Pendekatan kelompok, pemecahan masalah dengan
pengembangan potensi individu, dan pendekatan komunitas,
dengan melembagakan frontline Desa Berketahanan Sosial.
32 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

SOSIALISASI RECRUITMENT
PROGRAM CALON

PRAKONDISI
PENINGKATAN
MASYARAKAT
KAPASITAS
SEJAHTERA

Penyuluhan sosial Bimbingan sosial

MASYARAKAT PENGUATAN
BERKETAHANAN PARTISIPASI
SOSIAL SOSIAL

Gambar 4. Mekanisme Penyelenggaraan Penyuluhan Sosial


BAB VII
PENGENDALIAN

33
34 Pedoman Umum Penyuluhan Sosial

Pengendalian penyuluhan sosial dilakukan melalui:

A. Supervisi
Supervisi bertujuan untuk melakukan pembinaan atau memberikan
bantuan teknis dan bimbingan tentang program/kegiatan penyuluhan
sosial agar mampu meningkatkan kualitas kinerja dalam melaksanakan
tugas dan proses penyuluhan sosial.

B. Monitoring/Pemantauan
1. Pelaksanaan monitoring/pemantauan melibatkan Pusat Penyu-
luhan Sosial Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi/ Kabupaten/
Kota yang membidangi penyuluhan sosial.
2. Kepala Pusat Penyuluhan Sosial Republik Indonesia menyusun
laporan monitoring/pemantauan untuk kegiatan penyuluhan
sosial pada tingkat pusat. Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
yang melaksanakan bidang penyuluhan sosial menyusun laporan
kegiatan penyuluhan sosial yang dilaksanakan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Penyuluh sosial masyarakat yang melaksanakan kegiatan
penyuluhan sosial kepada khalayak sasaran menyusun laporan
kegiatan penyuluhan sosial yang telah dilaksanakannya.
4. Prinsip monitoring dan evaluasi mengacu pada:
a. Dokumen Rencana Aksi (RENAKSI) penyuluhan sosial yang
telah ditetapkan Pusat Penyuluhan Sosial dan Dinas Sosial
Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Ketentuan lebih lanjut dari monitoring dan evaluasi
sebagaimana ditetapkan akan diatur lebih lanjut dalam
bentuk pedoman operasional yang ditetapkan Kepala Pusat
Penyuluhan Sosial.
Pengendalian 35

C. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan
kegiatan, melalui kajian terhadap manajemen dan output kegiatan, untuk
selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan tahun
berikutnya. Hasil evaluasi juga digunakan untuk perbaikan program dan
kegiatan pelaksanaan penyuluhan sosial di tahun berikutnya.

D. Pelaporan
1. Pelaporan penyuluhan sosial adalah kegiatan pelaporan tentang
kegiatan pelaporan tentang penyuluhan sosial yang sudah
dilakukan mulai dari tahap persiapan hingga tahap evaluasi.
2. Penyuluhan sosial akan berhasil apabila dilakukan pelaporan
tentang hal-hal yang menunjukkan kekurangan, mana yang harus
diperbaiki dan mana yang sudah bagus harus dipertahankan. Hasil
penyuluhan sosial yang sudah dilakukan harus dijadikan feed back
(umpan balik).
3. Pelaporan harus dilakukan secara berjenjang.
PENUTUP

Pedoman umum ini dimaksudkan sebagai acuan dalam rangka


menyamakan persepsi dan tindakan para penyuluh sosial, Kementerian/
Lembaga terkait, Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan
stakeholders, sehingga penyuluhan sosial dapat lebih efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan penyuluhan sosial yang sudah dirumuskan.
Pedoman ini merupakan salah satu instrumen untuk mencapai
keberhasilan, namun keberhasilan penyuluhan sosial lebih ditentukan
oleh kompetensi, komitmen dan tanggungjawab yang kuat dari para
penyuluh sosial dan pemangku kepentingan.

36

Anda mungkin juga menyukai