Anda di halaman 1dari 39

PANDUAN

PENYULUHAN SOSIAL
PUSAT PENYULUHAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Salemba Raya No.28
Jakarta Pusat
10430

PUSAT PENYULUHAN SOSIAL


KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PENYULUHAN SOSIAL

PUSAT PENYULUHAN SOSIAL


KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan Buku Panduan Penyuluhan Sosial dapat
diselesaikan dengan baik. Panduan ini merupakan acuan bagi Penyuluh
Sosial terutama Penyuluh Sosial Masyarakat (Pensosmas) dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial.
Panduan ini memuat hal-hal yang sekiranya dibutuhkan oleh Penyuluh
Sosial pada saat melakukan kegiatan penyuluhan sosial. Hal-hal yang
dibahas dalam buku ini meliputi: konsep dasar penyuluhan sosial; strategi
dan kebijakan; tahapan penyuluhan sosial, mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut; pengorganisasian, terkait dengan organisasi
pelaksana, tugas dan tanggung jawabnya; mekanisme kegiatan penyuluhan
sosial, terkait dengan skema pelaksanaan kegiatan penyuluhan sosial;
dan pengendalian.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun panduan. Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi siapapun
yang akan melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial. Sekaligus dapat
memandu para Penyuluh Sosial dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan
sosial. Saran konstruktif untuk perbaikan panduan ini kedepan sangat
kami harapkan.

Jakarta, Desember 2019


Kepala Pusat Penyuluhan Sosial

Hasim
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ i


Daftar Isi ....................................................................................... ii
Daftar Tabel/Gambar...................................................................... iii

Bab I: PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Landasan Operasional...................................................................2
C. Maksud dan Tujuan.......................................................................3
D. Sasaran.........................................................................................4
E. Ruang Lingkup...............................................................................5
F. Batasan Operasional......................................................................5

Bab II: KONSEP DASAR PENYULUHAN SOSIAL..........................7


A. Konsep Penyuluhan Sosial............................................................7
B. Prinsip Penyuluhan Sosial...........................................................10

Bab III STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENYULUHAN SOSIAL.....13


A. Strategi ........................................................................................13
B. Kebijakan.....................................................................................14

Bab IV: TAHAPAN PENYULUHAN SOSIAL...................................15


A. Tahap Persiapan Penyuluhan Sosial...........................................15
B. Tahap Pelaksanaan Penyuluhan Sosial.......................................17
C. Tahap Tindak Lanjut.....................................................................17
iii

Bab V: PENGORGANISASIAN.......................................................19
A. Organisasi Pelaksana..................................................................19
B. Tugas dan Tanggung Jawab........................................................22

Bab VI: MEKANISME PENYULUHAN SOSIAL..............................25

Bab VII: PENGENDALIAN..............................................................27


A. Supervisi .....................................................................................27
B. Monitoring dan Evaluasi...............................................................27
C. Pelaporan....................................................................................28

Bab VIII PENUTUP..........................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................30

LAMPIRAN.......................................................................................31

DAFTAR TABEL/GAMBAR

Gambar 1: Prinsip Dasar Penyuluhan Sosial.................................. 10

Gambar 2. Contoh hasil pemetaan sosial....................................... 16

Gambar 3. Pengorganisasian Penyuluh Sosial............................... 23

Gambar 4. Skema Kegiatan Penyuluhan Sosial............................. 26


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak terpisah-
kan dari pembangunan nasional dilakukan dalam bentuk perlindungan
sosial, pemberdayaan sosial, dan upaya meningkatkan keberfungsian
sosial masyarakat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan
salah satu fungsi utama dari Kementerian Sosial, yang berupaya salah
satunya menangani masalah sosial yang terjadi di Indonesia.
Upaya diatas salah satunya dilakukan oleh Penyuluh Sosial, baik
Penyuluh Sosial Fungsional maupun Masyarakat. Penyuluh Sosial yang
melakukan penyuluhan sosial sebagai gerak dasar dan langkah awal
pra kondisi untuk terwujudnya masyarakat sejahtera melalui berbagai
program yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial. Selain itu, kegiatan
penyuluhan sosial juga merupakan serangkaian kegiatan berkesinam-
bungan yang melibatkan berbagai pihak terkait dan masyarakat sebagai
salah satu usaha pemberdayaan masyarakat.
Penyuluhan sosial yang diselenggarakan oleh Sumber Daya Manusia
Penyuluh Sosial dilakukan di bawah naungan Pusat Penyuluhan Sosial
(Puspensos) yang merupakan unit kerja di lingkungan Kementerian
Sosial yang memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan
sosial. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan 3 (tiga) hal, yakni:
pendahuluan, dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
2

yang ditandai dengan kemampuan masyarakat yang mampu meng-


identifikasi dan mengembangkan potensi dan sumber daya masyarakat;
membangun jejaring sosial; serta meningkatkan partisipasi sosial
masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Salah satu program yang dimiliki Puspensos adalah penyelengga-
raan penyuluhan sosial melalui dana dekonsentrasi yang di dalamnya
dilakukan upaya pembentukan Relawan Penyuluh Sosial Masyarakat
(Pensosmas). Terkait dengan upaya pembentukan Relawan Pensosmas
tersebut, diperlukan Panduan Penyuluhan Sosial yang dapat digunakan
oleh Pensosmas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di masya-
rakat. Hal tersebut menjadi salah satu dasar acuan disusunnya Panduan
Penyuluhan Sosial bagi Pensosmas ini.

B. Landasan Operasional
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia).
3. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 5121).
4. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 132/HUK/2009
tentang Rencana Strategis Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Tahun 2010-2014.
5. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 10 Tahun 2014
tentang Penyuluhan Sosial.
3

6. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor:


PER/06.M.PAN/4/ 2008 tentang Jabatan Fungsional dan Angka
Kreditnya.
7. Peraturan Bersama Menteri Sosial dan Kepala Badan Kepega-
waian Negara Nomor 41/HUK-PPS/2008 dan Nomor 13 Tahun
2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh
Sosial dan Angka Kreditnya.

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud membuat Buku Panduan Penyuluhan Sosial, antara lain:
a. Sebagai langkah awal atas upaya mempersiapkan masyarakat
melalui proses Komunikasi, Informasi, Motivasi dan Edukasi (KIME)
dalam operasionalisasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
b. Mensinergikan berbagai program yang dilakukan oleh unit-unit
operasional yang ada di lingkungan Kementerian sosial, Dinas/
Instansi Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota dan instansi terkait
lainnya.
2. Tujuan
a. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang penyelengga-
raan kesejahteraan sosial.
b. Meningkatnya kualitas dan komitmen penyelenggaraan pelaya-
nan sosial yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat.
c. Terbangunnya sinergitas penyelenggaraan penyuluhan sosial
dengan program yang ada di lingkungan Kementerian Sosial.
d. Terlaksananya proses penyuluhan sosial yang tepat sasaran dan
bermutu.
e. Terciptanya pemahaman yang sama bagi seluruh penyelengara
program kesejahteraan sosial mengenai penyuluhan sosial.
4

f. Terlaksananya proses pengubahan perilaku baik dari sisi kognitif,


afektif maupun psikomotorik melalui KIME penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

D. Sasaran
Sasaran Penyuluhan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Kelembagaan
a. Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Sosial.
b. SKPD Penyelenggara Kesejahteraan Sosial di Provinsi dan Kabu­
paten/Kota.
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat .
d. LSM, NGO dan dunia usaha.
2. Sasaran Subjek dan Objek
a. Penyuluh Sosial Fungsional.
b. Penyuluh Sosial Masyarakat.
c. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
d. Potensi Sosial Kesejahteraan Sosial (PSKS).
e. Masyarakat .
3. Sasaran Substansial
Prakondisi masyarakat dalam pembangunan sosial dan penye-
lenggaraan kesejahteraan sosial.
5

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini meliputi:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, landasan operasional,
maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan batasan operasional.
Bab II, Dasar Penyuluhan Sosial, terdiri dari: di dalamnya membahas
tentang konsep penyuluhan sosial dan prinsip dasar penyuluhan sosial.
Bab III, Strategi dan Kebijakan, terdiri dari: strategi dan kebijakan
yang digunakan dalam melakukan penyuluhan sosial.
Bab IV, Tahapan Penyuluhan Sosial, terdiri dari persiapan penyulu-
han sosial, tahap pelaksanaan penyuluhan sosial dan tahap tindak lanjut
penyuluhan sosial.
Bab V, Pengorganisasian, terdiri dari organisasi, tugas, kewajiban dan
tanggung jawabnya.
Bab VI, Mekanisme Kegiatan Penyuluhan Sosial, memuat tentang
skema pelaksanaan kegiatan penyuluhan sosial.
Bab VII, Pengendalian, membahas tentang supervisi, monitoring dan
evaluasi, dan pelaporan.
Bab VIII, Penutup.

F. Batasan Operasional
1. Penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku
yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi,
motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik secara lisan,
tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga
muncul pemahaman yang kemauan sama, pengetahuan dan
kemauan guna partisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
6

2. Penyuluhan sosial awal adalah sebagai proses penyebarluasan


informasi program kesejahteraan sosial kepada sasaran guna
menciptakan kondisi sosial yang kondusif dan memperoleh
dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
3. Penyuluh Sosial Fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang mempunyai jabatan ruang lingkup, tugas, tanggung jawab,
wewenang, untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
4. Pensosmas adalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh agama,
adat, perempuan, pemuda) yang diberi tugas, tanggung jawab
wewewang dan hak oleh pejabat yang berwenang bidang kese-
jahteraan sosial (pusat dan daerah) untuk melakukan kegiatan
penyuluhan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
7

BAB II
KONSEP DASAR
PENYULUHAN SOSIAL

A. Konsep Penyuluhan Sosial


1. Definisi Penyuluhan Sosial
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat
terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan
(Lucie, 2005). Inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdaya-
kan masyarakat (Margono, 2000). Memberdayakan berarti memberi
daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang
sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat
yang bersangkutan. Dalam konsep pemberdayaan tersebut, terkandung
pemahaman bahwa pemberdayaan diarahkan bagi terwujudnya masya-
rakat madani (yang beradab) dan mandiri dalam pengertian dapat
mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.
Penyuluhan Sosial sebagai proses penguatan kapasitas adalah upaya
yang dilakukan untuk melakukan penguatan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan
atau jejaring antar individu, kelompok organisasi sosial, serta pihak lain
di luar sistem masyarakatnya sampai di aras global. Kemampuan atau
kapasitas masyarakat, diartikan sebagai daya atau kekuatan yang dimiliki
oleh setiap individu dan masyarakat untuk memobilisasi dan meman-
faatkan sumberdaya yang dimiliki secara lebih berhasil guna (efektif)
8

dan berdaya guna (efisien) secara berkelanjutan. Dalam hubungan ini,


kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan
dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus dikembangkan
dan/atau dikuatkan untuk “memproduksi” atau menghasilkan sesuatu
yang lebih bermanfaat.
Jadi, Penyuluhan sosial adalah sebagai usaha gerak dasar dan/atau
langkah awal prakondisi masyarakat terhadap pembangunan sosial
dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan medium KIME yang
bertujuan meningkatkan kapabilitas sosial dan tanggung jawab sosial
masyarakat.

2. Fungsi Penyuluhan Sosial


a. Fungsi Preventif: penyuluhan sosial sebagai salah satu upaya
pencegahan untuk meminimalisir, bahkan mencegah timbulnya
permasalahan sosial yang baru.
b. Fungsi Rehabilitatif/Kuratif: penyuluhan sosial sebagai upaya
pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat.
c. Fungsi Pengembangan: penyuluhan sosial ditujukan sebagai
usaha pengembangan masyarakat.
d. Fungsi Penunjang (Suportif): penyuluhan sosial tidak hanya
ditujukan pada bidang kesejahteraan sosial saja tetapi juga dapat
menunjang program lain secara lintas sektor.

3. Fungsi Penyuluhan Sosial


a. Metode penyuluhan berdasarkan teknik penyampaian
1) Penyuluhan Langsung:
Penyuluhan secara langsung bertatap muka dengan sasarannya,
misalnya dengan pertemuan, demonstrasi, sarasehan, kunjungan,
dll.
9

2) Penyuluhan Tidak Langsung :


Penyuluhan tidak langsung berarti pesan yang disampaikan tidak
secara langsung dilakukan oleh Penyuluh Sosial tetapi melalui
perantara atau media. Seperti misalnya poster, spanduk, pemu-
taran film, siaran melalui radio atau televisi, dan media internet.
b. Metode penyuluhan berdasarkan sasarannya
1) Individu, Penyuluh Sosial berinteraksi langsung dengan sasaran
secara perorangan. Metode ini bisa dengan cepat memecahkan
masalah dengan bimbingan khusus dari Penyuluh Sosial. Namun
jika dilihat dari jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini
kurang begitu efisien karena terbatasnya jangkauan Penyuluh
Sosial untuk membimbing secara individu.
2) Kelompok, Penyuluh Sosial mengarahkan dan membimbing sasa-
ran secara berkelompok. Pendekatan ini akan lebih menstimulasi
sasaran agar mau bertukar pikiran, pendapat, dan berpartisipasi
secara aktif dalam penyuluhan. Metode ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kesempatan pertemuan kelompok PKK,
atau pertemuan kelompok PKH, kegiatan rapat RW, dll.
3) Massal, metode ini mampu menjangkau sasaran dalam jumlah
cukup banyak dan secara singkat. Dilihat dari sisi penyampaian
informasi, metode ini cukup baik. Namun penerimaan peserta
terhadap isi pesan yang disampaikan baru sebatas pemenuhan
semata, belum pada tahap kesadaran ingin berubah. Sehingga
dalam penyampaian informasi perlu dilakukan berulang-ulang.
c. Media Penyuluhan sosial
Akar kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara
harfiah berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Sementara
dalam bahasa Arab, media berarti “perantara” atau pengantar
pesan dari pengirim pada penerima pesan. Penyuluhan sosial yang
bisa dilakukan dengan menggunakan media antara lain:
10

1) Media cetak: contohnya buku teks, modul, pamflet, brosur, lea-


flet, spanduk, peta, dll.
2) Media elektronik: seperti radio, televisi, megatron, internet, sosial
media, dll.
3) Alat bantu/alat peraga seperti alat peraga tertentu, seni peran,
wayang, ludruk, dll.

B. Prinsip Penyuluhan Sosial


Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Penyuluh Sosial dapat ber-
pegang pada beberapa prinsip dasar seperti terihat pada Gambar 1

Gambar 1: Prinsip Dasar Penyuluhan Sosial

PRINSIP PRINSIP PRINSIP PRINSIP PRINSIP PRINSIP


PARTISIPASI UNTUK PERBEDAAN PRIBADI INTERDISIPLIN BERPUSAT
SEMUA INDIVIDUAL SEUTUHNYA PADA SASARAN
11

1. Prinsip Partisipasi
Hubungan antara Penyuluh Sosial dan khalayak perlu dibangun ber-
dasarkan prinsip partisipasi yang di dalamnya mengandung unsur
demokratis. Yaitu ruang komunikasi antara Penyuluh Sosial dan kha-
layak sasaran secara terbuka, transparan, bersahabat dan hangat
didasari oleh semangat kesetaraan. Ini penting untuk menciptakan
suasana yang obyektif, akrab, kerjasama, konstruktif dan rasa bangga
terhadap hasil dari proses yang berjalan dalam komunikasi.
2. Prinsip untuk Semua
Penyuluhan sosial berlaku untuk semua sesuai dengan tujuan dan
sasaran penyuluhan sosial dengan penentuan khalayak sasaran
berdasarkan pada pertimbangan masalah dan kebutuhan.
3. Prinsip Perbedaan Individual
Tiap individu memiliki keunikan dan kekhususan tertentu yang ber-
beda antara individu yang satu dengan lainnya. Proses penyuluhan
sosial perlu mempertimbangkan latar belakang, kultur, pendidikan,
profesi, kebutuhan dan masalahnya.
4. Prinsip Pribadi
Penyuluhan sosial diterapkan dengan memandang sasaran sebagai
pribadi seutuhnya, mereka adalah manusia yang memiliki harga diri,
perasaan, keinginan, emosi, dsb.
5. Prinsip Interdisiplin
Permasalahan yang ada pada khalayak sasaran perlu dipandang dari
berbagai sudut pandang atau interdisiplin. Bahwa apa yang diberikan
oleh Penyuluh Sosial tidak bersifat mutlak, tetapi perlu memberikan
peluang terbukanya sudut pandang lain dalam mendekati suatu
permasalahan.
6. Prinsip Berpusat pada Sasaran
Ukuran keberhasilan itu bukan terpusat pada Penyuluh Sosial, tetapi
pada khalayak sasaran yaitu kepuasan sasaran.
13

BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PENYULUHAN SOSIAL

A. Strategi
1. Peningkatan kapasitas sosial dan tanggung jawab sosial masya-
rakat, artinya penyuluhan sosial harus dirancang sebagai proses
pemberdayaan masyarakat dan proses penguatan kapasitas sosial
dan tanggung jawab sosial masyarakat.
2. Peningkatan kualitas SDM dan Lembaga Kesejahteraan Sosial, artinya
penyuluhan sosial dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dan
lembaga kesejahteraan sosial sehingga program kesejahteraan sosial
yang professional dapat terselenggara guna mendukung terwujudnya
good governance.
3. Peningkatan partisipasi masyarakat, artinya penyuluhan sosial
diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penye-
lenggaraan program Prioritas Nasional.
14

B. Kebijakan
1. Meningkatkan kemampuan keluarga miskin dan rentan dalam me-
menuhi kebutuhan dasar.
2. Meningkatkan keberfungsian sosial Penerima Pelayanan Kesejahteraan
sosial (PPKS).
3. Meningkatnya layanan sosial secara terpadu dan terintegrasi ­dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
4. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kesejahteraan Sosial.
5. Memperkuat Skema Pemuktahiran Data dan Sistem Informasi
Kesejahteraan Sosial.
6. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pihak terkait serta masya-
rakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
15

BAB IV
TAHAPAN PENYULUHAN SOSIAL

Dalam melaksanakan penyuluhan sosial, ada beberapa tahapan yang


harus dilakukan oleh seorang Penyuluh Sosial. Yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut. Adapun tahap tersebut adalah
sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan Penyuluhan Sosial


1. Melakukan prakondisi penyuluhan sosial dengan menentukan masa­
lah dan kebutuhan masyarakat serta, menentukan prioritas masalah
dan kebutuhan masyarakat. Pensosmas dapat mengawali dengan
melakukan identifikasi mandiri, pemetaan sosial, penjajakan dan
merumuskan isu serta permasalahan sosial yang terjadi di wilayah
kerja pensosmas sehingga dapat dapat ditentukan prioritas masalah
dan kebutuhannya. Pemetaan Sosial memuat wilayah Desa dengan
mencantumkan PPKS dan PSKS di Desa Tersebut. Contoh hasil
pemetaan sosial yang dapat dilakukan pensosmas terdapat pada
Gambar 2.
16

Gambar 2. Contoh hasil pemetaan sosial

2. Menyusun rencana kerja penyuluhan yang memuat pendekatan


5W+1G+2M+1L meliputi: penyuluhan apa yang direncanakan harus
jelas, mengapa penyuluhan dilakukan, apa yang menjadi tujuan dari
penyuluhan, metode apa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
penyuluhan tersebut, dimana penyuluhan tersebut dilaksanakan,
kapan penyuluhan dilaksanakan tahun, bulan, tanggal berapa,
waktunya kapan. Siapa yang terlibat, siapa disini meliputi dua hal (1)
siapa yang menjadi sasaran penyuluhan dan (2) siapa yang menjadi
pelaku penyuluhan harus jelas. Media, berkaitan dengan media yang
digunakan, apakah menggunakan alat bantu atau alat peraga seperti
film, gambar, dan bagaimana cara penggunaannya.
3. Menyusun materi penyuluhan sosial. Menyusun materi penyuluhan
sosial individu, keluarga, kelompok/organisasi atau massal, baik secara
langsung atau tidak langsung dengan alat bantu dan alat peraga.
Penyusunan materi penyuluhan juga perlu dilakukan pembahasan
dengan pihak yang berkompeten dan memiliki kapasitas terkait
dengan materi yang akan diangkat.
17

4. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Koordinasi dengan


stakeholder terkait secara berjenjang dalam rangka manajemen
persiapan pelaksanaan penyuluhan sosial seperti persuratan, per-
mintaan narasumber ahli, konsultasi materi dan lain sebagainya.

B. Tahap Pelaksanaan Penyuluhan Sosial


1. Menyiapkan media dan sarana prasarana yang diperlukan untuk
melakukan penyuluhan sosial.
2. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan sosial menggunakan metode
dan teknik yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Melaksanakan penyuluhan secara langsung atau tidak langsung
menggunakan media dan alat bantu baik bagi individu, keluarga,
kelompok dan massal.

C. Tahap Tindak Lanjut


1. Menyusun rencana tindak lanjut bersama masyarakat sasaran yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan.

2. Rencana tindak lanjut dapat berupa aksi nyata dan konkret dalam
upaya pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan.
19

BAB V
PENGORGANISASIAN

Dalam pelaksanaan penyuluhan sosial ada pihak-pihak yang terlibat,


dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini seperti
terlihat pada Gambar 3.

A. Organisasi Pelaksana
Penyuluhan sosial di masyarakat akan terlaksana secara maksimal
apabila melibatkan semua pemangku kepentingan. Pelibatan berbagai
pihak ini merupakan suatu bentuk pengorganisasian tersistem yang harus
dilakukan oleh Pensosmas. Kegiatan ini merupakan suatu upaya dalam
membangun jejaring kerja dan kerjasama antara Pensosmas dengan
berbagai pihak terkait.
1. Pusat Penyuluhan Sosial
Pusat Penyuluhan Sosial (Puspensos) dalam hal ini disebut sebagai
Pemerintah Pusat, memiliki kewajiban dan tanggung jawab:
a. Membentuk SDM Penyuluh Sosial Masyarakat;
b. Menyediakan dan memfasilitasi kegiatan penyuluhan sosial melalui
media-media penyuluhan sosial;
c. Menyediakan materi-materi penyuluhan sosial;
d. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan model
penyuluhan sosial;
e. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan metode
20

penyuluhan sosial;
f. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan sistem penyulu­
han sosial.
2. Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
Koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota
merupakan salah satu tindak lanjut dari Kegiatan Persiapan yang
dibahas pada BAB VI. Hal–hal-hal yang perlu dikoordinasikan dengan
Dinas Sosial, adalah terkait dengan hasil penyusunan rencana kerja
penyuluhan sosial pada Tahap Persiapan yang sudah dibuat oleh
Pensosmas. Koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten/Kota perlu
dilakukan karena Pensosmas berkedudukan di kelurahan dan atau
desa yang merupakan wilayah kabupaten.
3. Penyuluh Sosial Fungsional
Penyuluh Sosial Fungsional disini merupakan mitra kerja bagi
Pensosmas. Penyuluh Sosial Fungsional Dinas/Instansi Sosial Provinsi
dan/atau Dinas Sosial Kabupaten/Kota/Provinsi dalam pelaksanaannya
dapat mendukung Pensosmas pada seluruh rangkaian kegiatan
penyuluhan sosial mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
hingga tahap tindak lanjut. Penyuluh Sosial Fungsional dapat berperan
sebagai konsultan dalam pelaksanaan penyuluhan sosial yang dilakukan
oleh Pensosmas.
4. Aparat Pemerintahan Tingkat Kecamatan dan Desa
Aparat pemerintahan tingkat Kecamatan dan Desa merupakan jejaring
kerja yang memiliki pengaruh di wilayah kerja. Pensosmas sehingga
Pensosmas harus melakukan pendekatan kepada para pemangku
kebijakan di tingkat daerah. Pendekatan Pensosmas dengan aparat
pemerintahan khususnya pada tingkat desa, dilakukan antara lain
dengan:
a. Diterimanya keberadaan Pensosmas di wilayah tersebut;
b. Membangun kepercayaan dengan pihak Desa;
c. Membangun keterbukaan sehingga Pensosmas lebih mudah
21

menggali informasi di desa tersebut;


d. Pensosmas dilibatkan dalam kegiatan yang ada di desa, khususnya
dalam kegiatan yang berkaitan dengan masalah sosial.

5. Tokoh yang ada di Masyarakat


Tokoh yang dimaksud seperti tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh
pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Tokoh-tokoh tersebut
merupakan tokoh kunci (key person) di wilayah tugas Pensosmas. Tokoh
Kunci ini merupakan pihak penting untuk dilakukan engangement
oleh Pensosmas. Tokoh kunci biasanya memiliki peran penting di
masyarakat. Mereka lebih dipercaya oleh masyarakat dibandingkan
orang lain. Maka dari itu, Pensosmas perlu menjalin jejaring kerja
dengan tokoh kunci yang ada di masyarakat
6. Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS)
Beberapa TKS yang berkedudukan di wilayah Kecamatan atau Desa
antara lain Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH),
TKSK, Pendamping Sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Taruna Siaga Bencana
(Tagana), Pendamping Sosial Asistensi Lanjut Usia, Pendamping Sosial
Disabilitas, dll. Pentingnya menjalin koordinasi dengan pihak tersebut,
penting dilakukan oleh Pensosmas untuk mensinergikan program
kesejahteraan sosial yang dicanangkan oleh Kementerian Sosial.
Selain itu, Pensosmas juga dapat berkolaborasi dalam penyusunan
materi penyuluhan sosial bersama tenaga yang lain agar materi yang
disampaikan lebih komprehensif.
22

B. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Kementerian Sosial sebagai pembuat regulasi, kebijakan dan
standar pengendalian pelaksanaan penyuluhan sosial.
2. Dinas Sosial Provinsi dan, Kabupaten/Kota sebagai, Pembina
Penyuluh Sosial Fungsional tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
dan mengawasi serta, mengevaluasi kegiatan penyuluhan sosial
di wilayahnya.
3. Pemerintah Desa bermitra dalam melakukan penyuluhan sosial
terkait dengan upaya peningkatan partisipasi sosial masyarakat,
pemanfaatan kearifan lokal sesuai dengan sosial budaya desa
setempat, pemberdayaan masyarakat dan peningkatkan hubungan
dan fungsi lembaga-lembaga sosial.
4. Tokoh Masyarakat sebagai mitra kerja Pensosmas dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
5. Penyuluh Sosial Fungsional berperan sebagai coach yang
melakukan coaching atau memberikan arahan dan bimbingan
kepada Pensosmas saat melakukan penyuluhan sosial di tingkat
Desa.
23

Gambar 3. Pengorganisasian Penyuluh Sosial

MITRA STRATEGIS
PUSAT KEMENTERIAN/
(SWASTA/ NGO/
PENYULUHAN LEMBAGA
LEMBAGA TK.
SOSIAL TERKAIT
NASIONAL TERKAIT)

MITRA STRATEGIS DINAS SOSIAL LEMBAGA/INSTANSI


TINGKAT PROVINSI PROVINSI TERKAIT TINGKAT
PROVINSI

MITRA STRATEGIS LEMBAGA/INSTANSI


TINGKAT KABU- DINAS SOSIAL
TERKAIT TINGKAT
PATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA

LEMBAGA SOSIAL/ LEMBAGA SOSIAL/


PILAR PARTISIPAN PILAR PARTISIPAN
KECAMATAN
LOKAL TINGKAT LOKAL TINGKAT
KECAMATAN KECAMATAN

LEMBAGA SOSIAL/
PILAR PARTISIPAN APARAT DESA
KELURAHAN/DESA
LOKAL TINGKAT
KELURAHAN/DESA

MASYARAKAT
25

BAB VI
MEKANISME PENYULUHAN SOSIAL

Pada Gambar 4 dapat dilihat skema kegiatan penyuluhan sosial, mulai


dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga tahap tindak lanjut penyuluhan
sosial. Pada tahapan tersebut, dilaksanakan penyuluhan sosial kepada
individu, kelompok maupun massal baik secara langsung maupun tidak
langsung degan menggunakan media dan alat bantu yang menunjang
pelaksanaannya. Dari komponen kegiatan tersebut, diharap-kan dihasilkan
output dan outcome sehingga penyuluhan sosial dirasakan manfaatnya
sampai ke tingkat masyarakat paling bawah di Kabupaten/Kota, Desa
dan Kelurahan.
Persiapan
Menyusun rencana
Iden�fikasi masalah, penyuluhan Melakukan
(apa,mengapa, tujuan, Menyusun
potensi dan sumber Menentukan koordinasi dengan
dimana, kapan,sasaran
serta kebutuhan prioritas masalah penyuluhan,materi,
materi penyuluhan stakeholder
masyarakat teknik, dan media yang
digunakan)
Gambar 4. Skema Kegiatan Penyuluhan Sosial

Menyiapkan media/
sarana dan pra sarana
penyuluhan sosial

Pelaksanaan
Penyelenggaraan
kegiatan Penyuluhan
Sosial melalui metode
dan teknik dalam
penyampaiannya
Melaksanakan penyulu-
• Pelayanan Frontliner Menyusun rencana �ndak han secara langsung atau
seper� bimbingan sosial lanjut bersama masyarakat �dak langsung mengguna-
• Melestarikan hasil yang diarahkan kepada kan media dan alat bantu
• Pengembangan hasil pencapaian tujuan pada individu, kelompok,
dan massal
26
Tindak Lanjut
27

BAB VII
PENGENDALIAN

A. Supervisi
Supervisi adalah kegiatan pengawalan atau pembinaan yang
dimaksudkan untuk meluruskan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan dan menentukan
tindakan koreksi. Supervisi ini dilakukan oleh koordinator maupun
supervisor bertujuan untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
atas pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pusat Penyuluhan
Sosial membantu memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan
di lapangan oleh penyuluh sosial.

B. Monitoring dan Evaluasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Penyuluhan Sosial Pasal 20 dan Pasal 21 dinyatakan bahwa pemantauan
dan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan penyuluhan sosial dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pelaksanaan program penyuluhan sosial yang telah
ditetapkan.
2. Unit kerja yang membidangi urusan penyuluhan sosial mela-
kukan pemantauan terhadap kegiatan penyuluhan sosial yang
dilaksanakan di tingkat Pusat dan Provinsi.
28

3. Dinas Sosial Provinsi melakukan monitoring terhadap kegiatan


penyuluhan sosial yang dilaksanakan di Kabupaten/Kota.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan, keberhasilan dan mengidentifikasi masalah dalam
pelaksanaan penyuluhan sosial.
1. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi melibatkan Pusat Penyuluhan
Sosial Kementerian Sosial, Unit di SKPD Provinsi dan Kabupaten/
Kota yang membidangi penyuluhan sosial.
2. Kepala Dinas Sosial Provinsi secara berkala melakukan evaluasi
pelaksanaan penyuluhan sosial di Kabupaten/Kota untuk
disampaikan kepada Menteri cq Unit Kerja yang membidangi
penyuluhan sosial.
3. Kepala Unit Kerja yang membidangi urusan penyuluhan sosial
secara berkala melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan
penyuluhan sosial yang diselenggarakan di Provinsi untuk
disampaikan kepada Menteri Sosial.

C. Pelaporan
Pada Peraturan Menteri Sosial No. 10 Tahun 2014 tentang Penyuluhan
Sosial Pasal 22 dinyatakan bahwa Kepala Dinas Sosial Provinsi wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan penyuluhan sosial di Provinsi dan
Kabupaten/Kota kepada Menteri Sosial cq Unit Kerja yang membidangi
penyuluhan sosial dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Wali-
kota. Pelaporan dilakukan Pensosmas secara online untuk memudahkan
pensosmas dalam mengakses. E-pelaporan disampaikan oleh pensosmas
setiap bulannya. Hirarki pelaporan dimulai dari dinas Kabupaten/Kota
hingga tingkat Kementerian dapat mengakses pelaporan tersebut.
29

BAB VIII
PENUTUP

Buku Panduan Penyuluhan Sosial ini disusun sebagai acuan dalam


penyelenggaraan penyuluhan sosial yang dapat dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai pihak terkait. Diharapkan dengan adanya buku
panduan, dapat tercipta sinergitas dan sinkronisasi kebijakan program
melalui komponen kegiatan penyuluhan sosial mulai dari pusat, daerah
provinsi, Kabupaten/Kota, sampai Kelurahan dan Desa.
Demikian Buku Panduan Penyuluhan Sosial ini disusun, semoga
bermanfaat terutama bagi Penyuluh Sosial Fungsional dan Pensosmas
untuk mewujudkan Desa Berketahanan Sosial. Saran konstruktif untuk
perbaikan buku panduan ini di masa mendatang sangat kami harapkan.
30

DAFTAR PUSTAKA

Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Bogor: Ghalia Indonesia
Slamet, Margono.2000. Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor.
31

LAMPIRAN

1. Contoh Lembar Hasil Identifikasi Masalah.

LEMBAR HASIL IDENTIFIKASI MASALAH


Provinsi: AAAA
Kabupaten/Kota: BBBB
Kecamatan: CCCC
Kelurahan: DDDD
Waktu identifikasi (tgl-bln-thn): XX-YY-ZZZZ
Pihak yang dilibatkan dalam Identifikasi: Tokoh masyarakat, Desa, Karang Taruna

No. Masalah Sosial/Isu Deskripsi Kegiatan/Hasil


Masalah Sosial
1. Wilayah rawan bencana Sebagian Besar Wilayah desa (RW 1,
2, 3) terletak di jalur sesar lembang
dan pinggir jalur sungai Cikapundung.
Membuat desa rawan bencana gempa,
longsor dan banjir. Pemukiman warga
yang padat juga menjadikan desa rawan
bencana kebakaran.
2. Anak putus sekolah 19 orang tidak melanjutkan SD, 25 orang
tidak lulus SD.
3. Tawuran antar pelajar Terjadi 2 kali dalam satu bulan antara
SMP garuda dan SMP Maju Jaya.
4. Disabilitas Daksa 3 orang, Mental 2 orang, tunanetra
1 orang.

Pensosmas
32

2. Contoh Lembar Rencana Penyuluhan

LEMBAR RENCANA PENYULUHAN PENSOSMAS


Nama Pensosmas: ................................................
Desa/Kelurahan: ...................................................
Kecamatan: ...........................................................
Kabupaten/Kota: ....................................................

Hasil Nama Tujuan Metode Sasaran Waktu dan Pelaku Media


Prioritas Kegiatan Penyuluhan Penyuluhan penyuluhan Tempat yang
Masalah Penyuluhan (Langsung/ (Individu/ Penyuluhan Digunakan
(memuat Tidak kelompok/
tema Langsung massal)
kegiatan *sebutkan
dan Judul jumlahnya
Kegiatan) dan siapa
sasarannya

Anda mungkin juga menyukai