PENYULUHAN SOSIAL
PUSAT PENYULUHAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Salemba Raya No.28
Jakarta Pusat
10430
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan Buku Panduan Penyuluhan Sosial dapat
diselesaikan dengan baik. Panduan ini merupakan acuan bagi Penyuluh
Sosial terutama Penyuluh Sosial Masyarakat (Pensosmas) dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial.
Panduan ini memuat hal-hal yang sekiranya dibutuhkan oleh Penyuluh
Sosial pada saat melakukan kegiatan penyuluhan sosial. Hal-hal yang
dibahas dalam buku ini meliputi: konsep dasar penyuluhan sosial; strategi
dan kebijakan; tahapan penyuluhan sosial, mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut; pengorganisasian, terkait dengan organisasi
pelaksana, tugas dan tanggung jawabnya; mekanisme kegiatan penyuluhan
sosial, terkait dengan skema pelaksanaan kegiatan penyuluhan sosial;
dan pengendalian.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun panduan. Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi siapapun
yang akan melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial. Sekaligus dapat
memandu para Penyuluh Sosial dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan
sosial. Saran konstruktif untuk perbaikan panduan ini kedepan sangat
kami harapkan.
Hasim
ii
DAFTAR ISI
Bab I: PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Landasan Operasional...................................................................2
C. Maksud dan Tujuan.......................................................................3
D. Sasaran.........................................................................................4
E. Ruang Lingkup...............................................................................5
F. Batasan Operasional......................................................................5
Bab V: PENGORGANISASIAN.......................................................19
A. Organisasi Pelaksana..................................................................19
B. Tugas dan Tanggung Jawab........................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................30
LAMPIRAN.......................................................................................31
DAFTAR TABEL/GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak terpisah-
kan dari pembangunan nasional dilakukan dalam bentuk perlindungan
sosial, pemberdayaan sosial, dan upaya meningkatkan keberfungsian
sosial masyarakat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan
salah satu fungsi utama dari Kementerian Sosial, yang berupaya salah
satunya menangani masalah sosial yang terjadi di Indonesia.
Upaya diatas salah satunya dilakukan oleh Penyuluh Sosial, baik
Penyuluh Sosial Fungsional maupun Masyarakat. Penyuluh Sosial yang
melakukan penyuluhan sosial sebagai gerak dasar dan langkah awal
pra kondisi untuk terwujudnya masyarakat sejahtera melalui berbagai
program yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial. Selain itu, kegiatan
penyuluhan sosial juga merupakan serangkaian kegiatan berkesinam-
bungan yang melibatkan berbagai pihak terkait dan masyarakat sebagai
salah satu usaha pemberdayaan masyarakat.
Penyuluhan sosial yang diselenggarakan oleh Sumber Daya Manusia
Penyuluh Sosial dilakukan di bawah naungan Pusat Penyuluhan Sosial
(Puspensos) yang merupakan unit kerja di lingkungan Kementerian
Sosial yang memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan
sosial. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan 3 (tiga) hal, yakni:
pendahuluan, dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
2
B. Landasan Operasional
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia).
3. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 5121).
4. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 132/HUK/2009
tentang Rencana Strategis Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Tahun 2010-2014.
5. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 10 Tahun 2014
tentang Penyuluhan Sosial.
3
D. Sasaran
Sasaran Penyuluhan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Kelembagaan
a. Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Sosial.
b. SKPD Penyelenggara Kesejahteraan Sosial di Provinsi dan Kabu
paten/Kota.
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat .
d. LSM, NGO dan dunia usaha.
2. Sasaran Subjek dan Objek
a. Penyuluh Sosial Fungsional.
b. Penyuluh Sosial Masyarakat.
c. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
d. Potensi Sosial Kesejahteraan Sosial (PSKS).
e. Masyarakat .
3. Sasaran Substansial
Prakondisi masyarakat dalam pembangunan sosial dan penye-
lenggaraan kesejahteraan sosial.
5
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini meliputi:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, landasan operasional,
maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan batasan operasional.
Bab II, Dasar Penyuluhan Sosial, terdiri dari: di dalamnya membahas
tentang konsep penyuluhan sosial dan prinsip dasar penyuluhan sosial.
Bab III, Strategi dan Kebijakan, terdiri dari: strategi dan kebijakan
yang digunakan dalam melakukan penyuluhan sosial.
Bab IV, Tahapan Penyuluhan Sosial, terdiri dari persiapan penyulu-
han sosial, tahap pelaksanaan penyuluhan sosial dan tahap tindak lanjut
penyuluhan sosial.
Bab V, Pengorganisasian, terdiri dari organisasi, tugas, kewajiban dan
tanggung jawabnya.
Bab VI, Mekanisme Kegiatan Penyuluhan Sosial, memuat tentang
skema pelaksanaan kegiatan penyuluhan sosial.
Bab VII, Pengendalian, membahas tentang supervisi, monitoring dan
evaluasi, dan pelaporan.
Bab VIII, Penutup.
F. Batasan Operasional
1. Penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku
yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi,
motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik secara lisan,
tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga
muncul pemahaman yang kemauan sama, pengetahuan dan
kemauan guna partisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
6
BAB II
KONSEP DASAR
PENYULUHAN SOSIAL
1. Prinsip Partisipasi
Hubungan antara Penyuluh Sosial dan khalayak perlu dibangun ber-
dasarkan prinsip partisipasi yang di dalamnya mengandung unsur
demokratis. Yaitu ruang komunikasi antara Penyuluh Sosial dan kha-
layak sasaran secara terbuka, transparan, bersahabat dan hangat
didasari oleh semangat kesetaraan. Ini penting untuk menciptakan
suasana yang obyektif, akrab, kerjasama, konstruktif dan rasa bangga
terhadap hasil dari proses yang berjalan dalam komunikasi.
2. Prinsip untuk Semua
Penyuluhan sosial berlaku untuk semua sesuai dengan tujuan dan
sasaran penyuluhan sosial dengan penentuan khalayak sasaran
berdasarkan pada pertimbangan masalah dan kebutuhan.
3. Prinsip Perbedaan Individual
Tiap individu memiliki keunikan dan kekhususan tertentu yang ber-
beda antara individu yang satu dengan lainnya. Proses penyuluhan
sosial perlu mempertimbangkan latar belakang, kultur, pendidikan,
profesi, kebutuhan dan masalahnya.
4. Prinsip Pribadi
Penyuluhan sosial diterapkan dengan memandang sasaran sebagai
pribadi seutuhnya, mereka adalah manusia yang memiliki harga diri,
perasaan, keinginan, emosi, dsb.
5. Prinsip Interdisiplin
Permasalahan yang ada pada khalayak sasaran perlu dipandang dari
berbagai sudut pandang atau interdisiplin. Bahwa apa yang diberikan
oleh Penyuluh Sosial tidak bersifat mutlak, tetapi perlu memberikan
peluang terbukanya sudut pandang lain dalam mendekati suatu
permasalahan.
6. Prinsip Berpusat pada Sasaran
Ukuran keberhasilan itu bukan terpusat pada Penyuluh Sosial, tetapi
pada khalayak sasaran yaitu kepuasan sasaran.
13
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PENYULUHAN SOSIAL
A. Strategi
1. Peningkatan kapasitas sosial dan tanggung jawab sosial masya-
rakat, artinya penyuluhan sosial harus dirancang sebagai proses
pemberdayaan masyarakat dan proses penguatan kapasitas sosial
dan tanggung jawab sosial masyarakat.
2. Peningkatan kualitas SDM dan Lembaga Kesejahteraan Sosial, artinya
penyuluhan sosial dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dan
lembaga kesejahteraan sosial sehingga program kesejahteraan sosial
yang professional dapat terselenggara guna mendukung terwujudnya
good governance.
3. Peningkatan partisipasi masyarakat, artinya penyuluhan sosial
diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penye-
lenggaraan program Prioritas Nasional.
14
B. Kebijakan
1. Meningkatkan kemampuan keluarga miskin dan rentan dalam me-
menuhi kebutuhan dasar.
2. Meningkatkan keberfungsian sosial Penerima Pelayanan Kesejahteraan
sosial (PPKS).
3. Meningkatnya layanan sosial secara terpadu dan terintegrasi dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
4. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kesejahteraan Sosial.
5. Memperkuat Skema Pemuktahiran Data dan Sistem Informasi
Kesejahteraan Sosial.
6. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pihak terkait serta masya-
rakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
15
BAB IV
TAHAPAN PENYULUHAN SOSIAL
2. Rencana tindak lanjut dapat berupa aksi nyata dan konkret dalam
upaya pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan.
19
BAB V
PENGORGANISASIAN
A. Organisasi Pelaksana
Penyuluhan sosial di masyarakat akan terlaksana secara maksimal
apabila melibatkan semua pemangku kepentingan. Pelibatan berbagai
pihak ini merupakan suatu bentuk pengorganisasian tersistem yang harus
dilakukan oleh Pensosmas. Kegiatan ini merupakan suatu upaya dalam
membangun jejaring kerja dan kerjasama antara Pensosmas dengan
berbagai pihak terkait.
1. Pusat Penyuluhan Sosial
Pusat Penyuluhan Sosial (Puspensos) dalam hal ini disebut sebagai
Pemerintah Pusat, memiliki kewajiban dan tanggung jawab:
a. Membentuk SDM Penyuluh Sosial Masyarakat;
b. Menyediakan dan memfasilitasi kegiatan penyuluhan sosial melalui
media-media penyuluhan sosial;
c. Menyediakan materi-materi penyuluhan sosial;
d. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan model
penyuluhan sosial;
e. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan metode
20
penyuluhan sosial;
f. Menyediakan, memfasilitasi dan mengembangkan sistem penyulu
han sosial.
2. Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
Koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota
merupakan salah satu tindak lanjut dari Kegiatan Persiapan yang
dibahas pada BAB VI. Hal–hal-hal yang perlu dikoordinasikan dengan
Dinas Sosial, adalah terkait dengan hasil penyusunan rencana kerja
penyuluhan sosial pada Tahap Persiapan yang sudah dibuat oleh
Pensosmas. Koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten/Kota perlu
dilakukan karena Pensosmas berkedudukan di kelurahan dan atau
desa yang merupakan wilayah kabupaten.
3. Penyuluh Sosial Fungsional
Penyuluh Sosial Fungsional disini merupakan mitra kerja bagi
Pensosmas. Penyuluh Sosial Fungsional Dinas/Instansi Sosial Provinsi
dan/atau Dinas Sosial Kabupaten/Kota/Provinsi dalam pelaksanaannya
dapat mendukung Pensosmas pada seluruh rangkaian kegiatan
penyuluhan sosial mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
hingga tahap tindak lanjut. Penyuluh Sosial Fungsional dapat berperan
sebagai konsultan dalam pelaksanaan penyuluhan sosial yang dilakukan
oleh Pensosmas.
4. Aparat Pemerintahan Tingkat Kecamatan dan Desa
Aparat pemerintahan tingkat Kecamatan dan Desa merupakan jejaring
kerja yang memiliki pengaruh di wilayah kerja. Pensosmas sehingga
Pensosmas harus melakukan pendekatan kepada para pemangku
kebijakan di tingkat daerah. Pendekatan Pensosmas dengan aparat
pemerintahan khususnya pada tingkat desa, dilakukan antara lain
dengan:
a. Diterimanya keberadaan Pensosmas di wilayah tersebut;
b. Membangun kepercayaan dengan pihak Desa;
c. Membangun keterbukaan sehingga Pensosmas lebih mudah
21
MITRA STRATEGIS
PUSAT KEMENTERIAN/
(SWASTA/ NGO/
PENYULUHAN LEMBAGA
LEMBAGA TK.
SOSIAL TERKAIT
NASIONAL TERKAIT)
LEMBAGA SOSIAL/
PILAR PARTISIPAN APARAT DESA
KELURAHAN/DESA
LOKAL TINGKAT
KELURAHAN/DESA
MASYARAKAT
25
BAB VI
MEKANISME PENYULUHAN SOSIAL
Menyiapkan media/
sarana dan pra sarana
penyuluhan sosial
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
kegiatan Penyuluhan
Sosial melalui metode
dan teknik dalam
penyampaiannya
Melaksanakan penyulu-
• Pelayanan Frontliner Menyusun rencana �ndak han secara langsung atau
seper� bimbingan sosial lanjut bersama masyarakat �dak langsung mengguna-
• Melestarikan hasil yang diarahkan kepada kan media dan alat bantu
• Pengembangan hasil pencapaian tujuan pada individu, kelompok,
dan massal
26
Tindak Lanjut
27
BAB VII
PENGENDALIAN
A. Supervisi
Supervisi adalah kegiatan pengawalan atau pembinaan yang
dimaksudkan untuk meluruskan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan dan menentukan
tindakan koreksi. Supervisi ini dilakukan oleh koordinator maupun
supervisor bertujuan untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
atas pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pusat Penyuluhan
Sosial membantu memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan
di lapangan oleh penyuluh sosial.
C. Pelaporan
Pada Peraturan Menteri Sosial No. 10 Tahun 2014 tentang Penyuluhan
Sosial Pasal 22 dinyatakan bahwa Kepala Dinas Sosial Provinsi wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan penyuluhan sosial di Provinsi dan
Kabupaten/Kota kepada Menteri Sosial cq Unit Kerja yang membidangi
penyuluhan sosial dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Wali-
kota. Pelaporan dilakukan Pensosmas secara online untuk memudahkan
pensosmas dalam mengakses. E-pelaporan disampaikan oleh pensosmas
setiap bulannya. Hirarki pelaporan dimulai dari dinas Kabupaten/Kota
hingga tingkat Kementerian dapat mengakses pelaporan tersebut.
29
BAB VIII
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pensosmas
32