Anda di halaman 1dari 14

REALISASI HUKUM PIDANA ISLAM DI INDONESIA

Indah Pradina
1174010078
KATA PENGANTAR
Kejahatan ada di dunia bersama-sama dengan
adanya manusia. Disisi lain manusia ingin hidup secara
tenteram, tertib, damai, dan berkeadilan. Artinya, tidak
diganggu oleh perbutan jahat. Upaya-upaya manusia untuk
menyedikitkan lejahatan telah dilakukan, baik yang bersifat
preventif maupun refresif. Di dalam ajaran islam bahasan-
bahasan tentang kejahatan manusia berikut upaya preventif
an represif dijelaskan di dalam fiqh jinayah.
Sekilas pembahasan tentang fiqh jinayah (hukum
pidana islma) sering menyiratkan kesan “kejam”. Hukum
potongan tangan, rajam, qishas, dan jilid sering dijadikan
alasan di balik kesan tersebut, sekalipun dalam kenyataan,
hal itu hampir tidak pernah dilakukan dalam sejarah hukum
pidana islam, kecuali perkara yang sangat sedikit. Oleh
karena itu, kenyataan mengenai hukum pidana islam tidak
sesederhana kesan terhadapnya.
Pembahasan yang mendalam mengenai hukum
pidana islam dapat membuktikan kekeliruan kesan tersebut.
Dalam pembahasan yang mendalam itu terlihat fakta bahwa
tidak semua tindak pidana diancam dengan hudud atau
qishas, akan tetapi pada umumnya, tindak pidana diancam
dengan ta’zir, perhatian ajaran islam atas kemaslahatan
manusia begitu tampak. Oleh karena itu, dengan
pemahaman yang mendalam atas ta’zir, kesan “kejam” dari
hukum pidana islam akan dapat dikurangi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
JINAYAH
Pada dasarnya, pengertian dari istilah jinayah
mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya,
pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang.
Dikalangan fuqaha’, perkataan jinayah berarti perbuatan-
perbutan yang terlarang menurut Syara’. Meskipun
demikian, pada umumnya, fuqaha menggunakan istilah
tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam
keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan, dan
sebagainya. Selain itu, terdapat fuqaha’ yang membatasi
istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancan
dengan hukuman hudud dan qishas tidak termasuk perbutan-
perbuatan yang diancam dengan hukuman ta’zir. Istilah lain
yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu
larangan-larangan syara’ yang diancam allah dengan
hukuman had atau ta’zir.
Dalam kitab-kitab klasik, pembahasan masalah
Jinayah ini hanya dikhususkan pada perbuatan dosa yang
berkaitan dengan sasaran (objek) badan dan jiwa saja.
Adapun perbuatan dosa selain sasaran selain sasaran badan
dan jiwa, seperti kejahatan terhadap harta, agama, negara,
dan lain-lain tidak termasuk dalam Jinayat, melainkan
dibahas secara terpisah-pisah pada berbagai bab tersendiri.
Ulama ulama Muta’akhirin menghimpunnya dalam bagian
khusus yang dinamai Fiqh Jinayat., yang dikenal dengan
Hukum Pidana Islam. Di dalamnya terhimpun pembahasan
semua jenis pelanggaran atau kejahatan manusia dengan
berbagai sasaran, badan, jiwa, harta benda, kehormatan,
nama baik, negara, tatanan hidup, dan lingkungan hidup.
Pembahasan terhadap masalah yang sama dalam
ilmu hukum, dinamai Hukum Pidana yang merupakan
terjemahan dari Bahasa Belanda, strafrect. Buku atau kitab
yang memuat rincian perbuatan pelanggaran atau kejahatan
dan hukuman yang dicantumkan kepada pelaku perbuatan
atas tersebut dinamakan Kitab Undah-Undang Hukum
Pidana (KUHP) atau dalam Bahasa aslinya dikenal sebagai
Wetboek van Strafrecht.
Jinayah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau
jahat. Jinayah dalah Masdar (kata asal) dari kata kerja (fi’il
madhi) janaa yang mengandung arti suatu kerja yang
diperuntukkan bagi satuan laki-laki yang telah berbuat dosa
atau salah. Pelaku kejahatan itu sendiri disebut dengan jaani
yang merupakan bentuk singular bagi satuan laki-laki atau
bentuk mudzakkara sebagai pembuat kejahatan atau isim
fa’il . adapun sebutan pelaku kejahatan wanita adalah
jaaniah, yang artinya dia (wanita) yang telah berbuat dosa.
Orang yang menjadi sasaran atau objek perbuatan si jaani
atau si jaaniah atau mereka yang terkena dampak dari
perbuatan si pelaku dinamai mujnaa alaih atau korban.
Dr. abdul Kadir Audah dalam kitabnya At-Tasyri Al-
Jina’I al Islamy menjelaskan arti kata jinayah sebagai
berikut :
Artinya :
“ Jinayah menurut Bahasa merupakan nama bagi suatu
perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah
nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan sya’ra, baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta,benda, maupun
selain jiwa dan harta benda.”
Dari berbagai batasan mengenai istilah jinayah di
atas, maka pengertian jinayah dapat dibagi kedalam dua
jenis pengertian, yaitu: pengertian luas dan sempit.
Klasifikasi pengertian ini terlihat dari sanksi yang dapat
dikenakan terhadap jinayah.
1. Dalam pengertian luas, jinyah merupakan perbuatan-
perbutan yang dilarang oleh syara’ dan dapat
mengakibatkan hukuman had atau ta’zir.
2. Dalam pengertia sempit, jinayah merupakan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan
dapat menimbulkan hukuman had, bukan ta’zir.
BAB II
PENGKAJIAN JINAYAH
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA
ISLAM DI INDONESIA
BAB IV
JARIMAH ZINA DAN TUDUHAN ZINA
A. Jarimah Zina
Ulama malikiyah mendefinisikan zina dengan me-
wa-thi-nya seorang laki-laki mukallaf dengan faraj
wanita yang bukan miliknya dilakukan dengan sengaja.
Ulama syafi’iyah mendefinisikan bahwa zina adalah
memasukkan zakar ke dalam faraj yang haram dengan
tidak subhat dan secara naluri memuaskan hawa nafsu.
Konsep tentang tindak pidana perzinaan menurut
hukum islam jauh berbeda dengan sistem hukum Barat,
karena dalam hukum Islam, setiap hubungan seksual
yang diharamkan itulah zina, baik yang dilakukan oleh
orang yang telah berkeluarga maupun yang belum
berkeluarga asal ia tergolong orang mukallaf, meskipun
dilakukan dengan rela sama rela, jadi tetap merupakan
tindak pidan.
Konsep syariat ini adalah untuk mencegah
menyebarluaskan kecabulan dan kerusakan akhlak serta
untuk menumbuhkan pandangan bahwa perzinaan itu
tidak hanya mengorbankan kepentingan perorangan,
tetapi lebih-lebih kepentingan masyarakat.
Kerusakan moral yang melanda dunia barat menurut
para ahli justru karena diperbolehkannya perzinaan bila
dilakukan orang dewasa yang dilakukan dengan rela
sama rela , sehingga banyak laki-laki yang berpaling dari
kehidupan rumah tangga yang bahagia. Hal ini sudah
tentu membuatnya menjadi orang yang tidak bertanggung
jawab sebab kebutuhan seksualnya dapat terpenuhi
melalui hubungan seksual dengan setiap wanita yang
bukan istrinya asal rela sama rela.
Dasar keharaman zina dalam syariat islam adalah
firman Allah SWT:
BAB V
JARIMAH PENCURIAN DAN PERAMPOKAN
BAB VI
JARIMAH MINUM-MINUM KERAS
BAB VII
JARIMAH PEMBUNUHAN
BAB VIII
QISHAH

Anda mungkin juga menyukai