Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya
dengan berkat, rahmat, dan keridhoan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Proses Pertolongan Praktik Pekerjaan Sosial” Makalah
ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Metode Praktik Pekerjaan Sosial.
Penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Yuti Sri
Ismudiyati, M.Si selaku Dosen pembimbing mata kuliah Metode Praktik
Pekerjaan Sosialserta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari Makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan


kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis
sangat mengharap kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.

Akhirnya, penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi para pembaca dan khususnya bagi kami.

Bandung, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
ii
Daftar Isi.........................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................
2
BAB 2 ISI.......................................................................................................................
3
2.1 Egagement (pelamaran), Intake, dan kontrak...............................................
3
2.2 Asesmen........................................................................................................
8
2.3 Tujuan Asesmen............................................................................................
8
2.4 Prinsip Dasar Asesmen.................................................................................
10
2.5 Definisi Perencanaan.....................................................................................
10
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan.........................................
11
2.7 Intervensi.......................................................................................................
13
2.8 Evaluasi.........................................................................................................
14
2.9 Terminasi.......................................................................................................
15

iii
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
iv

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pekerjaan sosial merupakan salah satu profesi yang memberikan


pelayanan atau pertolongan pada manusia atau human helping or service
profession. Istilah menolong mengacu pada upaya memberikan bantuan kepada
klien atau masyarakat untuk menghadapi, mengatasi dan memecahkan berbagai
hal atau masalah seperti keberfungsian sosial, mewujudkan nilai dan aspirasi,
menghadapi dan mengatasi rintangan dan tantangan, dan memecahkan
permasalahan klien.
Menurut Edi Suharto, pekerjaan sosial adalah pekerjaan profesional yang
menerima pelayanan kesejahteraan sosial, sedangkan kesejahteraan sosial itu
sendiri adalah semua aktivitas intervensi sosial untuk meningkatkan
keberfungsian sosial umat manusia. Pekerjaan sosial lebih berkaitan dengan
profesi pekerjaan dan kesejahteraan sosial adalah ilmu yang membidanginya. Ini
sama halnya seperti dokter dengan ilmu kedokteran, guru dengan pendidikan,
psikolog dengan psikologi, dan seterusnya
Tahapan pertolongan adalah melakukan proses menolong atau membantu
melalui tahapantahapan. Tahapan pertolongan yang dimaksudkan di sini adalah

1
tahapan yang ada di dalam pekerjaan sosial. Menurut Max Siporin proses
pertolongan pekerjaan sosial meliputi tahapan berikut : engagement (pelamaran)
termasuk di dalamnya intake (penerimaan awal) dan contract, assessment
(pengungkapan dan pemahaman masalah), planning (perencanaan pelayanan),
intervention (penanganan kasus), evaluation, serta termination (penyelesaian
kontrak).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tahapan proses pertolongan pekerjaan sosial?
2. Apa yang dimaksud engagement, asesmen, perencanaan, intervensi,
evaluasi, dan terminasi dalam praktek pekerjaan sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan proses pertolongan pekerjaan sosial.
2. Untuk mengetahui engagement, asesmen, perencanaan, intervensi,
evaluasi, dan terminasi dalam praktek pekerjaan sosial.

2
BAB II

ISI

2.1 Egagement (pelamaran), Intake, dan kontrak

Engagement merupakan suatu periode dimana pekerja sosial mulai


berorientasi terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas pekerjaan yang
diembannya. Awal keterlibatan pekerja sosial dalam suatu situasi memiliki
tanggung jawab didalam menjalin hubungan dengan klien, dalam menjalin
hubungan ini terdapat beberapa cara :

1. Klien datang secara sukarela untuk meminta pertolongan (voluntary


application). Klien dalam hal ini mungkin telah berusaha semampunya
untuk memcoba berbagai cara memperbaiki keadaanya, akan tetapi tidak
berhasil. Klien menyadari akan kebutuhannya untuk meminta tolong
kepada pekerja sosial.
2. Klien tidak mau datang secara sukarela (in voluntary application). Situasi
kritis menyebabkan klien tidak mempunyai alternatif adalah kemiskinan
yang ekstrim, kecacatan, bencana alam, ataupun tekanan-tekanan sosial
dari individu dan situasi yang berpengaruh terhadap dirinya (isteri, suami,
orang tua, atasan, sekolah, militer, pengadilan, dan lembaga pelayanan
koreksional) yang hanya dapat dipenuhi dengan referal (rujukan). Dalam
suasana dirujuk ini klien biasanya segan untuk meminta bantuan, klien
mungkin merasa dipaksa datang kepada pekerja sosial.
3. Pekerja sosial berusaha untuk mencari klien (reaching out effect by
worker). Pekerja sosial dalam situasi ini diharapkan sering keluar untuk
melibatkan diri dengan orang yang tidak aktif dalam mencari bantuan dan
tidak direferal (dirujuk) agar dapat memperoleh bantuan. Klien mungkin
sadar akan kebutuhannya, tetapi belum atau tidak mampu
mewujudkannya, tidak mempunyai motivasi dan tidak mampu untuk
memenuhinya sendiri.

3
Dalam tahap engagement ini terjadi relasi antara klien dengan pekerja
sosial. Tugas pekerja sosial pada tahap engagement, intake, dan kontrak adalah :

1. Melibatkan diri dalam situasi tersebut


2. Menciptakan komunikasi dengan semua orang yang terlibat
3. Mulai mendefinisikan ukuran-ukuran / parameter yang berkaitan dengan
hal-hal yang akan mereka laksanakan.
4. Menciptakan atau membuat suatu struktur kerja awal / pendahuluan.

Pekerja sosial harus menciptakan iklim yang kondusif dan komunikasi


yang efektif dengan klien dalam menumbukan relasi pertolongan agar klien dapat
memecahkan masalah. Iklim kondusif serta komunikasi yang efektif akan
memungkinkan klien untuk mencurahkan perasaan dan menginformasikan
masalah yang dihadapinya. Pekerja sosial harus bisa menumbuhkan rasa percaya
terhadap klien bahwa sebagai penolong dalam hal ini pekerja sosial mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.Pada tahap awal ini, pekerja
sosial hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang klien, situasi, dan kesadaran
dirinya secara umum, pekerja sosial juga berupaya untuk memahami dan
sekaligus mengevaluasi klien. Hal yang paling penting bagi pekerja sosial adalah
objektivitas, ketebukaan pikiran, keterbukaan untuk menyadari dan mengontrol
reaksi-reaksi diri sendiri. Keahlian yang sama pentingnya adalah kemampuan
untuk menyadari keberadaanya dalam diri klien dan juga hubungannya dengan
mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerja Sosial bukan
penentu keberhasilan proses pertolongan, melainkan sebagai pemberi fasilitas
keberhasilan.
Dalam intake proses (kontrak) dilakukan upaya pencapaian kesesuaian
dalam arti antara karakteristik klien dengan persyaratan eligibilitas pelayanan
yang ada. Bila hal ini tidak dicapai, maka klien akan segera dirujuk kepada
sumber lain yang memenuhi karakteristik dan permasalahan klien. Beberapa
tujuan proses intake, pelamaran, dan kontrak adalah:

4
1. Memberikan pelayanan yang tepat kepada klien yang memerlukan
pertolongan.
2. Memahami dan mengerti serta menilai permasalahan klien (dalam hal ini
calon klien/pelamar sehingga dapat menentukan dengan tepat fokus
masalah klien).
3. Menentukan bagaimana dan dimana kebutuhan dan permasalahan tersebut
dapat dipenuhi atau dipecahkan.
4. Menentukan dan menafsirkan berbagai persyaratan dari suatu
badan/lembaga masyarakat.
5. Membuat keputusan bahwa pelamar memenuhi syarat dan berhak
memperoleh pelayanan.
6. Membina hubungan pertolongna yang baik (rapport).
7. Membicarakan dan membuat rencana pelayanan (kontrak).
8. Menjelaskan masing-masing peranan dalam proses pertolongan.
9. Memberikan apa yang dibutuhkan klien sesuai dengan situasi intake.

Engagement, intake, dan kontrak pada dasarnya merupakan studi awal


dari kedua belah pihak, baik pekerja sosial maupun calon klien. Hal-hal yang
perlu dilakukan oleh pekerja sosial selain melakukan studi awal tentang calon
klien, dia juga harus melakukan beberapa kegiatan penting lainnya.

Engagement, intake, dan kontrak ada lima tahap yaitu:


1. Penciptaan akses terhadap pelayanan sosial yang dibutuhkan dan yang
tersedia (Providing Acces)

Penciptaan akses terhadap pelayanan sosial yang dibutuhkan dan yang


tersedia yaitu memberikan informasi dan nasihat, termasuk penentuan kebutuhan,
bagaimana dipenuhi dan menafsirkan program badan/lembaga sosial yang akan
digunakan. Memberikan pelayanan bantuan hukum, pelayanan resmi dan
pelayanan kesulitan dalam industri. Hal ini penting dilakukan karena klien tidak
tahu ada pelayanan, tidak tahu bagaimana cara mendapatkan pelayanan tersebut.
Adanya sikap masa bodoh terhadap masalah yang dihadapi sehingga semangat

5
untuk mengatasi perlu ditingkatkan, tidak ingin orang lain tahu permasalahannya,
klien tinggal di daerah yang terpencil secara geografis. Adapun pemberian akses
dapat dilakukan melalui pemberian keterangan melalui media massa, melalui
tokoh masyarakat, dan langsung ada klien. Strategi utamannya adalah to increase
motivation for change sehingga dengan demikian klien menyadari bahwa
perubahan-perubahan yang bermanfaat dapat diperoleh melalui pelayanan yang
diberikan oleh pekerja sosial.

2. Meningkatkan Motivasi untuk berubah (Maximizing Motivation)

Motivasi yang dimaksud adalah penekanan pada kemauan yang disadari


sehingga timbul kemauan guna melaksanakan usaha-usaha untuk tetap hidup dan
mendapat kepercayaan, kreativitas, dan berusaha sendiri. Jadi semakin seseorang
yakin pada kemampuannya, maka tingkah laku orang tersebut akan didasari oleh
kemampuannya, bukan dikendalikan oleh kemampuan-kemampuan diluar dirinya.
Tugas pekerja sosial dalam meningkatkan motivasi :

a. Meningkatkan kepekaan terhadap masalah


b. Meningkatkan aspirasi
c. Membantu mengatasi rasa penolakan
d. Memberikan aturan-aturan alasan yang dapat diterima
e. Menghubungkan keinginan dengan tujuan
f. Mengarahkan dan memfokuskan kemauan yang disadari

3. Membangun relasi pertolongan secara profesional (Building of Helping


Relationship)

Relasi pertolongan merupakan sesuatu keadaan dan proses saling menarik,


percaya dan memberi, membentuk pola saling mengharapkan dan ketergantungan
antara penolong dan yang ditolong. Hubungan pertolongan ini tidak hanya dengan
pelamar saja, tetapi juga dengan orang-orang yang ada hubungannya dan
berpengaruh kuat terhadap klien dan permasalahannya, baik dengan lembaga
pelayanan, kelompok, keluarga atau dengan yang lainnya (significant others).

6
Tujuan membentuk relasi agar klien merasa senang, diperhatikan, dan diterima
melalui penerapan prinsip-prinsip etis pekerjaan sosial. Prosedur untuk
membangun suatu hubungan pertolongan :

a. Pekerja sosial harus dapat menggugah klien untuk dapat menemukan


kebutuhan individunya.
b. Pekerja sosial mengetahui dan memahami masa lalu klien.
c. Pekerja sosial membantu klien untuk mengekspresikan secara terbuka
perasaan-perasaannya.
d. Pekerja sosial secapat mungkin membantu klien mengatasi perasaan
malu dan bersalah.
e. Pekerja sosial membuat kegiatan yang bisa meningkatkan potensi
klien.
f. Pekerja sosial menerangkan sejelas mungkin dan tegas tentang konsep
peranan bagi dirinya sendiri dan peranan klien.
g. Klien harus berpartisipasi dalam proses pertolongan.

4. Menciptakan kesepakatan kerjasama (Establishing Contract)

Setelah intake, maka pekerja sosial harus membuat semacam perjanjian


dimana dibangun kesepakatan bersama mengenai hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Kontrak adalah suatu konsensus, persetujuan, dan kewajiban kedua belah
pihak dari tugas-tugas dan tanggungjawab serta hak, kewajiban, dan memperoleh
hak yang sesuai berdasarkan kesepakatan dalam waktu yang bersamaan. Beberapa
yang harus diperhatikan :

a. Klien butuh pertolongan yang utama.


b. Pekerja sosial bertanggungjawab untuk menentukan apa yang menjadi
kebutuhan klien.
c. Pekerja sosial harus merundingkan segala sesuatunnya dengan klien.
d. Isi perjanjian ditujukan untuk memaksimalkan partisipasi klien
e. Perjanjian harus fleksibel.

7
5. Penerapan Peranan (Role Induction)

Tujuan role induction adalah menetapkan calon klien menjadi klien,


sehingga klien mempunyai peranan-peranan baru serta identitas baru dalam sistem
intervensi pertolongan. Dalam proses ini klien harus menyetujui dan mematuhi
aturan-aturan pelaynan secara umum, disamping peraturan-peraturan khusu yang
disepakati bersama dengan pekerja sosial.

2.2 Asesmen

Asesmen merupakan salah satu tahap dalam keseluruhan proses intervens


pekerjaan sosial yang bersifat terus menerus atau berkesinambungan (on going
process). Proses ini akan selalu berlanjut sepanjang pelaksanaan pemberian
pelayanan kepada klien. Rencana intervensi diambil berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bersama antara pekerja sosial dengan klien dimana akan memerlukan
perbaikan. Rencana intervensi mungkin akan berubah, dengan adanya data baru
yang muncul, sehingga perlu diputuskan tujuan yang baru (tujuan sebelumnya
dimodifikasi). Konsep tentang asesmen dalam pekerjaan sosial merupakan upaya
untuk mendapatkan pengetahuan dan pengambilan keputusan (gaining knowledge
and making judgement), termasuk pengujian hipotesa dan fakta empins melalui
penemuan, pengalaman dan transaksi dengan klien.

2.3 Tujuan Asesmen

Tujuan asesmen adalah untuk mendapatkan dan menmahami masalah yang ada,
keinginan klien dan solusi, dan orang dalam situasi (person-in-situation schingga
pekerja sosial dan klien dapat membangun suatu rencana meringankan atau
menangani masalah. Proses asesmen merupakan suatu usaha bersama untuk:

a. Memahami sifat, ruang lingkup, dan urgensi masalah


b. Memahami makna masalah bagi klien
c. Memahami harapan yang diinginkan klien
d. Mengidentifikasi kekuatan, sumber, dan potensi dalam diri klien dan
lingkungannya.

8
e. Mengumpulkan data dan informasi yang bermakna dan harus
dipertimbangkan, termasuk pengetahuan profesional, untuk
mengklarifikasi sasaran perubahan, memilih tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek, dan mengembangkan rencana serta evaluasi
kemajuan terhadap ketecapaiannya.

Sementara Compton menycbutkan bahwa, terdapat 4 pertanyaan kunci


dalam asesmen, yaitu:

a. Data apa yang diperlukan dalam asesmen?

Maksudnya adalah aspek-aspek apa saja yang perlu digali dalam suatu
asesmen, karena permasalahan yang dihadapi seorang klien, asesme yang
dilakukan terhadapnya akan berbeda dengan klien yang lain.

b. Siapa yang memiliki data?

Data yang diperlukan tidak semata-mata diperolech dari klien saja, tetani
dapat juga dari orang lain, terutama yang berkaitan dengan orang-orane yang
berpengaruh terhadap klien atau dikenal dengan istilah significan hers. Pihak
mana saja yang kiranya memiliki data yang diperlukan dan dapat memperkuat
informasi yang dikumpulkan, perlu diketahui oleh pekerja sosial.

c. Bagaimana data akan dikumpulkan/diperoleh?

Maksudnya adalah metode apa atau cara yang digunakan dalam


mengumpulkan datanya. Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh dalam
proses mengumpulkan data, misalnya: studi dokumentasi (mempelajari file-file),
wawancara, pengamatan atau observasi, dan menggunakan instrumen tertentu.

d. Siapa yang akan memproses data dan mengembangkan rencana


pelayanan?

Apakah data yang telah dikumpulkan akan diolah dan penanganan


selanjutnya dilakukan oleh pekerja sosial yang bersangkutan atau dilakukan oleh
orang lain.

9
2.4 Prinsip Dasar Asesmen

Asesmen memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu:

1. Pekerja sosial dalam melakukan asesmen harus mampu membedakan.


mengindividualisasi, mengidentifikasi secara akurat, dan mengevaluas
masalah orang dan situasinya dalam intervensi pertolongan.
2. Dalam mengembangkan studi sosial terhadap klien, pemahaman mas alu
selalu berkaitan dengan pemahaman masalah yang dialami klien saat ini
Asesmen memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu:
3. Pekerja sosial dalam melakukan asesmen dan menganalisis terhadap dat
yang diperoleh harus mempertimbangkan juga masa lalu klien. mungkin
memberikan pengaruh yang kuat terhadap masalah yang terjad saat kini.
4. Asesmen dan rekomendasi dilakukan secara sistematis dan secara
Jangsung pada intervensi yang telah direncanakan.
5. Asesmen harus memberikan penilaian dan rekomendasi untuk tindakan
pertolongan. Data yang diperolch kemudian dianalisis, yang merupakan
suatu penilaian terhadap data yang ada, selhingga dapat menghasilakan
suatu alternatif rencana tindakan pertolongan yang tepat.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, terdapat empat tugas pekerja sosial dan
tipe analisis dalam asesmen, yaitu:

1. Suatu pernyataan tentang masalah (statement of the problem)


2. Asesmen kepribadian (an assessment of the personality)
3. Suatu analisa situasional (a situational analysis)
4. Suatu evaluasi integratif tentang masalah lingkungan klien atau program
yang berkaitan dengan faktor dan interelasi klien.

2.5 Definisi perencanaan

Menurut Robert Perlman dan Arnorld Gurin (1971): perencanaan adalah


sebuah proses yang dilakukan dengan cermat dan rasional yang meliputi pilihan

10
tindakan-tindakan yang diperkirakan dapat mencapai tujuan-tujuan yang sudah
dirinci untuk waktu yang akan datang.

Suatu rencana biasanya memiliki sekurang-kurangnya 8 unsur (Siporin : 1975)

1. Tujuan yang akan dicapai dari suatu perubahan


2. Sumber daya yang ada
3. Sasaran yang akan diubah atau yang akan diberi pengaruh
4. Metode, taktik, tugas, maupun prosedur yang harus di selesaikan atau
bagaimana tahap kegiatannya
5. Pokok-pokok program kegiatan yang akan dilakukan
6. Pembagian tugas antara klien, pekerja sosial, maupun sistem-sistem
lain yang terlibat dalam intervensi
7. Bagaimana cara melakukan monitoring maupun evaluasi atas program
kegiatan yang telah dilakukan
8. Bagaimana cara pengakhiran dari program kegiatan yang telah
dilakukan

Dalam proses perencanaan terdapat hal yang penting yaitu Perumusan Tujuan:

1. Tujuan dasar proses pertolongan pekerjaan sosial: menolong klien


memperbaiki atau meningkatkan keberfungsian sosial
2. Tujuan khusus pertolongan : memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
peranan sosialnya

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan

Lima faktor yang dapat dipertimbangkan untuk mempengaruhi suatu


perencanaan.

1. Masyarakat

Masyarakat sebagai suatu sistem merupakan pengaruh penting dalam suatu


perencanaan suatu tindakan. Klien merupakan bagian dari masyarakta, seperti
klien mencerminkan karakteristik. Beberapa perencanaan tindakan membutuhkan
pertimbangan dari lingkungan dimana rencana di buat.

11
2. Agen

Agen merupakan bagian komponen dari suatu masyarakat dan sebagai sub
unit yang integral dari sistem masyarakat. Sanksi diberikan oleh masyrakat dan
sedikitnya harus dilakukan secepatnya. Agen tergantung pada masyarakat untuk
sumber-sumber. Perencanaan harus di ambil dengan mempertimbangkan
pengaruh pada kebutuhan masyarakat, nilai-nilai dan maksud untuk pelayanan
yang di berikan melalui agen.

3. Masalah sosial

Sikap dan harapan masyarakat tentang masalah-masalah sosial bervariasi.


Beberapa masalah dilihat sebagai suatu penyakit. Elliot Sttudy mengekspresikan
ide-idenya dalam konsepnya tentang bidang praktik. Tiga dimensi organisasi
untuk menggambarkan bidang praktik yaitu: masalah sosial, tugas sosial, dan
sistem pelayanan sosial.

4. Pekerja sosial

Karena pekerja sosial sebagai individu dan karena tidak ada suatu teori
tentang situasi manusia dan juga tidak ada satu cara untuk mencapai tujuan-tujuan
pekerjaan sosial, maka pekerja sosial memiliki kesulitan dalam menjelaskan
situasi manusia dan bagaimana mereka mempraktikkan pekerjaan sosial. Seorang
pekerja sosial mungkin saja menggunakan psikologi ego sebagai teori yang
membantu dalam menggunakan psikososial casework, pekerja sosial lainnya
mungkin saja menggunakan dasar teori yang lebih efektif dalam memecahkan
masalah dengan menggunakan grup work.

5. Klien

Klien datang dari masyarakat, tetangga, kelompok yang terpecah dan


keluarga. Klien membawa sifat-sifat biologis, psikososial dan spiritual. Klien
memiliki hak untuk di layani, hak untuk mendapatkan kegagalan. Klien memiliki
kekuatan, cara-cara untuk beradaptasi dan cara-cara mengatasi masalah.

12
2.7 Intervensi

Intervensi merupakan tahap selanjutnya dala proses pertolongan kepada


klien. Intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah yang layak
dipergunakan untuk merencanakan perubahan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Pada tahap ini, rencana yang telah disusun mulai diimplementasikan
menjadi suatu bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan perubahan atau tujuan
pelayanan. Dengan demikian, intervensi selalu berorientasi pada kegiatan dan
perubahan. Intervensi berusaha meningkatkan kepercayaan diri klien dengan
membantu menampilkan perilaku tertentu, menumbuhkan kesadaran dan
memanfaatkan pihak-pihak yang terkait (significant others). Keberhasilan
intervensi dipengaruhi oleh akurasi, kelengkapan, dan validitas dari kesimpulan
yang diperoleh dan keputusan yang dibuat pada tahap sebelumnnya, seperti :
pendefinisian masalah, pengumpulan data, asesmen, dan perencanaan (Siporin,
1975)
Intervensi sebagai tahap yang paling terlihat dalam proses perubahan
merupakan aktivitas spesifik yang berkaitan dengan sistem kehidupan manusia
atau proses-proses yang bertujuan untuk melaksanakan perubahan. Pelaksanaan
intervensi harus dipandu dengan pengetahuan utama yang mendasari praktik,
nilai, prinsip, serta keterampilan profesional. Pada tahap ini semua rencana yang
dirumuskan olhe klien, pekerja sosial dan pihak-pihak lainnya diimplementasikan
guna mencapai tujuan yang ingin dicapai, sehingga tahap intervensi disebut juga
sebagai tahap tindakan (action phase).
Intervensi dalam pekerjaan sosial diklasifikasikan kedalam dua macam
intervensi. Pertama, intervensi bersama klien secara langsung (direct practice),
yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok, maupun mansyarakat. Kedua,
intervensi bersama sistem lain selain klien (indirect practice), yang juga dapat
berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, maupun masyarakat yang
berkaitan erat dengan klien.

13
2.8 Evaluasi

Dengan melakukan proses evaluasi, pekerja sosial diharapkan mampu


menentukan strategi intervensi yang efektif di kemudian hari. Evaluasi dalam
pertolongan hampir serupa dengan pendekatan pekerjaan sosial itu sendiri
(Duehn, 1985).Ada beberapa konnsep yang penting untuk diketahui sebelum
melakukan evaluasi,

1. Evaluasi Formatif dilakukan saat intervensi masih berlangsung. Evaluasi


ini berfokus pada proses, bukan hasil akhir dari suatu pertolongan.
Pekerja sosial harus memahami masalah klien yang aktual dan kini
(actual and presenting problemss). Pekeja sosial harus melihat masalah-
masalah yang faktual dan terukur agar solusi yang ditawarkan oleh
pekerja sosial lebih nyata. Sedangkan masalah-masalah yang dialami
klien (presenting problems) bisa muncul secara tiba-tiba. Pekerja sosial
harus memahami masalah ini harus segera diatasi karena bisa
mempengaruhi masalah yang aktual.
2. Evaluasi sumatif dilakukan setelah intervensi selesai dilakukan. Evaluasi
ini melihat tingkat keberhasilan pemecahan masalah yang dilakukan
antara pekerja sosial dan klien secara bersama-sama.
3. Evaluasi dasar (baseline) merujuk pada pola perilaku yang timbul selama
tahap pertolongan. Evaluasi ini terfokus pada upaya-upaya pengubahan
perilaku dari negatif ke positif, buruk ke baik, lemah ke kuat melalui
teknik penguatan reinforcement.
4. Evaluasi yang berdasarkan pada langkah/ ukuran/ hukum tertentu
(Validasi). Konsep evaluasi ini mengacu pada common-sense
judgements, predictive forms, atau concurrent things, dll (yang
mengakibatkan antarvariabel tahap pertolongan memiliki ikatan yang
kuat).
5. Realiabilitas berkenaan dengan ketahanan sebuah instrumen penelitian
dapat mengukur fenomena yang sama setiap kali instrumen tersebut
digunakan (Toseland & Rivas, 1984). Pekerja sosial harus mampu

14
membuktikan bahwa ada data penelitiannya berasal dari informasi yang
valid dan dapat dipercaya (reliable).
6. Pekerja sosial menentukan metode- metode pengumpulan data
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam tahap intervensi dan metode
yang relevan adalah wawancara mendalam,, observasi, dll yang berusaha
untuk membebaskan klien dari kekakuan dan rasa grogi.
7. Pekerja sosial juga harus memahami variabel bebas dan terikat yang
digunakan dalam penelitiannya.
8. Evaluasi menunjukkan keberhasilan dari program pertolongan yang telah
dilaksanakan, namun sebaiknya dapat dilakukan generalisasi agar
dampak dari program tersebut semakin luas. Terdapat beberapa teknik
evaluasi yang dapat dilakukan pekerja sosial, diantaranya Goal-
Attainment Scaling (skala pencapaian tujuan), Task Achievement Scaling
(skala pencapaian tugas), Client Satisfaction Questionnaires (kuisioner
kepuasaan klien).

2.9 Terminasi

Setiap pertolongan yang diberikan oleh pekerja sosial kepada klien pasti
akan berakhir suatu saat. Ketika klien tidak lagi membutuhkan bantuan
pertolongan seharusnya sudah dihentikan. Terkadang, pemutusan hubungan antara
pekerja sosial dan klien ini terjadi tanpa rencana dan didasari beberapa alasan
yang tidak terduga. Pekerja sosial diharapkan tetap mampu bertindak secara
profesional pada saat proses yang disebut terminasi ini.
Pincus dan Minahan (1973) membagi terminasi menjadi tiga bagian, yaitu
pemutusan hubungan , stabilisasi perubahan, dan evaluasi terminasi. Pada
beberapa situasi, pekerja sosial menuntut hasil yang sesuai harapan, begitu pula
dapat terjadi pada klien sehingga pertolongan menjadi terlalu rumit atau terlalu
sederhana. Bahkan, klien bisa saja menyerah dan memutuskan untuk tidak lagi
campur tangan dalam program yang mendapatkan pelayanan yang buruk.

15
Penelitian yang dilakukan Toselan (1987) dan Presley (1987) menemukan
bahwa klien keluar dari program karena telah menemukan perubahan yang berarti
dalam dirinya sehingga ia tidak memerlukan pertolongan pekerja sosial lagi. Hal
ini tentu saja sebuah hasil yang positif bagi kedua belah pihak. Hal penting yang
harus diperhatikan pekerja sosial adalah penginformasian tentang adanya
terminasi dapat dilakukan pada awal proses pertolongan.
Penting untuk diketahui bahwa pekerja sosial sebaiknya terbuka untuk
kedatangan klien kembali di kemudian hari, apalagi bila terminasi terjadi sebelum
waktunya. Hal penting untuk menjaga tali persaudaraan antara pekerja sosial
dengan klien. Intinya, terminasi bertujuan untuk memperdayakan klien sehingga
klien mampu menggunakan apa yang ia miliki pada saat yang tidak terduga di
kemudian hari.

Terminasi dapat dilakukan dengan alasan :

1. Masalah klien telah terpecahkan dan ia sudah mampu memecahkan


masalah sendiri
2. Masa pelayanan yang diterima oleh klien di lembaga pelayanan sosial
sudah berakhir
3. Klien meninggal dunia
4. Klien menginginkan pelayanan yang lebih baik ke tempat lain dengan cara
rujukan (referral/ aftercare/ follow-up)

16
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Profesi pekerjaan sosial merupakan salah satu dari profesi pertolongan


manusia ( The human helping profesion). Peksos sebagai suatu profesi
pertolongan mempunyaibeberapa prinsip:

1. Proses pertolongan peksos dibagi dlm beberapatahap


2. Pentahapan proses pertolongan peksos padadasarnya tidak bersifat kaku
3. Permasalahan manusia sangat beraneka ragam,sehingga batas waktu
penyelesaian / pemecahanmasalah sangat bervariasi

Dalam praktik seorang pekerja sosial harus memiliki keterampilan dalam


upaya pemecahan suatu masalah yang di hadapi baik masalah makro, mezzo,
maupun masalah mikro sebelum melakukan intervensi. Seorang pekerja sosial
harus memiliki skil dan kopentesi dalam menentukan masalah yang di tangani
dengan tahap tahap yaitu :

1. Melakukan kontak dan konrak


2. Melakukan assesment
3. Menyusun program kerja
4. Melakukan intervensi sosial
5. Melakukan kontrol dan evaluasi
6. Melakukan terminasi

17
DAFTAR PUSTAKA

Yana, Sundayani.2015. Pengantar Metode Pekerjaan Sosial. Bandung: STKS


PRESS Bandung

Tim STKS Bandung. 2016. Metode Praktik Pekerjaan Sosial. Bandung: STKS
PRESS Bandung

iv

Anda mungkin juga menyukai