Anda di halaman 1dari 17

TAHAPAN PROSES PEMBERIAN BANTUAN

Disusun Oleh : Thirza Eunike Silaban

NIM : 210902067

Dosen Pengampu : Mia Aulia Lubis, S.Sos, M.Kesos

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas kasih
karunia-Nya , sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik adanya. Adapun
makalahini membahas mengenai ‘TAHAPAN PROSES PEMBERIAN BANTUAN ’’ dalam
pekerjaan sosial. Adapun tahapan atau proses pemberian bantuan tersebut terdiri dari tahap
engagement, intake, contract, assessment, planning, implementation (intervensi), evaluation,
thermination, follow up. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu saya dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada ibu Mia Aulia Lubis, S.Sos,
M.Kesos selaku dosen pengampu yang telah setia membimbing saya dalam penyelesaian
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan,baik pada
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Besar harapan saya bahwa makalah ini dapat bernilai baik dan dapat digunakan sebaik
baiknya. Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

OKTOBER 2021

THIRZA EUNIKE SILABAN

NIM : 210902067

2
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………................................................................4

1.1LATAR BELAKANG ...…………………………….........................................................4

1.2RUMUSAN MASALAH………………………………….................................................4

1.3TUJUAN ………………………………….........................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………...................................................................6

2.1 TAHAPAN PEMBERIAN BANTUAN DALAM PEKERJAAN SOSIAL……………...7

2.2 TAHAP AWAL ENGAGEMENT, INTAKE, AND CONTRACT) ………………………..8

2.3ASSESMENT …………………………………..................................................................10

2.4 TAHAP PERENCANAAN (PLANNING ) …………………………………...................11

2.5 TAHAP IMPLEMENTASI / INTERVENTION………………………………….............12

2.6 TAHAP EVALUATION…………………………………..................................................13

2.7 TAHAP THERMINATION……………….........................................................................13

2.8 TAHAP FOLLOW UP………….......................................................................................15

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………...........................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak sekali ditemukan masalah sosial seiring berjalanna teknologi dan
globalisasi. Sering kita temu masalah-masalah sosial di sekitar kita dan selalu dianggap
sepele oleh masyarakat. Masalah sosial yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan
dampak yang besar di masa yang akan datang.

Adapun pekerja sosial dalam hal ini merupakan suatu profesi yang bekerja sebagai
seorang pemecah masalah. Pekerjaan sosial memiliki misi pokok untuk mengatasi
permasalahan sosial baik itu yang dialami oleh individu, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat. Sebagai seorang pekerja professional, maka pekerja sosial tentu harus
memahami berbagai permasalahn sosial yang harus dihadapi. Pekerja sosial harus mampu
menempatkan dan menggunakan metode ataupun tahapan yang tepat dalam penanganan suatu
masalah sosial yang ada di tengah masyarakat.

Setiap permasalahan tentu berbeda cara penanganannya. Sehingga dalam menjalankan


proses pertolongan, terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan agar dalam menangani masalah
sosial menjadi tepat sasaran. Pemberian bantuan atau pertolongan pekerjaan sosial ditujukan
untuk membantu masyarakat pada level mikro, mezzo hingga makro tang membutuhkan atau
mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan,
pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial maupun pengembangan guna mengatasi
permasalahan yang dihadapi dan atau memnuhi kebutuhan sehingga mereka mampu
melaksanakan fungsi sosial.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang saya ambil adalah sebagai berikut:
a.Apa saja tahap atau proses pemberian bantuan dalam layanan pekerjaan sosial ?
b. Apa yang dimaksud dengan tahap engagement, intake, contract?
c.Apa yang dimaksud dengan tahap assessment?

4
d. Apa yang dimaksud dengan tahap planning ?
e.Apa yang dimaksud dengan tahap implementation (intervensi)?
f. Apa yang dimaksud dengan tahap evaluation ?
g. Apa yang dimaksud dengan tahap thermination ?
h. Apa yang dimaksud dengan tahap follow up ?
1.3 TUJUAN
a.Untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap proses pemberian bantuan dalam
pekerjaaan sosial
b. Untuk memahami bagaimana tahapan dalam pemberian bantuan sehingga mengetahai
bagaimana penerapannya di lapangan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TAHAPAN PEMBERIAN BANTUAN DALAM PEKERJAAN SOSIAL

Sebagai suatu profesi pertolongan mansia, pekerjaan sosial memiliki beberapa prinsip
pertolongan . Adapun prinsip-prinsip pertolongan tersebut yakni:

- Proses pertolongan pekerjaan sosial dibagi dalam beberapa tahap


- Pentahapan proses pertolongan pekerja sosial pada dasarnya tidak bersifat kaku
- Permasalah manusia sangat beraneka ragam, sehinga batas waktu penyelesaian atau
pemecahan masalah sangat bervariasi.

Pentahapan proses pemberian bantuan pekerjaan sosial pada dasarnya tidak bersifat
kaku, tetapi fleksibel atau luwes. Artinya bahwa pekerja sosial dalam memberikan
pertolongan pada kliennya tidak selalu dimulai tahap awal, namun dalam kondisi tertentu
dapat dimulai dari tahap lainnya dan kembali ke tahap sebelumnya. Jadi, proses
pertolongan bersifat spiral.

Adapun tahapan dalam pemberian pertolongan pekerjaan sosial terdiri dari beberapa
proses atau tahap yakni sebagai berikut :

(1) Pendekatan awal (engagement, intake, and contract)

(2) Pengungkapan dan pemecahan masalah (Assessment)

(3) Penyusunan rencana pemecahan masalah (Planning)

(4) Pelaksanaan pemecahan masalah (Intervention/implementation)

(5) Evaluation

(6) Thermination

6
(7) Follow Up

2.2 TAHAP AWAL ENGAGEMENT, INTAKE, AND CONTRACT)

Pendekatan awal adalah suatu proses kegiatan penjajagan awal, konsultasi dengan
pihak terkait; sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima pelayanan,
pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, dan penempatan calon penerima
pelayanan; serta identifikasi saran dan prasarana pelayanan.

Adapun tahap Engagement adalah proses pelamaran seseorang yang bermasalah untuk
mendapatkan pertolongan. Pada tahap ini maka terjadi penyesuain kebutuhan-kebutuhan dan
calon klien dan caalon pemberi bantuan. Engagement merupakan suatu periode dimana
pekerja sosial mulai berorientasi terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas-tugas
yang ditanganinya terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas tugas yang
ditanganinya. Awal keterlibatannya pada suatu situasi yang menyebabkan pekerja sosial
mempunyai tanggung jawab untuk menjalin hubungan dengan klie dalam berbagai carayang
berbeda yaitu:

- Klien yang datang secara sukarela karena menyadari dirinya sedang dalam masalah
sosial.
- Klien tidak mau datang secara sukarela karena memiliki perasaan segan. Maka
pekerja sosial mempunyai tugas yang paling awal untuk berhubunngan dengan
keengganan-keengganan tersebut.
- Pekerja sosial berusaha untuk mencari klien.

Tahap atau kegiatan awal ini merupakan kegiatan yang cukup penting. Pada tahap awal ini,
pekerja sosial hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang klien, situasi dan kesadaran
dirinya secara umum. Pada saat yang bersamaan, pekerja sosial berupaya untuk memahami
dan sekaligus mengevaluais klien.

Kemudian terdapat tahap Intake. Tahap Intake merupakan tahap permulaan dimana
pekerja sosial akan bertemu dengan penyandang masalah sosial atau klien. Dalam proses ini

7
akan terjadi pertukaran informasi mengenai apa yang dibutuhkan oleh penyandang masalah,
pelayanan apa yang dapat diberikan oleh pekerja sosial/ lembaga sosial/ pemerintaha dalam
membantu memcahkan masalah. Intake dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
permohonan pelayanan yang diajukan oleh seseorang yang punya masalah atau orang lain.

Proses intake merupakan tahap permulaan dimana terjadi suatu persetujuan antara
pelamar atau klien dengan pemberi pelayanan. Jika tidak ada kesesuaian kebutuhan dari
pelamar, maka akan dialihkan kepada sumber lain. Dalam tahap ini pekerja sosial memberika
pelayanan kepada orang yang memerlukan . Pekerja sosial mengerti dan menilai masalah
pelamar, sehingga dapat menentukan masalah calon klien tersebut. Pekerja sosial juga
menetukan bagaimana dan dimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi.

Pada tahap contract , maka harus dibuat perjanjian setelah tahap intake. Tahap ini
adalah suatu consensus, persetujuan, dan penerimaan antara kedua belah pihak dari
kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab dengan sebuah kesepakatan utntuk menjalankan
tugas masing-masing untuk kebaikan bersama.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu, bahwa pelamar adalah seseorang yang memerlukan
pertolongan. Pekerja sosial bertanggung jawab untuk menentukan apa yang menjadi
kebutuhan klien, dan harus merundingkan segala sesuatunya dengan pelamar. Pada tahap ini
dibuatlah suatu perjanjian untuk memaksimalkan partisipasi klien.

2.3 ASSESMENT

Asesment merupakan proses kritis dalam praktik pekerjaan sosial. Penentuan tujuan
dan intervensi amat tergantung pada asesmen. Asesment yang tidak tepat atau tidak lengkap
mungkin akan berakibat pada penetapan tujuan yang tidak tepat dan penetapan intervensi
yang tidak tepat. Karena asesment yang dibuat tidak tepat atau tidak lengkap, perubahan
positif yang diharapkan dari klien nampaknya tidak akan terjadi.

Hepworth and Larsen (1986) menjelaskan asesmen sebagai berikut:

Asesment adalah proses pengumpulan, penganalisaan dan mensistesakan data kedalam suatu
formulasi yang menekankan dimensi vital sebagai berikut:

8
(1) sifat permasalahan klien, termasuk perhatian khusus terhadap peran-peran yang klien dan
hal penting lainnya yang sulit dijalankan

(2) keberfungsian klien (kekuatan, keterbatasan, aset pribadi dan kekurangan) serta hal
penting lainnya

(3) motivasi klien untuk mengatasi masalah

(4) relevansi faktor lingkungan yang turut mendukung timbulnya masalah; dan

(5) sumber-sumber yang tersedian atau dibutuhkan untuk mengurangi/ menghilangkan


kesulitan klien.

Asesment terkadang menunjukkan sebagai suatu psychosocial diagnosis (Hollis,


1972). Namun istilah diagnosis terfokus pada apa kesalahan klien, keluarga, atau kelompok
yang didiagnosis—seperti mengidap penyakit, masalah disfungsional dan mental. Karena
diagnosis memiliki konotasi negatif, banyak para pendidik pekerjaan sosial, termasuk saya,
lebih suka menggunakan istilah assessment. Asesment tidak hanya mempertanyakan apa
kesalahan klien tetapi juga sumber-sumber, kekuatan, motivasi, komponen fungsional, dan
faktor positif lainnya yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan, meningkatkan
keberfungsian, dan mendukung pertumbuhan. Dalam kenyataannya, asesmen memiliki arti
yang lebih luas bagi pengembangan rencana intervensi.

Hepworth dan Larsen (1986) mencatat bahwa asesmen terus dilakukan bahkan hingga fase
terminasi.

Proses asesmen berlanjut hingga fase akhir pelayanan. Selama akhir wawancara,
praktisi secara hati-hati mengevaluasi kesiapan klien untuk mengakhiri pelayanan, menilai
kesulitan-kesulitan yang mash tersisa yang di masa depan mungkin menyebabkan kesulitan,
serta mengidentifiasi reaksi emosional yang mungkin muncul terhadap terminasi pelayanan.
Praktisi juga mempertimbangkan kemungkinan strategi untuk membantu klien
mempertahankan kemajuan fungsional atau mengupayakan tambahan perbaikan setelah
pelayanan resmi pekerjaan sosial diakhiri.

Di samping itu dalam proses assessment, dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan
melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunities ), dan

9
ancaman (threat). Dalam proses ini, masyarakat sudah ddilibatkan secara aktif agar mereka
dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan
keluar dari pandangan mereka sendiri. Di samping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga
memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti
pada tahap beirkutnya, yaitu tahap perencanaa.

2.4 TAHAP PERENCANAAN (PLANNING )

Perencanaan pemecahan masalah adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan
pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya (manusia, biaya, metode-teknik,
peralatan, sarana prasarana dan waktu) yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahap ini pekerja sosial secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya
mengatasi permasalahn yang ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa
alternative program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. Program dan kegiatan yang
akan mereka kembangkan tentunya harus disesuaikan dengan tujuan pemberian bantuan
sehingga tidak muncul program-program yang bersifat incidental ataupun amal yang kurang
dapat dilihat manfaatnya dalam jangka panjang.

Pada garis besarnya rencana pemecahan masalah memuat hal-hal berikut:


1. Fokus/akar masalah:
2.Tujuan pemecahan masalah klien berikut indikator-indikator keberhasilannya
3.Sistem dasar praktek,
4. Pokok-pokok program kegiatan pemecahan masalah, yang meliputi tahapan-tahapan:
(a) Tugas-tugas motivasi, yaitu menghilangkan faktor-faktor penyebab masalah klien,
memperbaiki motif-motif klien yang rusak dan mengarahkan perilaku klien pada tujuan
perubahan;
(b) Tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya memberikan dan meningkatkan
kemampuan-kemampuan klien yang meliputi dimensi: Pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, berelasi dan berinteraksi, pengalaman-pengalaman dan keahlian kegunaan
kerja.
(c) Tugas-tugas yang berkaitan dengan menciptakan kesempatan, yaitu merubah
lingkungan sosial klien sehingga dapat mendorong dan menerima penampilan peranan-
peranan sosial klien (penyandang masalah).

10
(d) Tugas-tugas memobilisasi sumber-sumber yang dapat dijangkau dan digunakan oleh
klien untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanannya serta memecahkan masalah-masalahnya.
(e) Tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya untuk memelihara dan menetapkan
perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh klien.
5. Metode-metode pertolongan yang digunakan untuk memberikan pertolongan kepada klien,
yang mencakup antara lain:
Model-model pendekatan yang digunakan; Metode dan tehnik pertolongan; Strategi dan
taktik pertolongan.
6. Tahap pelaksanaan intervensi (Pemecahan Masalah Klien).

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan gagalnya tahap perencanaan seperti :

a. Adanya sikap terlalu optimis


b. Gagal mengecek fakta
c. Terjadi kesalahan komunikasi
Tidak ada rencana yang dapat berjalan, jika komunikasi tidak memadai. Program tidak dapat
maju dengan lancar kecuali jika setiap orang yang terlibat memahami dengan jelas bagian
yang diperankannya. Terlalu sering memberikan instruksi secara umum begitu saja
menganggap bahwa dapat diketahui secara tepat apa yang diharapkan dari mereka, padahal
ini mungkin jauh dari benar. Akibatnya terdapat langkah awal yang keliru, kesalahan yang
tidak perlu, dan kekacauan dimana-mana.

2.5 TAHAP IMPLEMENTASI / INTERVENTION

Pelaksanaan pemecahan masalah adalah suatu proses penerapan rencana pemecahan


masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah
melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima
pelayanan dalam bimbingan fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial,
bimbingan sosial, pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi.

Tahap implentasi merupakan salah satu tahap yang paling pentin dalam proses
pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan apabila tidak ada kerja sama antara pelaku
perubahan dan masyarakat maupun kerja sama antarwarga. Misalnya saja, bila ada tokoh
informal yang ternyata baru diketahui pada tahap ini ternyata menentang program yang

11
ditawarkan oleh warga yang aktif terlibat dalam proses perencanaan, maka pertentangan antar
kelompok ini akan menghambat jalannya program.

Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat


sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan.

2.6 TAHAP EVALUATION

Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat kelebihan dan


kekurangan yang terjadi dalam memberikan pertolongan kepada klien. Tahap evaluasi itu
sendiri merupakan suatu tahap untuk menilai atau melihat sampai seberapa jauh tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Untuk melakukan evaluasi, pekerja sosial perlu mengkaji
tujuan yang ditentukan beserta indikator pencapaiannya. Dari indikator tersebut, pekerja
sosial dapat menyusun beberapa instrument evaluasi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan
terus menerus selama proses perubahan berencana berlangsung.
Dengan evaluasi pekerja sosial juga mampu menguji keampuhan dan ketepatan
alternatif intervensi yang diterapkannya. Di samping itu pekerja sosial juga dapat memonitor
faktor-faktor yang membawa keberhasilan dan yang mengakibatkan kegagalan.
Kemungkinan juga akan terjadi kesalahan, baik yang dilakukan klien maupun yang dilakukan
oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial bertanggung jawab untuk menciptakan iklim dimana prosedur diterima
sebagai objek evaluasi atau penilaian apa yang terjadi. Pada iklim semacam itu pekerja sosial
dan klien dapat melihat akibat-akibat yang telah mereka kerjakan dalam mencapai tujuan
akhir.
Menurut Suharto membagi evaluasi menjadi dua tipe, yaitu tipe on-going evaluation atau
evaluasi terus menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evaluasi yang
pertama dilaksanakan pada interval periode tertentu (biasanya akhir phase atau tahap suatu
rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana.

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi dikenal ada dua pendekatan
yaitu non partisipatif atau konvensional dan partisipatif. Evaluasi dengan pendekatan

12
konvensional dilaksanakan oleh ahli dari luar sedangkan evaluasi dengan pendekatan
partisipatif dilaksanakan oleh masyarakat/komunitas, staf proyek dan juga fasilitator.
Evaluasi yang dilakukan pekerja sosial bersama masyarakat bukan saja dilakukan
untuk mengevaluasi hasil perubahan , akan tetapi juga dilakukan untuk melihat proses
intervensi yang dilakukan. Karena itu, proses evaluasi digambarkan memanjang dari evaluasi
pada tahap persiapan hingga ke tahap implementasi. Bahkan setelah proses implementasi
berjalan, pekerja sosial juga mengevaluasi apakah telah terjadi perubahan yang diinginkan,
serta mengkaji apakah perubahan yang terjadi sudah menjadi perubahan yang relative
menetap.

2.7 TAHAP THERMINATION

Terminasi adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan/pertolongan


antara lembaga dengan penerima manfaat. Tahap iji merupakan tahap dimana sudah
selesainya hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering
kali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggan ‘’mandiri’’, tetapi tidak jarang karena
proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat
dan mau meneruskan .

Terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini dapat dilakukan kapan saja
jika situasi menghendaki. Selain itu, terminasi ini juga harus berdasarkan kemauan klien.
Terminasi ini juga dapat dikatakan sebagai pintu masuk bagi pihak selanjutnya jika memang
diperlukan rujukan kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapi klien.

Pekerja sosial hendaknya mengembangkan berbagai strategi agar klien mampu


memelihara perubahan-perubahan yang telah dicapai, walaupun pertolongan akan
diberhentikan dan pekerja sosial tidak berada disampingnya. Hal ini perlu diperhatikan,
walaupun sering ditemukan klien yang mengalami kemunduran menampilkan kembali
perilaku yang disfungsional setelah pertolongan dihentikan.
Secara umum, ada beberapa alasan dilakukannya tahap terminasi dalam praktek
pertolongan pekerjaan sosial, yaitu :

13
1.      Tujuan telah tercapai,apabila tujuan dalam proses pertolongan pekerjaan sosial telah
tercapai maka dapat dikatakan bahwa dalam proses pertolongan tersebut berhasil sehingga
sudah dapat dilakukan pemutusan hubungan kerja.
2.      Proses pelayanan yang dilakukan pekerja sosial kepada klien telah lengkap terlaksanakan.
3.      Tidak ada rencana lain yang perlu dilakukan.
4.      Persetujuan dari pihak klien untuk mengakhiri proses pertolongan.
5.      Munculnya masalah baru yang mengakibatkan masalah tersebut tidak perlu ditangani.
6.      Periode pelayanan yang diberikan pekerja sosial kepada klien sudah selesai.

2.8 TAHAP FOLLOW UP


Follow up berasal dari kata Bahasa Inggris yang berarti tindak lanjut. Dalam bisnis,
arti Follow up adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menindaklanjuti aktivitas
tertentu.
Follow up adalah proses pemantauan lebih lanjut mengenai kondisi klien pasca dilakukannya
terminasi.
Tidak jarang pekerja sosial tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.
Apalagi bila pekerja sosial merasa bahwa tugasnya belum diselesaikan dengan baik , tidak
jarang petugas tetap melakukan kontak meski secara tidak rutin dan kemudian secara
perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran. Pada tahap follow up, pekerja
sosial berusaha untuk menindaklanjuti kegiatan atau pelaksanaan perubahan yang dilakukan
di lapangan. Misalnya, jika sebelumnya dilakukan kontak dengan klien setiap lima kali dalam
seminggu, maka untuk menindaklanjuti pekerja sosial bisa saja tetap melakukan kontak
namun dengan periode atau jadwal yang tidak terlalu rutin misalnya dua kali dalam sebulan.

Tahapan ini merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti sikulus guna
mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan evaluasi proses terhadapa
pelaksanaan kegiatan yang ada. Meskipun demikian, siklus dapat berbalik di beberapa
tahapan yang lainnya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pelayanan kesejahteraan sosial atau disebut dengan serangkaian kegiatan pelayanan


yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan,
perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial maupun pengembangan guna
mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai,
sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial.

Pentahapan proses pemberian bantuan pekerjaan sosial pada dasarnya tidak bersifat
kaku, tetapi fleksibel atau luwes. Artinya bahwa pekerja sosial dalam memberikan
pertolongan pada kliennya tidak selalu dimulai tahap awal, namun dalam kondisi tertentu
dapat dimulai dari tahap lainnya dan kembali ke tahap sebelumnya. Jadi, proses pertolongan
bersifat spiral.

Adapun tahapan dalam pemberian pertolongan pekerjaan sosial terdiri dari beberapa
proses atau tahap yakni sebagai berikut : Pendekatan awal (engagement, intake, and
contract); Pengungkapan dan pemecahan masalah (Assessment) ; Penyusunan rencana

15
pemecahan masalah (Planning) ; Pelaksanaan pemecahan masalah
(Intervention/implementation) ; Evaluation Thermination ; Follow Up

3.2 SARAN

Berbagai permasalahan tentu berbeda dan cara penanganannya pun tentu berbeda.
Sehingga, pekerja sosial diharapkan mampu mengaplikasikan atau menerapkan tahapan-
tahapan yang benar dalam pemecahan masalah sosial sehingga masalah dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,
dan Kajian Pembangunan ). Jakarta : RajaGrafindo Persada

https://ernadwisusanti.com/2020/03/06/tahapan-pelayanan-pekerjaan-sosial/

https://www.slideshare.net/andisgrasi/stuktur-dan-proses-pertolongan

https://ndangnuryanabbppksbandung.wordpress.com/2016/12/18/assesment-dalam-pekerjaan-
sosial/

https://www.academia.edu/10914640/
Engagement_Intake_Contract_dan_Assessment_Waria_di_Lapangan_Gasibu

16
17

Anda mungkin juga menyukai