Anda di halaman 1dari 7

ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL

Dosen pengampu:

Eri Susanto

Disusun Oleh :

Ananda juniarti suryakin (2204014)

Salma fauzani (2204143)

Sri vania (2204123)

Gafrena

Romeo

Ilyasa

Kelas :

2-A Pekerjaan Sosial

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN PEKERJAAN SOSIAL

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan
hidayah-Nya, Karena atas izin rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas mata
kuliah Proses Dan Teknik Praktik Pekerjaan Sosial Generalis . Dan dapat diselesaikan dengan
baik dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Eri Susanto dan selaku dosen yang telah
membantu saya baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kepada teman-teman saya
yang telah membantu saya dalam menyusun laporan ini.

Laporan ini saya buat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Proses Dan Teknik Praktik
Pekerjaan Sosial Generalis. Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, agustus 2023


Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Engagement

Proses pertolongan pada tahap engagement sangat menentukan bagaimana proses pertolongan
kepada klien untuk tahap selanjutnya. Seoranng pekerja sosial perlu keterampilan interaksional
yang produktif dengan klien. Tahap awal sangat menentukan dalam permulaan komunikasi
antara pekerja sosial dan klien, sehingga dibutuhkan rasa saling membutuhkan dan saling
memberi.
Dalam kontak awal pekerja sisual mengumpulkan dan meninjau setiap informasi yang tersedia
guna menentkan apa yang diketahui tentang calon klien. Berdaserkan pemahaman awal tentang
klien pada situasi, pekerja sosial dapat merencanakan untuk merancang pertemuan pertama untuk
membuat klien merasa senang. Sikap yang perlu ditunjukkan contohnya: sfifat dari ucapan
“selamat” dari pekerja sosial ketika klien memasuki lembaga dan menemui pekerja sosial,
penempatan bangku untuk tidak menjadi hmabtan antara pekerja sosial dan klien serta
kenyamanan dalam arti khusus, juga privasi untuk pertemuan tersebut. Pekerja sosial perlu
membangun suasana yang aman dan nyaman untuk klien.
Pekerja sosial juga dapat membuka pembicaraan ringan (small talk) terhadap klien anak, dengan
bertanya kabar, datang bersama siapa? Sudah makan atau belum? Dan lain-lain.. Adapun hal-hal
yang perlu ditunjukkan oleh Pekerja Sosial selama melakukan engagement terhadap klien adalah
sebagai berikut.
1. Penuh perhatian denga napa yang sedang dibicarakan oleh klien anak dan menerima
perasaan klien.
2. Menunjukkan keinginan untuk membantu klien
3. Secara aktif menggunakan bahasa yang ramah anak menanyakan persepsinya tentang
situasi dan masalah.
4. Mencoba untuk menjawab pertanyaan yang tidak terucapka yang klien mungkin miliki.
5. Menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami yenyang tujuan layananyang akan
diberikan serta prosedur yang akan igunakan.
6. Mencoba mencapai perasaan yang klien miliki tentang apa yang sedang terjadi.
Dalam tahap engagement selain melakukan studi awal tentang calon klien, pekerja sosial juga
haus melakukan beberapa kegiatan lainnya.
1. Penciptaan akses terhadap pelayanan sosial yang dibutuhkan dan yang tersedia (providing
access).
Dalam tahap ini pekerja sosial memberikan informasi dan nasehat termasuk penentuan
kebutuhan, bagaimana dipenuhi dan menafsirkan program badan/embaga yang akan
digunakan.
2. Meningkatkan motivasi untuk berubah (maximizing motivation)
Penekanan pada kemauan yag disadari, sehingga timbut kemauan untuk melakukan
usaha-usaha untuk tetap hidup dan mendapat kepercayaan. Semakin klien percaya paada
kemampuannya, maka tingkah laku orang tersebut akan didasari pada kemampuannya
bukan karea teknan dari orang-orang di sekitar.
3. Membangun relasi pertolongan secara professional (Building og Helping Relationship)
Suat keadaan dan proses saling menarik, percaya dan memberi, membentuk pola saling
mengharapkan dan ketergatungan antara penolon dan yang ditolong.
4. Menciptakan kesempatan kerja sama (Establishing Contract)
Pekerja sosial harus membuat semacam perjanjian dimana dibangun kesepakatan
bersama mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak. Klien butuh pertolongan yang
utama, pekerja sosial bertanggung jawab untuk menentkan apa yang menjadi kebutuhan
klien. Pekerja sosial harus merundingkan segala seutaunya dengan klien, isis perjanjian
harus memaksimalkan partisipasi klien dan perjanjian harus fleksibel.
5. Penerapan Peranan (Role Introduction)
Menetapkan calon klien menjadi klien, sehingga klien mempunyai peranan-peranan baru
serta identitas baru dalam sistem intervensi pertolongan.
2.2 Kontak

Pelaksanaan kontak dimulai ketika pertama kali peksos bertemu dengan calon klien
secara langsung. Disini klien merupakan anak dengan tindak kekerasan seksual. Terlepas dari
calon klien itu eligible atau tidak, pekerja sosial harus tetap menerapkan prinsip penerimaan diri
terhadap calon klien yang menyangkut kondisi empiris, keadaan mereka ketika pertama kali
bertemu, mulai memahami bagaimana sikap yang tampak dari calon klien, dan hal-hal lainnya
yang ada pada diri klien. Pelaksanaan kegiatan kontak dilakukan dengan cara:
1. Mendapatkan rekomendasi calon klien dari
2. Mendatangi rumah calon klien secara langsung
3. Berkenalan dengan calon klien dan keluarga klien
4. Melakukan perbincangan ringan dengan calon klien dan keluarga klien agar dapat
lebih memahami karakteristik dari calon klien
5. Menyampaikan maksud dan tujuan dari kami selaku pekerja sosial terkait mengapa
mengunjungi mereka, serta mengkonfirmasi kebenaran mengenai kondisi klien

Anda mungkin juga menyukai