Anda di halaman 1dari 7

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini

Kabupaten Temanggung

 KETERAMPILAN INTERVERENSI
A. Tahap Interverensi di BBRSPDI
1. Melakukan kontak awal dan kontrak
Dalam tahap ini pekerja sosial harus melakukan kontak meksudnya seorang pekerja sosial
hendaknya melakukan kontak maksudkan membangun relasi dan setelah relasi terbentuk
maka disini akan ada yang namanya kontrak atau yang biasanya di sebut dengan janji hati
dalam tahap ini ada hal yang sangat penting yaitu bangai mana pekerja sosial meyakinkan
penyandang disabilitas atau klain agar  mereka percaya kepada pekerja social intinya pekerja
sosial harus mampu membangun kepercayaan.
2. Identifikasi, Assessment cepat
Tahap pertama dalam proses intervensi yang meliputi orientasi dan konsultasi, identifikasi,
motivasi, seleksi dan penerimaan. Pendekatan awal dilakukan langsung oleh pekerja sosial
dengan dibantu profesi lain yang dibutuhkan. Tahap pendekatan ini dimulai dengan kegiatan
menjalin relasi dengan klien yang meliputi identifikasi dan mendefinisikan permasalahan atau
situasi klien serta menentukan kelayakan pelayanan. Tahapan tersebut dilakukan oleh pekerja
sosial terhadap penyandang disabilitas yang dimulai dengan :
1) Orientasi dan konsultasi yang biasa dilakukan dengan mengunjungi daerah-daerah
yang memiliki angka penyandang disabilitas tinggi. Dimana pekerja sosial
memberikan penyuluhan seputar masalah kejiwaan kepada keluarga peyandang
disabiltas.
2) Identifikasi, dilakukan untuk mengetahui kondisi penyandang disabilitas mental
secara lebih mendalam; motivasi, ini dilakukan untuk mendorong keluarga untuk
lebih peduli dengan penyadang disabilitas sekaligus tidak melakukan diskriminasi
terhadap mereka
3) Motivasi, oleh karenanya motivasi sangat dibutuhkan bagi keluarga maupun
penyandang disabilitas itu sediri
4) Seleksi, tahap seleksi dilaksanakan untuk mengetahui penerima manfaat tersebut
layak atau tidak untuk mendapatkan pelayanan dipanti.
5) Penerimaan, penerima manfaat yang telah lolos seleksi dan memenuhi syarat akan
diantar keluarganya. Namun apabila kondisi keluaarga tidak memungkinkan, pihak
BBRSPDI Kabupaten Tremanggung bersedia untuk menjemput penerima manfaat
dikediamannya.
Pada tahap assesmen ini adalah tahap yang rawan dan sangat vital dalam memecahkan
masalah ketika pada tahap ini pekerja sosial tidak mampu mengungkap masalah yang di
hadapi baik penyebab, maupun sumber potensi kekuatan dari suatu  masalah yang di hadapi
maka masalah akan sangat berpenagaruh terhadap rencana kegitan penolongan dan akan tidak
tepat proses intervensi yang diberikan. Tahap ini yang penting dalam penyusunan intervensi
karena menjadi dasar untuk mengetahui karakteristik yang terjadi pada klien dan perencanaan
untuk tindakan selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terkait masalah yang
dialami oleh penerima manfaat. Tahap ini harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh
karena dari hasil assesmen dapat ditentukan metode intervensi apa yang sesuai dengan
masalah dan kebutuhan masing-masing penerima manfaat sehingga tindakan yang diberikan
kepada setiap penerima manfaat tidak dapat disamaratakan. Hal-hal yang diassesmen pada
penerima manfaat meliputi :
1. Assesmen keberfungsian fisik, berupa berat badan dan tinggi badan, aktivitas motorik,
kebersihan diri
2. Keberfungsian mental, dilihat dari sinkronisasi antara isi pembicaraan dan persepsi dari
penerima manfaat
3. Assesmen kondisi psikologis, berupa riwayat perawatan medis/psikiatrik
4. Assesmen keberfungsian sosial meliputi Interaksi penerima manfaat, kemandirian,
sistem pendukung, konsep diri, saling ketergantungan dan kondisi ekonomi keluarga
5. Assesmen kemampuan vokasional berupa pengalaman kerja maupu usaha
6. Kondisi intelektual, dilihat dari daya ingat, orietasi, pengambilan keputusan maupun
kemampuan berhitung serta konsentrasi
7. Assesmen emosi, dapat dilihat melalui ekspresi muka, nada bicara, tatapan muka dan
gerakan fisik
8. Assesmen kondisi spiritual, diketahui melalui ibadah yang dijalankannya dan pandangan
mereka terhadap sakit
9. Lingkungan sosial penerima manfaat, dapat diketahui melalui wawancara terhadap
orang dekat penerima manfaat tersebut.
Assesmen dilakukan melalui observasi dan wawancara terhadap penerima manfaat
maupun lingkungan keluarganya. Pelaksanaan assesmen tidak hanya dilakukan oleh
pekerja sosial tetapi didukung oleh profesi lain seperti dokter, psikiater, psikolog dan
perawat.
3. Perencanaan Penanganan/ Rencana Interverensi dan terapi
Selanjutnya setelah melakukan assesmen baik dari masalah maupun potensi yang ada pada
penyandang disabilitas yang sedang diberikan pertolongan tahap selanjutnya yaitu menyusun
Perencanaan Penanganan/program kerja. Dalam menyusun ini tidak bisa sembarang karena
pekerja social harus mengambil patokan dari hasil assesmen agar masalah yang ditangani
dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga dalam proses pembuatan program
kerja seorang pekerja sosial tidak bisa memberikan dan memaksakan apa yang ingin dalam
pemecahan masalah melaikan harus menanyakan atau merundingkan apa saja yang harus
dilakukan. Tahap perencanaan, rencana intervensi ini merupakan langkah lanjutan dari
assesmen yang telah dilaksanakan. Perencanaan didefinisikan sebagai proses untuk
menetapkan hasil akhir yang ingin dicapai pada awal kegiatan. Tahap ini merupakan proses
menentukan pelayanan di masa mendatang melalui aktivitas pengorganisasian. Proses
perencanaan dimulai dengan mendeskripsikan dengan menjelaskan secara komprehensif dan
kualitatif berdasarkan atas hasil asesmen. Kegiatan dalam tahap perencanaan Intervensi
Pekerja Sosial terhadap Penyandang Disabilitas intervensi ini meliputi :
1) Analisis hasil assesmen, setiap pekerja sosial memiliki hasil assesmen dari penerima
manfaat yang dia punya
2) Pembahasan kasus, setelah mendapat hasil assessmen dilakukan temu bahas kasus oleh
pekerja sosial guna membahas program dan tindakan intervensi yang sesuai untuk
penerima manfaat
3) Pemberitahuan hasil pembahasan kasus pada penerima meanfaat
4) Penempatan penerima manfaat pada jenis program pelayanan yang sesuai.
4. Melakukan intervensi Sosial (Penanganan Kasus)
Setelah assesmen dan program kerja disusun selanjutnya pekerja social melakuakn
intervensi sosial terhadap penyandang disabilitas tugas utama dari intervensi ini lebih ke
arah pendampingan. Intervensi menjadi langkah pemberian bantuan terhadap penerima
manfaat atas apa yang menjadi permasalahannya. Tujuan dari intervensi itu sendiri adalah
untuk mengembalikan kemampuan dan keberfungsian sosial penerima manfaat. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam tahap intervensi ini meliputi bimbingan fisik, bimbingan psikologis,
bimbingan spiritual, bimbingan sosial dan bimbingan kerja atau vokasi. Untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan intervensi tersebut digunakanlah beberapa metode yang
disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat. Metode tersebut meliputi metode
bimbingan sosial individu, metode bimbingan sosial kelompok dan metode pengembangan.
Metode yang digunakan pada satu penerima manfaat ke penerima manfaat yang lain tidak
dapat disamakan karena harus disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan penerima
manfaat tersebut. Selain menggunakan metode dalam pelaksanaan intervensi, pekerja sosial
juga memiliki strategi khusus yang ditentukan berdasarkan hasil assesmen sebelumnya.
5. Review Kasus, Monitoring dan Evaluasi
Dalam tahap ini pekerja sosial harus melihat seajauh mana kemajuan terhadap
program yang di berikan baik dari masalah yang di hadapi maupun kendala-kendala yang
akan menghalang dalam proses pertolongan dan mempersiapkan model-model lain untuk
menganti intervensi yang dilakukan ketika intervensi yang di terapkan itu gagal. Evaluasi
merupakan tahap akhir dari pelaksanaan intervesi. Pada tahap ini semua kegiatan dari awal
sampai akhir dievaluasi. Dengan adanya evaluasi dapat diketahui keberhasilan, kelebihan
serta kekurangan dalam program intervensi. Evaluasi dapat digunakan untuk melihat tingkat
keberhasilan program, kemudian diambil suatu keputusan apakah program diteruskan,
ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima, atau ditolak. Evaluasi dilakukan oleh pekerja
sosial dengan panduan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi dilakukan melalui
observasi terhadap penerima manfaat. Aspek yang dievaluasi oleh penerima manfaat meliputi
aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik, termasuk fisik dan kesehatan serta keberhasilan
bantu diri. Aspek sosial, termasuk kemampuan realisasi sosial, kemampuan relasi sosial,
kemampuan penyesuaian diri, sikap dan perilaku.
6. Tahap Terminasi
Setelah lima tahap di atas sudah di penuhi maka untuk menghindari ketergantungan sosial
maka pekerja sosial hendaknya melakukan terminasi untuk menangulangi hal tersebut.

B. Pendampingan (Apa Saja dan Siapa Saja)


I. Apa saja :
Pendampingan sosial merupakan interaksi dinamis antara PMKS dan pekerja sosial
untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti merancang
program perbaikan/rencana intervensi, memobilisasi sumber daya setempat,
memecahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan
kebutuhan, dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan
konteks rehabilitasi sosial. Pendampingan terhadap penyandang disabilitas di
BBRSPDI terdapat pada proses rehabilitasi dan activity daily living, seperti :
a. Dalam Layanan :
1. Layanan Penempatan Penerima Manfaat (pengasuhan dan perawatan didalam
asrama maupun “Tanda Kutip”)
2. Layanan Pemenuhan Hidup Layak (Sandang, pangan, papan)
3. Layanan Terapi Kesehatan ( Terapi Kesehatan Umum, Terapi Kesehatan Gigi
dan Mulut, Terapi Kesehatan Jiwa, Terapi Okupasi, Terapi Fisio, Terapi Wicara)
Disini pendampingan dalam pelayanan yang diberikan berupa layanan kebutuan
dasar, perawatan dan pengasuhan, terapi fisik, mental dan spiritual, psikososial,
keterampilan, kewirausahaan, bantuan dan asistensi social, serta dukungan
asesbilitas dan family support.
b. Pendampingan dalam Program Layanan Terapi Fisik dan Kesehatan :
- Terapi Fisik
1. Olahraga Rekreatif
2. Terapi aktivitas kehidupan seharihari dan perilaku hidup sehat
3. Terapi Bina Lingkungan
- Terapi Mental Spiritual
1. Terapi Keagamaan
2. Terapi Manajemen Stres
- Terapi Psikososial
1. Terapi Kognitif
2. Terapi Perilaku
3. Terapi emosi
- Terapi Penghidupan
1. Terapi Lifeskill
2. Terapi Vocational Skill
3. Terapi Sosial Enterpreunership Skill
- Social Care
1. Penyaluran Penerima Manfaat
- Family Suport
a. Parenting Skill
- Bantuan Kemandirian
- Pengembangan Model :
1. Melalui Sheltered Workshop ‘Peduli’
2. Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga
- Respon Kasus
1. Advokasi Sosial
Pendampingan yang dilakukan kepada penyandang disabilitas ini
dimaksudkan untuk memantau dan melakukan monitoring apakah proses
nterverensi dan proses rehabilitasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa
yang penyandang disabilitas ini butuhkan sehingga penerima layanan ini bisa
menerima dengan baik dan sesuai apa yang diharapkan pekerja social. Dalam
pendampingan ini juga akan bisa melihat progress/perkembangan penyandang
disabilitas apakah perkembangan ini turun atau naik, sehingga permasalahan
yang dialami penyandang disablitas ini bisa terselesaikan dan berfungsi social
tanpa ketergantungan.
II. Siapa :
1. Pekerja Sosial
2. Psikolog
3. Perawat
4. Fisioterapis
5. Okupasi Terapis

C. Kendala
Dalam melakukan interverensi dan rehabilitasi seorang pekerja social pasti memiliki
kendala terhadap para penyandang disabilitas dikarenakan perbedaan latar belakang dan
permasalahan dari setiap klien. Faktor penghambat kegiatan intervensi ini dipengaruhi
oleh
- Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menghambat tersebut adalah :
1) Rehabilitasi yang dilakukan hanya 3 Bulan maka terapi yang diberikan kurang
maksimal karena penerima manfaat memiliki berbagai latar belakang yang
berbeda-beda. Ada yang bisa langsung menerima dan ada yang susah menerima
terapi/proses rehabilitasi.
2) Kurangnya kesiapan psikologis penerima manfaat. Kondisi psikologis sebagian
penerima manfaat yang masih belum stabil juga mempengaruhi kelancaran
kegiatan intervensi yang telah direncanakan. Sebagian besar penerima manfaat
juga tergolong pasif ketika mengikuti kegiatan oleh karena itu dibutuhkan strategi
untuk menumbuhkan keaktifan mereka dalam setiap kegiatan.
- Faktor eksternal yang ikut menghambat proses interaksi pekerja sosial terhadap
penyandang
disabilitas Intelektual adalah tindakan diskriminatif terhadap penyadang disabilitas
Intelektual. Hal tersebut kerap membuat mereka kembali terpuruk. Sekalipun berada
dipanti sosial terkadang ada pihak yang salah dalam bertutur kata sehingga menyebabkan
mereka tersinggung karena penerima manfaat memiliki perasaaan yang lebih sensitif.

D. Pemecahan Permasalahan
Dikarenakan rehabilitasi di BBRSPDI hanya 3 Bulan maka pemecahan permasalahan
dikembalikan ke Keluarganya (After Care). Sehingga untuk pelayanan yang diberikan
berfokus kepada keluarga agar rehabilitasi tidak hanya berlangsung di Panti tetapi juga
dalam keluarganya harus lebih baik. Family Care yang akan dilakukan akan lebih baik
karena keluarga merupakan unit terkecil dan salah satu support system terbaik dari
penerima manfaat.

Anda mungkin juga menyukai