Anda di halaman 1dari 7

MENGIDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN :

1. Mengidentifikasi Permasalahan  :
Langkah pertama sebelum mengembangkan suatu strategi atau intervensi advokasi adalah
mengidentifikasi masalah dan penyebab-penyebab di baliknya. Hanya dengan menganalisis
penyebab masalah, maka akan dapat melihat intervensi atau strategi advokasi mana yang
paling cocok untuk menanganinya. Isu-isu (atau penyebab) di baliknya mungkin tidak jelas
dan mungkin membutuhkan beberapa pendekatan untuk memahami masalah, termasuk
pelatihan-pelatihan partisipatoris yang melibatkan anggota-anggota komunitas yang terkena
dampak,riset ‘di belakang meja’ (desk research) atau wawancara. Mengidentifikasi
sejumlah masalah dan penyebab-penyebab di baliknya. Ini juga menunjukkan bagaimana
advokasi yang menjawab penyebab-penyebab ini benar-benar dapat membawa perubahan.
- Sebagai contoh :
Advokasi sosial terhadap anak korban kekerasan fisik. Dari penelitian yang
sudah dilakukan, peneliti melibatkan dua lembaga yang sangat berperan dalam
melakukan advokasi terhadap kasus anak korban kekerasan fisik yaitu LBH
Jakarta dan pekerja sosial. Hal ini diungkapkan oleh pengacara publik LBH
Jakarta Bunga Siagian. “LBH Jakarta pada dasarnya memberikan bantuan
hanya bantuan hukum, namun itu saja tidak cukup. Ada beberapa kegiatan
yang dilakukan LBH Jakarta salah satunya dengan advokasi. Advokasi di LBH
Jakarta tidak hanya advokasi hukum tetapi juga advokasi kebijakan.” Dari
pemaparan dapat disimpulkan bahwa LBH Jakarta menyadari bahwa
pendampingan di bidang hukum saja tidak cukup, apalagi LBH Jakarta
bergerak dalam bidang isu sosial politik. Maka dari itu, dalam kasus ini LBH
Jakarta bekerja sama dengan pekerja sosial guna untuk menangani konsekuensi
kasus yang dialami oleh korban. Sebab, selain membutuhkan bantuan hukum,
korban juga membutuhkan layanan- layanan lainnya, seperti layanan
psikologis. Dengan memahami advokasi sebagai bantuan hukum, advokasi
juga bisa dilakukan oleh semua disiplin ilmu salah satunya ilmu kesejahteraan
sosial. Ilmu kesejahteraan sosial secara langsung juga dapat dikatakan sebagai
ilmu yang terkait dengan profesi yang memberikan bantuan terhadap klien,
penerima layanan ataupun kelompok sasaran selain membutuhkan bantuan
hukum, korban juga membutuhkan layanan- layanan lainnya, seperti layanan
psikologis. advokasi yang dilakukan oleh pekerja sosial merupakan upaya
pemberian jaminan, pembelaan, pendampingan serta pelayanan sosial lainnya
kepada pihak yang sedang terlibat dengan kasus untuk memperoleh peradilan.
Kegiatan advokasi ini untuk memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan advokasi yang dikemukakan oleh Zastrow yaitu
menolong klien atau sekelompok klien untuk mencapai layanan tertentu ketika
mereka ditolak suatu lembaga atau sistem pelayanan, dan membantu
memperluas layanan agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan.
Dalam perspektif pekerjaan sosial, advokasi terdiri dari beberapa komponen,
yaitu: 1) ekslusif, 2) timbal balik, 3) representasi, 4) klien, 5) masalah
penyebab, 6) forum, 7) sistematika, 8) pengaruh, 9) pembuatan keputusan,
10) tingkat ketidakadilan, 11) tidak responsif, 12) sistem.
 Tujuan-tujuan antara lain :
a) Tidak terdefenisikan dengan jelas atau tidak begitu dipahami suatu masalah
b) Tidak dianggap sebuah prioritas oleh sebagian besar rakyat – khususnya oleh kelompok
terpinggirkan yang akan merasakan buah advokasi
c) Tidak disempitkan menjadi isu spesifik dengan strategi yang tepat.

Bagi para pelaku advokasi, sebuah permasalahan adalah situasi negatif yang mempengaruhi
kelompok rakyat tertentu. Contohnya, permasalahan buruknya perawatan kesehatan, korupsi,
pengangguran, kekerasan terhadap buruh perempuan, kejahatan, atau kerusakan lingkungan.
Permasalahan-permasalahan umum ini ditemukan di berbagai tempat namun karakteristiknya
sangat beragam tergantung pada konteksnya. Setiap permasalahan diciptakan oleh beragam
isu-isu yang berbeda. Sebuah isu advokasi yang baik cukup fokus sehingga dapat
dihubungkan dengan kebijakan yang jelas atau solusi politik dan dengan mudah dapat
disampaikan banyak orang.
Sebagai contoh, perawatan kesehatan yang buruk adalah sebuah permasalahan yang hampir
ditemukan di seluruh penjuru dunia, tetapi isu-isu spesifik sangat berbeda jauh dari satu
negara dengan negara yang lainnya. Di Amerika Serikat, salah satu isu penting adalah harga
obat dengan resep (dokter). Di Malawi, akses terhadap layanan dasar kesehatan adalah isu
yang lebih besar.
Dalam advokasi adalah penting untuk memahami garis permasalahan. Akan tetapi penting
juga untuk mendefenisikan dan memprioritaskan isu karena setiap isu memiliki sasarannya
sendiri-sendiri yang menghubungkan nya dengan kebijakan-kebijakan tertentu, rakyat dan
lembaga-lembaga yang memiliki kekuasaan.

Secara umum, terdapat dua jenis permasalahan yaitu permasalahan proses dan kongkrit.
Meskipun keduanya saling berhubungan, setiap jenis menghadirkan dilema-dilema dan
kemungkinan-kemungkinan yang berbeda untuk pengorganisiran dan langkah politik.
a) Permasalahan Proses
Permasalahan proses berhubungan dengan bagaimana sebuah keputusan dibuat dan
ditetapkan. Yang menjadi masalah ini termasuk transparansi, diskriminasi,
akuntabilitas, korupsi dan penindasan.
Terkadang sulit untuk memobilisasi permasalahan proses karena mereka tampak
begitu abstrak. Ketika rakyat berjuang dengan isu-isu dasar kelangsungan hidup, sulit
menjelaskan kenapa permasalahan-permasalahan proses tersebut merupakan masalah
penting. Dalam beberapa kasus, permsalahan-permasalahan konkrit merupakan titik
tolak keberhasilan advokasi.
Namun demikian, ada masanya ketika orang-orang yang berbeda benar-benar
merasakan permasalahan-permasalahan proses. Misalnya selama masa reformasi
dan peralihan politik atau bahkan di jaman sekarang ini, permasalahan-permasalahan
proses semacam korupsi dan penindasan menjadi tuntutan yang diteriakan di setiap
aksi turun ke jalan dan menyatukan berbagai sektor kekuatan rakyat. Sama halnya,
pertemuan-pertemuan pembuat kebijakan internasional seperti pertemuan WTO, KTT
Sosial (Social Summit) dan Konfrensi Tingkat Dunia keempat PBB
tentang Perempuan adalah momen advokasi dengan efektif berfokus pada
permasalahan-permaslahan proses.
Sebagai mana semua persoalan-persoalan, penyebarluasan proses pada akhirnya perlu
untuk dicurahkan ke dalam isu-isu kongkrit untuk dapat menekan kebijakan-kebijakan
tertentu dan pelaksanaan program-program.
b) Permasalahan Kongkrit 
Permasalahan kongkrit adalah permasalahan dengan dampak fisik atau kongkrit
(nyata). Permasalahan kongrit kerap berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dasar
atau pelanggaran hak-hak dasar seperti pengelolaan atau kepemilikan tanah,
perawatan kesehatan, pendidikan, limbah beracun, kekerasan terhadap perempuan,
PHK dan pengangguran dan lain sebagainya. Untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ini anda juga sekaligus harus menyelesaikan permasalahan proses.
Meskipun demikian, mendesaknya permasalahan-permasalahan kongkrit
menjadikannya sebagai sebuah titik tolak yang mudah untuk memobilisasi rakyat.
Permasalahan kongkrit kerapkali disebut sebagai permasalahan fundamental.
c) Menegaskan Permasalahan Lebih Spesifik
Sebuah penegasan permasalahan adalah penjelasan singkat permasalahan dalam
konteks khusus. Menghasilkan suatu penegasan bersama atas permasalahan
membantu menghindari kebingungan dan penafsiran yang simpang-siur mengenai
permasalahan dalam perencanaan berikutnya.
Sebagai contoh, kita kerap berpikir bahwa “kesehatan reproduksi”, reformasi
konstitusional atau korupsi cukup menjelaskan permasalahan. Tetapi istilah-istilah
singkat ini tidak memberi informasi cukup apabila sebagai kelompok dan organisasi
bekerja sama. Contohnya, kesehatan reproduksi barangkali dipahami oleh beberapa
orang sebagai masalah kekurangan akses terhadap kontasepsi dan perawatan masa
pra-melahirkan. Sementara oleh yang lain, masalahnya mencakup rasa malu mengenai
seksualitas.
Kedua pandangan ini berhubungan dengan kesehatan reproduksi, tetapi masing-
masing memerlukan strategi yang berbeda. Kadangkala penjelasan singkat ini
memaparkan jalan keluar – kesehatan reproduksi – bukan (memaparkan)
permasalahan.

Beberapa contoh penegasan masalah:


a. Penjelasan Singkat:
Pendidikan anak perempuan yang tidak memadai (Contoh kasus dari Ghana)
- Penegasan Masalah:
Tingkat putus sekolah sangat tinggi di antara anak perempuan karena banyak
orang tua percaya bahwa menyekelohkan anak perempuan adalah pemborosan
karena mereka akan segera menikah. Lagi pula, guru-guru dan bahan pelajaran
tidak memperkuat pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Beberapa orang
tua pun memerlukan anaknya untuk bekerja
b. Penjelasan Singkat
Perawatan kesehatan yang buruk (Contoh kasus dari Zimbabwe)
- Penegasan Masalah:
Perawatan kesehatan dasar sangat mahal bagi masyarakat dengan pendapatan
rendah dan miskin dan tidak bisa diakses oleh sebagian besar penduduk
pedesaan. Ketersediaan obat-obat sangat minim dan harganya mahal. Rumah
sakit kekurangan staf atau dikelola oleh staf-staf yang berkinerja buruk.
Masyarakat tidak memperoleh pendidikan seputar kesehatan mereka dan tidak
bisa menuntut perlakuan yang lebih baik atau penjelasan mengenai penyakit
mereka atau keluarga mereka. Persoalan ini memiliki dampak yang santa besar
terhadap perempuan dan anak-anak karena mereka membutuhkan perawatan
kesehatan khusus dan harus merawat anggota keluarga lain ketika mereka sakit.
c. Penjelasan Singkat
Pelanggaran Hak Buruh (Contoh kasus dari Indonesia)
- Penegasan Masalah:
Buruh bekerja 12 jam per hari dengan tidak diberikan upah lembur. Upah yang
diterima di bawah ketentuan SK Gubernur (upah minimum).
- Mengidentifikasi masalah dan tujuan Pertanyaan, bagaimana mengidentifikasi
masalah yang spesifik:
a. Apa yang menjadi kasus dan sejarahnya?
b. Bagaimana pengaruhnya?
c. Apa konsekuensi dari masalah tersebut?
d. Apa dampak ekonomi dari masalah tersebut?
e. Sumber yang menunjukkan masalah?
f. Apa peluang untuk berhasilnya penyelesaian masalah?

2. Mengidentifikasi Tujuan :
Advokasi Sosial dilakukan manakala melihat suatu kondisi yang tidak menunjukkan
keberpihakan pada orang yang bermasalah dalam mengakses pelayanan sosial.
Advokasi sosial dilakukan oleh pekerja sosial untuk membela kepentingan PPKS jika
lembaga pelayanan yang ada tidak tertarik, tidak mau, atau bahkan memusuhi mereka.
Tujuannya bukan untuk menghakimi, mencela atau melecehkan sistem yang ada,
tetapi untuk mengubah suatu lembaga atau suatu sistem baik program maupun
kebijakannya agar responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan PPKS. Tujuan advokasi
sosial bermaksud untuk mengubah kebijakan, program atau kedudukan dari
pemerintah, institusi atau organisasi. Lebih fokusnya, tujuan advokasi sosial adalah
apa yang ingin kita ubah, siapa yang akan melakukan perubahan itu, seberapa banyak,
dan kapan. Menurut Zastrow (1999) advokasi sosial adalah menolong PPKS atau
sekelompok PPKS untuk mencapai layanan tertentu ketika PPKS (individu atau
kelompok) ditolak suatu lembaga atau sistem pelayanan, dan membantu memperluas
layanan agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan. Pada umumnya
kerangka waktu untuk suatu pencapaian tujuan advokasi sosial adalah 1-3 tahun.
Penentuan tujuan diharapkan fokus pada satu tujuan kunci, yang merupakan
pernyataan apa saja harapan yang ingin dicapai dengan melakukan advokasi, baik
dalam hal kebutuhan-kebutuhan kepada pembuat kebijakan maupun hasil-hasil jangka
menengah. Tujuan merupakan penyataan umum tentang apa yang diharapkan dan
akan dicapai dalam jangka panjang (tiga sampai lima tahun), disusun dengan
prinsip SMART: Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound
a. Metode penggunaan tujuan
- Tujuan jangka panjang (long-term goals)
tujuan utama yang akan dicapai oleh terapis dalam proses terapi
- Tujuan jangka menengah (intermediate goals)
guna memberikan serta dalam rangka memberikan kepastian operasional dan
keterkaitan terhadap isu strategis yang telah ditetapkan
- Tujuan jangka pendek (short-term goals)
tujuan yang mendukung agar tercapainya tujuan utama dari proses terapi
b. Tujuan Kasus Anak Korban Kekerasan Fisik :
Tujuan advokasi pada dasarnya untuk mengubah kebijakan program
atau kedudukan dari sebuah pemerintahan institusi atau organisasi. Dari
tujuan advokasi yang sudah dijelaskan diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tujuan advokasi pekerja sosial untuk memberikan
pendampingan bagi korban dan keluarga korban berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi mereka terutama dalam bidang hukum.
Selain itu, juga memberikan suatu perlindungan dan pemahaman kepada
korban dan keluarga korban dalam memahami dan memperjuangkan
terpenuhinya hak dan kewajibannya. Hal ini sesuai dengan Undang-
undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa: “tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam
kategori anak berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak.” Dalam
melakukan advokasi, ada 4 jenis advokasi dalam pekerja sosial, yaitu:
Pertama, advokasi klien (client advocacy) dimana advokasi ini
bertujuan untuk membantu klien tentang bagaimana klien berjuang
memenangkan pertarungan terhadap hak-haknya di lembaga lain dan
sistem pelayanan sosial yang ada. Kedua, Advokasi masyarakat (cause
advocacy) advokasi pekerja sosial selalu membantu klien individu, dan
keluarga dalam memperoleh pelayanan. Jika terdapat masalah yang
mempengaruhi kelompok yang lebih besar maka advokasi ini yang
paling sesuai digunakan. Ketiga, Advokasi legislatif (legislative
advocacy). Advokasi jenis ini biasanya dilakukan untuk mempengaruhi
proses pembuatan suatu undang-undang. Keempat, Advokasi
Administrasi (administrative advocacy) bertujuan untuk memperbaiki
atau mengoreksi keluhan-keluhan administratif dan mengatasi masalah-
masalah administratif.

Anda mungkin juga menyukai