Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat dan rahmat
nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yaitu tentang “
WAWANCARA DAN SOSIOMETRI”. Serta salawat dan salam tak lupa pula kita
sanjungkan keharibaan nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, dan
sahabatnya yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah ke zaman
islamiah dan dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengertahuan sebagaimana
yang kita rasakan sekarang ini.Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Drs.
MARTUNIS,M.Siselaku dosen pembimbing.
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Banda Aceh, 7 mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam memberikan sarana bimbingan dan konseling, terlebih dahulu
diperlukan berbagai metode untuk mengumpulkan data terlebih dahulu.
Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbigan dan konseling
menurut H.M. Umar dan Sartono mengemukakan bahwa ada beberapa metode
yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam merealisaikan
bimbingan dan konseling, salah satunya wawancara.
tujuan wawancara di dalam bimbingan dan konseling yaitu dalam wawancara
konseling, klien mengemukakan masalah-masalah yang sedang dihadapinya
kepada konselor, dan konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab
dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara konseling
sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu segenap seginya bisa dihadapi
dengan menggunakan kekuatannya sendiri.
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data
mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial peserta didik, karena
melalui sosiometri kita memperoleh data tentang susunan hubungan antar
individu, struktur hubungan antar individu dan arah hubungan sosial.
Sosiometri mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Bimbingan dan
Konseling. Sosiometri bermanfaat untuk merencanakan program yang
kontruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus
membantu mengatasi masalah penyesuaian dalam lingkungan pergaulan di
sekolah. Di setiap lingkungan pergaulan atau kelompok selalu ada seorang
(pihak) yang terkucil. Entah itu karena dia menarik diri dari pergaulan
dikelompoknya atau dia dikucilkan oleh teman-temannya. Untuk itu dengan
sosiometri, guru dapat melihat siswa-siswa yang terkucil di kelas tertentu.
teknik ini biasanya diterapkan oleh guru BK ( Bimbingan Konseling).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu wawancara?
2. Apa kekurangan dan kelebihan wawancara?
3. Apa saja hal- hal yang perlu diperhatikan didalam wawancara?
4. Apa pengertian sosiometri?
5. Apa saja macam/jenis sosiometri?
6. Bagaimana langkah pengadministrasian sosiometri?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu wawancara
2. Untuk Mengetahui kekurangan dan kelebihan wawancara
3. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan didalam
wawancara
4. Untuk mengetahui peengertian sosiometri
5. Untuk mengetahui macam/jenis sosiometri
6. Untuk mengetahui langkah pengadministrasian sosiometri

BAB II
PEMBAHASAN

WAWANCARA
Konsep Dasar
Pembahasan konsep dasar wawancara meliputi pengertian, fungsi dan manfaat
pengunaan wawancara dalam bimbingan dan konseling. Pada pelayanan bimbingan
dan konseling salah satu metode yang paling banyak digunakan adalah wawancara,
yang merupakan teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi, bertatap
muka yang disengaja, terencana, dan sistematis antara pewawancara (interviewer)
dengan individu yang diwawancarai (interviewee). Proses wawancara pada awalnya
hanya dapat dilakukan melalui tatap muka, tetapi sejalan dengan perkembangan
teknologi komunikasi, proses wawancara dapat dilakukan melalui jarak jauh, seperti
melalui teleconference, telepon, atau menggunakan telepon seluler dengan system
three-G. Proses wawancara dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki
fungsi untuk memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman,
harapan,dan masalah peserta didik, serta memahami potensi dan kondisi
lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerjanya
secara mendalam.
Penggunaan asesmen wawancara dalam pelayanan bimbingan dan konseling
memiliki beberapa manfaat, selain mampu memperoleh informasi secara mendalam,
sekaligus dapat menciptakan rapport yang baik, meningkatkan intensitas hubungan
antara konselor dan peserta didik, mendorong pengembangan kemampuan peserta
didik untuk membuka diri, meningkatkan pemahaman antara konselor-peserta didik,
mengembangkan kemampuan konselor dalam menerima peserta didik,
mengembangkan kepercayaan pada relasi konselor-peserta didik.
Melalui wawancara, konselor juga dapat melakukan asesmen lingkungan. Antara lain
dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur program bim-bingan dan konseling,
meliputi siapa saja yang melaksanakan program; apakah konselor yang bersertifikat,
guru mata pelajaran, orang tua, dan stakeholder lainnya; apa kompetensi yang
diharapkan dimiliki peserta didik setelah mendapat layanan bimbingan dan konseling;
siapa saja target dari program; bagaimana program tersebut diorganisasi.

Kelebihan dan Kekurangan


Setiap metode asesmen yang digunakan memiliki aspek kelebihan maupu
kurangan, oleh karena itu pada pelaksanaan asesmen dalam pelayanan bimbingan
dan konseling memerlukan penggunaan berbagai metode secara bersamaan,
sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif dan lebih akurat, begitu pula dengan
metode wawancara
Untuk lebih memahami kelebihan dan kekurangan metode wawancara akan
dipaparkan berikut ini.
1. Kelebihan wawancara
a. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas kem oleh
pewawancara sehingga individu yang diwawancara lebih mem hami apa
maksud pertanyaan yang diajukan
b. Bahasa yang digunakan pewawancara dapat disesuaikan dengan ba hasa
yang digunakan atau kemampuan interviewee menangkap pertanyaan.
c. Melalui komunikasi langsung tatap muka, diharapkan menimbul kan
suasana keakraban yang baik, terbentuk rapport, sehingga akan
mengoptimalkan hasil wawancara.
2. Kelemahan wawancara
a. Wawancara membutuhkan waktu lama dan lebih banyak tenaga.
b. Membutuhkan keahlian yang memadai untuk melakukan wawancara,
sehingga memerlukan pendidikan dan latihan khusus dalam waktu tertentu
untuk menjadi pewawancara yang baik.
c. Hasil wawancara akan menjadi bias bila terbentuk prasangka atau
stereotip, sehingga hasilnya menjadi tidak objektif.

Fungsi dan Peran Konselor


Pada saat proses wawancara mulai dari pembukaan, kegiatan inti wawancara
sampai dengan penutupan wawancara, konselor memiliki beberapa peran yang harus
dilaksanakan, sehingga proses wawancara berlangsung lancar dalam suasana yang
akrab, terbuka, penuh kepercayaan, dan menyenangkan sehing- ga menghasilkan
informasi yang lengkap, mendalam, dan objektif. Beberapa peran yang harus
dimainkan konselor dapat dilihat pada paparan berikut.
1. Pembukaan, pada langkah ini konselor sebagai pewawancara menciptakan
hubungan yang baik dan menjelaskan tujuan dari kegiatan wawancara, berapa
lama waktu wawancara agar peserta didik sebagai interviewee bersedia
bekerjasama. Umumnya waktu wawancara berlangsung sekitar setengah jam
untuk menghindari kelelahan kedua belah pihak. Konselor juga perlu
menjelaskan bahwa pokok pembicaraan tersebut akan dijaga kerahasiaannya.
2. Inti wawancara, pada bagian ini merupakan saat pewawancara mendapat- kan
informasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu waktu
wawancara berlangsung sebaiknya konselor sebagai pewawancara
menunjukkan sikap yang ramah, dan perhatian yang cukup besar terhadap
interviewee, serta menghindari ada waktu diam terlalu lama, karena akan
mematikan suasana wawancara. Dengan demikian, peserta didik sebagai
interviewee akan dengan bebas dan terbuka memberikan berbagai infor- masi.
Pertanyaan diajukan dengan hati-hati, teliti, dan menggunakan ka- limat yang
jelas dengan menggunakan bahasa yang dipahami interviewee Selain itu, agar
pembicaraan tetap terarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka pedoman
wawancara harus telah disiapkan sebelumnya, walaupun demikian konselor
harus tetap mampu memperluas dan memperdalam pertanyaan yang saling
berhubungan.
3. Pencatatan hasil wawancara, langkah ini dilakukan setelah wawancara
berlangsung. Untuk memudahkan pewawancara, maka dapat digunakan alat
bantu perekam. Apabila dicatat, maka pencatatan hasil wawancara harus
lengkap dan detail. Sebaiknya sebelum dilakukan perekaman atau pencatatan
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada peserta didik bahwa seluruh hasil
wawancara perlu didokumentasikan untuk menjaga validi- tas informasi dan
data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta
didik.
4. Penutup, pada tahap ini, konselor sebagai pewawancara mengakhiri pro- ses
wawancara, menyimpulkan hasil wawancara untuk kemudian dibuat laporan.
Apabila masih diperlukan wawancara berikutnya, konselor ber- sama peserta
didik membuat kesepakatan tentang waktu dan tempat wawancara yang akan
datang.
Konselor apabila ingin menjadi pewawancara yang baik perlu menunjukkan beberapa
perilaku sebagai representasi memiliki keterampilan komunikasi yang memadai, yaitu
memiliki pengetahuan yang luas tentang apa yang akan diwawancara, menunjukkan
minat sungguh-sungguh pada orang lain; berupa- ya untuk menunjukkan pengertian,
simpati, dan empati terhadap interviewee; melakukan kontak mata saat
mewawancara, bersikap terbuka, ramah, penuh perhatian, tidak menghakimi, tidak
menggurui; mampu menggali informasi
sesuai tujuan; mampu melakukan klarifkasi, mampu mengarahkan wawancara sesuai
tujuan, memiliki pengalaman hidup luas dan pengamatan yang tajam; cepat
beradaptasi dengan situasi atau lingkungan; serta mampu menciptakan situasi
menyenangkan pada saat wawancara berlangsung dan saat mengakhiri wawancara

Jenis Wawancara
Metode wawancara dikelompokkan menjadi empat jenis, yang dibedakan
menurut responden, prosedur, situasi, dan segi perencanaannya. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan satu per satu berikut ini.
1. Wawancara menurut responden
Bila ditinjau dari sisi responden, wawancara dibedakan atas wawancara
langsung dan wawancara tidak langsung. Wawancara langsung merupakan
wawancara yang dilakukan kepada individu yang ingin kita kumpulkan datanya.
Sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang seorang individu melalui individu lain yang memiliki informasi
yang dibutuhkan.
2. Wawancara menurut prosedur
Dari segi prosedur wawancara dibedakan menjadi terstruktur dan tidak
terstruktur. Pada wawancara terstruktur, pertanyaan disusun dalam suatu
daftar terinci dan dijadikan pegangan oleh pewawancara untuk melaku- kan
wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur pertanyaannya tidak
disusun rinci, tetapi hanya pokok-pokok pertanyaannya saja, se- hingga
memberi kesempatan pewawancara mengadakan variasi, selain itu
wawancara tidak terstruktur bersifat lebih fleksibel.
3. Wawancara menurut situasi
Wawancara dapat dilakukan pada berbagai situasi, berdasarkan situasi saat
proses berlangsung, wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara formal
dan informal. Wawancara formal dilakukan pada ruang yang telah disiapkan,
pola hubungan resmi/formal. Misal antara konselor dengan dengan peserta
didik di ruang BK. Sedangkan wawancara informal dilakukan tidak di tempat
khusus, pola hubungan santai/tidak resmi. Misal, wawan cara antara konselor
dengan peserta didik di halaman sekolah.
4. Wawancara dilihat dari segi perencanaan
Berdasarkan perencanaan, wawancara dibedakan menjadi wawancara
terencana dan insidental. Wawancara yang terencana, dilakukan dengan
waktu dan tempat telah direncanakan, sumber data juga telah dihubungi dan
telah dicapai kesepakatan bersama. Sementara, wawancara insidental
dilakukan secara kebetulan ada kesempatan baik, serta belum ditetapkan
waktu dan tempat.

Langkah Pengadministrasian
Pengadministrasian wawancara meliputi penyusunan pedoman wawancara,
pelaksanaan wawancara dan melakukan analisis hasil wawancara.
1. Langkah-langkah penyusunan pedoman wawancara
Sebelum melakukan wawancara, konselor perlu merancang pedomannya agar
proses wawancara tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Langkah penyusunan pedoman wawancara yaitu:
a. Menetapkan tujuan wawancara
b. Menetapkan bentuk pertanyaan sesuai tujuan.
c. Merumuskan butir pertanyaan dengan bahasa yang dipahami inter- viewee
d. Pertanyaan harus fokus, sehingga interviewee akan menjawab sesuai
dengan yang dibutuhkan.
e. Rumusan pertanyaan jangan memiliki makna ganda.
f. Rumusan pertanyaan harus netral, tidak mengandung stereotip, SARA,
sugestif, atau menghakimi interviewee.
g. Bila bentuk wawancara terstruktur butir pertanyaan dibuat rinci se-
dangkan bila bentuk wawancara tidak terstruktur, cukup dituliskan pokok-
pokok pertanyaannya saja.
Untuk pedoman wawancara terstruktur, bentuknya seperti angket berisi sejumlah
daftar pertanyaan yang rinci sesuai dengan informasi atau data yang ingin diperolah
dari interviewee. Bedanya bila menggunakan angket, interviewee langsung membaca
daftar pertanyaan dan menuliskan jawab- annya sendiri, sedangkan daftar pertanyaan
pada proses wawancara digu- nakan sebagai pedoman oleh konselor untuk
menanyakan secara langsung dan jawaban diberikan secara lisan oleh interviewee.

2. Langkah-langkah pelaksanaan wawancara


Pada saat konselor akan mengadakan wawancara, perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini.
a. Menetapkan individu (interviewee) yang memiliki informasi.
b. Menetapkan jadwal dan tempat wawancara.
c. Menetapkan jumlah individu yang akan diwawancara (interviewee).
d. Menghubungi individu (interviewee).
e. Melaksanakan wawancara dengan menggunakan pedoman wawan- cara
yang telah dibuat sebelumnya.
f. Melakukan verbal setting di awal wawancara berisi penyampaian tujuan,
menyampaikan informasi apa yang dibutuhkan, berapa lama wawancara
akan berlangsung, dan jaminan akan kerahasiaan.
g. Selama proses wawancara, konselor harus melakukan attending skill,
mampu bertanya dengan baik, mampu mendengar aktif dan mampu
mencatat hasil wawancara dengan lengkap.
h. Melakukan pencatatan hasil wawancara dengan menuliskan atau merekam
dengan alat recorder.
i. Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara,
menyampaikan terima kasih atas kesediaan di wawancara, dan meng
akhirinya dalam situasi menyenangkan.
3. Analisis hasil wawancara.
a. Hasil pencatatan atau perekaman proses wawancara, diketik dalam bentuk
verbatim (dialog tanya jawab antara konselor-peserta didik/ lingkungan
sebagaimana adanya).
b. Mengidentifikasi dan mengelompokkan jawaban peserta didik/ling kungan
yang sesuai dengan pokok pikiran pada pedoman wawan- cara dan
pencapaian tujuan yang ditetapkan.
c. Menganalisis dan menyintesis hasil jawaban peserta didik/ingkungan
sesuai dengan tujuan wawancara.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawa- ban
peserta didik/lingkungan.
SOSIOMETRI

Pengertian Sosiometri
Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan struk- tur
hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Mula-mula dikembangkan
oleh Moreno dan Jenning. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa kelompok
mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang
kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur
kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan
sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap orang, pola
hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.

Bentuk hubungan dalam sosiometri Berdasarkan hasil sosiogram dapat


diperoleh beberapa bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan sosial segitiga menggambarkan intensitas hubungan tiga orang
individu yang cukup kuat atau intim.
b. Hubungan sosial terpusat, menggambarkan tingkat popularitas seorang
individu dalam kelompoknya
c. Hubungan sosial intim, menggambarkan hubungan beberapa orang yang
saling memilih satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang
kuat.
d. Hubungan sosial berbentuk jala, menggambarkan pola relasi yang bersifat
menyeluruh di mana setiap anggota saling berelasi. Bentuk hubungan ini
memiliki intensitas sangat kuat, seluruh kelompok seba- gai satu kesatuan
yang sukar untuk dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam
kelompok tidak akan menyebabkan perpecahan atau kerapuhan suatu
kelompok.
e. Hubungan berbentuk rantai: menggambarkan pola hubungan searah atau
sepihak dan tidak menyeluruh. Intensitas hubungannya rendah, sehingga
relasi kelompok mudah rapuh.

Kelebihan dan Kekurangan


Penggunaan sosiometri memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan metode
asesmen lain yaitu dengan menggunakan sosiometri konselor memiliki peluang untuk
memahami bentuk hubungan sosial yang terjadi di antara peserta didik yang
dibimbingnya dengan melihat bagaimana frekuensi hubungan yang terjadi,
bagaimana intensitas atau kedalaman hubungan yang terjadi, bagaimana posisi
popularitas peserta didik dalam kelompoknya, maupun bagaimana po- sisi peserta
didik yang terisolasi.
Dengan memanfaatkan hasil sosiometri, konselor memiliki peluang untuk me-
lakukan beberapa proses bimbingan untuk memperbaiki hubungan peserta didik
dalam kelompoknya antara lain dalam upaya untuk; (a) memperbaiki struktur
hubungan sosial kelompok; (b) memperbaiki penyesuaian sosial indi- vidu; (c)
mempelajari akibat proses pendidikan di sekolah terhadap hubungan sosial peserta
didik; (d) mempelajari mutu kepemimpinan dalam berbagai si- tuasi; dan (e)
menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang diingin- kan dalam kelompok,
dsb.
Selain memiliki kelebihan penggunaan sosiometri seperti juga metode asesmen
yang lain memiliki beberapa kelemahan antara lain (a) hanya dapat diterap- kan pada
kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal dalam waktu yang cukup lama,
(b) akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai tujuan sangat ditentukan oleh
kemampuan guru pembimbing dalam menyusun ang- ket sosiometri, (c) peserta didik
tidak mudah untuk menetapkan pilihan te- man, menetapkan intensitas hubungan
yang selama ini terjadi, maupun saat menetapkan kriteria pribadi/sifat-sifat anggota
kelompok di kelasnya. Mengingat peserta didik umumnya cenderung memilih anggota
kelompok bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa mereka berhasil dalam
melakukan kegiatan dalam kelompok, melainkan lebih didasarkan pada pertimbangan
rasa simpati dan rasa antipati.

Peran dan Fungsi Konselor


Pada proses asesmen menggunakan sosiometri, konselor memiliki peran dan
fungsi sebagai (a) perencana, yaitu mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan
asesmen, pembuatan angket sosiometri, menetapkan peserta didik sebagai sa- saran
asesmen, dan membuat satuan layanan asesmen sosiometri, (b) pelaksana, yaitu
memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data),
memandu peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh
peserta didik mengisinya dengan benar, (c) melaku- kan pengolahan mulai dari
membuat tabulasi, sosiogram, menghitung indeks pemilihan, hingga melakukan
analisis hasil, dan (d) melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat
program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi peserta didik.

Macam/Jenis Angket Sosiometri


1. Nominatif
Pada tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa- siapa
kawan yang disenangitidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas
tertentu. Pilihan harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (pa ling disenangi),
pilihan kedua, ketiga, dst. Pilihan pertama diberi skor 3, kedua diberi skor 2,
ketiga diberi skor 1.
Contoh pertanyaan:
 Siapa teman yang sesuai untuk bekerja sama?
 Siapa kawan terbaik?
 Siapa teman yang disukai untuk kerja kelompok?
 Kepada siapa Anda berbagi dalam kesukaran? Apa alasannya?
 Teman yang paling tepat untuk menjadi ketua kelas adalah?
Alasannya?
Hasil penggunaan angket sosiometri nominatif diperoleh data sebagai
berikut:
a. Luas tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan sedikit banyak-
nya mendapat pilihan dari teman-temannya.
b. Intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang
ditujukan padanya.
c. Struktur hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram)
d. Status hubungan (analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status
pemilihan dan penolakan.
2. skala bertingkat
Pada tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pernyataan yang disusun
bertingkat, dari pernyataan yang menyatakan hubungan paling dekat, sampai
hubungan paling jauh. Pada setiap pernyataan individu diminta menuliskan
nama salah seorang temannya, sesuai dengan jarak hubungan- nya. Pilihan
pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0, keempat or -1, kelima skor
-2. Hasilnya diperoleh gambaran status hubungan sosial setiap individu.
Contoh pertanyaan:
 Saya sangat senang bersama dan saling membantu dengan...
 Saya menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan...
 Saya dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan..
 Saya tidak begitu akrab dengan...
 Saya tidak senang dengan...
3. Siapa dia
Tipe sosiometri siapa dia, disediakan pernyataan tentang sifat-sifat indivi- du.
Sebagian pernyataan mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif Setiap
anggota diminta memilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan
pernyataan tersebut. Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang.
Pilihan item (+) mendapat skor 1, item () mendapat skor -1.
Contoh pertanyaan:
 Teman yang hampir tidak pernah marah adalah...
 Teman yang sering murung adalah...
 Teman yang dapat bekerja sama adalah...
 Teman yang periang adalah...
 Teman yang angkuh adalah Teman yang dapat dipercaya berbagi
masalah adalah...
 Teman yang mudah bergaul adalah...

Langkah Penyusunan Angket Sosiometri


Sebelum melaksanakan proses asesmen pada pelaksanaan bimbingan dan kon
seling, guru pembimbing perlu mempersiapkan dulu alat asesmen yang akan
digunakan. Pada penggunaan angket sosiometri guru pembimbing perlu me-
nyusunnya sendiri dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1. Menetapkan tujuan penggunaan angket sosiometri merupakan langkah awal
yang penting dilakukan guru pembimbing agar dapat menetapkan tipe angket
sosiometri apa yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Bila
tujuannya untuk menetapkan pemilihan anggota kelom- pok/teman lain
berdasarkan kedekatan maka guru pembimbing menggu- nakan tipe angket
sosiometri skala bertingkat, bila meminta peserta didik menetapkan pemilihan
anggota kelompok/teman lain berdasarkan tingkat nominasinya, maka guru
pembimbing menggunakan tipe angket sosiometri nominatif, akan tetapi bila
meminta anggota kelompok untuk mengenali karakteristik pribadi atau sifat
anggota kelompok/teman lainnya maka guru pembimbing menggunakan
angket sosiometri tipe siapa dia.
2. Menyusun angket sosiometri sesuai dengan pilihan tipe yang ditetapkan sesuai
tujuan pelaksanaan asesmen.
Hal penting dalam menyusun angket adalah merumuskan pertanyaan atau
pernyataan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila me- milih
angket sosiometri nominatif, maka guru pembimbing menetapkan pernyataan
sesuai dengan data apa yang akan dikumpulkan dari peserta didik. Apakah
pernyataan yang mengemukakan pemilihan teman dalam kelompok belajar,
kelompok piket, sebagai ketua kelas/ketua kelompok, dalam kelompok diskusi,
teman berbagai masalah, dsb.
Apabila memilih angket sosiometri skala bertingkat, maka guru pembim bing
menetapkan pernyataan dengan memperhatikan tingkatan kedekatan
hubungan yang ingin diketahui dari peserta didik di dalam kelompoknya mulai
dari tingkat kedekatan yang sangat akrab-tingkat yang sangat long- gar, atau
mulai dari tingkat sangat senang-tingkat sangat tidak senang, se- hingga dapat
diketahui intensitas hubungan yang dimiliki setiap anggota kelompok di kelas.
Sedangkan bila menggunakan angket sosiometri siap dia, maka guru
pembimbing harus secara hati-hati menetapkan karakteristik pribadi/sifat-sifat
yang ingin diketahui dari peserta didik di kelasnya. Sebaiknya ditetapkan
karakteristik pribadi/sifat-sifat yang positif, sehingga peserta didik belajar untuk
memandang orang lain secara positif dan mampu mengenali kekuatan yang
dimiliki setiap anggota kelompok di kelasnya. Sedangkan konselor dengan
mengenali berbagai potensi positif kelasnya. ang dimiliki peserta didik, akan
mendorong sikap optimis dalam merencanakan dan melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Hindari menggunakan karakteristik pribadi/sifat-sifat negatif, hal ini akan
memberi beban psikologis bagi peserta didik yang mengisi angket sosiometri
karena harus memberi penilaian negatif kepada temannya.

Langkah Pengadministrasian
1. Persiapan
a. Menentukan kelompok peserta didik yang akan diukur
b. Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
c. Membuat satuan layanan asesmen

2. Pelaksanaan
a. Memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan
data)
b. Membagikan angket sosiometri
c. Menjelaskan cara mengerjakannya
d. Memeriksa apakah sudah benar mengisinya
e. Mengumpulkan kembali angket setelah selesai disi
3. Pengolahan dan analisis hasil
a. Memeriksa kelengkapan hasil angket
b. Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh setiap individu
c. Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skore
d. Menghitung indeks pemilihan
e. Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor
individu

Langkah Pengolahan dan Analisis


1. Memeriksa kelengkapan hasil angket
Konselor melakukan pengecekan pada angket yang telah diisi peserta di-
dik untuk melihat kelengkapan data pribadi dan kelengkapan jawaban yang
dibuat setiap peserta didik, sehingga datanya memiliki kelayakan untuk diolah
dan dianalisis.
2. Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh
a. Setiap individu, dengan cara memberi bobot pada setiap jawaban yang
dibuat peserta didik. Kriteria penetapan skor sangat ditentukan oleh jenis
sosiometri yang digunakan, apakah tipe nominatif, tipe bertingkat, atau tipe
siapa dia. Setelah diberi skor pada setiap jawaban peserta didik, konselor
membuat tabulasinya, sehingga dapat mudah terlihat berapa besar jumlah
skor yang diperoleh setiap peserta didik. Agar memperjelas bagaimana
prosesnya, maka akan disajikan ilustrasi tabulasi pada angket tipe
nominatif.
Pada tabulasi berikut ini berisi hasil skor angket sosiometri yang di- berikan
kepada enam orang peserta didik yang berada di kelas yang sama, mereka
diminta untuk menetapkan tiga orang teman yang menurut mereka akan
dijadikan kelompok dalam mengerjakan tugas. Untuk pilihan pertama diberi
simbol huruf A diberi skor 3, pilihan kedua dengan simbol huruf B diberi skor
2, sedangkan pilihan ketiga dengan simbol huruf C diberi skor 1.
3. Membuat sosiogram
Sosiogram dibuat berdasarkan hasil tabulasi yang dibuat berdasarkan
urutan pemilihan setiap anggota kelompok kepada anggota lainnya dalam
kelompok tersebut. Sosiogram dibuat untuk mempermudah kita melihat arah
hubungan, intensitas hubungan, bentuk hubungan, dan posisi peserta didik
dalam kelompoknya apakah popular atau terisolir.

4. Melakukan analisis hasil sosiogram


a. Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perole- han
skor individu. Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang disajikan,
maka bentuk hubungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga —> E-F-D-E
Terpusat —> A, B, E, D F
Intim—> E-F-D; A -C;A- E saling memilih (panah bolak-balik)
Jala —> Semua saling memilih (tidak ada)
Rantai —> C-A-F-D
Populer —> F
Terisolasi —> B
b. Menghitung indeks pemilihan Indeks pemilihan merupakan suatu angka
yang menunjukkan tinggi rendahnya atau kuat lemahnya pemilihan
terhadap diri seseorang di dalam interaksi kelompoknya. Populer dan
terisolirnya seseorang dalam kelompoknya dapat diketahui dari besar
kecilnya status pemilihan. Sedangkan penolakan seseorang di dalam
kelompoknya dapat dilihat dari besar kecilnya indeks penolakan.
c. Menginterpretasi hasil sosiometri Setelah data pada angket sosiometri
ditabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk sosiogram. Hal-hal yang dapat
ditemukan dalam sosio- gram:
1) Apakah terdapat lebih banyak pilihan searah atau dua arah (saling
memilih).
2) Apakah terdapat banyak pilihan antara peserta didik ataukah hanya
sedikit.
3) Apakah terdapat kelompok yang cenderung bersifat tertutup karena
banyak terdapat saling memilih sebagai pilihan pertama dan kedua
(klik).
4) 4) Apakah ada peserta didik yang tidak mendapat pilihan sama sekali
(terisolir) hanya sedikit pilihan, apalagi pilihan ketiga saja (terabaikan).
5) Apakah ada peserta didik yang mendapat banyak pilihan, apalagi
sebagai pilihan pertama. Subjek ini dapat dianggap populer kelompok
kelompok teman, tetapi hanya dalam rangka kegiatan yang menjadi
kriterium.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses wawancara dalam pelayanan BK memiliki fungsi memahami ber
bagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan, dan masalah
peserta didik, serta memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerjanya secara
mendalam. Penggunaan asesmen wawancara dalam pelayanan BK memiliki
beberapa manfaat, antara lain memperoleh informasi secara mendalam,
menciptakan rapport yang baik, meningkatkan intensitas hubungan antara
konselor peserta didik, mendorong pengembangan kemampuan peserta didik
untuk membuka diri, meningkatkan pemahaman antara konselor-peserta didik
mengembangkan kemampuan konselor dalam menerima peserta didik, dan
mengembangkan kepercayaan peserta didik.
Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Mula-mula
dikembangkan oleh Moreno dan Jenning. Penggunaan angket sosiometri akan
membantu guru pembimbing un tuk memperoleh data yang menggambarkan
pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam
kelompoknya. Pada penggunaan sosiometri setiap guru pembimbing harus
mengikuti be berapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta
pengolahan dan analisis hasil sosiometri.
B. Saran
Penulis menyarakan untuk memperluas wawasan tentang wawancara
dan sosiometri bagi calon konselor profesional. Sehingga konselor dapat
memberikan edukasi-edukasi yang baik. Penulis juga berharap adanya kritik
dan saran sebagai pengembangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan
saran tersebut dapat menjadi perbaikan dalam penulisan makalah
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

 KOMALASARI, GANTINA.2011.ASESMEN TEKNIK NON TES DALAM


PERSPEKTIF BK KOMPREHENSIF.JAKARTA:PT.INDEKS

Anda mungkin juga menyukai