Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF


TENTANG
METODE PENGUMPULAN DATA MELALUI WAWANCARA

KELOMPOK 6

MUDYA ZAHARI 2130101069


MUHAMAD RUHUL HUDA 2130101070
MUHAMMAD AIDIL FIKRI 2130101071
MUHAMMAD ARIF 2130101072

DOSEN PENGAMPU
ROMI MAIROMI, S.Ag., M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum warahmaullahi wabarakatuh,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah


SWT atas berkat dan rahmat karuniaNya, penulisan makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan semangat yang tinggi pula
merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan
penelitian kualitatif tantang metode pengumpulan data melalui wawancara,
dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih atas segala pihak yang
telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dan kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
masih ada kesalahan.
Karena sesungguhnya kami menyadari bahwa, tidak ada yang sempurna
di dunia ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan
isinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca. Kami juga senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini

Batusangkar,28 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. PENGERTIAN WAWANCARA...................................................................3
B. JENIS-JENIS WAWANCARA.....................................................................4
C. TEKNIK WAWANCARA.............................................................................5
D. PROSEDUR WAWANCARA.......................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Perawat seringkali menganggap
wawancara itu mudah karena dalam kesehariannya, perawat sering
berkomunikasi dengan kliennya untuk mendapatkan informasi penting.
Kenyataannya tak semudah itu. Banyak peneliti mengalami kesulitan
mewawancarai orang, karena orang cenderung menjawab dengan singkat.
Apalagi budaya pada masyarakat Indonesia yang cenderung tidak terbiasa
mengungkapkan perasaan.
Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan
dibandingkan dengan wawancara lainnya seperti wawancara pada
penerimaan pegawai baru, penerimaan mahasiswa baru, atau bahkan pada
penelitian kuantitatif. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan
informal.
Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari
informal ke formal. Walaupun semua percakapan mempunyai aturan
peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada
wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan biasa,
wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi
saja, oleh karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung
mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran
partisipan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Wawancara?
2. Apa jenis-jenis metode Wawancara?
3. Apa saja teknik Wawancara?
4. Apa saja prodesur Wawancara?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian wawancara.
2. Mengetahui jenis-jenis Wawancara.
3. Mengetahui teknik Wawancara.
4. Mengetahui Prosedur Wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WAWANCARA
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Teknik
ini paling luas digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden/informan (subyek yang akan dimintakan informasinya). Teknik
wawancara disamping memerlukan waktu yang cukup lama, juga
membutuhkan cara dan peloksanaan tersendiri. Memberikan angket kepada
responden dan menghendaki jawaban tertentu lebih mudah jika
dibandingkan dengan wawancara untuk menggali jawaban respanden
dengan bertatap muka karena interaksi verbal antara peneliti dengan
responden.
Dalam pelaksanaanya, wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
dan tidak terstruktur (bebas). Secara bebas artinya pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada terwawancara tampa harus membawa lebar
pedomannya. Syarat wawancara seperti ini adalah pewawancara harus tetap
mengingat data apa saja yang harus dikumpulkan. Lain halnya dengan
wawancara yang bersifat terpimpin, pewawancara berpedoman pada
pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu
ada juga wanacara yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas
melakuakan interview dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat
garis besarnya saja.
Lincoln don Guba (1985:266) menjelaskan teknik wawancara
digunakan untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan.
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi. mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota (Lincoln don Guba, 1985 : 266 dalam Moleong, 1995:
135).
Menurut Singarimbun (1989;192) mengatakan, wawancara adalah
proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara
ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus
informasi. Faktor-faktor tersebut ialah : pewawancara, responden, topik
penelitian yang tertuang dalam pertanyaan, don situasi wawancara.
Sementara itu, Mcnamara (2001), mengatakan bahwa wawancara
khususnya berguna untuk mendapatkan gambaran dibalik pengalaman-

3
4

pengalaman orang yang diwawancarai (partisipan). Pewawancara dapat


mengetahui lebih dalam informasi topik yang dibahas. Wawancara dapat
berguna sebagai tindak lanjut kuesioner terhadap responden. Biasanya
pertanyaan yang diajukan dapat merupakan pertanyaan yang terbuka atau
tertutup. Sebelum kita mendisain pertanyaan-pertanyaan dan proses
interview tanyakan kepada diri sendiri secara jelas kebutuhan atau masalah
apa yang akan diteliti melalui interview. Hal ini membantu kita
memfokuskan informasi yang diperlukan.
Dari semua pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa wawancara
merupakan salah satu bentuk metode pengumpulan data yang mana seorang
ang disebut pewawancara mencari sebuah informasi dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan kepada seorang yang terwawancara
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
B. JENIS-JENIS WAWANCARA
Secara garis besar jenis wawancara dibedakan atas:
1. Wawancara terencana
Wawancara terencana dilakukan untuk memperoleh bahan-
bahan informasi sesuai dengan tema yang telah direncanakan
sebelumnya. Untuk melakukan wawancara terencana,
pewawancara terlebih dahulu harus menyiapkan pedoman
wawancara dan menetukan narasumber atau informan yang
relevan. Narasumber yang dimaksud adalah pihak yang dianggap
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan tema
yang telah direncanakan.
2. Wawancara Insidental
Sedangkan dalam wawancara insidental pewawancara kurang
memungkinkan untuk mempersiapkan ha-hal tersebut, mengingat
obyek atau peristiwa yang terjadi bersifat insidental atau tidak
terencana. Kendati demikian, bukanlah berarti bahwa
pewawancara tidak memiliki pengetahuan mengenai cara atau
aturan wawancara tertentu.
Menurut Nawawi dan Hardani (1992), jenis wawancara antara lain
adalah wawancara berstruktur, wawancara tidak berstruktur, dan wawancara
semi berstruktur. Dan yang dimaksud dari ketiga wawancara tersebut
adalah:
1. Wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan ketika pewawancara
menyiapkan pertanyaan terlebih dahul sebelum diajukan kepada
terwawancara dan urutan dari pentanyaan tersebut tidak dirubah.
Dengan demikian, wawancara terstruktur memungkinkan peneliti
5

untuk mengumpulkan data yang dapat dibandingkan dengan


mudah. Namun, kekurangan dari wawancara terstruktur adalah
bahwa pertanyaan-pertanyaan yang disusun sebelumnya
mungkin tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya diinginkan
oleh responden, sehingga data yang diperoleh mungkin tidak
akurat.
2. Wawancara tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk semua
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat berubah-ubah sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh responden. Dengan demikian,
wawancara tidak terstruktur memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang lebih akurat karena dapat
menyesuaikan pertanyaan sesuai dengan apa yang sebenarnya
diinginkan oleh responden. Namun wawancara ini memiliki
kekurangan yaitu data yang diperoleh mungkin sulit
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari responden lain
karena pertanyaan yang diajukan tidak sama.
3. Wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi-terstruktur yang merupakan gabungan
dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara semi-terstruktur
telah disusun sebelumnya, namun dapat diubah-ubah sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh responden. Dengan demikian,
wawancara semi-terstruktur memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang lebih akurat dan juga memudahkan
dalam perbandingan data.
C. TEKNIK WAWANCARA
Jika dilihat dari topik yang akan diajukan dalam prses wawancara,
terdapat tiga bentuk teknik wawancara, yaitu:
1. Wawancara Bebas.
Wawancara bebas adalah wawancara yang dilakukan kepada
orang-orang dalam masyarakat yang dikaji dengan topik wawancara
bebas, tidak berfokus pada topik tertentu, dan orang yang diwawancara
dapat menjawab pertanyaan secara bebas pula.
2. Wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah wawancara yang dimaksud untuk
mengumpulkan data melalui keterangan secara lisan dari informan
terutama kepada informan kunci dengan menggunakan pedoman
umum wawancara, sebagai penuntun wawancara sehingga peneliti
tidak kehilangan pegangan dan kehabisan bahan pertanyaan
(Koentjaraningrat:181)
6

3. Wawancara berencana
Wawancara berencana adalah wawancara yang menggunakan
pedoman daftar pertanyaan dengan tipe terbuka sampel yang telah
direncanakan. Wawancara berencana ini dilakukan guna untuk
memperoleh informasi tambahan dari setiap individu yang menjadi
sampel, yaitu pendapat dan pengetahuannya terhadap objek yang
ditelitinya.
D. PROSEDUR WAWANCARA
Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti
tahapan berikut ini:
1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang
dipilih.
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa
yang relevan dalam menjawab pertanyaan penelitian.
3. Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk
pewawancara maupun partisipan. Mike harus cukup sensitif
merekam pembicaraan terutama bila ruangan tidak memiliki
struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus
direkam.
4. Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. Kaset harus
kosong dan tepat pada pita hitam bila mulai merekam. Jika
perekaman dimulai, tombol perekam sudah ditekan dengan benar.
5. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat
sampai lima halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka
dan sediakan ruang yang cukup di antara pertanyaan untuk
mencatat respon terhadap komentar partisipan.
6. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin
ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi
partisipan. Idealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan
dengan perekam berada di antaranya, sehingga suara suara
keduanya dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti
mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti tertawa,
menepuk kening, dsb.
7. Berikan inform consent pada calon partisipan.
8. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada
waktu tersebut (jika mungkin), hargai partisipan dan selalu
bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik adalah yang lebih
banyak mendengarkan daripada berbicara.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai
metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan
penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh partisipan. Studi hipotesis perlu
7

digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti


untuk memfasilitasi wawancara, misalnya mewawancarai pengalaman
ayah selama prosedur seksio sesarea perlu dilakukan dalam 48 jam setelah
persalinan dan kemudian antara satu hingga dua bulan berikutnya.
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan
utama. Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal
maksudnya adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi
dan pengetahuan orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan
bagaimana situasi saat itu akan menentukan masa depannya. Alasan kedua
adalah untuk memenuhi kriteria rigor (ketepatan). Selain itu, peneliti dapat
mengkonfirmasi atau mengklarifikasi informasi yang ditemukan pada
wawancara pertama. Melalui pertemuan ini hubungan saling percaya
semakin meningkat sehingga dapat menyingkap pengalaman atau perasaan
partisipan yang lebih pribadi.
8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawancara merupakan salah satu bentuk metode pengumpulan data
yang mana seorang ang disebut pewawancara mencari sebuah informasi
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan kepada
seorang yang terwawancara dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Jenis wawancara secara garis besar terbagi menjadi dua
yaitu wawancara ternyata dan wawancara insidental. Sedangkan, teknik
dari wawancara memiliki tiga bentuk diantaranya wawancara bebas,
mendalam, dan terstruktur.
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan
utama. Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. kedua adalah
untuk memenuhi kriteria rigor (ketepatan). Sehingga dengan menggunakan
teknik wawancara ini antara peneliti dan narasumber mempunyai
hubungan yang saling percaya semakin meningkat sehingga dapat
menyingkap pengalaman atau perasaan partisipan yang lebih pribadi dan
memudahkan peneliti untuk mendapatkan hasil dari yang akan diteliti.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai lingkungan media belajar. Dan kami juga
berharap pembaca dapat memahami semua penjelasan yang di berikan
dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang jelas atau kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, pembaca dapat memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini

9
DAFTAR PUSTAKA

Byrne, M. (2001). Interviewing as a data collection method. Association of


Operating Room Nurses. AORN Journal.
Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry& research design: Choosing among
five traditions. Thousand Oaks: Sage Publication.
Fadhallah, 2020. WAWANCARA, UNJ PRESS.Gedung Rektorat lantai 1, Kampus
A UNJ Jalan Rawamangun Muka, Rawamangun, Pulo Gedung, Jakarta
Timur
Herdiansyah, Haris, 2013. Wawancara, observasi dan focus groups sebagai
instrumen penggalian data kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta
Koentjaraningrat, 1990. Metode Wawancara Dalam Metode-metode Penelitian
Masyarakat.Koentjaroningrat, Perierbit Pi. Gramedia, Jakarta.
Moleong, Lexy J., 2000. Metode Penelitian Kuolitotif. Penerbit PT. Remajo
Rosdakarya, Bandung.
Pujastaaswa, Ida Bagus Gde, 2016. TEKNIK WAWANCARA DAN OBSERVASI
UNTUK PENGUMPULAN BAHAN INFORMASI, UNIVERSITAS
UDAYANA
Siregar, Nina Siti Salamah, 2002. METODE DAN TEKNIK WAWANCARA.
Medan

Anda mungkin juga menyukai