KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU
ROMI MAIROMI, S.Ag., M. Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. PENGERTIAN WAWANCARA...................................................................3
B. JENIS-JENIS WAWANCARA.....................................................................4
C. TEKNIK WAWANCARA.............................................................................5
D. PROSEDUR WAWANCARA.......................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Perawat seringkali menganggap
wawancara itu mudah karena dalam kesehariannya, perawat sering
berkomunikasi dengan kliennya untuk mendapatkan informasi penting.
Kenyataannya tak semudah itu. Banyak peneliti mengalami kesulitan
mewawancarai orang, karena orang cenderung menjawab dengan singkat.
Apalagi budaya pada masyarakat Indonesia yang cenderung tidak terbiasa
mengungkapkan perasaan.
Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan
dibandingkan dengan wawancara lainnya seperti wawancara pada
penerimaan pegawai baru, penerimaan mahasiswa baru, atau bahkan pada
penelitian kuantitatif. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan
informal.
Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari
informal ke formal. Walaupun semua percakapan mempunyai aturan
peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada
wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan biasa,
wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi
saja, oleh karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung
mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran
partisipan.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Wawancara?
2. Apa jenis-jenis metode Wawancara?
3. Apa saja teknik Wawancara?
4. Apa saja prodesur Wawancara?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian wawancara.
2. Mengetahui jenis-jenis Wawancara.
3. Mengetahui teknik Wawancara.
4. Mengetahui Prosedur Wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WAWANCARA
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Teknik
ini paling luas digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden/informan (subyek yang akan dimintakan informasinya). Teknik
wawancara disamping memerlukan waktu yang cukup lama, juga
membutuhkan cara dan peloksanaan tersendiri. Memberikan angket kepada
responden dan menghendaki jawaban tertentu lebih mudah jika
dibandingkan dengan wawancara untuk menggali jawaban respanden
dengan bertatap muka karena interaksi verbal antara peneliti dengan
responden.
Dalam pelaksanaanya, wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
dan tidak terstruktur (bebas). Secara bebas artinya pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada terwawancara tampa harus membawa lebar
pedomannya. Syarat wawancara seperti ini adalah pewawancara harus tetap
mengingat data apa saja yang harus dikumpulkan. Lain halnya dengan
wawancara yang bersifat terpimpin, pewawancara berpedoman pada
pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu
ada juga wanacara yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas
melakuakan interview dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat
garis besarnya saja.
Lincoln don Guba (1985:266) menjelaskan teknik wawancara
digunakan untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan.
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi. mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota (Lincoln don Guba, 1985 : 266 dalam Moleong, 1995:
135).
Menurut Singarimbun (1989;192) mengatakan, wawancara adalah
proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara
ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus
informasi. Faktor-faktor tersebut ialah : pewawancara, responden, topik
penelitian yang tertuang dalam pertanyaan, don situasi wawancara.
Sementara itu, Mcnamara (2001), mengatakan bahwa wawancara
khususnya berguna untuk mendapatkan gambaran dibalik pengalaman-
3
4
3. Wawancara berencana
Wawancara berencana adalah wawancara yang menggunakan
pedoman daftar pertanyaan dengan tipe terbuka sampel yang telah
direncanakan. Wawancara berencana ini dilakukan guna untuk
memperoleh informasi tambahan dari setiap individu yang menjadi
sampel, yaitu pendapat dan pengetahuannya terhadap objek yang
ditelitinya.
D. PROSEDUR WAWANCARA
Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti
tahapan berikut ini:
1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang
dipilih.
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa
yang relevan dalam menjawab pertanyaan penelitian.
3. Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk
pewawancara maupun partisipan. Mike harus cukup sensitif
merekam pembicaraan terutama bila ruangan tidak memiliki
struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus
direkam.
4. Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. Kaset harus
kosong dan tepat pada pita hitam bila mulai merekam. Jika
perekaman dimulai, tombol perekam sudah ditekan dengan benar.
5. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat
sampai lima halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka
dan sediakan ruang yang cukup di antara pertanyaan untuk
mencatat respon terhadap komentar partisipan.
6. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin
ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi
partisipan. Idealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan
dengan perekam berada di antaranya, sehingga suara suara
keduanya dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti
mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti tertawa,
menepuk kening, dsb.
7. Berikan inform consent pada calon partisipan.
8. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada
waktu tersebut (jika mungkin), hargai partisipan dan selalu
bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik adalah yang lebih
banyak mendengarkan daripada berbicara.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai
metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan
penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh partisipan. Studi hipotesis perlu
7
A. Kesimpulan
Wawancara merupakan salah satu bentuk metode pengumpulan data
yang mana seorang ang disebut pewawancara mencari sebuah informasi
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan kepada
seorang yang terwawancara dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Jenis wawancara secara garis besar terbagi menjadi dua
yaitu wawancara ternyata dan wawancara insidental. Sedangkan, teknik
dari wawancara memiliki tiga bentuk diantaranya wawancara bebas,
mendalam, dan terstruktur.
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan
utama. Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. kedua adalah
untuk memenuhi kriteria rigor (ketepatan). Sehingga dengan menggunakan
teknik wawancara ini antara peneliti dan narasumber mempunyai
hubungan yang saling percaya semakin meningkat sehingga dapat
menyingkap pengalaman atau perasaan partisipan yang lebih pribadi dan
memudahkan peneliti untuk mendapatkan hasil dari yang akan diteliti.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai lingkungan media belajar. Dan kami juga
berharap pembaca dapat memahami semua penjelasan yang di berikan
dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang jelas atau kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, pembaca dapat memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini
9
DAFTAR PUSTAKA