Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

WAWANCARA
Dosen Pengampu:

Januari Rizki Pratama R.,M. Hum.

Disusun Oleh :Rahmiatun Aulia (E1C02310028)

Mata kuliah :Keterampilan Berbicara

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas rahmat dan rahimnya yang selalu dilimpahkan
kepada kita semua. Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad Saw yang menjadi Rahmat sekalian alam.
Makalah yang disusun ini berjudul “Wawancara”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Berbicara.

Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan


kendala, dikarenakan penulis masih dalam tahap belajar makalah. Berkat bantuan
dan dorongan dari semua pihak maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang terhormat,
teman-teman dan juga keluarga. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Amin. Kritik dam saran sangat
berguna bagi penulis.

Mataram, 13 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah .....................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2

A. Pengertian wawancara ...........................................................................2


B. Persyaratan Wawancara ........................................................................3
C. Tipe-Tipe atau Jenis Wawancara .........................................................4
D. Tujuan Wawancara ................................................................................5
E. Fungsi Wawancara .................................................................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sanapiah Faisal wawancara merupakan angket lisan,
maksudnya responden mengungkapkan informasiya secara lisan dalam
hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawaban
secara tertulis. Dalam wawancar terdapat delapan persyaratan, yaitu:
mempunyai tujuan yang jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan
persiapan dan riset awal, melibatkan khalayak, menimbulkan spontanitas,
pewawancara sebagai pengendali dan mengembangkan logika.
Wawancara mengandung tiga dimensi: sebagai ilmu, sebagai seni,
dan keterampilan. Sebagai ilmu, pelajar mempelajari wawancara dari
bangku perkuliahan di kampus, pelatihan-pelatihan jurnalistik, dan dari
buku-buku. Sebagai seni, pewawancara mengembangkan sikap kreatif
melalui sentuhan-sentuhan perasaan kejiwaan dan kepiawaian untuk bisa
masuk suasana nara sumber. Sebagai keterampilan, wawancara hanya
dapat dikuasai dengan cara terus mempraktikkannya di lapangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi wawancara?
2. Apa saja tipe atu jenis wawancara?
3. Apa tujuan wawancara?
4. Apa fungsi wawancara?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui apa definisi dari wawancara
2. Untuk mengetahui tipe atau jenis wawancara
3. Untuk mengetahui apa tujuan wawancara
4. Untuk mengetahui apa fungsi wawancara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawancara
Menurut weleong, wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas suatu pertanyaan. 1 Menurut
Benney dan Hughes, wawancara adalah seni bersosialisasi, pertemuan dua
manusia yang saling berinteraksi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
kesetaraan status, terlepas apakah hal tersebut benar-benar kejadian nyata
atau tidak. Dengan demikian, wawancara dapat menjadi alat atau perangkat,
juga dapat sekaligus menjadi objek. Menurut Sanapiah Faisal wawancara
merupakan angket lisan, maksudnya responden mengungkapkan
informasiya secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak
perlu menuliskan jawaban secara tertulis.2
Wawncara berita (News Interview) adalah kegiatan tanya jawab yang
dilakukan wartawan atau reporter dengan nara sumber untuk memperoleh
informasi yang menarik dan penting yang diinginkan. Informasi yang
menarik dan penting itu kemudian diolah untuk dijadikan berita. 3 Dari
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data menggunakan format pertayaan yang sudah terencana
dan diajukan kepada responden dengan tujuan tertentu. Wawancara dapat
dilakukan secara langsung dan juga tidak langsung. Wawancara langsung
merupakan wawancara yang ditujukan langsung pada orang yang diperlukan
keterangan atau data peneliti (terwawancara). Sedangkan wawancara tidak
langsung merupakan wawancara yang menggunakan perantara.
B. Persyaratan Wawancara
1
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 186
2
Faisal Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: PT Usaha Nasional,
1982), hlm. 213
3
Sumadiria Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis
Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), hlm. 103.
1. Mempunyai tujuan yang jelas
Setiap wawancara harus didasari dengan tujuan yang jelas dimana
tujuan tersebut telah direncanakan. Ababila wawancara tidak didasari
dengan tujuan yang jelas, maka tanya jawab yang berlangsung hanya
sekedar bincang-bincang atau obrolan belaka. Bukan sebuah proses
tanya jawab guna mencapai tujuan tertentu. Pewawancara dapat
mempertanggungjawabkan tujuan melakukan wawancara, dan target
apa yang ingin dicapai melalui wawancara tesebut apabila memiliki
tujuan yang jelas.
2. Efisien
Wawancara semakin terasa efisien apabila berhasil mengungkap
tujuan pokok wawancara yang ingin dicapai dalam waktu ringkas atau
singkat, sehingga khalayak mendapat informasi yang diperlukan
dengan segera. Oleh karenanya, hindari wawancara yang bertele-tele
dan memakan banyak waktu justru sebaliknya lakukan wawancara
secara mendalam tetapi ringkas untuk mengungkap banyak hal yang
ingin diketahui khalayak.
3. Menyenangkan
Wawancara berbeda dengan introgasi, meskipun terkadang
pewawncara mengajukan pertanyaan yang tajam, kritis, dan terkesan
menyudutkan nara sumber. Wawancara yang tidak bersifat introgasi
akan tercipta atau terkesan menyenangkan. Apabila rasa senang
tercipta, maka akan timbul saling percaya dan saling menghargai
antara pewawancara dan sumber. Kondisi ini dikenal sbagai rapport.
4. Mengandalkan persiapan dan riset awal
Melakukan wawancara tanpa riset awal sama lemahnya seperti atlet
yang bertanding tanpa persiapan yag matang. Persiapan wawancara
diawali dengan penentuan topik. Agar menguasai topik yang menjadi
materi wawanara, maka pewawancara harus menguasai topik tersebut
dengan mengumpulkan data atau informasi seputar topik tersebut.
Tujuannya agar pewawancara dapat membuat pertanyaan yang baik
dikarenakan sudah memahami topik. Penguasaan wawancara dapat
menimbulkan rasa hormat dari narasumber yang diwawancarai,
sehingga proses wawancara berjalan lancar.
5. Melibatkan khalayak
Maksud dari pada melibatkan khalayak dalam proses wawancara ialah
agar khalayak tidak merasa asing dengan topik yang sedang
dibicarakan dalam wawancara. Dalam kata lain, pewawancara berhasil
mewakili kepentingan khalayak untuk memperoleh kepastian.
6. Menimbulkan spontanitas
Wawancara yang baik sanggup memunculkan jawaban dan suasana
spontan. Hal ini belawanan dengan wawancara yang pertanyaan dan
jawabannya sudah dpersiapkan terlebih dahulu. Karena wawancara
seperti itu tidak menarik, apalagi besar kemungkinan sumber telah
menyiapkan jwaban tertulis atau lisan, kemudian membaca jawaban
yang telah disiapkan itu. Selain itu, karena pertanyaan dan jawaban
sudah dipersiapkan maka sulit bagi pewawancara untuk
mengembangkan pertanaan dari jawaban sumber.
7. Pewawancara sebagai pengendali
Wawancara akan menarik apabila pewawancra tetap berperan sebagi
pengendali acara. Dalam wawancara sering terjadi justru sumber yang
mendominasi perbincangan dengan mengendalikan acara. Akibatnya
pewawancara tidak dapat mengembangkan pertanyaan dan alur yang
sudah direncanakan. Keadaan seperti ini hanya terjadi apabila
pewawancara tidak berwibawa, tidak menguasai permasalahan, atau
rendah diri karena menganggap sumber memiliki derajat yang lebih
tinggi dibanding dengan diriya.
8. Mengembangkan logika
Dikarenakan wawancara dimaksudkan untuk menggali fakta dan
opini, maka sebuah wawancara akan menarik apabila mampu
mengedepankan logika. Hal tersebut dapat meyakinkan khalayak
tentang fakta dan kebenaran mengenai topik yang sedang
dibicarakan.4

C. Tipe-tipe atau Jenis Wawancara


1. Wawancara dengan perjanjian (Interview by appoinment)
Wawancara dengan perjanjian berlangsung antara dua belah pihak.
Dalam wawancara dalam perjanjian yang perlu diperhatikan adalah:
persiapan, latar belaknag narasumber, topik wawancara, pewawancara
sebagai tuan rumah harus bersikap sopan, dan perjanjian yang jelas
dengan mencatat nama, alamat narasumber, waktu, dan apabila ada
pembatalan segera diberitahukan.
2. Jumpa pers (pers conference)
Saat konferensi pers, ada banyak wartawan dari berbagai media.
3. Wawancara di lokasi kejadian (on the spot interview)
Wawancara di lokasi kejadian diperlukan untuk liputan langsung dari
lokasi kejadian. Misalnya, tabrakan KA dengan metro mini di
kalibata. Reporter langsung menemui pos penjaga kereta api di tempat
kejadian agar erita yang diliput lebih hidup dan menarik bagi pemirsa.
4. Wawancara melalui telepon (telephon interview)
Sebenarnya wawancara melalui telepon kurang baik untuk siaran
berita, kecuali dalam keadaan darurat atau sebagai upaya mengejar
aktualitas berita di tengah-tengah ketatnya pasar informasi. Melalui
metode ini sebaiknya reporter menghindari wawncara dengan
pertanyaan yang panjang. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan
yang singkat dan jelas.
5. Wawancara langsung (live interview)
Siaran berita terkadang akan lebih baik jika disertai wawancara
langsung. Narasumber yang diwawancarai adalah seorang pakar,
pengamat, komentator dan lain sebagainya. Wawancara seperti ini

4
Ibid...
akan menambah kesegaran dalam penyiaran berita dan bagi pemirsa
akan memperoleh informasi yang aktual.
6. Vox pops
Vox pops adalah singkatan dari vox populi, dalam bahasa Latin yang
berarti suara rakyat. Bentuk wawancara ini diadakan di jalan-jalan,
stasiun, halte bis, bandara, pelabuhan, pasar, dan tempat-tempat
keramaian lainnya.5

D. Tujuan Wawancara
Wawancara mengandung tiga dimensi: sebagai ilmu, sebagai seni, dan
keterampilan. Sebagai ilmu, pelajar mempelajari wawancara dari bangku
perkuliahan di kampus, pelatihan-pelatihan jurnalistik, dan dari buku-buku.
Sebagai seni, pewawancara mengembangkan sikap kreatif melalui sentuhan-
sentuhan perasaan kejiwaan dan kepiawaian untuk bisa masuk suasana nara
sumber. Sebagai keterampilan, wawancara hanya dapat dikuasai dengan
cara terus mempraktikkannya di lapangan.
1. Wawancara faktual (the factual interview)
Wawancara faktual dilakukan untuk menggali, mencari, dan
mengumpulkan fakta-fakta. Pertanyaan diarahkan sedalam dan setajam
mungkin untuk memperoleh fakta-fakta dan data penting yang sudah
lama atau sedang dinantikan oleh masyarakat luas.
2. Wawancara riset pendapat (the opinion research interview)
Wawancara ini tidak dimaksudkan untuk memperoleh dan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, fakta atau data penting.
Wawancara riset pendapat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat
nara sumber. Nara sumber yang dipilih bebas, bisa pejabat tinggi negara,
intelektual kampus, orang biasa dan lain sebagainya.
3. Wawancara penegasan kredibilitas nara sumber (a well known
personality interview)

5
Olii Helena, Reportase Radio, (Jakarta: PT Indeks, 2006), hlm. 52
Wawancara ini dimaksudkan untuk menguji tingkat kesahihan (vaiditas)
sebuah informasi yang berkembang dalam masyarakat. Untuk keperluan
tersebut, jurnais mewawancarai pakar atau orang yang ahli dan
kompeten di bidangnya. Jawaban dari pakar yang memiliki reputasi dan
kredibilitas tinggi di bidangnya itu, diharapkan menjadi sumber rujukan
bagi masyarakat. Dengan demikian masyarakat memperoleh kepastian
dan peneguhan seta pijakan dalam bersikap dan melagkah.6

E. Fungsi Wawancara
1. Melengkapi informasi awal yang kurang lengkap.
2. Menghindari kesalahan informasi
3. Mendapatkan informasi secara mendalam, komerhensif, akurat dan jujur.
4. Mendapatkan objektifitas
5. Menggali perspektif baru
6. Antisipasi nara sumber yang baru
7. Mendapat informasi yang berimbang7

6
Sumadiria Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis
Profesional, ... hlm. 116
7
https://berimansinaga.wordpress.com/2015/10/24/fungsi-wawancara/ , di akses 20/10/2017, at
19.13 pm
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data menggunakan
format pertayaan yang sudah terencana dan diajukan kepada responden
dengan tujuan tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara langsung dan
juga tidak langsung. Wawancara langsung merupakan wawancara yang
ditujukan langsung pada orang yang diperlukan keterangan atau data
peneliti (terwawancara). Sedangkan wawancara tidak langsung merupakan
wawancara yang menggunakan perantara.
Wawancara memiliki delapan persyaratan, yaitu: mempunyai
tujuan yang jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan
riset awal, melibatkan khalayak, menimbulkan spontanitas, pewawancara
sebagai pengendali, mengembangkan logika. Tipe-tipe atau jenis
wawancara yaitu: wawancara dengan perjanjian, jumpa pers, wawancara
di lokasi kejadian, wawancara melalui telepon, wawancara langsung, dan
vox pops.
Wawancara memiliki beberapa tujuan, yaitu: untuk menggali
mencari, dan mengumpulkan fakta-fakta, untuk mengetahui apa
sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat nara
sumber. Untuk mengetahui tingkat keshahihan sebuah informasi yang
berkembang dalam masyarakat. Fungsi wawancara adalah melengkapai
informasi awal yang kurang lengkap, menghindari kesalahan,
mendapatkan informasi secara mendalam, komerhensif, akurat dan jujur,
mendapatkan objektifitas, menggali perspektif baru, antisipasi nara sumber
yang baru, dan mendapat informasi yang berimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Haris Sumadiria, 2014, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktis Jurnalis Profesional, Penerbit: Simbiosa Rekatama Media. Bandung.
Helena Olii, 2006, Reportase Radio, Penerbit: PT Indeks. Jakarta.
Moleong, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit: PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sanapiah Faisal, 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerbit: PT Usaha Nasional.
Surabaya.
https://berimansinaga.wordpress.com/2015/10/24/fungsi-wawancara/,diakses
20/10/2017, at 19.13 pm

Anda mungkin juga menyukai