Anda di halaman 1dari 12

BENTUK DAN TEKNIK

WAWANCARA

DISUSUN OLEH :

SADLI ISHAK
3012019076

DOSEN PEMBIMBING : MASDALIFAH SEMBIRING, S.Ag., MA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Bentuk Dan Teknik Wawancara”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Wawancara.....................................................................3
B. Bentuk dan Jenis Wawancara...........................................................4
C. Teknik Wawancara...........................................................................5
D. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara....................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai
metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode
pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer.
Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang
tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode perlengkap. Pada
saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran
dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti
observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam
itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu
mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer
wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode
wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai
kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan.
Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa
interview merupakan suatu metode yang serba guna.
Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang
berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai
interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi
(Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai
jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali
isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat
jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih
lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan). Pihak

1
interviewee diharap mau memberikan keterangan serta penjelasan, dan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan antara interviewer
dengan interviewee itu disebut sebagai “a face to face non-reciprocal relation”
(relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka interview ini dapat
dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang
dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980: 171).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wawancara?
2. Apa bentuk dan jenis wawancara?
3. Bagaimana teknik wawancara?
4. Apa sikap – sikap yang harus dimiliki oleh pewawancara?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan. Narasumber adalah
orang yang memberikan jawaban atau pendapat atas pertanyaan pewawancara.
Narasumber juga biasa disebut dengan informan. Orang yang bisa dijadikan
sebagai narasumber adalah orang yang ahli di bidang yang berkaitan dengan
imformasi yang kita cari.
Charles Stewart dan W.B. Cash
Wawancara adalah proses komunikasi dipasangkan dengan tujuan serius
dan telah ditentukan dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya
jawab.
Robert Kahn dan Channel
Wawancara adalah pola khusus dari interaksi dimulai secara lisan untuk
tujuan tertentu, dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan proses
eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
Koentjaraningrat
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba
untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden, untuk
berkomunikasi tatap muka.
Lexy J. Moleong
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan
diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu).
Denzig
Wawancara dipandu dan rekaman pembicaraan atau tatap muka
percakapan di mana seseorang mendapat informasi dari orang lain.
Lexy J Moleong (1991:135)

3
Menjelaskan bahwa wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam
metode ini peneliti dan responden berhadapanlangsung (tatap muka) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkandata tujuan yang dapat
menjelaskan masalah penelitian.
Sutrisno Hadi ( 1989:192 )
Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau
lebih untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan
mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung
alatpemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi (laten)
atau manifest.
Ankur Garg
Seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bila
dilakukan oleh orang-orang yang mempekerjakan calon / kandidat untuk posisi,
jurnalis, atau orang-orang biasa yang mencari tahu tentang kepribadian seseorang
atau mencari informasi.

B. Bentuk dan Jenis Wawancara


Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
 Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
 Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
 Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat
telepon.
 Wawancara pribadi.
 Wawancara dengan banyak orang.
 Wawancara dadakan / mendesak.
 Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai
seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

4
Jenis Wawancara
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
 Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada
responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan
data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan
tidak terkendali.
 Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar
pertanyaan yang lengkap dan terinci.
 Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara
bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara
sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

C. Teknik Wawancara
 Mulailah mengungkapkan maksud dan tujuan dari diadakannya
wawancara tersebut, dengan menggunakan bahasa yang mudah dan
sederhana sehingga mudah dimengerti oleh responden.
 Berlaku sopan dan ramah dengan menggunakan gaya bahasa yang
menarik dan wajar serta tidak dibuat-buat. Hindari gaya bahasa yang
berintonasi memerintah dan menekan serta hal-hal yang dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.
 Tidak melakukan wawancara secara tergesa-gesa yang dapat
menimbulkan kesan bahwa wawancara yang dilakukan tidak berguna
atau tidak penting.
 Usahakan proses wawancara yang dilakukan berarti penting sekali bagi
proses penelitian dengan sikap yang tidak berlebih-lebihan yang justru
menimbulkan kesan mengolok-olok si responden.
 Bantu responden yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan
pendapatnya ke dalam bentuk lisan.

5
 Apabila dalam proses wawancara terdapat informasi/data baru yang tidak
direncanakan dalam proses wawancara tersebut, buatlah sendiri daftar
pertanyaan untuk menggali informasi yang baru tersebut.
 Gunakanlah alat Bantu dalam proses wawancara yang dapat
mencatat/merangkum hasil wawancara tersebut, baik berupa alat
pencatat, tape recorder, video casete, hand phone, kamera, dan lain-lain

D. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara


Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan
suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang
pewawancara adalah sebagai berikut:
Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju
terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah
merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau
tidak.
Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik
minat si responden.
Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden
dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua
responden bagaimanapun keberadaannya.
Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari
ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana
tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta
pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu
mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara
(interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi
itu; gunakan penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never

6
get involved in long explanations of the study; use standard
explanation provided by supervisor”).
b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan
atau rumusan pertanyaan. (“Never deviate from the study
introduction, sequence of questions, or question wording”).
c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi
wawancara, jangan membiarkan individu lain menjawab untuk
responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada
pertanyaan itu. (“Never let another person interupt the interview;
do not let another person answer for the respondent or offer his or
her opinions on the questions”).
d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak
setuju dengan suatu jawaban. Jangan memberikan kepada
responden suatu ide dari pandangan pribadi anda pada topik dari
pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer or agree or
disagree with an answer. Do not give the repondent any idea of
your personal views on the topic of questions or survey”).
e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya
mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi
seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“Never
interpret the meaning of a question; just repeat the questions and
give instructions or clarifications that are provided in training or by
supervisors”).
f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-
kategori jawaban, atau membuat perubahan susunan kata-kata.
(“Never improvise, such as by adding answer categories, or make
wording changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan
tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara
bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh
pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
pewawancara. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana
memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat
diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat
verbal dan nonverbal. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk
menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah,
sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk
keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara
juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau
penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan obrolan. Namun ada
perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang
membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan
pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.amheru.staff.gunadarma.ac.id/
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/pengertian-wawancara-tv-tujuan-
dan.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200836-tujuan-wawancara/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2170427-pengertian-dan-
fungsi-wawancara/
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035973-pengertian-
wawancara-dan-teknik-wawancara/

Anda mungkin juga menyukai