“TEKNIK WAWANCARA”
DisusunOleh :
Kelompok 2 B Kom
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
kami bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul "Teknik Wawancara" dengan lancar.
Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar
Jurnalistik. Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Tutut Ismi Wahidar, S. Ikom, M. Ikom
selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih untuk
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran. Kritik dan saran tersebut
akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14
ii
BAB I
Pendahuluan
Hasrat ingin tahu merupakan salah satu basic human need yang pemuasannya dapat
dilakukan melalui penyajian informasi. Upaya pemuasan kebutuhan akan informasi terus
mengalami perkembangan dalam bentuk teknologi informatika yang semakin kompleks.
Persaingan bisnis media informatika yang ketat menuntut sistem penyajian informasi yang
mampu memberikan kepuasan dalam masyarakat luas dalam mengakses dan menikmati
berbagai informasi.
Pengumpulan bahan bahan informasi akan memberikan hasil yang lebih optimal
dengan menggunakan teknik teknik tertentu. Diantaranya adalah yang terpenting adalah
teknik interview (wawancara) dan observasi (pengamatan). Kedua teknik itu tentu saja tidak
lazim digunakan untuk pengumpulan bahan berita bagi kalangan meia masa, tapi juga
merupakan teknik pengumpulan data sangat populer dalam peneitian ilmiah.
1.2 RumusanMasalah
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
(i) Tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam
surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi.
(ii) Tanya jawab direksi (kepala personalia/kepala humas) perusahaan dengan pelamar
pekerjaan.
(iii) Tanya jawab peneliti dengan informan/narasumber.
Jadi, wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat, pandangan, atau
pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya
jurnalisme. Dari wawancara itulah, bahan berita yang lengkap didapat, kemudian disusun dan
disebarkan kepada pembaca.
Wawancara adalah pola khusus dari interaksi dimulai secara lisan untuk tujuan tertentu,
dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan proses eliminasi dari bahan-bahan
yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
Koentjaraningrat
2
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk
mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap
muka.
Lexy J. Moleong
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan diwawancarai (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu).
Denzig
Wawancara dipandu dan rekaman pembicaraan atau tatap muka percakapan di mana
seseorang mendapat informasi dari orang lain.
Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih untuk
menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan mendengarkan suara
telinganya sendiri, ternyata informasi langsung alatpemgumpulan pada beberapa jenis data
sosial, baik yang tersembunyi (laten) atau manifest.
Tujuan wawancara pada dasarnya untuk menggali fakta, alasan, atau opni atas sebuah
peristiwa, bak yang sudah, sedang, maupun yang akan berlangsung. Dalam dunia jurnalisme,
setiap kegiatan wawancara memiliki tujuan khusus sesuai dengan format acara/program
(radio/televisi) atau kolom/rubrik (media cetak) yang akan diluncurkan.
3
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang,
pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.
Secara garis besar jenis wawancara dibedakan atas: (1) wawancara terencana dan (2)
wawancara insidental.Wawancara terencana dilakukan untuk memperoleh bahan bahan
informasi sesuai dengan tema yang telah direncanakan sebelumnya untuk melakukan
wawancara terencana,pewawancara terlebih dahulu harus menyiapkan narasumber atau
informasi yang relavan. Narasumber yang dimaksud adalah pihak yang dianggap memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan tema yang telah direncanakan. Sedangkan
dalam wawancara insidential pewawancara kurang memungkinkan untuk mempersiapkan hal
hal tersebut karena tidak terencana. Berikut beberapa jenis wawancara :
4
Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden,
namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.
Ditinjau dari segi isi (Masduki, 2001: 40-41), wawancara dapat dibedakan menjadi berikut.
2. Wawancara riset pendapat/opini (the opinion research interview) yang disebut juga
interpretatif interview atau opinion nterview merupakan wawancara yang dilakukan
untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat
narasumber. Wawancara ini memusatkan perhatian gagasan, penilaian dan
kepercayaan narasumber atas sebuah persoalan. Biasanya, wawancara seperti ini
memerlukan interpretasi terhadap fakta yang sudah ada. Misalnya, setelah terjadi
kenaikan harga masker, apa pengaruhnya? Jenis pertanyaan seperti ini biasanya
ditujukan kepada sejumlah pakar atau akademisi.
5
3. Wawancara tokoh (personality interview), yaitu wawancara dengan fokus pertanyaan
pada aspek pribadi narasumber sebagai tokoh publik
A. Penentuan Informan
Sebelum wawancara pastikan bahwa calon informan adalah orang yang memiliki
pengetahuan yang memadai tentang informasi informasi yang dibutuhkan.
B. Pedoman Wawancara
C. Unsur 5W+1H
Informasi yang baik setidak tidaknya harus memenuhi unsur unsur 5W+1H, yaitu:
1. What (apa)
2. Who (siapa)
3. Where ( dimana)
4. Why (mengapa)
5. When ( kapan)
6. How ( bagaimana)
Informasi yang di sajikan dalam bentuk tulisan (melalui media cetak) menuntut masing
masing unsur diatas secara lebih rinci kedalam sejumlah variabel yang lebih spesifik
(berbicara banyak tentang hal yang kecil) misalnya unsur “who” dapat dijabarkan ke dalam
sejumlah variabel yaitu, nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, berat badan, hobi, obsesi,
makanan, pendidikan, profesi,dan sejumlah ciri-ciri lain yang melekat pada seseorang.
D. Alat bantu
6
Untuk keperluan wawancara hendaknya melengkapi dirinya dengan alat bantu berupa
catatan wawancara dan alat perekam suara (tape recorder). Selanjutnya bahan bahan
informasi baik berupa catatan maupun rekaman diolah dan dikemas sedemikian rupa dalam
bentuk sajian infomasi yang siap di publikasikan.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak
kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu,
sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi
yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan
dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si
responden.
Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,
jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk
tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan
pembicaraan agar terarah.
7
Teknik wawancara merupakan cara sistematis untuk memperoleh informasi-
informasidalam bentuk pertanyaan-pertanyaan lisan mengenai suatu obyek atau peristiwa
pada masa lalu, kini, dan akan datang.
Secara umum teknik wawancara meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan pasca-wawancara.
8
8. Mulailah dengan pertanyaan ringan dan menarik perhatian sumber, misalnya
tentang kesibukan, hobi, atau subjek lain yang menarik baginya. Usahakan agar
proses komunikasi tidak terlalu formal.
9. Pertanyaan tidak bersifat “interogatif “ atau terkesan memojokkan.
10. Carilah kesempatan paling tepat untuk mengajukan pertanyaan yang disiapkan.
Usahakan menghapalnya agar tidak bolak-balik melihat daftar pertanyaan.
11. Jangan terlalu kaku dengan urutan pertanyaan, yang penting semua informasi yang
diperlukan bisa didapatkan.
12. Catat! Jangan terlalu mengandalkan recorder.
13. Ajukan pertanyaan secara ringkas.
14. Hindari pertanyaan “yes-no question” –pertanyaan yang hanya butuh jawaban
“ya” dan “tidak”. Gunakan “mengapa” (why), bukan “apakah” (do you/are you).
Jawaban atas pertanyaan “Mengapa Anda mundur?” tentu akan lebih panjang
ketimbang pertanyaan “Apakah Anda mundur?”. Hindari pertanyaan ganda! Satu
pertanyaan buat satu masalah.
15. Jadilah pendengar yang baik. Ingat, tugas wartawan menggali informasi, bukan
“menggurui” narasumber, apalagi ingin “unjuk gigi” ingin terkesan lebih pintar
atau lebih paham dari narasumber.
16. Jagalah agar jangan sampai sumber memberi jawaban yang tidak relevan atau
mengalihkan pembicaraan. Jika ini terjadi, ingatkan sumber tapi dengan cara
sopan. Paling baik adalah dengan mengajukan pertanyaan lain yang relevan.
17. Konfirmasi mengenai hal yang vital, misalnya tentang data statistik, nama, alamat,
umur, pendidikan, gelar, pekerjaan, pangkat, jabatan, dan sebagainya.
18. Konfirmasi kutipan yang bisa menimbulkan pro kontra di masyarakat. Apalagi
kalau pernyataan itu bisa mengakibatkan keresahaan bagi sebagian masyarakat.
Yakinkan bahwa pernyataan tersebut benar demikian dan benar diucapkan oleh
sumber. Hal ini penting agar jangan justru wartawanlah yang dipersalahkan,
misalnya dituduh mengutip pernyataan secara tidak akurat.
19. Konfirmasi ulang setiap pernyataan off the record, sebab menurut Kode Etik
Jurnalistik, pernyataan off the record tidak boleh disiarkan. Maka ajukan
pertanyaan lain yang senada agar sumber bisa memberikan pernyataan on the
record.
9
20. Konfirmasi setiap pernyataan yang kurang jelas, namun jangan terkesan sebagai
orang yang sangat tidak kompeten.Maka sejauh menyangkut ketentuan kitab suci,
pasal undang-undang, kode etik, sebaiknya baca langsung di sumbernya.
21. Jangan lupa menanyakan dan mencatat nomor telepon sumber yang paling
gampang dihubungi lagi. Mintalah juga kesediaannya untuk dihubungi kembali
jika ada hal-hal yang perlu dikonfirmasikan.
22. Selalu ingat waktu yang tersedia sangat terbatas, maka gunakan seefektif mungkin
untuk memperoleh tujuan wawancara. Jangan gunakan waktu untuk hal-hal di luar
tujuan wawancara. Pernah penulis temui, murid penulis yang baru jadi wartawan,
ketika mewawancarai Iwan Fals, dia malah sibuk minta berfoto dengan Iwan dan
lupa mengajukan beberapa pertanyaan penting yang sudah disiapkan. Dia
mengaku penggemar berat Iwan Fals sejak lama.
23. Selalu menjaga hubungan baik. Usahakan selalu menghubunginya di lain waktu,
meski hanya untuk sekedar menyapa, mengucapkan selamat ulang tahun dan
selamat hari raya.
C. Pasca Wawancara Jurnalistik
Sesegera mungkin, transkrip hasil wawancara. Jangan tunda, mumpung “rekaman
wawancara dalam otak” masih segar.Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan wawancara, sebagaiberikut:
1. Mengidentifikasi topik wawancara
2. Memusatkan perhatian
3. Memperhatikan intonasi, mimik, dan bahasa tubuh kedua belah pihak yang terlibat
dalam wawancara
4. Menentukan inti dari setiap pertanyaan
5. Menentukan inti dari setiap jawaban
10
6. Mempertahankan susunan topik pembicaraan
A. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka (open-ended) menggambarkan berbagai pilihan bagi orang
yang diwawancarai untuk merespons.Contoh pertanyaan terbuka: “Bagaimana
pendapat anda melihat perkembangan ekonomi syariah sekarang ini?”. Pertanyaan
terbuka membuat narasumber dengan senang hati akan menjelaskan.
B. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup biasanya hanya menghasilkan jawaban singkat, terbatas dan
respon yang datar dari narasumber.Contoh pertanyaan tertutup :
11
- “Apakah Bapak mengenal orang yang diduga pelaku perampokan tersebut?”,
jawabannya bisa dan bisa tidak.
- “Mana menurut anda yang lebih efektif, kompor minyak atau kompor
gas?”,jawaban dari narasumber tinggal memilih satu diantaranya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber
untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
13
DAFTAR PUSTAKA
Dr. S. Sinansari Ecip, Y. S. (2017). Teknik Mencari dan Menulis Berita. Tangerang:
IrsantiWiduri Arsih.
Prof. Dr. Muhammad Budyatna, M. (2019). Jurnalistik : Teori & Praktik. Pekanbaru: Remaja
Rosdakarya Bandung.
14