Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abdul Malik Karim Syarif Hidayatullah

NIM : 19080302085

Kelas/Semester : KPI 4C

Mata Kuliah : Teknik Wawancara

Tugas Resume
1. Kendala Menghimpun Berita

Pengekangan terhadap kebebasan pers pada praktik sehari-hari tidak semata datang
dari pemerintah, tetapi tidak jarang terjadi karena kepentingan penerbitan pers itu
sendiri. Kelompok-kelompok bisnis bisa menjadi unsur penekan terhadap kebebasan
pers, ketika sebuah surat kabar atau media cetak lain misalnya harus berhadapan
dengan pemasang iklan yang menjadi penopang kelangsungan hidup media
bersangkutan. Sebaliknya dari pemberian, hadiah, amplop, freeebies atau apapun
namanya wartawan, praktik lainnya merupakan juga keluarga dekatnya jurnalisme
uang (money journalism) atau dalam pers barat dikenal sebagai checkbook
journalism. Dalam jurnalisme uang bukan sumber berita yang memberikan hadiah
atau amplop berisi uang kepada wartawan atau media. Tetapi wartawan atau media
yang memberikan uang kepada sumber berita.

a) Kendala Internal
Pengekangan terhadap pers tidak selalu datang dari pemerintah, namun juga pihak
internal ketika misalnya berhadapan dengan pemasangan iklan yang menjadi
penopang hidup media bersangkutan.

b)

c) Rezim

Rezim yang berkuasa di suatu negara seringkali mempengaruhi


kebijakan-kebijakan terkait pers di suatu negara. Ketika Indonesia
berada dalam rezim orde baru, menghimpun berita tidaklah
mudah karena pers diawasi dengan sangat ketat
d) Berita Adalah Bisnis

Media massa yang tadinya merupakan alat perjuangan berubah menjadi bisnis
pengejar laba (profit-making business). Hal ini bukan berarti pers lupa akan fungsinya
untuk memperjuangkan kepentingan publik, membela keadilan atau melindungin hak-
hak sipil, tetapi pers juga perlu memperhatikan kepentingannya sebagai sebuah
lembaga bisnis agar tidak merugi dan memperhatikan kesejahteraan pekerjanya.
e) Kendal Internal

Pengekangan pers bisa juga terjadi dari internal perusahaan. Misalnya: media ditekan
dan dikekang kebebasan persnya dalam memberitakan sebuah isu yang besar karena
pihak yang diberitakan merupakan pemasang iklan terbesar di media tersebut.

f) Monopoli Kepemilikan

Monopoli kepemilikan bisnis media ditunjukkan dengan adanya beberapa media yang
tersebar di berbagai kota dan merupakan “anak” dari sebuah perusahaan per besar. Di
era sekarang, independensi pers sangat diharapkan oleh masyarakat dan bukan berarti
media yang besar itu kehilangan independensinya. Karena bagaimanapun juga
heterogenitas media juga sangat diperlukan agar masyarakat dapat memilih media
mana yang sesuai preferensinya dan berita yang disajikan tetap fair dan tidak
memihak pihak manapun.

g) Kendala Iklan

Hampir sama seperti kendala internal tetapi bukan berarti dengan iming-iming
sejumlah uang dapat mempengaruhi nyali media tersebut. Hal ini akan dapat terwujud
apabila media sudah kuat secara finansial dan menerapkan prinsip bahwa pemasang
iklan lebih membutuhkan media daripada media yang membutuhkan pemasang iklan.
Yang jelas, harus tetap berkoordinasi dengan pimpinan apabila suatu saat menemukan
dan memutuskan membuat berita yang berpotensi menjadi kendala.

h) Menyebut Merk Dagang

Menyebutkan merk dagang dalam sebuah berita memang agak tricky. Maka, New
York Times memberikan pedoman untuk itu.

- Gunakan merk dagang jika merk dagang itu memberikan informasi yang perlu
- Gunakan merk dagang jika memberikan informasi yang berkaitan
i) Amplop dan Hadiah Gratis

Wartawan dilarang menerima amplop oleh sumber berita sebagai balas jasa telah
memuat dan menuliskan hal-hal yang baik saja di media. Banyak kalangan wartawan
beranggapan bahwa diperbolehkan menerima hadiah sebagai fasilitas penunjang
seperti tiker pesawat, voucher, bingkisan, dll asalkan tidak mempengaruhi
independensinnya

j) Jurnalisme Uang

Wartawan dilarang memberikan uang kepada sumber berita untuk kepentingan


peliputan berita. Hal ini biasa disebut Money Journalism atau Checkbook Journalism.
Seringkali eksklusivitas yang dijadikan komoditas, misalnya sebuah stasiun TV
membeli hak siar pertandingan bola, menyiarkan acara lamaran artis secara live, dsb.
Apakah hal tersebut boleh? Memang masih menjadi pro dan kontra di masyarakat.
Namun sebaiknya hal-hal yang menjadi hajat hidup orang banyak tidak dibuat
menjadi eksklusif sehingga akan menghambat penyampaian pesan. Contoh:
menyiarkan siaran bencana alam.

k) Konflik Kepentingan

Apakah keakraban wartawan di setiap interaksi dengan narasumbernya dapat


menyebabkan bias dalam pemberitaan? Prinsinya adalah walaupun dekat tetapi harus
tetap menjaga jarak agar tidak menimbulkan tendensi membela atau memberikan
pihak tersebut yang baik-baik saja. Selain itu wartawan juga harus tetap mencari
sumber-sumber data lain yang dapat memperkuat beritanya dan tetap objektif.

2. Dalam Menghimpun Berita Terdapat Beberapa Kendala yang Menyangkut


dengan Rambu-Rambu Etika dan Hukum

a) Kode Etik Wartawan


Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada
februari 1947 yang mengatur kode etik profesi seorang wartawan Indonesia. Kode
Etik Jurnalistik PWI diubah terakhir pada 2-5 Oktober 2001 di Palangkaraya,
Kalimantan Tengah. Kode Etik Jrnalistik PWI ini mengandalkan “kata hati” atau
“hati nurani” wartawan.
b) Delik Pers
Delik pers berarti semua tindak pidana atau pelangaran yang dilakukan media
massa. Dalam bahasa Inggris, delik pers biasa disebut libel.

c) Menyembunyikan Identitas Sumber Berita


Selalu ada kasus di mana narasumberasalkan memperbolehkan keterangannya
disiarkan identitsnya tidak dipublikasikan. Namun, ini biasanya taktik yang
digunakan sumber berita untuk melepskan diri dari tanggung jawab mengenai
kterangannya. Boleh melakukan itu, asalkan informasinya dapat diverifikasi dan
membuat narasumber merasa bahaya.
d) Off – the – berita
Off-the-Record memiliki arti sebagai permintaan dari sumber berita untuk tidak
menyiarkan keterangan yang dieritakan oleh sumber berita yang merupakan
perjanjian antara wartawan dan narasumber.

3. Undang-Undang Dalam Menghimpun Berita

a) Public Libel
Jiwa kolonial masih hidup dalam Kitab Hukum Pidana (KUHP) yang terdapat
pasal-pasal mengatur mengenai kejahatan oleh pers terhadap negara dan pejabat
negara serta masyarakat (public libel).
b) Private Libel
Delik pers yang digolongkan private libel, yaitu delik pers terhadap orang
perorangan yang diatur dalam pasal-pasal KUHP mulai pasal 310-315.
c) Haatzai Artikelen
Pasal-pasal haatzaai-arikelen ini menyangkut kepentingan kolonial di negeri
jajahannya yang dilenturkan agar mampu menangkap siapapun yang mengkritik
penguasa kolonial.

Anda mungkin juga menyukai