Struktut Sikap.
Komponen kognitif
keyakinan seseorang (behavior belief dan group belief), komponen afektif
menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap- .nya. Komponen afektif atau aspek
emosional biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap, yang paling
bertahan terhadap pengal.
*Komponen Kognitif
Komponen Kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaan seseorang mengenai objek sikap
berwujud pandangan (opini) dan sering kali merupakan stereotipe atau sesuatu yang
telah terpolakan dalam pikirannya. Komponen kognitif dari sikap ini tidak selalu
akurat. Kadang-kadang kepercayaan justru timbul tanpa adanya informasi yang tepat
mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional bahkan sering merupakan determinan
utama bagi terbentuknya kepercayaan.
* Komponen Afektif
Komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi. Reaksi emosionalkita terhadap
suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi
emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni
kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Komponen Konatif
Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan
dalam situasi menghadapi stimulus tertentu, banyak ditentukan oleh kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten,
selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual (Azwar,
1988:21).
Sebagaihalnya karakteristik afektif yang lain, sikap memiliki target, arah, dan
intensitas. Target ialah objek,. kegiatan, atau gagasan yang menjadi sasaran suatu
sikap. Yang dimaksud dengan arah sikap ialah orientasi sikap yang dapat positif atau
negatif. Sedangkan intensitas adalah derajad atau kekuatan sikap. Sikap terhadap
suatu objek dapat sangat kuat, misalnya sangat senang pada karya karya sastra atau
sangat benci pada perjudian.
Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk oleh ada.nya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial itu,
individu membentuk ,pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya.
Berbagaifaktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara 1ai'l:pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting media massa, lembaga
pendidikan atau faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 1988:24).
.
Pengalaaman Pribadi
Media Massa
Dari kenyataan. tersebut, apabila kita dapat menghubungkan nil ainilai yang
dikembarigbm lewat jalur pendidikan dengan ajanfn agama akan mempermudah
pembentukan sikap positif terhadap nilai-nilai tersebut, yang diharapkan juga akan
terwujud dalam tindakan sehari-hari.
Perubahan Sikap
Perubahan sikap terjadi apabila informasi yang bersifat persuasif dipahami dan
diterima oleh penerima informasL Informasi ini kemudian mengendap dan disetujui
oleh penerirna informasi. Strategi pengubahan.sikap lewat komunikasi dan persuasi
ini terjadi dengan memanipulasnya. Proses perubahan sikap itu dapat dilihat pada
skema berikut (hasiJ studi Hovland, lewat Azwar, 1988:51).
Pengaruh sosial sering membentuk sikap kita jauh sebelum kita pernah berjumpa
dengan objek sikap tersebut (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R., 1990:317). Pengaruh
sosial yang dimaksud menurut Azwar (1995:30) adalah faktor-faktor yang akan
membentuk sikap manusia, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan agama, serta faktor
emosi dalam diri individu
1. PENGALAMAN PRIBADI
Sikap dapat dipelajari melalui imitasi. Orang meniru orang lain, terutama jika
orang lain itu merupakan orang yang kuat dan penting (Sears, D, O,. Freedman, J, L.,
& Peplau, L, A., 1985:143). Salah satu sumber penting yang jelas-jelas membentuk
sikap kita adalah kita mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses
pembelajaran sosial (social learning). Pembelajaran sosial merupakan suatu proses
dimana kita mengadopsi informasi baru, tingkah laku atau sikap dari orang lain
(Baron, R, A., & Byrne., 2004:123). Dengan kata lain, banyak pandangan kita
dibentuk saat kita berinteraksi dengan orang lain atau hanya dengan mengobservasi
tingkah laku mereka (Baron, R, A,. & Byrne., 2004:123).
Sikap dapat terbentuk bahkan ketika orang tua tidak bermaksud untuk
mewariskan pandangan tertentu pada anak mereka. Proses ini disebut pembelajaran
melalui observasi (observational learning) yang terjadi ketika individu mempelajari
bentuk tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku
orang lain (Baron, R, A,. & Byrne., 2004:125).
Sikap anak cenderung cocok dengan sikap orang tua mereka (Calhoun, J, F., &
Acocella, J, R, 1990:317). Senada dengan Calhoun, Ali (2000:39) mengatakan bahwa
sikap dan perilaku anak relatif lebih dominan diwarnai oleh sikap dan perilaku
orangtuanya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya
(Ramdhani, 2009). Peran orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak-
anaknya terutama yang berkenaan dengan sikap, perhatian, dorongan, dan reaksi
dalam mendidik dan membesarkan anaknya dapat membentuk dan mempengaruhi
sikap dan perilaku anak-anaknya (Ali, 2000:39). Dari orangtualah anak atau para
remaja belajar tentang nilai dan norma-norma yang dapat membentuk dan
menentukan sikap dan perilaku anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak cenderung mewarisi sikap orang tua mereka, tetapi anak remaja dan
menjelang dewasa lebih dipengaruhi teman sebaya mereka (Calhoun, J, F., &
Acocella, J, R, 1990:319). Dalam masa remaja, kelompok teman sebaya cenderung
mengganti keluarga sebagai kelompok acuan individu?yaitu, kelompok yang
normanya kita jadikan alat untuk menilai diri sendiri (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R,
1990:319). Bahkan Ramdhani (2009) mengungkapkan bahwa ada kecenderungan
bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya.
Dapat disimpulkan bahwa orang tua dan teman sebaya berpengaruh besar dalam
membentuk dan merubah sikap seseorang.
3. PENGARUH KEBUDAYAAN
4. MEDIA MASSA
Menurut Azwar (1995:34) berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini
dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal yang dimuat oleh
media memberikan landasan bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Rahayuningsih (2008) mengatakan bahwa pesan sugestif yang dibawa oleh media,
apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu. Televisi khususnya dianggap memiliki pengaruh
sangat besar terhadap sikap (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R., 1990:319). Berbagai
riset menunjukkan bahwa foto model yang tampil di media masa membangun sikap
masyarakat bahwa tubuh langsing tinggi adalah yang terbaik bagi seorang wanita
(Ramdhani, 2009).
Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem
kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang
(Rahayuningsih, 2008). Menurut Azwar (1995:35) apabila terdapat sesuatu hal yang
bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk
memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap
memihak. Dalam keadaan seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga
pendidikan atau dari agama seringkali menjadi faktor yang menentukan sikap.
Dengan demikian variabel psikologis dan kultural selalu saling mempengaruhi dalam
rangka menimbulkan, memelihara atau mengubah sikap.
D. Pengukuran Sikap
Ada berbagai pendekatan yang dapat .digunakan untuk mengukur sikap. Yang
pertama adalah laporan diri (self report) dan Japoran orang-Pembentllkan Sikap orang
lain (report of others).
Yang termasuk dalam lapor~m diri ialah semua prosedur yang memungkinkan
seseorang dapat diminta melaporkan sikapnya sendiri. Informasi tersebut dapat
diperoleh secara lisan dengan menggunakan wawancara, survei, atau pol, dapat pula
secara tertulis dengan kuesioner, skala sikap, log, jurnal, atau catatan harian
(Henerson, Morris, dan Fitz-Gibson, 1987:20-21)
Prosedur laporan diri merupakan jenis pengukuran yang paling langsung dan
seharusnya digunakan, kecuali jika kita mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa
orang-orang yang kita selidiki tidak dapat atau tidak bersedia memberikan informasi
yang diperlukan
Prosedur yang kedua, laporan oleh orang-orang lain, menghasilkan informasi yang
didasarkan atas pengukuran perasaan, kepercayaan, atau perilaku seseorang bleh
orang yang ditunjuk oleh penyelidik. Pelapor itu dapat orang yang memiliki hubungan
dengan subjek yang diselidiki (orang tua, guru, ternan sekerja, supervisor), atau
pengamat yang belum pernah berhubungan dengan subjek. Untuk yang terakhir ini
perlu dilatih lebih dulu.
DAFFAR PUSTAKA
Anonim, 1989. Widyakarya Pangan dan Gizi. Jakarta, 1 - 3 Juni 1989. Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia.
Anonim, 1990. Pedoman KIE UPGK. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI.
Ariani, Mewa, Ilidayat Syarif dan Clara M. Kusharto, 1995. Perencanaan Kebutuhan Pangan
pada
Repelita VI di Tiga Propinsi di Indonesia (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan).
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. FAE. Vol.13 No.1, Juli
1995.
Dusseldorp, D.B.W.N., 1981. Participation in Planned Development Influenced by
Government of
Developing Countries At Look Level in Rural Areas. Essays in Rural Sociology in Honour
of R.A.J. van Lief. Department of Rural Sociology in The Tropica and Subtropica.
Agricultural University. Wageningen, The Netherlands.