Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecerdasan atau intelejensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan.
Akan tetapi perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang
seiring perkembangannya dalam kehidupan. Intelegensi sangat penting bagi
kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu
untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Jika
kita membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses pembelajaran. Karena
intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika
intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan tidak
akan ada perubahan.
Akibat yang ditimbulkan dari kecerdasan sosial yang tidak terasah pada
individu adalah memberi kontribusi pada perilaku anarkis seperti kekerasan dalam
rumah tangga, tawuran antar kampung, perkelahian antar pelajar atau mahasiswa,
bentrok antarkelompok politik, etnik, atau. Mengapa kecenderungan seperti ini begitu
marak?. Hal ini dikarenakan individu yang kecerdasan sosialnya rendah tidak akan
mampu berbagi dengan orang lain dan ingin menang sendiri. Kalau dia gagal akan
melakukan apa saja, asal tujuannya bisa tercapai, tak peduli tindakannya merusak
lingkungan, dan tidak merasa yang dikerjakannya menginjak harkat dan martabat
kemanusiaan. Sehingga diskripsi kepribadian seperti ini, berpotensi melakukan
perilaku anarkis, ketika hasrat pribadinya tidak tercapai atau sedang menghadapi
masalah dengan orang atau kelompok lain.
Salah satu variabel penyebab anak bangsa ini menggunakan cara anarkis guna
menyelesaikan berbagai persoalan atau mencapai tujuan adalah tumpulnya kecerdasan
sosial. Masalah kecerdasan sosial tumpul dilatarbelakangi oleh proses pendidikan di
keluarga maupun masyarakat mengalami salah arah. Sebagai orang tua mengajarkan
pada anaknya bahwa keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh pangkat atau
kekayaaan yang dimilikinya.
Proses ini tampak pada masyarakat yang lebih menghargai orang dari jabatan dan
kekayaan yang digenggamnya. Kondisi ini membuat orang terobsesi untuk
memperoleh kedudukan tinggi dan kekayaan yang berbuncah-buncah agar terpandang
di masyarakat.
Kecerdasan sosial menjadi solusi efektif meredam anarkis, karena orang yang
memiliki kecerdasan sosial tinggi, mempunyai seperangkat keterampilan psikologis
untuk memecahkan masalah dengan santun dan damai. Seseorang memiliki
kecerdasan sosial tinggi, apabila dalam dirinya memiliki keterampilan sosial yang
terdiri dari sejumlah sikap. Sikap tersebut adalah pertama, tumbuh social awareness
(kesadaran situasional atau sosial). Maksud dari social awareness adalah kemampuan
individu dalam mengobservasi, melihat, dan mengetahui suatu konteks situasi sosial,
sehingga mampu mengelola orang-orang atau peristiwa.

2.1 Tujuan

1
1. Mengetahui dan memahami teori kecerdasan sosia
2. Mengetahui dan memahami dasar-dasar kecerdasan sosial
3. Mengetahui dan memahami komponen dan indikator kecerdasan sosial
4. Mengetahui dan memahami pengaruh kecerdasan sosial terhadap kesuksesan
5. Mengetahui dan memahami cara meningkatkan kecerdasan sosial
6. Mengetahui dan memahami model kecerdasan sosial
7. Mengetahui dan memahami contoh kecerdasan sosial

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Ada beberapa ahli yang memberi definisi khusus tentang pentingnya
kecerdasan sosial:
1. Thorndike (dalam Goleman, 1995) pengertian kecerdasan sosial adalah kemampuan
untuk memahami dan mengatur orang untuk bertindak bijaksana dalam menjalin
hubungan dengan orang lain.
2. Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial
diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi,
membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak
berada dalam situasi saling menguntungkan.
3. Stephen Jay Could, (On Intelligence, Monash University: 1994), menjelaskan
bahwa kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan
mengelola hubungan manusia. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat
fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan
dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
4. Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu sebagai
social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu
dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan
kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.
5. Suean Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar
yang membimbing seseorang ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kecerdasan sosial


sangatlah penting dalam menunjang kehidupan bermasyarakat, sukses tidak identik
dengan kemampuan IQ, karena sesungguhnya kecerdasan sosial-lah yang sangat
berperan besar dalam kehidupan. Banyak orang yang IQ nya diatas rata-rata mampu
menggapai kesuksesan dengan meningkatkan kemampuan social intelligence ini.

2.2 Dasar-Dasar Kecerdasan Sosial


Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang mencakup interaksi kelompok
dan erat kaitannya sosialisasi. Kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan untuk
mengetahui orang lain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kondisi manusia. Atau
ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan
berinteraksi sosial dengan orang-orang. Orang- orang yang terampil dalamkecerdasan
sosial dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka
membaca reaksi dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan
pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia. Mereka
adalah jenis orang yang disuakai oleh sekitarnya karena secara emosional mereka
menyenangkan, mereka membuat orang lain merasa tentram, dan menimbulkan
komentar: “menyenangkan sekali bergaul dengannya”.
Dasar-dasar kecerdasan sosial ini merupakan unsur-unsur untuk menajamkan
kemampuan antar pribadi, unsur-unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial.

3
Empat kemampuan dasar terpisah yang digunakan dalam pergaulan antarpribadi
dalam kehidupan sehari-hari. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Mengorganisir Kelompok Keterampilan esensial dari seorang pemimpin, ini
menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan orang.
Keterampilan ini merupakan bakat yang terdapat pada sutradara atau produser
sandiwara, perwira militer, dan ketua-ketua yang efektif dalam organisasi dan segala
macam unit. Ditempat bermain, bakat ini dimiliki anak yang mengambil keputusan
apa yang akan dimainkan oleh setiap anggota atau yang menjadi ketua regu.
b. Merundingkan Pemecahan Bakat seorang mediator yang mencegah konflik atau
menyelesaikan konflik-konflik yang meletup. Orang yang mempunyai kemampuan
ini, hebat dalam mencapai kesepakatan dalam mengatasi atau menangani perbantahan,
mereka cakap dalam bidang diplomasi, arbitrasi atau hukum atau sebagai perantara
atau manajer operasi. Mereka ini adalah anak-anak yang mendamainkan perbantahan
di tempat bermain.
c. Hubungan Pribadi Empati dan bakat menjalin hubungan.
Bakat ini memudahkan untuk masuk kedalam lingkup pergaulan atau untuk
mengenali dan merespons dengan tepat akan perasaan dan keprihatinan orang lain,
seni menjalin hubungan. Orang semacam ini merupakan pemain tim yang bagus,
pasangan hidup yang diandalkan, sahabat atau rekan usaha yang setia, didunia bisnis
mereka sukses sebagai tenaga penjual atau para manajer atau dapat menjadi guru yang
hebat. Bakat ini pada anak- anak yang dapat bergaul praktis dengan siapa saja, mudah
memasuki ruang lingkup permainan, dan senang hati melakukannya. Anak-anak ini
cenderung paling pintar membaca emosi dari ungkapan wajah dan paling sukai oleh
teman-teman sekelasnya.
d. Analisi Sosial
Mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif, dan
keprihatinan orang lain. Dalam bentuk yang terbaik, kemampuan ini dapat membuat
seseorang menjadi ahli terapi atau konselor yang kompeten atau bila digabungkan
dengan bakat sastra akan menjadi dramawan atau penulis novel yang berbakat.

2.3 Komponen dan Indikator Kecerdasan Sosial


1. Indikator SI (Social Intelegence) ada 2 bentuk yaitu internal dan eksternal :
a. SI (Social Intelligence) internal
 Keinginan untuk bersosial dari dalam diri
 Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
 Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
b. SI (Social Intelligence) eksternal
 Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
 Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial
 Bersosial karena adanya faktor yang lain (supaya mendapat sanjungan
dan pujian dari orang lain)
2. Komponen membangun Kecerdasan Sosial
Penulis sains populer Daniel Goleman (2007) menyatakan adanya 2
komponen utama dalam membangun kecerdasan sosial yaitu :
1. Kesadaran sosial

4
Kesadaran sosial merujuk pada spektrum yang merentang secara
instan merasakan keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan
pikirannya, untuk "mendapatkan" situasi sosial yang baik meliputi :
 Empati dasar Suatu kemampuan untuk merasakan isyarat-isyarat
nonverbal dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain. Dan
kemampuan merasakan emosi orang lain berupa sebuah kemampuan
jalan-rendah yang berlangsung spontan dan cepat atau muncul dan gagal
dengan cepat dan otomatis.
 Penyelarasan Perhatian yang melampaui empati sesaat ke kahadiran yang
bertahan untuk melancarkan hubungan yang baik, yaitu dengan
menawarkan perhatian total kepada seseorang dan mendengarkan
sepenuhnya,berusaha memahami orang lain lebih daripada menyampaikan
maksud tertentu. Mendengarkan secara mendalam seperti itu kelihatannya
merupakan kemampuan alamiah. Meskipun begitu, seperti halnya dengan
dimensi-dimensi kecerdasan sosial lainnya orang bisa memperbaiki
keterampilan penyelarasannya yang baik.
 Ketepatan empatik Ketepatan empatik dibangun di atas empati dasar
namun menambahkan suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu
kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain
dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yang baik
dan harmonis.
 Pengertian sosial Pengertian sosial merupakan aspek keempat dari
kesadaran sosial yang merupakan pengetahuan tentang bagaimana dunia
sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang memiliki kemahiran dalam
proses mental ini akan banyak mengetahui apa yang diharapkan dalam
kebanyakan situasi sosial. Kemahiran sosial ini dapat dilihat pada diri
mereka yang secara tepat membaca arus-arus politik dalam sebuah
organisasi.
2. Fasilitas sosial, meliputi :
 Sinkroni Berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal. Sebagai
landasan fasilitas sosial, sinkroni adalah batu fondasi yang menjadi
landasan di bangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam sinkroni
merusak kompetensi sosial, membuat interaksi menjadi tidak selaras.
Sinkroni memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian
nonverbal bersama orang lain dengan tanda- tanda sinkroni mencakup
rentang interaksi yang terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman atau
mengangguk pada waktu yang tepat untuk semata-mata mengarahkan
tubuh kita pada orang lain.
 Presentasi Suatu kemampuan untuk menampilkan diri sendiri secara
 untuk menghasilkan kesan yang di kehendaki. Salah satu hal yang di
pandang penting dalam presentasi diri yaitu adanya kemampuan untuk
"mengendalikan dan menutupi". Orang yang mahir dalam pengendalian
itu merasa percaya diri dalam segala situasi sosial, memiliki kemampuan

5
untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya. Dengan begitu mereka
dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh kendali diri.
 Pengaruh Adanya suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
dapat membentuk hasil interaksi sosial yang baik. Dengan menggunakan
kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri dan mendekati
orang lain dengan perilaku profesional, tenang, dan penuh perhatian.
 Kepedulian Merupakan kemampuan seseorang untuk berbelas kasihan,
peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai
dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita untuk mengambil
tanggungjawab apa yang perlu dilakukan dengan baik dan akan
menimbulkan orang-orang yang prihatin, yaitu seseorang yang paling
bersedia mengambil waktu dan berusaha untuk membantu seorang
koleganya.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa untuk membangun kecerdasan


sosial yang baik kedua komponen di atas sangat diperlukan dan saling berhubungan.

2.4 Pengaruh Kecerdasan Sosial Terhadap Kesuksesan


Sosial IQ adalah ukuran kecerdasan sosial. IQ Sosial didasarkan pada 100 titik
skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140) dianggap sangat tinggi.
Sosial IQ diukur dengan teknik tanya jawab. Orang dengan IQ sosial yang rendah
akan dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan jika orang yang berusia dewasa.
Cara yang baik untuk mengukur IQ Sosial adalah dengan menggunakan sistemIQ
dasar, disesuaikan dengan keterampilan sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial
85-115. Orang dengan IQ sosial di bawah 80 mungkin memiliki gangguan spektrum
autisme, seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini mungkin
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan keterampilan
sosial atau dukungan tambahan dari spesialis jiwa. Orang-orang ini sulit mendapatkan
pekerjaan karena mereka tidak memiliki komunikasi interpersonal yang diperlukan
dan keterampilan sosial untuk sukses dalam angkatan kerja. Orang dengan IQ sosial
atas 120 dianggap sangat sosial terampil dan menyesuaikan diri dengan baik, dan bisa
bekerja dengan baik dengan pekerjaan yang melibatkan kontak langsung dan
komunikasi dengan orang- orang.
Lihat tabel berikut

Tingkat Sosial Umur


Intelligence
120 (diatas rata-rata – 20,4
sosial dewasa)
110 18.7
100 (rata rata) 17
90 15.3
80 13,6
70 (dibawah rata rata) 11,9
60 10.2
50 8,5

6
40 6,8
30 5,1
20 3,4

2.5 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan sosial,
diantaranya:
1. Tubuh dapat berbicara lebih banyak dari kata- kata;
2. Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain;
3. 55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik;
4. Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih,
senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup, antusias, percaya diri,
dan lain-lain;
5. Mendengarkan aktif.

Dengan kecerdasan sosial yang tertanam dalam diri dapat menjadi pijakan,
apabila tujuannya mengalami hambatan atau menghadapi masalah dengan orang lain.
Keterampilan tersebut juga bermanfaat, ketika keinginannya ada rintangan atau
dirinya sedang punya masalah dengan orang atau kelompok lain. Dia akan
mengobservasi, mengamati, dan mencari tahu berkaitan dengan problem yang sedang
dihadapinya. Hasil dari pencariannya tersebut,dapat menjadi pondasiuntuk
menentukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.
Setelah ditemukan strategi efektif untuk memecahkan masalah, lalu
dikomunikasikan kepada orang lain dengan empati. Dari proses ini dapat terjalin
hubungan interpersonal mendalam yang bisa membuka sekat-sekat perbedaan,
membincangkan berbagai masalah dari hati ke hati, mencari jalan terbaik yang
memberi kemaslahatan semua pihak, dan luwes menerapkan pola yang sudah
ditemukan untuk menyelesaikan masalah dengan disesuaikan pada situasi. Apabila
upaya ini diterapkan, tentu akan menghasilkan kedamaian dan kesantunan dalam
menyelesaikan setiap persolaan.
Agar kecerdasan sosial menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah, perlu
ada gerakan memahamkan, membudayakan, dan mengimplementasikan kecerdasan
sosial di tengah- tengah komunitas masyarakat. Untuk mewujudkannya, diperlukan
sumbangsih dari berbagai elemen masyarakat. Langkah kongkret yang dilakukan
untuk memahamkan dan mengimplementasikan kecerdasan sosial melalui
pemberdayan masyarakat.
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan, diantaranya
organisasi- organisasi ditingkat lokal, seperti takmir masjid, karang taruna, rukun
tetangga, dasa wisma, arisan, paguyuban keluarga (trah) dan lain-lain.
Model pemberdayaan menggunakan edutainment show. Agenda kegiatan yang
bisa dikerjakan di lapangan adalah mengemas training, live musik, pemutaran film,
ceramah ahli, dan menghadirkan tokoh yang disuguhkan dengan gaya entertainment.
Model pemberdayaan seperti itu merupakan cara efektif karena tidak terkesan
menggurui, sebagai proses pembelajaran yang menggugah kesadaran dan
menanamkan nilai-nilai mengenai arti pentingnya kecerdasan sosial. Sinergi dapat
dibangun untuk mengembangkan dan memasyarakatkan kecerdasan sosial Di

7
antaranya melalui kerjasama antara dunia industri (usaha) dan perguruan tinggi. Dunia
usaha saatnya peduli untuk berperan serta dalam community development.

Salah satu hal terpenting dalam kecerdasan sosial adalah selalu mau secara
ikhlas untuk memahami semua tantangan komunikasi sosial sebelum mengeluarkan
pendapat atau ide untuk kepentingan kehidupan sosial. Kecerdasan sosialakan
menuntun diri untuk menjadi orang bijak yang cerdas memahami orang lain, serta
selalu hidup dengan persepsi positif terhadap semua warna kehidupan di sekitarnya.

2.6 Model Kecerdasan Sosial


Pada tahun 2005, Karl Albrecht mengusulkan sebuah model social intelligence
yang terdiri dari lima poin dalam bukunya Social Intelligence: Ilmu Baru Sukses,
yaitu “SPACE”
1. Situational awareness (Kesadaran Situasi )
“The ability to read situations and to interpret the behaviours of people in those
situations.” Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kemampuan untuk bisa
memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain.
2. Presence (Kemampuan membawa diri)
” Also known simplistically as “bearing,” is the impression, or total message you
send to others with your behavior. People tend to make inferences about your
character, your competence and your sense of yourself based on the behaviors
they observe as part of your total presence dimension.” Bagaimana etika
penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda berikan, gerak tubuh ketika
bicara dan mendengarkan, adalah sejumlah aspek yang tercakup dalam elemen
ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang berlainan tentang mutu
presense yang dihadirkannya.
3. Authenticity (Keaslian)
“Authenticity is the extent to which others perceive you as acting from honest,
ethical motives, and the extent to which they sense that your behavior is
congruent with your personal values – i.e. “playing straight.” Authenticity atau
sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang
yang layak dipercaya, jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput
ketulusan. Elemen ini sangat penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa
membentangkan jejak relasi yang mulia nan bermartabat.
4. Clarity (Kejelasan)
“Clarity is the ability to express ideas clearly, effectively and with impact. It
involves a range of “communicating” skills such as listening, feedback,
paraphrasing, semantic flexibility, skillful use of language, skill in using
metaphors and figures of speech, and the ability to explain things clearly and
concisely.” Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan untuk
menyampaikan gagasan dan ide kita secara baik dan persuasif sehingga orang lain
bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Sering kali kita memiliki gagasan yang
baik, namun gagal mengkomunikasikannya secara baik sehingga atasan atau
rekan kerja kita tidak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif
barangkali memang hanya akan bisa dibangun dengan baik apabila kita mampu

8
mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan
kebeningan.
5. Empathy (Empati)
“Emphaty is the skill of building connections with people – the capacity to get
people to meet you on a personal level of respect and willingness to cooperate.”
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan dan
gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki keterampilan untuk bisa
mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali
akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang baik kalau saja kita semua selalu
dibekali dengan rasa empati yang kuat terhadap sesama rekan kita.

2.7 Contoh Kecerdasan Sosial


1. Situational Awareness (Kesadaran Situasional)
Ada seseorang yang sengaja merokok dan menghembuskan asapnya secara
sembarangan di tempat yang dilarang untuk merokok, menunjukkan bahwa orang
tersebut memiliki kesadaran situasional yang rendah, seharusnya orang tersebut
jikalau ingin merokok harus mengetahui tempat dan kondisi karena asap rokok
yang telah dihembuskan sembarangan secara tidak langsung akan diserap oleh
seseorang lain yang berada disekitarnya dan akan berdampak pada kesehatan
orang yang menghirup asap rokok tersebut.
2. Presence (Kemampuan Membawa Diri)
Si A adalah mahasiswa baru di salah satu universitas di Indonesia, sebagai
mahasiswa baru si A pun mengikuti ospek, pada saat ospek dia tanpa segan untuk
memperkenalkan dirinya kepada orang baru dan memulai pertemanan. Hal ini
menunjukkan bahwa si A mampu bersosialisasi dan kehadirannya diterima dengan
baik oleh teman barunya.
3. Authenticity (Keaslian)
Jika kita dalam bertimgkah laku dan berbicara dengan jujur, apa adanya dan tanpa
dibuat-buat maka orang lain juga akan percaya apa yang telah kita katakan.
4. Clarity (Kejelasan)
Jika seseorang dalam menyampaikan pendapat tetapi cara penyampaiannya secara
tidak jelas dan gugup, sebaik apapun pendapat itu maka pendengar akan sulit
menangkap atau mengerti pendapat yang diutarakan sehingga membuat pendengar
menjadi ragu tentang pendapat tersebut. Seharusnya dalam penyampaian pendapat
harus tegas, jelas, santai, dan tidak gugup sehingga pendengar pun dapat
menangkap pendapat apa yang disampaikan.
5. Empthaty (Empati)
Dalam suatu organisasi ada salah satu anggota yang merasa dikucilkan dari
anggota lain sehingga membuatnya asing dan murung dalam kesehariannya, lalu
sang ketua organisasi pun bertanya apa penyebab dia menjadi seperti itu. Salah
satu anggota bercerita dan sang ketua organisasi pun mendengar keluhan dan
masalah yang sedang dihadapi. Dalam hal ini sang ketua organisasi memiliki rasa
empati terhadap angggotanya.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kecerdasan Sosial adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan
hubungan (relasi), membangun dan juga mempertahankan relasi dengan orang lain,
sehingga dapat menguntungkan kedaua belah pihak. Dalam menjalin relasi ini,
seseorang perlu bersikap dan bertingkah laku baik, sehingga relasi ini dapat
dipertahankan.
Orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi biasanya mudah
beradaptasi dan pandai berkomunikasi. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini
misalnya Public Relation. Dalam pembelajaran, kegiatan untuk mengembangkan
kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan diskusi kelas. Adapun dalam keluarga dapat

10
melatih anak untuk saling menghargai pendapat orang lain, berempati, bersosialisasi
dengan teman sebaya, maupun orang dewasa.
Jika dikaitkan dengan profesi keperawatan, tentu saja kecerdasan sosial sangat
diperlukan untuk perawat karena perawat yang setiap hari berhubungan dengan
masyarakat khususnya pasien/klien. Dengan memiliki kecerdasan sosial maka
merawat akan lebih mudah berkomunikasi dengan klien agar tercipta rasa saling
percaya antara perawat dengan klien, sehingga perawat akan lebih mudah untuk
melakukan atau memberikan intervensi.

3.2 Saran

Pada dasarnya kecerdasan yang dimiliki seseorang haruslah di gunakan dan


dikembangkan secara terus-menerus guna memaksimalkan potensi diri untuk lebih
baik. Pada kecerdasan sosial, seseorang haruslah meningkatkan interaksi dengan
orang lain dengan memperhatikan sikap dan tingkah laku diri sendiri maupun orang
lain, baik merespon pendapat maupun dalam menyampaikan ide ataupun gagasan,
sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga, 1980. Yusuf
L N, Syamsu.

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

11

Anda mungkin juga menyukai