Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DEMENSIA

● Definisi Demensia
- Menurut Killin, 2016.
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi ketika sudah
lanjut usia sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler.
- Menurut Pieter and Janiwarti, 2011.
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang orang dengan usia diatas
60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagi bisa
membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya ingat,
keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia
sering menunjukkan gangguan perilaku harian.
- Menurut Asrori dan putri, 2014.
Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi
hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan merupakan bagian
dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan
mendatang, demensia dapat juga di sebabkan oleh bermacam-macam kelainan otak.
- Menurut Pieter et al 2011.
Demensia bukan sekedar penyakit biasa, melainkan penyakit yang terdiri dari beberapa gejala
penyakit sehingga membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul
secara perlahan dan menyerang orang dengan usia diatas 60 tahun. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan dalam otak menyebabkan hilangnya beberapa ingatan,
terutama pada ingatan jangka pendek dan penurunan kemampuan.

● Jenis- Jenis Demensia


1. Demensia tipe alzheimer
Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat degerasi otak yang sering
ditemukan dan paling ditakuti. Demensia alzheimer, biasanya diderita oleh pasien usia lanjut
dan merupakan penyakit yang menggerogoti daya pikir dan kemampuan aktivitas penderita.
Demensia alzheimer merupakan keadaan klinis seseorang yang mengalami kemunduran
fungsi intelektual dan emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial
sehari-hari. Gejalanya dimulai dengan gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan
pekerjaan, sulit berpikir abstrak, salah meletakkan barang, perubahan inisiatif, tingkah laku,
dan kepribadian.
2. Demensia vaskuler
Demensia vaskuler (vascular dementia) adalah kerusakan daya kognitif (daya mengenali)
yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak. Dapat disebabkan oleh stroke atau
oleh beberapa serangan otak yang terjadi selama beberapa waktu. Gejala-gejala demensia
vaskuler dapat terjadi tiba-tiba setelah suatu serangan otak, atau mulai perlahan-lahan selagi
penyakit pembuluh darah itu bertambah parah. Gejala-gejalanya berbeda-beda tergantung
pada lokasi dan ukuran kerusakan otak itu.

● Stadium Demensia
1. Stadium I (stadium amnestik)
Berlangsung selama 2-4 tahun dengan gejala yang timbul antara lain gangguan pada memori,
berhitung, dan aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan
lupa akan hal baru yang dialami, kondisi seperti ini tidak mengganggu aktivitas rutin dalam
keluarga.
2. Stadium II ( stadium Demensia)
Berlangsung selama 2-10 tahun dengan gejala yang dialami seperti disorientasi, gangguan
bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada
stadium ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan
visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan tindakan
sehingga mengulanginya lagi, mengalami depresi berat sekitar 15-20%.
3. Stadium III
Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang ditimbulkan penderita
menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain, membisu, daya
ingat intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak
bisa mengendalikan buang air besar maupun kecil. Menyebabkan trauma kematian atau
akibat infeksi.

● Tahapan Demensia
1. Early Stage
Lansia yang mengalami demensia dimulai secara bertahap sehingga akan sulit mengenali
persis kapan gejala dimulai. Beberapa perubahan yang sering dialami sebagai bagian dari
proses penuaan yang normal. Dalam tahap ini penderita mengalami kehilangan memori
jangka pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi disorientasi pada waktu, menjadi
kehilangan keakraban dengan sekitarnya, menunjukkan kesulitan dalam berbahasa,
kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya minat dan hobi serta aktivitas.
2. Middle Stage
Dalam tahap ini, gejala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu pekerjaan, sosialisasi serta
kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan pelupa terutama kejadian baru yang dialami,
kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat kembali ketempat asal, mendengar dan
melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur dirinya sendiri dan bergantung pada
orang lain.
3. Late Stage
Pada tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih ketergantungan pada orang lain
seperti susah untuk makan, sulit untuk berbicara, tidak dapat mengenali orang atau obyek,
berada di kursi roda ataupun tempat tidur, kesulitan berjalan, memiliki inkontinensia bowel
dan urinary, kesulitan mengerti dan menginterpretasikan kejadian.

● Tingkatan Demensia
1) Demensia Buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan MMSE dibawah 17 seperti
disorientasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat
sehingga penderita pada kondisi ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai,
mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya (Gluhm et all,2013).
2) Demensia Sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE 18-23 yang
artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami
(Gluhm et all,2013).
3) Demensia dengan kondisi Baik
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE lebih 34 yang
artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat yang tinggi (Gluhm et
all,2013).

● Gejala-Gejala Demensia
- Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain :
a. Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan,
kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunnya ingatan terhadap peristiwa
jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
b. Pada tahap lanjut, lansia dengan demensia akan mengalami kesulitan mengenali benda,
tidak dapat bertindak sesuai dengan rencana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak
bisa memperkirakan jarak dan sulit mengkordinasikan anggota tubuh.
c. Gejala depresi, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan
lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit
lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia
menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi.
d. Perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan. Perubahan perilaku yang dialami
lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan
fungsi tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, apatis, dan kabur dari tempat
tinggal.
- Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang
dialami pada Demensia antara lain :
a. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang informasi yang
baru di dapat atau di pelajari, seperti lupa dengan petunjuk yang diberikan, nama, nomer
telepon, maupun nama benda.
b. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang mengalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti
tentang langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan
makanan, menggunakan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
c. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitan dalam mengelola kata yang tepat,
mengeluarkan kata-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di
mengerti orang lain
d. Disorientasi waktu dan tempat
Lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa di mana mereka berada dan
bagaimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana caranya
kembali kerumah.
e. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam
setiap waktu seperti salah memakai pakaian karena tidak sesuai dengan kondisi cuaca serta
tidak dapat mengelola keuangan.
f. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasana hati menjadi sedih maupun senang atau
mengalami perubahan perasaan dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami
demensia dapat menunjukkan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis
dan marah tanpa alasan yang jelas, ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat
bingung, dan ketergantungan pada anggota keluarga.

● Faktor penyebab Demensia


1. Penyakit alzheimer
Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer. Demensia 50% di sebabkan
oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan gangguan pembuluh otak, dan sekitar 20%
gabungan keduanya, serta sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak
diketahui pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik.
2. Serangan Stroke
Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan otak akibat tersumbatnya aliran darah (infark). Demensia multiinfark
berasal dari beberapa stroke ringan, sebagian besar penderita stroke memiliki tekanan darah
tinggi (hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada otak.
3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat pencederaan pada otak
(cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan hidrocefalus.

● Faktor Resiko Demensia


1. Usia
Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko demensia
meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
2. Riwayat kesehatan keluarga
Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang pernah menderita demensia memiliki
faktor risiko yang lebih besar.
3. Jenis kelamin
Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi karena wanita hidup lebih
lama daripada pria.
4. Gaya hidup
Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi atau diabetes, dll,
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia jika mereka tidak mengambil
langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi kesehatan mereka.
5. Gangguan kognitif
Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam gangguan atau faktor lainnya
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia di tahun-tahun selanjutnya.
6. Tingkat pendidikan
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia. Mungkin saja orang yang
berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak latihan mental, yang melindungi otak mereka
dari proses degenerasi.

● Cara Mencegah Demensia


1. Pertahankan keaktifan mental
Kegiatan yang merangsang mental, seperti membaca dan bermain catur, bisa melindungi diri
dari demensia atau dapat dengan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi perubahan yang
berkaitan dengan demensia.
2. Pertahankan pola makan yang sehat
Pola makan yang seimbang bisa menjaga kesehatan pembuluh darah, mengurangi
kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol yang tinggi, sehingga menurunkan
risiko demensia vaskular. Studi menunjukkan bahwa pola makan dengan mengurangi
konsumsi daging dan meningkatkan konsumsi ikan, sayuran, dan minyak zaitun bisa
mengurangi risiko demensia secara signifikan.
3. Cukupi asupan vitamin B12, C, dan E
Kurangnya vitamin B12 bisa menyebabkan demensia. Jika Anda tidak mengonsumsi banyak
ikan, daging, telur atau susu, maka Anda harus mengonsumsi suplemen vitamin B12. Vitamin
C & E merupakan antioksidan yang bisa melindungi neuron dan pembuluh darah untuk
mencegah demensia.
4. Berolahraga secara teratur
Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur juga bisa membantu mengurangi
risiko demensia.
5. Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol
Dengan menghindari rokok dan penyalahgunaan alkohol dapat mencegah kerusakan
pembuluh darah dan organ tubuh lainnya

● Cara Merawat Pasien Demensia


a. Perawatan harian
- Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung karena kehilangan daya ingat.
Misalnya, menetapkan waktu makan dan jadwal kegiatan.
- Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
- Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan kerapihannya. Dorong pasien untuk
melakukan hal-hal sederhana seperti berpakaian dan menyikat gigi.
- Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti pakaian dengan jumlah kancing
yang sedikit.
b. Perhatikan lingkungan
- Gunakan tanda yang berukuran besar dan jelas untuk membantu pasien mengenali tempat
dan waktu, seperti jam dan kalender yang berukuran besar.
- Tempatkan lampu di rumah atau di samping tempat tidur, sehingga pasien tidak akan
merasa cemas saat bangun di tengah malam. Lampu ini juga bisa mencegah pasien
tersandung.
- Cobalah untuk tidak mengubah lingkungan sekitar rumah, terutama kamar mandi dan dapur.
- Jangan pindah rumah, karena lingkungan yang baru bisa menyebabkan rasa bingung dan
takut.
c. Teknik komunikasi
- Berbicara secara perlahan kepada pasien. Gunakan kalimat pendek dan langsung. Katakan
satu kata kunci saja dalam satu kalimat. Jangan membuat hal-hal menjadi rumit.
- Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Biarkan pasien menjawab ya atau tidak. Beri
cukup waktu bagi pasien untuk memikirkan jawabannya. Ulangi pertanyaan jika pasien lupa.
- Jika pasien tidak bisa langsung menjawab pertanyaan, bersabarlah dan dorong pasien untuk
mengekspresikan pendapat dan perasaannya. Jika pasien masih tidak bisa menjawab, jangan
memaksanya. Coba dan ulangi lagi.
- Gunakan bahasa tubuh. Lakukan kontak mata saat Anda berbicara atau mendengarkan
pasien. Berikan tanggapan seperti menganggukkan kepala.
d. Lainnya
- Jika pasien menolak untuk ikut serta dalam kegiatan, jangan memaksanya.
- Jika Anda ingin pasien melakukan hal-hal yang tidak diketahuinya atau pergi ke tempat
yang asing, berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan
baru, atau tinggal bersama dengan dirinya hingga pasien merasa tidak asing dengan
lingkungan sekitarnya.

● Pengobatan Demensia
Sampai saat ini, penyakit demensia, khususnya tipe demensia yang paling banyak dijumpai
yaitu demensia Alzheimer dikatakan ”unpreventable and incurable”. Penatalaksanaan lebih
dititik beratkan pada mengatasi faktor-faktor risiko, penyakit-penyakit penyerta, dan gejala-
gejala yang ada serta dukungan pada mereka (care giver). Salah satu segi pengobatan yang
paling penting adalah deteksi dini, (”the sooner the better”). Secepatnya keluhan dan
penyebabnya dapat diketahui, upaya pengelolaan akan makin efektif dalam mencegah, atau
sedikitnya memperlambat perjalanan penyakit. Karena pengobatan demensia bertujuan untuk
membantu penderita beradaptasi dengan kondisinya, menghambat gejala yang muncul, dan
menghindari komplikasi. Sehingga prosedur yang dapat digunakan sebagai penanganan orang
dengan demensia antara lain adalah terapi khusus. Terdapat beberapa terapi yang dapat
dilakukan untuk menangani gejala dan perilaku yang muncul akibat demensia, yaitu
-Terapi stimulasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk merangsang daya ingat, kemampuan memecahkan masalah, serta
kemampuan berbahasa, dengan melakukan kegiatan kelompok atau olahraga.
-Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan penderita cara melakukan aktivitas sehari-hari
dengan aman sesuai kondisinya, serta mengajarkan cara mengontrol emosi dalam
menghadapi perkembangan gejala.
-Terapi ingatan
Terapi ini berguna untuk membantu penderita mengingat riwayat hidupnya, seperti kampung
halaman, masa sekolah, pekerjaan, hingga hobi.
-Rehabilitasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk melatih bagian otak yang tidak berfungsi, menggunakan bagian
otak yang masih sehat.

Sementara itu ada pula obat-obatan yang dapat dikonsumsi oleh penderita demensia untuk
mengatasi gejala, seperti acetylcholinesterase inhibitors, memantine, antiansietas,
antipsikotik, dan antidepresan.

Daftar Pustaka
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Dementia-
Indonesian.pdf?ext=.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwj9-
N6LoOnkAhVI6nMBHZagAZoQFjAKegQIAhAB&usg=AOvVaw2IKrXjYjyAJ1XvSnpMJ
6kN&cshid=1569332103235
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.dementia.org.au/files/helpsheets/Helpsheet-
AboutDementia01-
WhatIsDementia_indonesian.pdf&ved=2ahUKEwjWiKbjmu7kAhXLknAKHR-
GBngQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw0AKq-J36qYxKgdNYi7KrAu
http://rs-elisabeth.com/artikel-kesehatan/penatalaksanaan-demensia/
https://www.alodokter.com/demensia

Anda mungkin juga menyukai